Anda di halaman 1dari 14

Iqbal bayu aji

ME’14 Pasundan University

PLTB
1. PENDAHULUAN
Pada zaman sekarang kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat. Krisis
listrik ini sudah sejak lama menjadi persoalan dan telah dipredikasi oleh banyak ahli energi di
Indonesia sejak sepuluh tahun yang lalu. Kebutuhan energi dapat meningkat secara bertahap,
baik ditinjau dari kapasitasnya, kualitasnya maupun ditinjau dari tuntutan distribusinya.
Konsumsi listrik di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Komsumsi listrik Indonesia yang begitu besar
akan menjadi masalah bila dalam penyediaannya tidak sejalan dengan kebutuhan. Kebutuhan
pasokan energi listrik yang terus-menerus dan berkualitas menjadi tuntutan yang harus
dipenuhi oleh negara.
Untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan listrik ini, maka diperlukan sebuah sumber
energi baru yang mampu memenuhi kebutuhan listrik nasional yang semakin besar. Angin,
sebagai sumber yang tersedia di alam dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi
listrik. Angin merupakan sumber energi yang tidak ada habisnya sehingga pemanfaatan sistem
perubahan energi angin akan berdampak positif terhadap lingkungan.
Hal ini dirasa sangat perlu untuk mengetahui lebih dalam mengenai angin dan
pembangkit listrik tenaga angin ini. Selain itu juga perlu diketahui proses pembangkitan listrik
tenaga angin ini sehingga dapat dianalisa kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan
sistem pembangkit listrik lain.

2. PROSES PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK TENAGA ANGIN


Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan
angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit ini dapat
mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau
kincir angin. Sistem pembangkitan listrik menggunakan angin sebagai sumber energi
merupakan system alternatif yang sangat berkembang pesat, mengingat angin merupakan
salah satu energi yang tidak terbatas di alam.

1
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

Cara kerja dari turbin angin itu sendiri adalah ketika angin kecepatan tertentu yang
mengenai sudu, maka sudu tersebut berputar. Dan berputarnya sudu tersebut menyebabkan
rotor generator pada turbin angin bergerak.
Jenis generator yang digunakan adalah magnet permanen. Generator magnet
permanen merupakan jenis generator sinkron yang menggunakan magnet permanen pada
rotornya, rotor yang terdapat magnet ini diletakkan seporos dengan main rotor. Magnet
permanen biasanya menggunakan bahan ferro magnetic.

Setelah pada rotor berputar terjadi perubahan fluks pada stator yang menimbulkan
GGL, dan stator tersebut menghasilkan tegangan AC 3 fasa. Tegangan tersebut kemudian
dihubungkan ke Rectifier untuk disearahkan menjadi tegangan DC.
Selanjutnya setelah tegangan listrik disearahkan, daya tersebut disimpan pada baterai
240 V yang telah dipasang secara palalel dan seri pada rumah induk. Daya yang telah
disimpan tersebut tidak dapat langsung disuplai, karena jenis beban tersebut adalah AC 3 fasa.

2
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

Sehingga perlu menggunakan inverter 3 fasa. Beban 3 fasa tersebut adalah pembuat es balok
yang membutuhkan daya sekitar 6 kW, tetapi untuk saat ini, mesin balok dalam kondisi tidak
beroperasi sehingga turbin angin yang dioperasikan beberapa secarabergantian dari total 21
unit.

3. KLASIFIKASI
Berdasarkan komponen yang digunakan PLTB diklasifikasikan menjadi:
3.1.Desain Turbin
Banyak jenis mesin turbin yang telah dikembangkan, tetapi secara garis besar dapat dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu:
1.HAWT (Horizontal Axis Wind Turbine)
Mempunyai ciri sumbu putar turbin sejajar terhadap tanah. Turbin jenis ini
paling banyak dikembangkan di berbagai negara. Cocok dipakai untuk menghasilkan
listrik. Terdiri dari dua tipe, yaitu mesin upwind dan mesin downwind.
a. Mesin upwind: rotor berhadapan dengan angin. Rotor didesain tidak
fleksibel, dan diperlukan mekanisme yaw untuk menjaga rotor agar tetap berhadapan
dengan angin.
b.Mesin downwind: rotor ditempatkan di belakang tower. Rotor dapat dibuat
lebih fleksibel, tanpa menggunakan mekanisne yaw, sehingga mengurangi berat, lebih
ringan daripada mesin upwind. Kelemahannya adalah bahwa angin harus melewati
tower terlebih dulu sebelum sampai pada rotor, sehingga menambah beban (fatigue
load) pada turbin

