Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan potesi energi terbarukan saat ini semakin banyak


mendapatkan perhatian di kalangan ilmuan maupun di sektor industri. Hal ini
disebabkan karena timbulnya kekhawatiran akan timbulnya krisis energi yang
disebabkan menipisnya bahan bakar fosil yang terkandung di alam serta efek
negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan bakar fosil berupa
pencemaran udara dan pemanasan global. Salah satu sumber energi terbarukan
yang semakin banyak digunakan adalah energi angin. Tetapi pemanfaatan
sistem konversi energi angin di Indonesia, terutama sebagai penghasil energi
listrik alternatif, sampai saat ini masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya
adalah kecepatan angin rata-rata di wilayah Indonesia yang berkisar antara 2
hingga 5 m/s tergolong kecepatan angin yang rendah sehingga secara teori
sangat sulit untuk menghasilkan energi listrik dalam skala besar. Meskipun
demikian, potensi angin di Indonesia yang tersedia hampir sepanjang tahun,
memungkinkan untuk dikembangkan sistem pembangkit listrik tenaga angin
skala kecil.
Indonesia, negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan
mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km merupakan
wilayah potensial untuk pengembangan pembanglit listrik tenaga angin,
namun sayang potensi ini nampaknya belum dilirik oleh pemerintah. Sungguh
ironis, disaat Indonesia menjadi tuan rumah konfrensi dunia mengenai
pemanasan global di Nusa Dua, Bali pada akhir tahun 2007, pemerintah justru
akan membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang
merupakan penyebab nomor 1 pemanasan global. Di tengah potensi angin
melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total kapasitas terpasang dalam sistem
konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt.
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini yatu :

a. Bagaiman cara membuat peta persebaran energi angin di provinsi Bangka


Belitung?
b. Dimanakah wilayah spesifik di Bangka Belitung yang memiliki potensi
energi angin terbarukan?
c. Dimana potensi energi angin di Bangka Belitung yang nilai nya tertinggi
dan terendah?
d. Apa faktor yang mempengaruhi tingkat potensi energi angin terbarukan?
e. Bagaimana perkembangan potensi energy angina dari tahun ke tahun?

1.3. Tujuan
Berikut beberapa tujuan dari penelitian adalah :

a. Mengetahui pola persebaran tingkat kecepatan angin dan cara pembuatan


peta persebaran energi angin di provinsi Bangka Belitung
b. Mendeskripsikan wilayah spesifik dari provinsi Bangka Belitung yang
memiliki potensi energi angin.
c. Mengetahui nilai tertinggi dan terendah dari tingkat kecepatan angin di
Bangka Belitung.
d. Mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat kecepatan angin.
e. Mendeskripsikan perkembangan potensi energi angin dari tahun ketahun
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Energi Angin

Secara keseluruhan potensi energi angin di Indonesia rata-rata tidak besar,


tetapi berdasarkan survei dan pengukuran data angin yang telah dilakukan
sejak 1979, banyak daerah yang prospektif karena memiliki kecepatan angin
rata-rata tahunan sebesar 3.4-4.5 m/detik atau mempunyai energi antara 200
kWh/m sampai 1000kWh/m. Potensi ini sudah dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit energi listrik skala kecil sampai 10 Kw.[ CITATION Alf15 \l 1033 ]

2.2 Lokasi Pemanfaatan Energi Angin

Lokasi yang diinginkan dalam penempatan turbin angin adalah pada


daerah yang memiliki kecepatan angin yang relatif konstan,arahnya tak
berubah-ubah dan sedikit kemungkinan kecepatan angin yang sangat besar.
Diitinjau dari letaknya pemanfaatan energi angin dibedakan menjadi tiga,
onshore, offshore dan nearshore. Instalasi turbin onshore didefinisikan pada
jarak 3 km atau lebih dari garis pantai dan umumnya instalasi dilakukan di
daerah berbukit untuk mendapatkan percepatan topografis akan tetapi
penentuan lokasi tepatnya harus dilakukan secara hati-hatikarena dapat
menyebabkan perbedaan kecepatan angin yang signifikan. Instalasi turbin
nearshore umumnya didefinisikan di wilayah pantai dari 3 km didaratan ke
1% km pada laut dari garis pantai. Pemanfaatan pada lokasi ini mengutamakan
keuntungan dari adanya angin darat dan angin laut sehubungan dengan
perbedaan suhu lautdan darat, ketika instalasi dilakukan di laut lebih dari 1%
km dari pantai maka disebut sebagai intalasi turbin offshore, keuntungan dari
pemasangan ini disebabkan oleh kecepatan angin yang relatif lebih tinggi
sehubungan dengan tahanan geseknya yang lebih rendah dibandingkan di
daratan. Selain itu keberadaan turbin-turbin relatif tidak mengganggu
dibandingkan dengan pemasangan di daratan. Akan tetapi pemasangan di laut
tentu akan memiliki kekurangan yakni membutuhkan transmisi yang lebih
kompleks sehubungan dengan jarak dan harus melalui lautan. Ketika turbin-
turbin ini diinstalasi dalam jumlah yang besar maka instalasi ini sering disebut
sebagai ladang angin (Wind farm) pada ladang angin perlu diperhatikan efek
wind park, yakni turbin-turbin ini cenderung menghalangi turbin yang lain,
umumnya digunakan jarak antar turbin 3 - " kali diameter turbin pada
instalasinya.

