Anda di halaman 1dari 40

Mengenal Energi Angin

Bantu IndoEnergi dengan klik LIKE.Tindakan kecil kita bisa bermakna sangat besar.

Like
Be the first of your friends to like this.



Energi angin dapat disebut sebagai jenis konversi dari energi surya. Sinar
matahari memanaskan tanah dan hal ini akan menyebabkan atmosfer menjadi
hangat. Ketika udara panas naik, tekanan atmosfer bumi berkurang dan udara
dingin akan bergerak untuk mengambil tempat tersebut. Udara dingin yang
bergerak inilah yang disebut sebagai angin. Udara memiliki massa dan ketika
bergerak, ia mengandung energi. Energi ini dapat diubah menjadi energi
mekanik yang diterapkan dalam berbagai macam kegiatan.

Untuk mengubah energi angin menjadi energi mekanik, digunakanlah turbin
angin.Sistem ini efektif dalam mengubah energi kinetik angin menjadi energi
listrik atau energi mekanik. Energi mekanik biasanya digunakan untuk
memompa air terutama di daerah terpencil tetapi juga digunakan untuk
kegiatan lain, seperti menggiling produk pertanian. Turbin juga membantu
untuk menghasilkan listrik untuk bisnis dan rumah.

Cara Kerja Turbin Angin
Turbin angin terdiri dari dua jenis utama yaitu sumbu horizontal dan sumbu
vertikal.Sumbu horizontal merupakan yang paling umum dan jenis ini
digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik dalam jumlah yang besar. Sistem
ini terdiri dari berbagai komponen termasuk diantaranya baling-baling yang
digunakan untuk mengkonversi energi angin menjadi energi mekanik dan
listrik, poros, generator, gearbox, menara, drive train, kabel listrik, kontrol,
interkoneksi dan peralatan pendukung lainnya. Turbin angin memiliki berbagai
ukuran dan baja digunakan sebagai menaranya.Baling-baling pada sistem
turbin angin terbuat dari polyester yang diperkuat menggunakan fiberglass.

Energi Angin, Kelebihan dan Kekurangannya
Kemampuan turbin angin untuk menghasilakn listrik dapat diukur dalam
satuan watt.Output dari sistem biasanya tergantung pada ukuran sistem dan
kecepatan angin. Sebagian besar sistem di pasar menghasilkan sekitar antara
250 watt dan 5 megawatt.

Angin biasanya kuat di tempat yang lebih tinggi dari tanah, inilah yang
menjadi alasan utama mengapa turbin angin tingginya bisa mencapai 30
meter. Ketinggian ini memungkinkan baling-baling untuk menangkap lebih
banyak energi dari tiupan angin.Sistem turbin biasanya memiliki fitur yang
memutar rotor menghadap ke arah angin.

Bila sejumlah besar turbin angin ditemukan di satu lokasi, ini biasanya disebut
sebagai "ladang angin".Ladang angin biasanya terletak di daerah yang selalu
berangin.


Sistem yang digunakan untuk memanfaatkan energi angin merupakan hal
yang menguntungkan karena tidak seperti metode lain dalam memproduksi
energi, penggunaan energi angin tidak menghasilkan polutan. Energi angin
yang dihasilkan juga merupakan energi terbarukan dan ini berarti selama
angin masih berhembus, selama itulah kita masih dapat memanfaatkan energi
angin.

Dengan menggunakan energi angin, berarti negara tidak harus bergantung
pada bahan bakar fosil untuk menghasilkan listrik.Bahan bakar fosil tidak
menguntungkan karena mereka mencemari lingkungan dan menambah
jumlah gas rumah kaca di atmosfer.Gas rumah kaca ini merupakan penyebab
terjadinya pemanasan global.

Biaya produksi energi angin telah menurun drastis, tetapi investasi awal masih
lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk mendapatkan energi
dari bahan bakar fosil. Namun, keuntungan energi angin dapat dicapai dalam
jangka panjang, biaya akan berkurang karena kita tidak perlu membeli bahan
bakar fosil lagi. Biaya operasi juga lebih minimal dibandingkan dengan BBM
fosil.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi energi angin adalah kenyataan
bahwa energi angin tidak teratur. Tidak ada jaminan bahwa angin akan terus
berhembus kencang dan ini membuatnya tidak dapat diandalkan setiap saat.
Ini bisa menjadi masalah besar karena sebagian besar daerah yang
mengandalkan energi angin sebagai sumber listrik biasanya merupakan
daerah terpencil yang karenanya sulit untuk mendapatkan sumber listrik lain.

Untuk memanfaatkan energi angin, juga dibutuhkan area yang luas dan hal ini
menciptakan kompetisi sumber daya tanah. Ini adalah salah satu alasan
mengapa penggunaan energi angin belumlah luas, namun hal tersebut tidak
menjadi masalah karena daerah di bawah 'ladang angin' dapat dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian.

Energi angin jelas merupakan alternatif yang lebih baik bagi bahan bakar fosil
karena bersih, aman dan dengan biaya operasi yang minimal. Dunia sudah
bergerak menuju sumber energi ramah lingkungan dan energi angin
merupakan pilihan yang sangat cocok



Pengetahuan Dasar Mengenai Turbin Angin
Bantu IndoEnergi dengan klik LIKE.Tindakan kecil kita bisa bermakna sangat besar.

Like
Be the first of your friends to like this.



Turbin angin merupakan elemen utama dari sebuah ladang angin (wind farm),
dan digunakan untuk mengubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik
dan kemudian menjadi listrik.Dalam konteks produksi listrik, turbin angin ini
juga dikenal sebagai generator angin.Sebuah turbin angin terdiri dari rotor,
baling-baling yang melekat pada rotor, generator dan struktur menara.

Rotor adalah elemen dari turbin angin yang mengumpulkan energi dari
angin.Baling-baling dari turbin angin melekat pada pusat rotor.Baling-baling
ini diputar oleh aliran angin dengan menggunaan desain aerodinamis yang
rumit.Tingkat putaran baling-baling tergantung pada kecepatan angin dan
bentuk baling-balinganya.

Untuk menghasilkan listrik diperlukan generator, yang mengubah energi
kinetik menjadi listrik.Dalam turbin angin komersial terdapat gearbox yang
ditempatkan di antara rotor dan generator, untuk mengubah kecepatan
putaran rendah baling-baling ke rotasi kecepatan tinggi yang diperlukan untuk
memproduksi listrik.Kecepatan rotasi turbin angin biasanya antara 40-400
rpm (rotasi per menit) sedangkan untuk menghasilkan listrik kita
membutuhkan 1200-1800 rpm.