2.VAWT (Vertical Axis Wind Turbine)


Vertical Axis Wind Turbine memiliki ciri sumbu putar vertikal terhadap tanah.
Turbin jenis ini jarang dipakai untuk turbin komersial. Rotornya berputar relatif pelan
(di bawah 1000rpm), tetapi memiliki momen gaya yang kuat, sehingga dapat dipakai
untuk menggiling biji-bijian, pompa air, tetapi tidak cocok untuk menghasilkan listrik
(di atas 1000 rpm cocok untuk menghasilkan listrik). Sebenarnya dapat dipakai

3
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

gearbox untuk menaikkan kecepatan putarnya, tetapi efisiensinya turun dan mesin sulit
untuk dimulai. VAWT terdiri dari dua tipe, yaitu:
a.Tipe dorong
Pada tipe dorong terjadi bila TSR<1 artinya lebih banyak bagian blade yang
mengalami gaya dorong, Seperti pada mangkuk anemometer. Memiliki bentuk yang bervariasi,
seperti ember, dayung, layar, tangki. Rotornya berbentuk S (bila dilihat dari atas). Kecepatan
maksimum blade yang dihasilkan hampir sama dengan kecepatan angin. Ujung blade tidak
pernah bergerak lebih cepat daripada kecepatan angin. Turbin jenis ini memiliki efisiensi daya
yang rendah.

b. Tipe angkat
Pada tipe angkat terjadi bila TSR>1 artinya lebih banyak bagian blade yang
mengalami gaya angkat, seperti pada turbin Darrius. Masing-masing blade memperlihatkan
momen gaya angkat maksimum hanya dua kali setiap putaran dan daya keluarannya berbentuk
sinusoida.Ukuran blade relatif besar dan tinggi, sehingga menimbulkan getaran. Turbin jenis
ini memiliki efisiensi daya yang lebih tinggi.

3.2 Generator
Berdasarkan arus yang dihasilkan. Generator dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu generator AC dan generator DC. Generator AC menghasilkan arus bolak-balik (AC) dan

4
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

generator DC menghasilkan arus searah (DC). Baik arus bolak-balik maupun searah dapat
digunakan untuk penerangan dan alat-alat pemanas.

3.3 Transformator
Transformator adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan
pertama (primer) yang bertindak sebagai input, kumparan kedua (sekunder) yang bertindak
sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan.
Prinsip kerja dari sebuah transformator, ketika kumparan primer dihubungkan dengan sumber
teganngan bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan
magnet yang berubah.
Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik
rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder lebih
banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns>Np).
Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik
tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer lebih
banyak daripada jumlah lilitan primer (Np>Ns).

4. BAGIAN DAN FUNGSI


Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang mengkonversikan energi angin menjadi energi
listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin.
4.1 Turbin Angin
Turbin angin yang digunakan pembangkit listrik tenaga bayu / angin (PLTB) tersusun
dari berbagai komponen.
4.4.1 Komponen Turbin Angin

5
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

1. Blades
Kebanyakan turbin baik dua atau tiga pisau. Angin bertiup di atas menyebabkan pisau-
pisau untuk mengangkat dan berputar.
2. Rotor
Pisau dan terhubung bersama-sama disebut rotor.
3. Pitch
Untuk mengontrol kecepatan rotor dan menjaga rotor berputar dalam angin yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk menghasilkan listrik.
4. Brake
Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada titik
aman saat terdapat angin yang besar
5. Low Speed Shaft
Mengubah poros rotor kecepatan rendah sekitar 30-60 rotasi per menit
6. Gear Box
Gearbox adalah bagian mahal (dan berat) dari turbin angin dan insinyur generator
mengeksplorasi direct-drive yang beroperasi pada kecepatan rotasi yang lebih rendah
dan tidak perlu kotak gigi.
7. Generator
Berfungsi mengkonversi energi putar menjadi energi listrik.
8. Controller

