”ENERGI ANGIN”
Disusun Oleh :
1. Konsep dasar dan cara kerja pembangkit listrik tenaga angin (berdasarkan video no 1-2)
2. Apa saja yang mempengaruhi besarnya energi listrik yang dihasilkan turbin dan bagaimana
meningkatkan efisiensi turbin (berdasarkan video no 2, boleh ditambahkan menggunakan
sumber lain)
3. Diskusikan bagaimana prospek pembangkit listrik di Indonesia dan tantangannya setalah
Anda meyimak video no 3-4
Jawaban :
1. Berdasarkan video 1 dan 2, turbin angin mampu mengubah sejumlah besar energi angin
menjadi sebuah listrik. Hal ini disebabkan oleh bilah yang dikembangkan menggunakan
analisis aerodinamis dan perlatan peningkatan kinerja lainnya. Jika angin yang bertiup
dapat memutar sayap turbin, maka kita akan menerima listrik dari generator yang
terpasang pada turbin. Sedangkan bagaimana jika terdapat angin yang bertiup memutar
sayap? Blade memiliki penampang airfoil yang terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk
dari akar hingga ujung, teknologi airfoil sederhana membuat bilah turbin angin berputar.
Hal ini berarti gaya angkat dihasilkan ketika fluida bergerak diatas airfoil, maka dengan
cara ini turbin mencapai putaran dasar yang biasa kita lihat. Untuk sudu yang bergerak
kecepatan angin relatif seperti yang ditunjukkan pada video. Oleh karena itu bilah turbin
angin diposisiskan miring agar sejajar dengan kecepatan angin relatif, saat kecepatan sudu
meningkat ke ujung maka kecepatan angin relatif menjadi lebih condong ke arah ujung.
Pada hal ini dapat dikatakan bahwa putaran terus menerus diberikan pada bilah dari akar
ke ujung, namun rotasi ini tidak dapat lengsung digabungkan ke generator karena bilah
turbin angin biasanya berputar pada kecepatan rpm yang sangat rendah. Dengan adanya
masalah kebisingan dan kekuatan mekanis rotasi kecepatan rendah ini, kami tidak dapat
menghasilkan frekuensi listrik yang berarti dari generator. Jadi sebelum terhubung ke
generator kecepatannya dinaikkan di gearbox. Gearbox menggunakan pengaturan set roda
gigi planet untuk mencapai rasio kecepatan tinggi. Fungsi rem sendiri adalah untuk
menahan putaran bilah angin pada kondisi berangin yang berlebihan. Akibatnya listrik
yang dialirkan melalui kabel menuju pangkalan tempat trafo step-up. Turbin angin harus
menghadapi angin secara normal untuk ekstraksi daya maksimum. Namun, arah angin bisa
berubah sewaktu-waktu. Sensor kecepatan di bagian atas nacelle mengukur kecepatan dan
arah angin. Penyimpangan arah angin dikirim ke pengontrol elektronik yang pada
gilirannya mengirimkan sinyal yang sesuai ke mekanisme yawing untuk mempebaiki
kesalahan. Dengan demikian turbin angin akan selalu sejajar dengan arah angin. Menurut
kecepatan angin sudut kecepatan relatif angin juga berubah. baling-baling selalu berada
pada sudut serang optimal dengan aliran angin relatif. Untuk mendapatkan yang baik
efisiensi turbin angin, mengukur kecepatan angin di hulu dan hilir melalui turbin angin.
bahwa kecepatan angin di hilir jauh lebih kecil daripada di hulu. Ini karena bilah menyerap
sebagian energi kinetik dari angin. Jumlah energi yang sama diubah sebagai tenaga
mekanik turbin angin. kecepatan angin nol dihilir adalah kondisi yang tidak mungkin
secara fisik.
Berdasarkan sumber tambahan yang kami baca, pembangkit Listrik Tenaga Angin atau
sering juga disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah salah satu
pembangkit listrik energi terbarukan yang ramah lingkungan dan memiliki efisiensi kerja
yang baik jika dibandingkan dengan pembangkit listrik energi terbarukan lainnya. Prinsip
kerja PLTB adalah dengan memanfaatkan energi kinetik angin yang masuk ke dalam area
efektif turbin untuk memutar baling-baling atau kincir angin, kemudian energi putar ini
diteruskan ke generator untuk membangkitkan energi listrik. Kriteria yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan daya adalah dilihat dari kecepatan angin yang standarnya adalah
membutuhkan sekitar 2 sampai 17 meter/detik dan konstan, serta kestabilan angin. Jika
angin terlalu pelan, daya yang dihasilkan akan sedikit bahkan turbin tidak dapat berputar
dan jika angin terlalu kencang maka dapat merusak turbin. Pembangkit listrik tenaga
angin, yang diberi nama Wind Power System memanfaatkan angin melalui kincir, untuk
menghasilkan energi listrik. Alat ini sangat cocok sekali digunakan masyarakat yang
tinggal di pulau-pulau kecil. Secara umum, sistem alat ini memanfaatkan tiupan angin
untuk memutar motor. Hembusan angin ditangkap baling-baling, dan dari putaran baling-
baling tersebut akan dihasilkan putaran motor yang selanjutnya diubah menjadi energi
listrik (Yusuf, 2014).
2. Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) yang kita kenal adalah dua turbin angin pada
umumnya yaitu turbin angin poros horizontal dan turbin angin poros vertikal merupakan
salah satu jenis energi terbarukan yang memanfaatkan angin sebagai energi
pembangkitnya. Dalam rangka pengembangan turbin angin poros horizontal (Horizontal
Axis Wind Turbin ) telah dilakukan banyak penelitian untuk menghasilkan sistem yang
mampu bekerja secara optimal. Dimana kincir ini dapat ditingkatkan efisiensinya untuk
mendapat koefisien daya yang maksimal. Salah satunya dengan mengunakan sudu
berjumlah banyak. Koefisien daya yang maksimal ini akanmeningkatkan jumlah Watt
(daya) yang dihasilkan sehingga untuk mendapatkan jumlah watt tertentu cukup dengan
menggunakan jumlah kincir angin yang lebih sedikit (Firman Aryanto, 2013, pp. 51-52).
Jenis turbin angin dibedakan menjadi dua berdasarkan jenis rotornya yaitu turbin angin
sumbu vertikal dan turbin angin sumbu horizontal. Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV)
merupakan turbin angin sumbu tegak yang memiliki gerakan poros dan rotor sejajar
dengan arah angin. Gerakan poros ini menyebabkan rotor berputar pada semua arah angin.
TASV memiliki torsi tinggi sehingga dapat berputar pada kecepatan angin rendah. TASV
menghasilkan efisiensi lebih rendah dibandingkan Turbin Angin Sumbu Horizontal
(TASH). Performa TASH sangat dipengaruhi oleh arah angin, sehingga diperlukan
pemasangan sudu pengarah khususnya pada turbin angin savonius. TASV tipe rotor
crossflow merupakan turbin angin yang sesuai untuk daerah yang memiliki kecepatan
angin rendah. Turbin angin crossflow memiliki torsi awal dan nilai efisiensi daya yang
tinggi. Hal tersebut disebabkan turbin crossflow memiliki serangkaian sudu yang
melingkar. Turbin angin tipe crossflow menghasilkan energi listrik dengan cara
mengkonversi energi kinetik angin.Performa turbin angin crossflow dapat ditingkatkan
dengan memperhatikan beberapa faktor diantaranya sudut kemiringan sudu, jumlah sudu
dan kelengkungan sudu. Beberapa faktor yang mempengaruhi performa turbin angin
crossflowadalah jumlah sudu, panjang radius kelengkungan sudu atau rasio diameter.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi performa turbin crossflow adalah jumlah
sudu. Semakin banyak jumlah sudu, maka jumlah torsi yang dihasilkan turbin juga
semakin banyak. Secara umum, dengan penambahan jumlah sudu, energi kinetik aliran
angin akan lebih efisien diubah menjadi energi mekanis oleh sudu-sudu tersebut. Namun,
jika jumlah sudu terlalu banyak maka dapat menyebabkan penurunan efisiensi turbin (Illa
Rizianiza, 2020, pp. 179-186).
3. Setelah menyimak dari vidio yang disajikan kami menyimpulkan bahwa Pembangkit listrik
di Indonesia memiliki prospek yang besar karena negara ini memiliki sumber daya energi
yang melimpah, seperti batu bara, gas alam, dan energi terbarukan seperti air, angin, dan
matahari. Indonesia juga memiliki kebutuhan energi yang terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan populasi yang besar. Walaupun turbin angin terbesar terdapat
di Philipina.
Namun, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam pembangunan pembangkit listrik
di Indonesia. Berikut adalah beberapa di antaranya:
• Infrastruktur yang terbatas: Untuk membangun pembangkit listrik, dibutuhkan
infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan jaringan listrik yang memadai. Namun, di
beberapa wilayah di Indonesia, infrastruktur masih terbatas dan sulit diakses.
• Ketergantungan pada bahan bakar fosil: Meskipun Indonesia memiliki sumber daya energi
terbarukan yang melimpah, pembangkit listrik di Indonesia masih banyak yang
menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi. Penggunaan bahan
bakar fosil ini tidak hanya menimbulkan dampak lingkungan yang negatif, tetapi juga
rentan terhadap fluktuasi harga dan pasokan bahan bakar.
• Masalah lingkungan: Pembangunan pembangkit listrik dapat menimbulkan dampak
lingkungan seperti polusi udara dan air, serta deforestasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
mitigasi dan perlindungan lingkungan dalam pembangunan pembangkit listrik. Selain itu
di Indonesia cenderung padat penduduk, sedangkan daerah yang memungkinkan tidak
mendukung dalam hal mobilisasi
• Ketergantungan pada proyek skala besar: Pembangunan pembangkit listrik skala besar
membutuhkan investasi yang besar dan risiko yang tinggi. Seperti pada Vidio terkait PLTA
Burgos 150MW yang membutuhkan lahan yang besar serta SDM yang banyak. Hal ini
membuat anggaran yang dikeluarkan tidak sedikit, sedangkan permasalahan di Indonesia
masih banyak yang menjadi prioritas selain PLTA.