Turbin angin dipasang di atas struktur menara tinggi (biasanya di atas 80
meter) untuk dapat beroperasi pada ketinggian yang diperlukan.Turbin angin
memanfaatkan aliran angin pada ketinggian yang lebih tinggi karena
kecepatannya yang lebih tinggi dan lebih konstan (karena pengaruh
penurunan drag).

Listrik dihasilkan ketika baling-baling pada turbin angin diputar oleh aliran
angin, yang membuat rotor berputar.Rotor mentransfer kekuatan ke
generator (melalui gearbox) yang pada gilirannya mentransmisikan daya yang
telah dikonversi ke sebuah transformator dan akhirnya ke jaringan
grid.Sebuah turbin angin komersial dapat menghasilkan daya listrik berkisar
antara 1,5-7 MW, tergantung pada ukuran, desain, dan aliran angin di
lokasinya dipasang.

Ada dua desain utama turbin angin, turbin angin sumbu horizontal dan turbin
angin sumbu vertikal.Sebuah turbin angin sumbu horizontal berputar di
sumbu horizontal turbin angin tersebut. Baling-baling turbin angin modern
dikendalikan oleh motor yang terkontrol secata komputerisasi dan
dioptimalkan sehingga mereka selalu menghadap ke arah yang terbaik untuk
"menangkap" angin, sehingga dapat mempertahankan kinerja tinggi untuk
waktu yang cukup lama.
Turbin angin sumbu horizontal merupakan turbin angin tipe lama dan yang
paling umum digunakan saat ini pada ladang angin komersial.

Di sisi lain, turbin sumbu vertikal berputar pada sumbu vertikal (omni-
directional) yang berarti mereka tidak perlu menghadap ke arah arah angin
untuk berputar. Turbin angin sumbu vertikal tidak memerlukan kecepatan
angin yang tinggi dan teratur untuk beroperasi seperti pada sumbu horizontal,
sehingga turbin angin jenis ini dapat diletakkan pada ketinggian yang lebih
rendah. Ini merupakan keuntungan turbin omni-directional, kemampuan yang
mereka miliki membuatnya lebih cocok untuk daerah perkotaan dan di atas
atap.

Turbin angin dapat didirikan baik di darat (dikenal sebagai turbin angin darat)
atau di laut (turbin angin lepas pantai).Turbin angin darat biasanya lebih
murah karena mereka lebih mudah untuk diinstal.Turbin angin lepas pantai
lebih mahal, tetapi mereka memperoleh keuntungan dari hembusan angin
yang lebih konstan dan lebih banyak yang ditemukan di laut, memungkinkan
untuk dipasang dengan kapasitas yang lebih besar.

Untuk produksi skala besar, turbin angin listrik diinstal dalam bentuk ladang
angin.Ladang angin yang besar luasnya dapat mencapai beberapa mil persegi
dan terdiri dari beberapa ratus turbin angin.Ladang angin yang terletak di
darat disebut ladang angin darat dan ladang angin yang diletakkan di laut
disebut ladang angin lepas pantai.Lokasi turbin angin yang terbaik adalah yang
memiliki hembusan konstan, kecepatan angin yang non-turbulen minimal
10m/h (16km/h), dan terletak di dekat sebuah sistem transmisi.

Sebelum membangun ladang angin, angin di lokasi tersebut dipantau dan
diukur setidaknya selama satu tahun.Pengukuran dilakukan pada tempat dan
ketinggian yang berbeda. Data yang dikumpulkan akan menentukan desain,
ketinggian, lokasi turbin angin di ladang angin, dan jarak antar turbin angin.
Sebuah gardu juga diperlukan di lokasi tersebut, tempat semua listrik yang
dihasilkan dari turbin angin individu (tegangan menengah) dikumpulkan dan
ditransmisikan dalam sistem transmisi lokal (ditransformasikan ke tegangan
tinggi).

Pada instalasi ladang angin di darat, tanah di antara turbin angin dapat
digunakan untuk tujuan pertanian




Pembangkit Listrik Tenaga Angin
March 5, 2008 Filed under News & Info, Renewable energy
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik Tenaga
Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin
angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin
angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin,
sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam
baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Secara sederhana sketsa kincir angin adalah sebagai
berikut :

sumber : http://www.kincirangin.info/plta-gbr.php
Indonesia, negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis
pantai terpanjang di dunia yaitu 80.791,42 Km merupakan wilayah potensial untuk
pengembangan pembanglit listrik tenaga angin, namun sayang potensi ini nampaknya belum
dilirik oleh pemerintah. Sungguh ironis, disaat Indonesia menjadi tuan rumah konfrensi
dunia mengenai pemanasan global di Nusa Dua, Bali pada akhir tahun 2007, pemerintah
justru akan membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang merupakan
penyebab nomor 1 pemanasan global.
Syarat syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik
dapat dilihat pada tabel berikut.

klik disini untuk gambar lebih besar, langsung dari sumbernya.
Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum energi angin
yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang paling
berkembang saat ini. Berdasarkan data dari WWEA (World Wind Energy Association), sampai
dengan tahun 2007 perkiraan energi listrik yang dihasilkan oleh turbin angin mencapai 93.85
GigaWatts, menghasilkan lebih dari 1% dari total kelistrikan secara global. Amerika, Spanyol
dan China merupakan negara terdepan dalam pemanfaatan energi angin.Diharapkan pada
tahun 2010 total kapasitas pembangkit listrik tenaga angin secara glogal mencapai 170
GigaWatt.