2.3 Konversi Energi Angin

Energi angin dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi menggunakan


kincir angin. Energi mekanik yang dihasilkan oleh kincir angin dapat
dimanfaatkan secara langsung atau dikonversi menjadienergi listrik. Animasi
menunjukkan pemanfaatan energi mekanik secara langsung terjadi ketika
angin yang bergerak mengenai sayap kincir menyebabkan kincir berputar.
Perputaran kincir tersebut menyebabkan terbentuknya energi mekanik, yang
kemudian dapat menggerakan pompa sehingga air naik ke atas dan di tampung
ke dalam tangki. Sedangkan konversi energi angin menjadi energi listrik .
(Animasi) adalah sebagai berikut Anngin yang melalui sudu-sudu kincir
menyebabkan kincir berputar putaran kincir menyebabkan generator ikut
berputar di dalam generator energi angin diubah menjadi energi listrik untuk
pembangkit tenaga listrik skala kecil, karena kecepatan angin senantiasa
berubah-ubah, maka perlu adanya pengatur tegangan. Disamping itu perlu
baterai untuk menyimpan energi, karena seiring terdapat kemungkinan dimana
angin tidak bertiup, generator tidak berfungsi sebagai motor, sehingga perlu
sebuah pemutus otomatik untuk mencegah generator bekerja sebagai motor
perlu menjadi catatan bahwa apabila energi mekanik yang dihasilkan maka
pada umumnya turbin angin disebut sebagai kincir angin, akan tetapi bila
dikonversi menjadi listrik maka disebut sebagai turbin angin.

2.4 Disain Turbin Angin

kebanyakan turbin angin dimanfaatkan untuk membangkitkan energi


listrik sehubungan dengan kemudahan dalam pemanfaatannya. Berdasarkan
sumbu putarnya, turbin angin didisain dalam dua tipe besar yakni turbin
dengan sumbu putar horizontal dan turbin dengan sumbu putar vertikal.
Turbin sumbu horizontal memiliki rotor dan generator listrik di bagian atas
Menara. Sumbu ini diarahkan pada arah angin. Kebanyakan sudu turbin
menghadap ke arah angin yang datang untuk menghindari turbulensi akibat
terhalang oleh menara turbin. Beberapa tipe dari turbin sumbu horizontal
mencakup kincir angin dan turbin angin modern. Tipe yang pertama pada
umumnya memiliki empat sudu yang terbuat dari kayu, tipe ini biasa
digunakan untuk memompa air, tipe yang kedua biasanya memilki tiga sudut
dan dapat diarahkan dengan sistem kendali, turbin ini memiliki kecepatan dan
efisiensi yang tinggi.

Jenis turbin horizontal ini telah dikembangkan secara komersial untuk


menghasilkan listrik. Beberapa keuntungan turbin jenis sumbu horizontal
adalah stabilitas yang baik karena pusat gravitasinya disamping sudu,
kemampuannya untuk mengatur sudu sehingga “angle of attack” yang terbaik
dapat diperoleh. Turbin sumbu vertikal memiliki porosrotor yang berputar
secara vertical, Keuntungannya adalah generator gearbox dapat diletakkan
sehingga beban menara lebih ringan, turbin juga tidak perlu diarahkan sesuai
arah angin. Akan tetapi selama perputaran dapat terjadi gaya berbalik dan
gaya drag. Selain itu penempatan di atas menara lebih sulit, sehingga harus
dipasang di tempat yang agak rendah yang berarti ekstraksi energinya juga
lebih rendah. Beberapa jenis dari turbin sumbu vertical mencakup kincir angin
dengan layar berputar, turbin Darrieus dan Savonius. Tipe pertama merupakan
penemuan yang relatif baru, terbuat dari layar dan dapat membangkitkan
listrik pada kecepatan Turbin Darrieus memiliki efisiensi yang cukup tinggi
tetapi menghasilkan rippletorka yang besar torka awal dari turbin ini sangat
rendah, sehingga umumnya perlu turbin lain untuk menggerakkan turbin
sampai pada kecepatan tertentu, turbin Savonius relatif sederhana dan terdiri
daridua atau lebih mangkuk.[ CITATION pus18 \l 1033 ]

2.5 Aplikasi Teknologi Energi Angin

Energi angin pada pertanian umumnya dapat dimanfaatkan sebagai


penggerak pompa-pompa air untuk irigasi atau air minum ternak, menggiling
padi untuk mendapatkan beras menggergaji kayu atau dikonversi menjadi
energi listrik skala kecil pembangkit daya bertenaga angin tidak menimbulkan
polusi dan dapat dikonstruksi secara fleksibel serta tidak membutuhkan lahan
yang luas.