6
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

Pengontrol mesin mulai dengan kecepatan angin sekitar 8-16 mil per jam (mph) dan
menutup mesin turbin sekitar 55 mph. tidak beroperasi pada kecepatan angin sekitar 55
mph di atas, karena dapat rusak karena angin yang kencang.
9. Anemometer
Mengukur kecepatan angin dan mengirimkan data kecepatan angin ke pengontrol.
10. Wind Vane
Tindakan arah angin dan berkomunikasi dengan yaw drive untuk menggerakkan turbin
dengan koneksi yang benar dengan angin
11. Nacelle
Nacelle berada di atas menara dan berisi gear box, poros kecepatan rendah dan tinggi,
generator, kontrol dan rem.
12. High speed Shaft Drive generator
Poros yang berhubungan langsung dengan rotor generator.
13. Yaw Drive
Yaw drive yang digunakan untuk menjaga rotor menghadap ke arah angin sebagai
perubahan arah angin.
14. Yaw Motor
Kekuatan dari drive yaw
15. Tower
Menara yang terbuat dari baja tabung, beton atau kisi baja.Karena kecepatan angin
meningkat dengan tinggi, menara tinggi memungkinkan turbin untuk menangkap lebih
banyak energi dan menghasilkan listrik lebih banyak.

5. TINJAUAN ASPEK
5.1 Lingkungan
Secara umum tempat-tempat yang baik untuk pemasangan turbin angin antara
lain:
1. Celah di antara gunung. Tempat ini dapat berfungsi sebagai nozzle, yang
mempercepat aliran angin.

7
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

2. Dataran terbuka. Karena tidak ada penghalang yang dapat memperlambat


angin, dataran terbuka yang sangat luas memiliki potensi energi angin yang besar.
3. Pesisir pantai. Perbedaan suhu udara di laut dan di daratan menyebabkan
angin bertiup secara terus menerus.
Walau pada dasarnya turbin angin dapat dipasang di mana saja di tempat-
tempat tersebut di atas, pengkajian potensi angin tetap harus dilakukan untuk
mendapatkan suatu sistem konversi energi angin yang tepat. Pengkajian potensi energi
angin di suatu tempat dilakukan dengan mengukur dan menganalisis kecepatan dan
arah angin. Analisis data angin dilakukan dengan menggunakan metoda statistik untuk
mencari kecepatan angin rata-rata, durasi kecepatan angin dan distribusi frekwensi
data angin. Jika informasi mengenai arah angin juga tersedia, analisis dengan
menggunakan metoda wind rose dapat dilakukan untuk mengetahui kecepatan rata-rata,
frekwensi dan energi angin di setiap arah mata angin.
Pada prakteknya, penentuan tempat pemasangan sistem konversi energi angin
dapat ditentukan dengan cara:
• Pilih Tempat. Tempat ditentukan sesuai kebutuhan, kemudian potensi energi
angin dikaji dari data yang didapat. Cara ini mempertimbangkan:
− aksesibilitas baik untuk pekerjaan konstruksi maupun perawatan,
− kondisi sosial budaya setempat,
− kepentingan lain
• Pilih Potensi. Pemilihan tempat berdasarkan besarnya potensi energi angin
yang tersedia. Semakin besar kecepatan angin rata-rata di suatu tempat akan semakin
baik. Semakin tinggi potensi energi yang tersedia akan memberikan keuntungan
berupa ukuran sistem konversi energi angin yang semakin kecil dan tidak perlu terlalu
efisien sehingga pembuatannya akan lebih mudah dan murah.
Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam pemasangan sistem konversi energi angin,
antara lain:
o Untuk kegunaan elektrikal jarak tempat pemasangan harus cukup dekat dengan
beban pengguna agar tidak ada kerugian yang berlebih. Pengurangan tegangan
lebih dari 5% sudah dianggap sangat besar untuk sistem tegangan 12 VDC dan 24