Di tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total kapasitas terpasang
dalam sistem konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt. Di seluruh Indonesia,
lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW) sudah
dibangun. Tahun 2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul dibangun di empat
lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit, dan Nusa Penida,
Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit. Mengacu pada kebijakan energi
nasional, maka pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt
(MW) pada tahun 2025









Tenaga Angin


zoom

Ladang Angin Pertama di Inggris dengan asupan energi 50,000 KWH.
Teknologi tenaga angin, sumber energi paling cepat berkembang di dunia, sepintas
terlihat sederhana.Namun dibalik menara tinggi, langsing dan bilahan besi putar
terdapat pergerakan yang kompleks dari bahan-bahan yang ringan seperti desain
aerodinamis dan komputer yang dijalankan secara elektronik. Tenaga ditransfer
melalui baling-baling, kadang dioperasikan pada variable kecepatan, lalu ke
generator (meskipun beberapa turbin menghindari kotak peralatan dengan
menjalankan langsung)
Tenaga Angin saat ini
Perkembangan teknologi dalam dua dekade terakhir menghasilkan turbin angin yang
modular dan mudah dipasang. Saat ini sebuah turbin angin modern 100 kali lebih
kuat daripada turbin dua dekade yang lalu dan ladang angin saat ini menyediakan
tenaga besar yang setara dengan pembangkit listrik konvensional. Pada awal tahun
2004, pemasangan tenaga angin secara global telah mencapai 40.300 MW sehingga
tenaga yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 19 juta rumah
tangga menengah di Eropa yang berarti sama dengan mendekati 47 juta orang.
Dalam 15 tahun terakhir ini, seiring meningkatnya pasar, tenaga angin
memperlihatkan menurunnya biaya produksi hingga 50%. Saat ini di wilayah yang
anginnya maksimum, tenaga angin mampu menyaingi PLTU batu bara teknologi baru
dan di beberapa lokasi dapat menandingi pembangkit listrik tenaga gas alam.
Tenaga Angin pada tahun 2020
Selama beberapa tahun terakhir pemasangan kapasitas angin meningkat melebihi
30%. Hal tersebut membuat target untuk menjadikan tenaga angin mampu
memenuhi kebutuhan energi dunia hingga 12 persen pada tahun 2020 menjadi
realistis. Di saat bersamaan hal tersebut juga akan membuka kesempatan
terbukanya lapangan pekerjaan hingga dua juta dan mengurangi emisi CO2 hingga
10.700 juta ton.
Berkah terus meningkatnya ukuran dan kapasitas rata-rata turbin, pada tahun 2020
biaya pembangkit listrik tenaga angin pada wilayah yang menunjang akan turun
hingga 2.45 sen per KWh- lebih murah 36 persen dari biaya pada tahun 2003 yang
mencapai 3.79 euro/KWh. Sambungan kabel listrik tidak termasuk dalam biaya ini.
Tenaga angin setelah tahun 2020
Sumber angin dunia sangat besar dan menyebar dengan baik di semua kawasan dan
negara.Menggunakan teknologi saat ini, tenaga angin diperkirakan dapat
menyediakan 53.000 Terawat/jam setiap tahunnya.Yang berarti dua kali lebih besar
dari proyeksi permintaan energi pada tahun 2020-meninggalkan tempat yang
penting untuk tumbuhnya industri bahkan dalam 1 dekade kedepan. Amerika Serikat
sendiri mempunyai potensi angin yang cukup untuk menyediakan pasokan
kebutuhan energinya bahkan tiga kali lebih besar daripada kebutuhannya.
Kelebihan Tenaga Angin
Ramah lingkungan- keuntungan terpenting dari tenaga angin adalah berkurangnya
level emisi karbon dioksida penyebab perubahan ikilm. Tenaga ini juga bebas dari
polusi yang sering diasosiasikan dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan
nuklir.
Penyeimbang energi yang sangat baik -emisi karbon dioksida berhubungan dengan
proses produksi. Pemasangan dan penggunaan turbin angin selama rata-rata 20
tahun siklus hidup 'membayar kembali' terjadinya emisi setelah 3-6 bulan pertama-
yang berarti lebih dari 19 tahun produksi energi tanpa ongkos lingkungan.
Cepat menyebar-pembangunan ladang angin (wind farm) dapat diselesaikan dalam
waktu seminggu. Menara turbin, badan dan bilahan besi di pasang di atas
permukaan beton bertulang dengan menggunakan alat pemindah besar.
Sumber energi terbarukan dan dapat diandalkan- angin yang menjalankan turbin
selalu gratis dan tidak terkena dampak harga bahan bakar fosil yang
fluktuatif.Tenaga ini juga tidak butuh untuk ditambang, digali atau dipindahkan ke
pembangkit listrik. Seiring meningkatnya harga bahan bakar fosil, nilai tenaga angin
juga meningkat dan biaya keseluruhan pembangkit akan menurun.
Selanjutnya, dalam proyek besar yang menggunakan turbin ukuran medium yang
sudah disetujui, tenaga angin mampu beroperasi hingga 98% secara konstan. Artinya
hanya dua persen waktu turun mesin untuk perbaikan- catatan yang jauh lebih baik
dari yang bisa diharapkan dari pembangkit listrik konvensional.
Variable Angin
Variable angin menimbulkan masalah manajemen sistem jaringan listrik lebih
sedikit daripada yang diharapkan oleh pihak-pihak yang skeptis. Ketidakstabilan
permintaan energi dan kebutuhan untuk melindungi gagalnya pembangkit listrik
konvensional memenuhi kebutuhan tersebut, sesungguhnya membutuhkan sistem
jaringan listrik yang lebih fleksibel daripada tenaga angin, dan pengalaman dunia
nyata telah menunjukan bahwa sistem pembangkit listrik nasional mampu
menjalankan tugas tersebut. Pada malam berangin, sebagai contoh, turbin angin
50% pembangkit listrik di bagian barat Denmark, tapi kekuatannya telah terbukti
dapat diatur.
Penciptaan jaringan listrik yang super mengurangi masalah ketidakstabilan angin.
Caranya dengan membiarkan perubahan pada kecepatan di wilayah-wilayah
berbeda untuk diseimbangkan satu sama lain.
Bergerak ke depan
Perkembangan tenaga angin berkembang dengan pesat saat ini, namun demikian
masa depan tenaga ini belum terjamin. Saat ini tenaga angin telah dimanfaatkan
oleh sekitar 50 negara di dunia. Namun sejauh ini kemajuan itu disebabkan oleh
usaha segelintir pihak, yang dipimpin oleh Jerman, Spanyol dan Denmark. Negara-
negara lain perlu untuk memperbaiki industri tenaga angin secara dramastis jika
target global ingin dicapai. Oleh karena itu prediksi untuk menjadikan tenaga angin
dapat memasok energi dunia sebesar 12 persen pada tahun 2020 sebaiknya tidak
dilihat sebagai hal yang pasti, tapi sebagai tujuan-satu kemungkinan masa depan
yang kita bisa pilih jika kita mau.
Cari tahu bagaimana kau bisa membantu dalam halaman ambil tindakan kami.