2.6 Potensi Pengembangan Energi Angin Di Bangka Belitung

Kabupaten Bangka Tengah merupakan salah satu kabupaten yang sedang


berkembang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara geografis
Kepulauan Bangka Belitung tidak jauh dari garis khatulistiwa. Pengembangan
sumber daya manusia dan infrastruktur untuk bidang energi merupakan bagian
yang tidak dapat terpisahkan dalam upaya pembangunan daerah. Dalam upaya
tersebut perlu untuk dikaji akan potensi energi terbarukan angin dan surya
untuk menyokong Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat akan listrik. Selain itu, penelitian ini juga akan
menyajikan konfigurasi bauran sumber energi melalui pemodelan simulasi.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan simulasi dalam pemodelan
untuk mendapatkan gambaran kondisi pembebanan listrik dan potensi energi
terbarukan. Data beban listrik yang didapat dari Perusahaan Listrik Negara
(PLN) wilayah Bangka Belitung dan data-data potensi energi angin dan surya
dari Kementerian Sumber Daya Mineral dan website NASA menjadi masukan
dalam simulasi. Simulasi pada penelitian ini menggunakan bantuan perangkat
lunak HOMER untuk menganalisa potensi energi lisrik dari sumber energi
terbarukan. Hasil penelitian menunjukkan potensi pembangkitan energi
terbarukan angin sebesar 0,15 dan 1,09 kW dan surya sebesar 3,99 dan 4,96
kWh/m2/hari. Konfigurasi model pembangkit listrik hibrida dengan sumber
energi terbarukan yang paling optimal untuk Kabupaten Bangka Tengah
adalah dengan komposisi 61,4% energi surya dan 38,6% energi angin. Sistem
kelistrikan hibrida tersebut memiliki spesifikasi solar photovoltaic (PV)
dengan output 286.981 kWh/tahun dan turbin angin dengan output 180.758
kWh/tahun dengan modal awal instalasi atau capital cost sebesar
$1.663.598,53, biaya operasional sebesar $134.548,34, biaya pembangkitan
atau COE sebesar $0,43/kWh.[ CITATION WAH17 \l 1033 ]
2.7 Metodologi Interpolasi Kriging

Menggunakan metodologi interpolasi kriging anisotropik dan isotropik.


Dimana, kriging anisotropik digunakan dalam menginterpolasi kecepatan
angin, memperhitungkan arah dan tren kecepatan angin dipermukaan yang
heterogen.

Metode Ordinary Kriging (OK) ini menghasilkan prediksi atau kriging


variansi yang merupakan parameter tingkat keyakinan dari suatu data estimasi,
artinya suatu data estimasi dikatakan baik jika memiliki nilai kriging variansi
yang lebih kecil. Metode OK juga merupakan metode interpolasi yang
menghasilkan estimasi tak bias yang disebut juga sebagai Best Linear
Unbiased Estimator (BLUE). Nilai estimasi pada variabel yang ditaksir
menggunakan persamaan :

merupakan nilai taksiran dan Zi nilai dari sampel pada lokasi yang dibobot,
dan wi merupakan bobot sampel. Bobot sampel tidak hanya didasarkan pada
jarak antara ukuran dan lokasi titik prediksi tetapi juga pada keseluruhan letak
titik-titik yang diukur disekitar observasi lapangan. [ CITATION Oli15 \l 1033 ]
BIBLIOGRAPHY

Alfajar, M. (2015, November 18 ). PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN UNTUK PLTB DI


INDONESIA. Academia edu.

Oliver, M. A. (2015). Basic Steps in Geostatistics: The Variogram and Kriging. London:
Springer International Publishing.

puspa, a. (2018). POTENSI ENERGI ANGIN. academia edu.

WAHYU EDIFIKAR, D. B., & Ahmad Agus Setiawan, S. M. (2017). Pemodelan Potensi
Energi Terbarukan Angin dan Surya Untuk Kawasan Kabupaten Bangka Tengah,
Provinsi Bangka Belitung. universitas gajah mada, 1-17.

Anda mungkin juga menyukai