8
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

VDC. Jarak lebih dari 300 m harus dihindari kecuali jika digunakan tegangan
tinggi 220 VAC.
o Tempat pemasangan harus dilindungi atau dipagari agar terhindar dari aksi
perusakan. Sebaiknya lokasi pemasangan harus dapat dipantau dengan mudah dari
jalan atau tempat beban pengguna. Tempat-tempat di mana terdapat kecepatan
angin yang sangat kencang dan dapat merusak pada waktu-waktu tertentu tidak
direkomendasikan.
o Aliran angin di dekat permukaan bumi akan semakin mengecil dan mencapai harga
nol di permukaan tanah. Profil kecepatan angin ini disebut dengan lapisan batas
atmosfir. Permukaan bumi memiliki tingkat kekasaran yang berbeda-beda.
Semakin kasar permukaan bumi akan semakin tebal lapisan batas atmosfir. Dengan
semakin besarnya lapisan batas atmosfer maka kecepatan angin pada ketinggian
tertentu akan semakin kecil. Dengan demikian tempat pemasangan harus diarahkan
pada tempat dengan tingkat kekasaran yang rendah seperti daerah lepas pantai,
daerah pantai, padang rumput, dan tempat-tempat dengan tumbuh-tumbuhan dan
bangunan yang tidak terlalu tinggi.
o Turbin angin yang digunakan untuk keperluan pengisian batere biasanya
ditempatkan di perahu, bangunan atau rumah. Lokasi pemasangan harus
diperhatikan agar aliran yang datang pada sistem konversi energi angin ini tidak
turbulen atau tidak berbalik arah di bagian belakang. Untuk hal ini ada aturan atau
konvensi bahwa turbin angin harus lebih tinggi sekitar 10 m dari pohon atau
bangunan tertinggi di tempat tersebut. Lokasi pemasangan juga setidaknya harus
berjarak minimal sekitar 10 kali dari diameter rotor terhadap hambatan atau
rintangan terdekat.
5.2 Pertimbangan Aerodinamik
Rancangan aerodinamik yang sangat baik akan meningkatkan efisiensi sudu dan
efisiensi rotor. Hal yang harus diperhatikan di sini adalah bahwa optimisasi antara biaya
perancangan aerodinamik dengan peningkatan daya yang dihasilkan harus cukup rasional.
Perhitungan efisiensi rotor kadang kala membutuhkan komputasi dengan biaya tinggi dan

9
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

waktu yang lama. Hal ini tentu tidak perlu dilakukan jika peningkatan efisiensinya tidak
sebanding.
Sudu yang dirancang dengan pertimbangan aerodinamik yang sangat baik biasanya
menghasilkan geometri sudu yang kompleks. Bentuk geometri yang kompleks tentu akan
mempertinggi tingkat kesulitan dan juga biaya pembuatan.
Dengan demikian pertimbangan aerodinamik yang tepat diharapkan dapat
memberikan rekomendasi bentuk sudu dan rotor yang tepat yang memiliki efisiensi cukup
untuk suatu kegunaan tertentu (baik mekanikal maupun elektrikal), sehingga tidak
menghabiskan biaya tinggi untuk desain dan pembuatan.
Secara teknis rancangan aerodinamik yang baik akan memberikan keluaran berupa
distribusi sudut pasang dan distribusi panjang chord sudu yang tepat. Perancangan
aerodinamik lebih lanjut akan menyarankan modifikasi airfoil (bentuk irisan melintang
sudu) menjadi bentuk yang tidak konvensional. Bahkan pada tahap desain lanjut dapat juga
diciptakan bentuk-bentuk airfoil baru yang tidak sama distribusinya dari pangkal hingga ke
ujung sudu.
Secara ideal bentuk airfoil sudu harus mempunyai efisiensi aerodinamik yang
paling tinggi. Tetapi pembuatannya secara teknis cukup sulit dan membutuhkan biaya yang
tinggi. Untuk penerapan yang praktis ekonomis, biasanya dipilih rancangan aerodinamik
yang optimal.
Efisiensi aerodinamik yang dimaksud di sini adalah perbandingan antara gaya
angkat dan gaya hambat dari profil airfoil sudu. Contoh dari efisiensi aerodinamik untuk
pelat datar dan airfoil NACA series (44xx dan 230xx), pada bilangan Reynold 105 dan
1.5x105 diperlihatkan masing-masing pada Gambar 1.10-Gambar 1.12 di bawah ini.