Turbin Angin sebagai Alternatif
Pembangkit Listrik

18:13 HaGe 5Komentar
Menurunnya tinggi permukaan air di berbagai bendungan-terutama yang
dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air (PLTA)-telah
menurunkan pasokan listrik di Jawa hingga 500 megawatt. Sebagai salah satu
sumber pemasok listrik, PLTA bersama pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan
pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) memang memegang peran penting terhadap
ketersediaan listrik terutama di Jawa, Madura, dan Bali. Energi angin yang
sebenarnya berlimpah di Indonesia ternyata belum dimanfaatkan sebagai alternatif
penghasil listrik. Padahal, di berbagai negara, pemanfaatan energi angin sebagai
sumber energi alternatif nonkonvensional sudah semakin mendapatkan perhatian.
Hal ini tentu saja didorong oleh kesadaran terhadap timbulnya krisis energi dengan
kenyataan bahwa kebutuhan energi terus meningkat sedemikian besarnya. Di
samping itu, angin merupakan sumber energi yang tak ada habisnya sehingga
pemanfaatan sistem konversi energi angin akan berdampak positif terhadap
lingkungan. Asal energi angin Semua energi yang dapat diperbaharui dan
bahkan energi pada bahan bakar fosil-kecuali energi pasang surut dan panas bumi-
berasal dari Matahari. Matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi ke Bumi
setiap jam. Dengan kata lain, Bumi menerima 1,74 x 1.017 watt daya. Sekitar 1-2
persen dari energi tersebut diubah menjadi energi angin. Jadi, energi angin
berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada energi yang diubah menjadi biomassa
oleh seluruh tumbuhan yang ada di muka Bumi. Sebagaimana diketahui, pada
dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan temperatur antara udara panas dan
udara dingin. Daerah sekitar khatulistiwa, yaitu pada busur 0, adalah daerah yang
mengalami pemanasan lebih banyak dari Matahari dibanding daerah lainnya di
Bumi. Daerah panas ditunjukkan dengan warna merah, oranye, dan kuning pada
gambar inframerah dari temperatur permukaan laut yang diambil dari satelit NOAA-
7 pada Juli 1984. Udara panas lebih ringan daripada udara dingin dan akan naik ke
atas sampai mencapai ketinggian sekitar 10 kilometer dan akan tersebar ke arah
utara dan selatan. Jika Bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka udara akan tiba
di kutub utara dan kutub selatan, turun ke permukaan lalu kembali ke khatulistiwa.
Udara yang bergerak inilah yang merupakan energi yang dapat diperbaharui, yang
dapat digunakan untuk memutar turbin dan akhirnya dapat menghasilkan
listrik. Mekanisme turbin angin Sebuah pembangkit listrik tenaga angin dapat
dibuat dengan menggabungkan beberapa turbin angin sehingga menghasilkan listrik
ke unit penyalur listrik. Listrik dialirkan melalui kabel transmisi dan didistribusikan ke
rumah-rumah, kantor, sekolah, dan sebagainya. Turbin angin dapat memiliki tiga
buah bilah turbin. Jenis lain yang umum adalah jenis turbin dua bilah. Jadi,
bagaimana turbin angin menghasilkan listrik? Turbin angin bekerja sebagai kebalikan
dari kipas angin. Bukannya menggunakan listrik untuk membuat angin, seperti pada
kipas angin, turbin angin menggunakan angin untuk membuat listrik. Angin akan
memutar sudut turbin, kemudian memutar sebuah poros yang dihubungkan dengan
generator, lalu menghasilkan listrik. Turbin untuk pemakaian umum berukuran 50-
750 kilowatt. Sebuah turbin kecil, kapasitas 50 kilowatt, digunakan untuk
perumahan, piringan parabola, atau pemompaan air. Jenis turbin angin Dalam
perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi jenis turbin angin propeler dan
turbin angin Darrieus. Kedua jenis turbin inilah yang kini memperoleh perhatian
besar untuk dikembangkan. Pemanfaatannya yang umum sekarang sudah
digunakan adalah untuk memompa air dan pembangkit tenaga listrik. Turbin
angin propeler adalah jenis turbin angin dengan poros horizontal seperti baling-
baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin ini harus diarahkan sesuai
dengan arah angin yang paling tinggi kecepatannya. Kecepatan angin diukur
dengan alat yang disebut anemometer. Anemometer jenis mangkok adalah yang
paling banyak digunakan. Anemometer mangkok mempunyai sumbu vertikal dan
tiga buah mangkok yang berfungsi menangkap angin. Jumlah putaran per menit
dari poros anemometer dihitung secara elektronik. Biasanya, anemometer
dilengkapi dengan sudut angin untuk mendeteksi arah angin. Jenis anemometer
lain adalah anemometer ultrasonik atau jenis laser yang mendeteksi perbedaan fase
dari suara atau cahaya koheren yang dipantulkan dari molekul-molekul
udara. Turbin angin Darrieus merupakan suatu sistem konversi energi angin yang
digolongkan dalam jenis turbin angin berporos tegak. Turbin angin ini pertama kali
ditemukan oleh GJM Darrieus tahun 1920. Keuntungan dari turbin angin jenis
Darrieus adalah tidak memerlukan mekanisme orientasi pada arah angin (tidak perlu
mendeteksi arah angin yang paling tinggi kecepatannya) seperti pada turbin angin
propeler. Di Indonesia telah mulai dikembangkan proyek percontohan baik oleh
lembaga penelitian maupun oleh pusat studi beberapa perguruan tinggi. Proyek ini
perlu memperoleh perhatian dari pihak yang terkait untuk dikembangkan karena
membutuhkan riset yang cukup intensif mengenai kecepatan angin, lokasi
penempatan turbin angin, serta cara untuk mengatur pembebanan turbin yang tidak
merata. Misalnya pada malam hari angin cukup kencang, sedangkan pada pagi dan
siang hari kecepatan angin turun sehingga harus ada mekanisme penyimpanan
energi serta mekanisme untuk menstabilkan fluktuasi tegangan listrik yang
dihasilkan. Dalam situasi yang serba kekurangan pasokan listrik seperti sekarang,
tampaknya alternatif energi angin perlu dikaji ulang. Selain hasilnya selalu
berkelanjutan, harganya pun kompetitif dibanding pembangkit listrik
lainnya. Mochamad Safarudin Staf Pengajar dan Peneliti pada Sekolah Tinggi
Teknologi Mandala, Bandung Sumber: kompas




Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Kadek Fendy Sutrisna
21 Mei 2011
Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan
Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -
>Catatan Fendy Sutrisna
Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau sering juga disebut dengan Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (PLTB) adalah salah satu pembangkit listrik energi terbarukan yang
ramah lingkungan dan memiliki efisiensi kerja yang baik jika dibandingkan dengan
pembangkit listrik energi terbarukan lainnya.Prinsip kerja PLTB adalah dengan
memanfaatkan energi kinetik angin yang masuk ke dalam area efektif turbin untuk
memutar baling-baling/kincir angin, kemudian energi putar ini diteruskan ke
generator untuk membangkitkan energi listrik.
Berdasarkan data dari GWEC, jumlah PLTB yang ada di dunia saat ini adalah sebesar
157.900 MWatt (sampai dengan akhir tahun 2009), dan pembangkit jenis ini setiap
tahunnya mengalami peningkatan dalam pembangunannya sebesar 20-
30%.Teknologi PLTB saat ini dapat mengubah energi gerak angin menjadi energi
listrik dengan efisiensi rata-rata sebesar 40%. Efisiensi 40% ini disebabkan karena
akan selalu ada energi kinetik yang tersisa pada angin karena angin yang keluar dari
turbin tidak mungkin mempunyai kecepatan sama dengan nol. Gambar 1 merupakan
laju pertumbuhan dan daya elektrik total PLTB di dunia yang ada sampai saat ini.

Gambar 1 Laju Pertumbuhan PLTB di Dunia
1. Energi Angin
1.1 Energi Kinetik Angin Sebagai Fungsi dari Kecepatan Angin
Energi kinetik angin yang dapat masuk ke dalam area efektif turbin angin dapat
dihitung berdasarkan persamaan 1.1 berikut :

(1.1)
dimana pada persamaan tersebut dapat kita lihat bahwa energi angin (P ; Watt)
bergantung terhadap faktor-faktor seperti aliran massa angin (m ; kg/s), kecepatan
angin (v ; m/s), densitas udara ( ; kg/m
3
), luas permukaan area efektif turbin (A ; m
3

). Di akhir persamaan, secara jelas dapat disimpulkan bahwa energi angin akan
meningkat 8 kali lipat apabila kecepatan angin meningkat 2 kali lipatnya, atau
dengan kata lain apabila kecepatan angin yang masuk ke dalam daerah efektif turbin
memiliki perbedaan sebesar 10% maka energi kinetik angin akan meningkat sebesar
30%. Apabila kecepatan kerja PLTB adalah Vrated, maka daya keluaran PLTB dapat
diperoleh dari persamaan 1.1 dengan menuliskan kembali ke persamaan sebagai
berikut.
(1.2)
(1.3)
Gambar 2 merupakan kurva intensitas energi kinetik angin berdasarkan fungsi dari
kecepatan angin.

Gambar 2 Intensitas Energi Angin
1.2 Kecepatan Angin Berdasarkan Fungsi dari Ketinggiannya dari Permukaan Tanah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kecepatan angin sangat
dipengaruhi oleh ketinggiannya dari permukaan tanah. Semakin mendekati
permukaan tanah, kecepatan angin semakin rendah karena adanya gaya gesek
antara permukaan tanah dan angin. Untuk alasan ini, PLTB biasanya dibangun
dengan menggunakan tower yang tinggi atau dipasang diatas bangunan.Berikut
adalah rumus bagaimana cara mengukur kecepatan angin berdasarkan
ketinggiannya dan jenis permukaan tanah sekitarnya.

Tabel 1 menunjukan besarnya nilai n sebagai faktor perbedaan jenis permukaan
tanah yang mempengaruhi kecepatan angin.
Tabel 1 Nilai n berdasarkan jenis permukaan tanah

Gambar 3 menunjukan hasil perhitungan kecepatan angin berdasarkan ketinggian,
dengan garis putus-putus menggunakan asumsi n = 7, sedangkan garis lurus dengan
asumsi n =5.

Gambar 3 Kecepatan angin berdasarkan ketinggiannya dari permukaan tanah
2. Jenis-jenis Angin
Angin timbul akibat sirkulasi di atmosfer yang dipengaruhi oleh aktivitas matahari
dalam menyinari bumi yang berotasi. Dengan demikian, daerah khatulistiwa akan
menerima energi radiasi matahari lebih banyak daripada di daerah kutub, atau
dengan kata lain, udara di daerah khatulistiwa akan lebih tinggi dibandingkan
dengan udara di daerah kutub. Perbedaan berat jenis dan tekanan udara inilah yang
akan menimbulkan adanya pergerakan udara. Pergerakan udara inilah yang
didefinisikan sebagai angin.Gambar 4 merupakan pola sirkulasi pergerakan udara
akibar aktivitas matahari dalam menyinari bumi yang berotasi.


Gambar 4 Pola sirkulasi udara akibat rotasi bumi
(Sumber : Blog Konversi ITB, Energi Angin dan Potensinya)
Berdasarkan prinsip dari terjadinya, angin dapat dibedakan sebagai berikut :
2.1 Angin Laut dan Angin Darat
Angin laut adalah angin yang timbul akibat adanya perbedaan suhu antara daratan
dan lautan. Seperti yang kita ketahui bahwa sifat air dalam melepaskan panas dari
radiasi sinar matahari lebih lambat daripada daratan, sehingga suhu di laut pada
malam hari akan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di daratan. Semakin tinggi
suhu, tekanan udara akan semakin rendah. Akibat adanya perbedaan suhu ini akan
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara di atas daratan dan lautan. Hal
inilah yang menyebabkan angin akan bertiup dari arah darat ke arah laut. Sebaliknya,
pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 angin akan berhembus
dari laut ke darat akibat sifat air yang lebih lambat menyerap panas matahari.
2.2 Angin Lembah
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung
yang biasa terjadi pada siang hari. Prinsip terjadinya hampir sama dengan terjadinya
angin darat dan angin laut yaitu akibat adanya perbedaan suhu antara lembah dan
puncak gunung.
2.3 Angin Musim
Angin musim dibedakan menjadi 2, yaitu angin musim barat dan angin musim
timur. Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang mengalir dari
Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas). Apabila angin
melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra, maka angin ini
akan mengandung curah hujan yang tinggi. Angin Musim Barat menyebabkan
Indonesia mengalami musim hujan. Angin ini terjadi pada bulan Desember, januari
dan Februari, dan maksimal pada bulan Januari dengan kecepatan minimum 3 m/s.
Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir dari Benua
Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas). Angin ini menyebabkan
Indonesia mengalami musim kemarau, karena angin melewati celah- celah sempit
dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Musim kemarau di
Indonesia terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli.
2.4 Angin Permukaan
Kecepatan dan arah angin ini dipengaruhi oleh perbedaan yang diakibatkan oleh
material permukaan Bumi dan ketinggiannya. Secara umum, suatu tempat dengan
perbedaan tekanan udara yang tinggi akan memiliki potensi angin yang
kuat. Ketinggian mengakibatkan pusat tekanan menjadi lebih intensif.
Selain perbedaan tekanan udara, material permukaan bumi juga mempengaruhi
kuat lemahnya kekuatan angin karena adanya gaya gesek antara angin dan material
permukaan bumi ini. Disamping itu, material permukaan bumi juga mempengaruhi
kemampuannya dalam menyerap dan melepaskan panas yang diterima dari sinar
matahari.Sebagai contoh, belahan Bumi utara didominasi oleh daratan, sedangkan
selatan sebaliknya lebih di dominasi oleh lautan. Hal ini saja sudah mengakibatkan
angin di belahan Bumi utara dan selatan menjadi tidak seragam.Gambar 5
menunjukkan tekanan udara dan arah angin bulanan pada permukaan Bumi dari
tahun 1959-1997.Perbedaan tekanan terlihat dari perbedaan warna.Biru
menyatakan tekanan rendah, sedangkan kuning hingga oranye menyatakan
sebaliknya.Arah dan besar angin ditunjukkan dengan arah panah dan panjangnya.

Gambar 5. Arah angin permukaan dan pusat tekanan atmosfer rata-rata pada bulan
Januari, 1959-1997.Garis merah merupakan zona konvergen intertropik (ITCZ).
2.5 Angin Topan
Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam
atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan
selatan.Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem
cuaca. Di Indonesia dan daerah lainnya yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa,
jarang sekali dilewati oleh angin ini.Angin paling kencang yang terjadi di daerah
tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah
sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam.
3. Potensi Energi Angin
Berdasarkan data dari GWEC, potensi sumber angin dunia diperkirakan sebesar
50,000 TWh/tahun. Total potensial ini dihitung pada daratan dengan kecepatan
angin rata-rata diatas 5,1 m/s dan pada ketinggian 10 m. Data ini setelah direduksi
sebesar 10% sebagai toleransi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepadatan
penduduk, dan lain-lain.
Tabel 2 Sebaran potensi energi angin. (TWh/tahun)


3.1 Potensi Energi Angin Di Indonesia
Berikut ini adalah peta potensi energi angin di Indonesia yang dapat digunakan
sebagai referensi dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin di
Indonesia. Perbedaan kecepatan udara terlihat dari perbedaan warnanya.Biru
menyatakan kecepatan udara rendah, sedangkan hijau, kuning, merah dan
sekitarnya menyatakan semakin besarnya kecepatan angin.

Gambar 6 Peta persebaran kecepatan angin di Indonesia

5. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB)
5.1 Kincir Angin
Secara umum kincir angin dapat di bagi menjadi 2, yaitu kincir angin yang berputar
dengan sumbu horizontal, dan yang berputar dengan sumbu vertikal.Gambar 7
menunjukan jenis-jenis kincir angin berdasarkan bentuknya.Sedangkan gambar 8
menunjunkan karakteristik setiap kincir angin sebagai fungsi dari kemampuannya
untuk mengubah energi kinetik angin menjadi energi putar turbin untuk setiap
kondisi kecepatan angin.Dari gambar 8 dapat disimpulkan bahwa kincir angin jenis
multi-blade dan Savonius cocok digunakan untuk aplikasi PLTB kecepatan
rendah.Sedangkan kincir angin tipe Propeller, paling umum digunakan karena dapat
bekerja dengan lingkup kecepatan angin yang luas.

Gambar 7 Jenis-jenis kincir angin

Gambar 8 Karakterisrik kincir angin
5.2. Gearbox Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir
menjadi putaran tinggi.Biasanya Gearbox yang digunakan sekitar 1:60.
5.3. Brake System Alat ini diperlukan saat angin berhembus terlalu kencang yang
dapat menimbulkan putaran berlebih pada generator. Dampak dari kerusakan akibat
putaran berlebih diantaranya :overheat, rotor breakdown, terjadi arus lebih pada
generator.
5.4. Generator Ada berbagai jenis generator yang dapat digunakan dalam sistem
turbin angin, antara lain generator serempak (synchronous generator), generator
tak-serempak (unsynchronous generator), rotor sangkar maupun rotor belitan
ataupun generator magnet permanen.
Penggunaan generator serempak memudahkan kita untuk mengatur tegangan dan
frekuensi keluaran generator dengan cara mengatur-atur arus medan dari generator.
Sayangnya penggunaan generator serempak jarang diaplikasikan karena biayanya
yang mahal, membutuhkan arus penguat dan membutuhkan sistem kontrol yang
rumit.
Generator tak-serempak sering digunakan untuk sistem turbin angin dan sistem
mikrohidro, baik untuk sistem fixed-speed maupun sistem variable speed.
5.5. Penyimpan energi Pada sistem stand alone, dibutuhkan baterei untuk
menyimpan energi listrik berlebih yang dihasilkan turbin angin. Contoh sederhana
yang dapat dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki mobil.
Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga selama 0.5 jam pada
daya 780 watt.
5.6 Tower
Tower PLTB dapat dibedakan menjadi 3 jenis seperti gambar 9 dibawah ini. Setiap
jenis tower memiliki karakteristik masing-masing dalam hal biaya, perawatan,
efisiensinya, ataupun dari segi kesusahan dalam pembuatannya. Sedangkan gambar
10 menunjukan diagram skematik PLTB secara umum umum.
Gambar
9 Tower PLTB (kiri)Guyed (Tengah) Lattice (kanan) Mono-structure

Gambar 10 Diagram skematik dari turbin angin
6. Karakteristik Kerja Turbin Angin
Gambar 11 menunjukan pembagian daerah kerja dari turbin angin.Berdasarkan
gambar 11 ini, daerah kerja angin dapat dibagi menjadi 3, yaitu (a) cut-in speed (b)
kecepatan kerja angin rata-rata (kecepatan nominal) (c) cut-out speed.Secara ideal,
turbin angin dirancang dengan kecepatan cut-in yang seminimal mungkin, kecepatan
nominal yang sesuai dengan potensi angin lokal, dan kecepatan cut-out yang
semaksimal mungkin. Namun secara mekanik kondisi ini sulit diwujudkan karena
kompensasi dari perancangan turbin angin dengan nilai kecepatan maksimal (V
cutoff
)
yang besar adalah V
cut
dan V
rated
yang relatif akan besar pula.


Gambar 11 Karakteristik kerja turbin angin
Selain dari data yang ditunjukan gambar 6 sebelumnya, penentuan kecepatan angin
suatu daerah dapat juga dilakukan dengan menggunakan metode probalistik
distribusi Weibull dalam mengolah kumpulan data hasil survey seperti yang
diperlihatkan pada gambar 12.

Gambar 12 Penentuan kecepatan angin rata-rata suatu daerah
7. Sistem Mekanik PLTB

Gambar 13 Komponen Turbin Angin
(sumber : BP, going with the wind)
8. Sistem Elektrik PLTB
Secara umum sistem kelistrikan dari PLTB dapat dibagi menjadi 2 yaitu (i) kecepatan
konstan (ii) kecepatan berubah. Keuntungan dari sistem kecepatan konstan (fixed-
speed) adalah murah, sistemnya sederhana dan kokoh (robast).Sistem ini beroperasi
pada kecepatan putar turbin yang konstan dan menghasilkan daya maksimum pada
satu nilai kecepatan angin.Sistem ini biasanya menggunakan generator tak-serempak
(unsynchronous generator), dan cocok diterapkan pada daerah yang memiliki
potensi kecepatan angin yang besar.Kelemahan dari sistem ini adalah generator
memerlukan daya reaktif untuk bisa menghasilkan listrik sehingga harus dipasang
kapasitor bank atau dihubungkan dengan grid.Sistem ini rentan terhadap pulsating
power menuju grid dan rentan terhadap perubahan mekanis secara tiba-
tiba.Gambar 14 (a) menunjukan diagram skematik dari sistem ini.

Gambar 14(a) Sistem PLTB kecepatan konstan (fixed-speed)
Selain kecepatan konstan, ada juga sistem turbin angin yang menggunakan sistem
kecepatan berubah (variable speed), artinya sistem didesain agar dapat mengekstrak
daya maksimum pada berbagai macam kecepatan. Sistem variable speed dapat
menghilangkan pulsating torque yang umumnya timbul pada sistem fixed speed.
Secara umum sistem variable speed mengaplikasikan elektronika daya untuk
mengkondisikan daya, seperti penyearah (rectifier), Konverter DC-DC, ataupun
Inverter.Gambar 14 (b) sampai dengan 14(e) adalah jenis-jenis sistem PLTB
kecepatan berubah.
Pada sistem variable speed (b) menggunakan generator induksi rotor belitan.
Karakteristik kerja generator induksi diatur dengan mengubah-ubah nilai
resistansi rotor, sehingga torsi maksimum selalu didapatkan pada kecepatan putar
turbin berapa pun. Sistem ini lebih aman terhadap perubahan beban mekanis secara
tiba-tiba, terjadi reduksi pulsating power menuju grid dan memungkinkan
memperoleh daya maksimum pada beberapa kecepatan angin yang
berbeda.Sayangnya jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan masih terbatas.

(b) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed) (rotor belitan)
Pada sistem variable speed (c) menggunakan rangkaian elektronika daya untuk
mengatur nilai resistansi rotor.Sistem ini memungkinkan memperbaiki jangkauan
kecepatan yang bisa dikendalikan sistem pertama.

(c) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed back to back conventer)
Sistem variable speed (d) dan (e) adalah sistem PLTB yang dibedakan berdasarkan
jenis generator yang digunakan.

(d) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed) (rotor sangkar)

(e) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed)
(rotor permanen magnet








~ Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Kumpulan Artikel - 103 - Energi Angin / Wind Turbine / Wind Mill



Dunia Engineering Indonesia
Hari ini energi angin digunakan sebagai sumber pembangkit listrik.Berikut ini sekilas
tentang sistem pembangkit listrik menggunakan tenaga angin.
Wind is called a renewable energy source because the wind will blow as long as the
sun shines.
The History of Wind
Since ancient times, people have harnessed the winds energy. Over 5,000 years ago,
the ancient Egyptians used wind to sail ships on the Nile River. Later, people built
windmills to grind wheat and other grains. The earliest known windmills were in
Persia (Iran). These early windmills looked like large paddle wheels. Centuries later,
the people of Holland improved the basic design of the windmill. They gave it
propeller-type blades, still made with sails. Holland is famous for its windmills.

American colonists used windmills to grind wheat and corn, to pump water, and to
cut wood at sawmills. As late as the 1920s, Americans used small windmills to
generate electricity in rural areas without electric service. When power lines began
to transport electricity to rural areas in the 1930s, local windmills were used less and
less, though they can still be seen on some Western ranches.

The oil shortages of the 1970s changed the energy picture for the country and the
world. It created an interest in alternative energy sources, paving the way for the re-
entry of the windmill to generate electricity. In the early 1980s wind energy really
took off in California, partly because of state policies that encouraged renewable
energy sources. Support for wind development has since spread to other states, but
California still produces more than twice as much wind energy as any other state.

The first offshore wind park in the United States is planned for an area off the coast
of Cape Cod, Massachusetts (read an article about the Cape Cod Wind Project).
HOW WIND MACHINES WORK

Like old fashioned windmills, todays wind machines use blades to collect the winds
kinetic energy. Windmills work because they slow down the speed of the wind. The
wind flows over the airfoil shaped blades causing lift, like the effect on airplane
wings, causing them to turn. The blades are connected to a drive shaft that turns an
electric generator to produce electricity.
With the new wind machines, there is still the problem of what to do when the wind
isnt blowing. At those times, other types of power plants must be used to make
electricity.

TYPES OF WIND MACHINES
There are two types of wind machines (turbines) used today based on the direction
of the rotating shaft (axis): horizontalaxis wind machines and vertical-axis wind
machines. The size of wind machines varies widely. Small turbines used to power a
single home or business may have a capacity of less than 100 kilowatts. Some large
commercial sized turbines may have a capacity of 5 million watts, or 5 megawatts.
Larger turbines are often grouped together into wind farms that provide power to
the electrical grid.
Most wind machines being used today are the horizontal-axis type. Horizontal-axis
wind machines have blades like airplane propellers. A typical horizontal wind
machine stands as tall as a 20-story building and has three blades that span 200 feet
across. The largest wind machines in the world have blades longer than a football
field! Wind machines stand tall and wide to capture more wind.

Vertical-axis

Verticalaxis wind machines have blades that go from top to bottom and the most
common type (Darrieus wind turbine) looks like a giant two-bladed egg beaters. The
type of vertical wind machine typically stands 100 feet tall and 50 feet wide. Vertical-
axis wind machines make up only a very small percent of the wind machines used
today.
The Wind Amplified Rotor Platform (WARP) is a different kind of wind system that is
designed to be more efficient and use less land than wind machines in use today.
The WARP does not use large blades; instead, it looks like a stack of wheel rims. Each
module has a pair of small, high capacity turbines mounted to both of its concave
wind amplifier module channel surfaces. The concave surfaces channel wind toward
the turbines, amplifying wind speeds by 50 percent or more. Eneco, the company
that designed WARP, plans to market the technology to power offshore oil platforms
and wireless telecommunications systems.

WIND POWER PLANTS
Wind power plants, or wind farms as they are sometimes called, are clusters of wind
machines used to produce electricity. A wind farm usually has dozens of wind
machines scattered over a large area. The worlds largest wind farm, the Horse
Hollow Wind Energy Center in Texas, has 421 wind turbines that generate enough
electricity to power 230,000 homes per year.

Unlike power plants, many wind plants are not owned by public utility companies.
Instead they are owned and operated by business people who sell the electricity
produced on the wind farm to electric utilities. These private companies are known
as Independent Power Producers.
Operating a wind power plant is not as simple as just building a windmill in a windy
place. Wind plant owners must carefully plan where to locate their machines. One
important thing to consider is how fast and how much the wind blows.

As a rule, wind speed increases with altitude and over open areas with no
windbreaks. Good sites for wind plants are the tops of smooth, rounded hills, open
plains or shorelines, and mountain gaps that produce wind funneling.

Wind speed varies throughout the country. It also varies from season to season. In
Tehachapi, California, the wind blows more from April through October than it does
in the winter. This is because of the extreme heating of the Mojave Desert during the
summer months. The hot air over the desert rises, and the cooler, denser air above
the Pacific Ocean rushes through the Tehachapi mountain pass to take its place. In a
state like Montana, on the other hand, the wind blows more during the winter.
Fortunately, these seasonal variations are a good match for the electricity demands
of the regions. In California, people use more electricity during the summer for air
conditioners. In Montana, people use more electricity during the winter months for
heating.
WIND PRODUCTION
In 2005, wind machines in the United States generated a total of 17.8 billion kWh per
year of electricity, enough to serve more than 1.6 million households. This is enough
electricity to power a city the size of Chicago, but it is only a small fraction of the
nations total electricity production, about 0.4 percent. The amount of electricity
generated from wind has been growing fast in recent years, tripling since 1998.

New technologies have decreased the cost of producing electricity from wind, and
growth in wind power has been encouraged by tax breaks for renewable energy and
green pricing programs. Many utilities around the country offer green pricing
options that allow customers the choice to pay more for electricity that comes from
renewable sources.
Wind machines generate electricity in 25 different states in 2005. The states with the
most wind production are California, Texas, Iowa, Minnesota, and Oklahoma.

The United States ranks third in the world in wind power capacity, behind Germany
and Spain and before India. Denmark ranks number five in the world in wind power
capacity but generates 20 percent of its electricity from wind. Most of the wind
power plants in the world are located in Europe and in the United States where
government programs have helped support wind power development.
WIND AND THE ENVIRONMENT
In the 1970s, oil shortages pushed the development of alternative energy sources. In
the 1990s, the push came from a renewed concern for the environment in response
to scientific studies indicating potential changes to the global climate if the use of
fossil fuels continues to increase. Wind energy is an economical power resource in
many areas of the country. Wind is a clean fuel; wind farms produce no air or water
pollution because no fuel is burned. Growing concern about emissions from fossil
fuel generation, increased government support, and higher costs for fossil fuels
(especially natural gas and coal) have helped wind power capacity in the United
States grow substantially over the last 10 years.

The most serious environmental drawbacks to wind machines may be their negative
effect on wild bird populations and the visual impact on the landscape. To some, the
glistening blades of windmills on the horizon are an eyesore; to others, theyre a
beautiful alternative to conventional power plants.
Sustainable Systems designs windmills for the
future

Drive down the highway or look in parking lots and poles are everywhere, says Terry
Sankar, an engineering doctoral candidate at Robert Morris University. Imagine each
one as a little electrical power plant, quietly and unobtrusively spinning out clean
energy from the wind.
Sankars Pittsburgh-based company, Sustainable Systems, has developed an
innovative approach to harnessing wind power, a vertical axis windmill that touts
low cost, increased safety and flexibility in size and use. Every Target, McDonalds,
and Whole Foods could be energy independent through windmill technology, Sankar
muses.

Most wind turbines are oriented on a horizontal axis, much like an airplane
propeller. Sankars version is fixed up and down, similar to an ancient Persian design.
It resembles a large egg beater and may be installed on existing poles, towers,
rooftops, almost anywhere.
It has become increasingly clear that wind holds the greatest potential for satisfying
the regions and nations need for clean and renewable energy, notes Sankars
advisor, Zbigniew Czajkiewicz, an engineering professor who heads the Universitys
Center for Applied Research in Engineering and Science. There is keen interest from
the energy users weve talked with in regards to the development and commercial
availability of such systems.

Sankar has received a $25,000 University Innovation Grant from Ben Franklin
Technology Partners to test and refine his designs. The system should be
commercially available within two years. The company is currently installing a 60-
foot prototype at Seven Springs Resort in southwestern Pennsylvania, the ideal
testing ground, capable of generating 100kw of electricity.
Floating Windmills
Wind energy is one of the fastest growing energy options today. However, windmills
are not without their drawbacks. Land based and close offshore windmills can ruin
the view and can be somewhat noisy, although modern versions are much quieter
than the originals. As well, winds are not always reliable, blowing in fits and gusts
rather than in a steady rhythm.
Now Live Science is reporting that designers have created floating windmills that can
be anchored between 30 to a hundred miles from shore where they are not in the
way and where winds are stronger and steadier. They are able to generate an
average of 5 megawatts compared to 1.5 for onshore and 3.5 for close offshore
setups.
Because they do need to be built on a solid foundation like conventional windmills,
these babies can be built on shore for a fraction of the cost and then towed into
place with tugboats. As well, they can be shifted around to meet changing energy
requirements up and down the coast.



Obstruction of View, Light or Air
Tower of Superlatives Answers in the Wind

Anda mungkin juga menyukai