10
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

5.3 Pertimbangan Struktur


Rancangan struktur yang baik dan komprehensif sangat menentukan usia dan kekuatan
konstruksi terhadap beban-beban yang bekerja. Struktur juga harus dirancang untuk dapat
menahan beban dari kejutan angin (gust wind load).
Perhitungan struktur dapat dilakukan dengan mempertimbangkan semua gaya
maksimum yang bekerja lalu menganalisisnya untuk setiap bagian atau komponen struktur.
Dari analisis struktur kemudian dirancang dimensi sudu, rotor dan sistem pendukung seperti
turn mechanism, ekor pengarah dan tiang.
Selain analisis struktur, aspek lingkungan yang dapat merugikan khususnya sifat karat
bahan juga harus diperhatikan. Untuk menghindari karat, konstruksi harus dilakukan di tempat
yang tidak terlalu lembab.

6. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


6.1 Kelebihan
 Ramah lingkungan
 Berasal dari sumber energi terbarukan
 Dapat berkontribusi dalam ketahanan energi dunia di masa depan

6.2 Kekurangan
 Tidak meratanya ketersediaan angin di tiap daerah

11
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

 Biaya instalasi masih relatif tinggi


 Dipengaruhi oleh faktor alami/cuaca

7. PENELITIAN
7.1 Tujuan
Mengetahui Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Tipe Horisontal

7.2 Prosedur
Diagram Alir Penelitian

7.3 Alat dan Bahan


1. Multimeter untuk mengukur tegangan dan arus.

12
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

2. Tachometer untuk mengukur kecepatan putaran mesin (rotor generator).


3. Anemometer sebagai pengukur kecepatan angin.
4. EmergencyLED dengan nameplate6volt,4,5A sebagai beban.
5. Transformator step-Up untuk menaikan tegangan outputgenerator.
6. Kunci Ring, Pass, Obeng, Tang untuk perakitan alat.

7.4 Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan analisa maka dapat disimpulkan bahwa turbin angin
horizontal dengan dua kipas 8 bilah mampu menghasilkan tegangan 75 volt dan arus sebesar
0,38 mA pada kecepatan 585 rpm dengan kecepatan angin 4,6 m/s. Dan turbin angin
horizontal dengan dua kipas 6 bilah mampu menghasilkan tegangan 95 volt dan arus sebesar
0,48 mA pada kecepatan 685 rpmengan kecepatan angin 5,6 m/s. Pada system pembangkit ini
mampu dibebani lampu emergency dengan nameplate 6 volt 4,5 Ah dan dapat mengisi lampu
Emergency pada tegangan 40 volt.

13
Iqbal bayu aji
ME’14 Pasundan University

DAFTAR PUSTAKA
Desriansyah, 2006, Analisis Teknis Sudu Kincir Angin Tipe Sumbu Horizontal Dari
Bahan Fibreglass, Indralaya.
Muhammad Hasan Ashari widodo, 2011, Modifikasi Generator Sebagai Penghasil
Listrik Untuk PLTB Tipe Vertikal Axis, Surakarta.
Nugroho Armunanto, 1997, Pengetahuan Dan Perbaikan Kelistrikan Mobil, Semarang,
Penerbit Dahara Prize.
Pudjanarsa Astu, 2006, Mesin Konversi Energi, Yogyakarta, Penerbit ANDI.
Setiono Puji, 2006, Pemanfaatan Alternator Mobil Sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Angin, Semarang.
Y. Daryanto, 2007, Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu,
Yogyakarta.
Yudhi Prasetyo, 2011, Pemanfaatan Turbin Vertical AxisTipe H Pada Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Dalam Skala Kecil, Surakarta.
https://elkace.files.wordpress.com/2008/02/kincir_angin.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai