Anda di halaman 1dari 36

ABSTRAK

Generator merupakan suatu peralatan yang mengubah energy mekanik menjadi energy
listrik. Pada kapal generator digunakan sebagai pembangkit listrik, dan merupakan sumber listrik
dari seluruh ketersediaan listrik di kapal. Pada umumnya generator di rangkai secara pararel
dengan tujuan effisiensi, mendapatkandaya yang lebih besar,dan menjamin kontinyuitas
ketersediaan daya listrik, Pararel Generator adalah metode penggunaan dua atau lebih generator
secara bersamaan yang dihubungkan secara parallel. Ada 2 metode untuk mempararelkan
generator, metode gelapterang dan dengan metode gelap gelap. Prinsip pada metode gelap
gelap yang dipakai adalah fasa sama, dalamhalini U-U, V-V dan W-W. Sehingga tidak ada
perbedaan tegangan yang dihasilkan, oleh karena itu saat disinkronkan lampu akan mati atau
gelap sedang kan pada metode gelap terang, salah satu fasa yang dikombinasikan adalah U-V
dan V-U dan yang tetap fasanya adalah W-W. Pada fasa U-V dan V-U ada perbedaan tegangan
yang menyebabakan lampu tersebut menyala sehingga akan ada 2 lampu yang menyala dan 1
lampu yang mati. Pararel generator memperhatikan beberapa syarat dalam mempararelkan dua
buah generator seperti urutan fasa yang sama, frekuensi yang sama, dan tegangan yang sama.
Pengaruh dari pararel generator ini adalah terjadinya load share dan load factor, load share
adalah dimanater jadi distribusi beban antar generator yang demikian maka dipergunakan alat
load share untuk membagi beban generator secara proporsional berdasarkan kapasitas generator
sementara load factor adalah perbandingan dari rata-rata output atau beban terhadap maksimum
output atau beban dalam suatu periode terhadap beban puncak yang terjadi pada periode tersebut.
Pada percobaan salah satunya adalah yang kami lakukan pada pararel generator metode gelap
gelap. Pada metodegelap gelap beban nol nilai tegangan dan frekuensi sama besar sesuai
dengan syarat pararel generator yaituse besar 220 V dan 53 Hz. Nilai arus sebelum dipararelkan
sebesar 0.086 A pada generator 1 dan 0.093 A pada generator 2, sehingga saat dipararelkan
arusnya berubah menjadi 0.315 A, sebelum di pararelkan generator 1 45,408 dan generator 2
memilikidaya 49,104 watt tetapisetelah di pararelkan menjadi 94,512 watt. Generator banyak
aplikasinya pada marine dan non marine,pada bidang non marine kerap digunakandi generator
pembangkit listrik bidang marine digunakan di bidang marine contohnya seperti generator pada
steam turbine, diesel generator, gensetdan MVPP (Marine Vehicle Power Plant).
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Paralel generator adalah suatu rangkain listrik yang menggabungkan dua generator atau
lebih yang disusun secara parallel, dimana rangkaian ini dapat digunakan secara terus menerus
ataupun secara bergantian. Pararel generator sendiri mempunyai kelebihannya diantaranya agar
beban kerja generator tidak dipaksa pada kondisi maksimumnya, kinerja generator dapat bekerja
bergiliran tanpa terputusnya aliran listrik. Pembagian beban yang ditanggung oleh masing-
masing generator yang bekerja paralel akan tergantung jumlah masukan bahan bakar dan udara
untuk pembakaran mesin diesel, bila mesin penggerak utamanya diesel atau bila mesin-mesin
penggeraknya lain maka tergantung dari jumlah (debit) air ke turbin air, jumlah (entalpi) uap/gas
ke turbin uap/gas atau debit aliran udara ke mesin baling-baling.

1.2 Rumusan Masalah


1.Bagaimana perbedaan metode gelap-gelap dengan gelap-terang pada parallel

generator?

2.Bagaimana karakteristik paralel generator pada saat dibebani?

3.Bagaimana load share pada parallel generator yang dibebani?

1.3 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui perbedaan metode gelap-gelap dan gelap-terang pada paralel generator


2. Mengetahui karakteristik paralel generator pada saat dibebani
3. Mengetahui Loadshare (pembagian daya) pada generator yang dibebani
BAB II

DASAR TEORI

I.1. Pengertian dan Prinsip Kerja Generator

Generator merupakan suatu peralatan yang mengubah energi mekanik menjadi energi
listrik, kebanyakan generator digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Energi mekanik
yang diperoleh dari generator dapat berasal dari motor bakar diesel, kincir angin, kincir air,
dan dapat di kopling dengan suatu motor yang lain, yang jika dalam perkapalan kebanyakan
menggunakan motor induk.

Gambar1.1 : Generator
Sumber : www.generatorrentaldubai.com
Alasan dalam suatu perencanaan listrik perlu menghitung beban adalah untuk dapat
menghitung / memprediksi beban-beban peralatan elektronik yang akan dihidupkan dengan
generator sehingga dapat menentukan kapasitas daya yang dihasilkan oleh generator.
Generator memiliki 2 bagian yaitu :
A. Rotor
Bagian yang berputar dari motor yang mempunyai bagian terdiri dari poros, inti,
kumparan, dan sikat-sikat. Dan berfungsi untuk menghasilkan medan magnet. Antara rotor
dan stator dipisahkan oleh celah udara.
1. Pada bagian inti kutub terdapat poros dan inti rotor yang memiliki fungsi sebagai jalan atau
jalur fluks magnet yang dibangkitkan oleh kumparan medan.
Gambar2.1.1 -- Rotor
( Sumber: fabricast.com)

B. Stator
Stator merupakan elemen diam yang terdiri dari Rangka Stator, Inti Stator dan belitan-
belitan Stator (belitan jangkar). Bagian stator, terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1. Inti stator. Bentuk dari inti stator berupa cincin laminasi-laminasi yang diikat serapat mungkin
untuk menghindari rugi-rugi arus. Pada inti ini terdapat slot-slot untuk menempatkan
konduktor untuk mengatur arus medan magnet.
2. Belitan stator. Bagian stator yang terdiri dari beberapa batang konduktor yang terdapat di
dalam slot dan ujung-ujung kumparan. Masing-masing slot dihubungkan untuk mendapat
tegangan induksi.
3. Rumah stator. Umumnya terbuat dari besi tuang yang berbentuk silinder. Bagian belakang
rumah stator biasanya memiliki sirip sebgai alat bantu dalam proses pendinginan.

Gambar2.1.2 -- Stator
( Sumber: fabricast.com )

Generator bekerja dengan prinsip yang berlawanan dari motor. Generator mengubah
energi mekanik menjadi energi listrik. Pada dasarnya cara kerja dari generator hampir sama
dengan cara kerja motor. Hanya saja, pada motor dimana rotor bergerak akibat arus listrik dari
stator yang menginduksi rotor. Sedangkan pada generator, rotor yang sudah terlebih dahulu
bergerak akibat poros rotor yang dikopel dengan sistem lain akan memotong medan magnet
sehingga timbulnya arus.
Arus listrik yang ditimbulkan itulah yang menjadi output dari generator. Sehingga
generator dikenal sebagai suatu alat yang mengubah energi mekanik (berupa gerakan rotor)
menjadi energi listrik (berupa arus). Gerakan rotor diperoleh dari primeover yang dapat
berupa mesin diesel, tenaga uap, maupun tenaga air.
Gambar 2.1.3 -- Prinsip Kerja Generator
( Sumber : generator(AC).wordpress.com )
2.2. Pengertian dan Prinsip Kerja Parallel Generator

Pararel generator adalah metode penggunaan dua atau lebih generator secara
bersamaan yang dihubungkan secara paralel. Berikut ini adalah fungsi spesifik dari
generator yang diparalelkan:
1. Salah satu dari generator berfungsi sebagai emergency agar pasokan daya tetap
kontinyu.
2. Memperbesar kapasitas daya yang dihasilkan.
3. Efisiensi penggunaan daya
Prinsip Kerja umum Parallel Generator
1. dimulai dari pasokan listrik ke beban dimulai dengan menghidupkan satu
generator,
2. kemudian secara sedikit demi sedikit beban dimasukkan sampai dengan
kemampuan generator tersebut,
3. selanjutnya menghidupkan lagi generator berikutnya dan memparalelkan
dengan generator pertama untuk memikul beban yang lebih besar lagi.
4.Saat generator kedua diparalelkan dengan generator pertama yang sudah
memikul beban diharapkan terjadinya pembagian beban yang semula ditanggung
generator pertama, sehingga terjadi kerjasama yang meringankan sebelum beban-
beban selanjutnya dimasukkan.
Pada praktikum yang digunakan adalah jenis generator DC dan AC, dimana
generator AC dihidupkan dahulu untuk pasokan listrik ( regulator ) ke beban, kemudian
sedikit demi sedikit beban dimasukkan sampai dengan kemampuan generator tersebut.
Selanjutnya menghidupkan generator DC dan memparalelkannya dengan generator AC
untuk memikul beban yang lebih besar lagi.Saat generator DC diparalelkan dengan
generatorAC yang sudah memikul beban diharapkan terjadinya pembagian beban yang
semula ditanggung generator AC, sehingga terjadi kerjasama yang meringankan, sebelum
beban-beban selanjutnya dimasukkan. Seberapa besar pembagian beban yang ditanggung
oleh masing-masing generator yang bekerja paralel akan tergantung jumlah masukan
bahan bakar dan udara untuk pembakaran mesin diesel, bila mesin penggerak utamanya
diesel atau tergantung dari mesin penggerakknya.
Pada generator motor DC membutuhkan 2 rectifier, ini bertujuan membagi input
untuk motor DC dan stator DC nya, dimana satu rectifier dihubungkan ke motor DC dan
yang satunya lagi dihubungkan ke stator. Dan juga sebagai pengatur tegangan dan
frekuensi pada panel board yang digunakan praktikum.Sedang pada generator motor AC
menggunakan satu rectifier, rectifier ini digunakan sebagai tenaga awal menggerakkan
motor.

2.3. Cara Memparallel Generator

Ada beberapa cara untuk memparalelkan generator, yaitu:

a. Lampu Cahaya Berputar dan Volt-meter

Dengan rangkaian pada gambar 2.3.1, pilih lampu dengan tegangan kerja dua kali
tegangan fasa-netral generator atau gunakan dua lampu yang dihubungkan secara seri. Dalam
keadaan saklar S terbuka operasikan generator, kemudian lihat urutan nyala lampu. Urutan
lampu akan berubah menurut urutan L1 L2 L3 L1 L2 L3.

Gambar 2.3.1. Rangkaian Paralel Generator.

Gambar 2.3.2. Kondisi pertama lampu berputar.

Perhatikan Gambar 2.3.2, pada keadaan ini L1 paling terang, L2 terang, dan L3 redup.
Gambar 2.3.3. Kondisi ke 2 lampu berputar

Perhatikan Gambar 2.3.3 , pada keadaan ini:


L2 paling terang
L1 terang
L3 terang

Gambar 2.3.4. Kondisi ke 3 lampu berputar.

Perhatikan gambar 2.3.3, pada keadaan ini,


L1 dan L2 sama terang
L3 Gelap dan Voltmeter=0 V

Pada saat kondisi ini maka generator dapat diparalelkan dengan jala-jala (generator lain)

b. Voltmeter, Frekuensi Meter dan Synchroscope

Gambar 2.3.3 Panel


( Sumber : Foto Praktikum Kelompok 10)
Pada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik, untuk indikator paralel generator
banyak yang menggunakan alat Synchroscope. Penggunaan alat ini dilengkapi dengan
Voltmeter untuk memonitor kesamaan tegangan dan Frekuensi meter untuk kesamaan
frekuensi. Ketepatan sudut fasa dapat dilihat dari synchroscope.Bila jarum penunjuk
berputar berlawanan arah jarum jam, berarti frekuensi generator lebih rendah dan bila
searah jarum jam berarti frekuensi generator lebih tinggi. Pada saat jarum telah diam
dan menunjuk pada kedudukan vertikal, berarti beda fasa generator dan jala-jala telah
0 (Nol) dan selisih frekuensi telah 0 (Nol), maka pada kondisi ini saklar dimasukkan
(ON). Alat synchroscope tidak bisa menunjukkan urutan fasa jala-jala, sehingga untuk
memparalelkan perlu dipakai indikator urutan fasa jala-jala.
C. Paralel Otomatis

Gambar 2.3.4 -- Synchroscope


( Sumber : http://dunia-listrik.blogspot.com/ )

Paralel generator secara otomatis biasanya menggunakan alat yang secara


otomatis memonitor perbedaan fasa, tegangan, frekuensi, dan urutan fasa.Apabila
semua kondisi telah tercapai alat memberi suatu sinyal bahwa saklar untuk paralel
dapat dimasukkan.
Agar semua persyaratan yang dibutuhkan terpenuhi maka diperlukan suatu metode,
yaitu metode sinkronisasi. Apabila pada saat generator dalam keadaan tepat sinkron,
tegangan kedua generator tersebut sama besar dan saling berlawanan. Untuk melihat
hal tersebut diatas dapat digunakan tiga buah metode ,yaitu metode hubungan lampu
gelap - terang , metode hubungan gelap gelap dan metode terang-terang, namun pada
praktikum hanya melakukan percobaan metode gelap-terang .Dalam instalasi modern
digunakan alat sinkronoskop, karena dengan bantuan alat ini generator dapat dirangkai
secara sangat cepat. Pada prinsipnya alat ini terdiri dari sebuah alat ukur persamaan
fasa dan sebuah instrumen pengukur induksi dengan jarum penunjuk di belakang
sebuah kaca buram dan dapat bergerak ke kanan-kiri. Jarum itu diterangi oleh sebuah
lampu fasa dalam rangkaian pijar. Apabila jarum mengayun, maka dari arah geraknya
dapat diketahui, apakah generator yang hendak di rangkai harus berputar lebih cepat
atau lebih lambat.
2.4. Syarat Parallel Generator

Pada saat memparalelkan generator, maka generator pertama dinyalakan terlebih


dahulu. Pada saat pembebanan di generator pertama mencapai konstan, maka generator
kedua dihidupkan dan diparalelkan dengan generator pertama. Hal yang perlu diingat
adalah frekuensi ,tegangan dan urutan phasa dari kedua generator ini harus sama, sebab
frekuensi yang berbeda dapat menimbulkan leading/lagging yang menyebabkan
pembebanan tambahan bagi salah satu generator.
Pada saat kedua generator telah diparalelkan maka pembebanan yang pada awal
mulanya hanya pada generator pertama akan terbagi juga ke generator kedua. Besar
pembagian beban yang ditanggung oleh masing-masing generator tergantung jumlah
bahan bakar dan udara yang masuk ke mesin diesel. Jika mesin penggerak utamanya
adalah turbin maka tergantung dari jumlah debit air/udara ke turbin, ataupun jumlah
entalpi.
Generator tidak dapat diparalelkan secara sembarangan. Sebab kesalahan pada
saat memparalelkan generator dapat merusak generator itu sendiri. Berikut ini adalah
syarat-syarat paralel generator:
Frekuensi generator yang sama
Pada saat hendak parallel, dua buah genset tentu tidak mempunyai frekuensi
yang sama persis. Jika mempunyai frekuensi yang sama persis maka genset
tidak akan bisa parallel karena sudut phasanya belum match, salah satu harus
dikurang sedikit atau dilebihi sedikit untuk mendapatkan sudut phase yang
tepat. Setelah dapat disinkron dan berhasil sinkron baru kedua genset
mempunyai frekuensi yang sama sama persis.
Urutan fasa yang sama
Yang dimaksud urutan phase adalah arah putaran dari ketiga phase. Arah
urutan ini dalam dunia industri dikenal dengan nama CW ( clock wise ) yang
artinya searah jarum jam dan CCW (counter clock wise ) yang artinya
berlawanan dengan jarum jam. Hal ini dapat diukur dengan alat phase
sequence type jarum.
Tegangan yang sama
Adanya tegangan kerja yang sama diharapkan pada saat diparalel dengan
beban kosong power faktornya 1. Dengan power factor 1 berarti tegangan
antara 2 generator persisi sama . Jika 2 sumber tegangan itu berasal dari dua
sumber yang sifatnya statis misal dari battery atau transformator maka tidak
akan ada arus antara kedunya.
Sudut fase yang sama
Mempunyai sudut phase yang sama bisa diartikan , kedua phase dari 2 genset
mempunyai sudut phase yang berhimpit sama atau 0 derajat.
Gambar Sudut fasa berhimpit hingga 0 derajat
( Sumber : http://dunia-listrik.blogspot.co.id/ )
2.5. Sinkronoskop

Metoda sederhana yang dipergunakan untuk mensikronkan dua generator atau lebih
adalah dengan mempergunakan sinkroskop lampu. Yang harus diperhatikan dalam metoda
sederhana ini adalah lampu lampu indikator harus sanggup menahan dua kali tegangan antar
fasa.

a. Sinkronoskop Lampu Gelap


Jenis sinkronoskop lampu gelap pada prinsipnya menghubungkan antara ketiga fasa,
yaitu U dengan U, V dengan V dan W dengan W.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.5.1 -- Skema Sinkronoskop Lampu Gelap

( Sumber : http://eprints.undip.ac.id )
Pada hubungan ini jika tegangan antar fasa adalah sama maka ketiga lampu akan gelap yang
disebabkan oleh beda tegangan yang ada adalah nol. Demikian juga sebaliknya, jika lampu
menyala maka diantara fasa terdapat beda tegangan.

b. Sinkronoskop Lampu Terang


Jenis sinkronoskop lampu terang pada prinsipnya menghubungkan antara ketiga fasa,
yaitu U dengan V, V dengan W dan W dengan U.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.5.2 -- Skema Sinkronoskop Lampu Terang

( Sumber : http://eprints.undip.ac.id )

Sinkronoskop jenis ini merupakan kebalikan dari sinkronoskop lampu gelap. Jika antara
fasa terdapat beda tegangan yang ada adalah 0 maka ketiga lampu akan menyala sama terang dan
generator siap untuk diparalel. Kelemahan dari sinkronoskop ini adalah kita tidak mengetahui
seberapa terang lampu tersebut sampai generator siap diparalel.

c. Sinkronoskop Lampu Terang Gelap


Sinkronoskop jenis ini dapat dikatakan merupakan perpaduan antara sinkronoskop lampu
gelap dan terang. Prinsip dari sinkronoskop ini adalah dengan menghubungkan satu fasa sama
dan dua fasa yang berlainan, yaitu fasa U dengan fasa U, fasa V dengan fasa W dan fasa W
dengan fasa V.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini.

Gambar 2.5.3 -- Skema sinkronoskop lampu terang gelap

( Sumber : http://eprints.undip.ac.id )
2.6. Metode dalam Memparallelkan Generator

2.6.1 Metode hubungan lampu gelap - terang


Misalkan generator G2 akan diparalel dengan generator yang telah dioperasikan
sebelumnya yaitu generator G1. Mula-mula G2 diputar dengan penggerak mula
mendekati putaran sinkronnya, lalu penguatan If diatur hingga tegangannya sama dengan
tegangan G1.

Untuk mendekati frekuensi dan urutan fasa kedua tegangan digunakan alat
pendeteksi berupa lampu sinkronoskop hubungan gelap-terang.

Pada metode ini, rangkaian disusun sebagai berikut :

Gambar 2.6.1 -- Metode Gelap-Terang

( Sumber : Modul praktikum listrik dan otomasi 1 )

Menurut buku Marine Electrical hal 57 pada gambar 2.1 diatas lampu
sinkronoskop dapat nyala-mati dikarenakan bahwa dikarenakan ada lampu yang tidak
dihubungkan dengan fase yang sama sehingga dua lampu akan terang dan yang lainnya
akan gelap.

Pada gambar tersebut tampak bahwa ketiga lampu dihubungkan pada phase-phase
yang telah ditentukan. Lampu L1 dihubungkan pada phase R1 dan phase R2 ; lampu L2
dihubungkan pada phase S1 dan phase T2 ; sedangkan lampu L3 dihubungkan pada phase
T1 dan phase S2.

Jika rangkaian untuk paralel itu benar (urutan fasa sama ), lampu L1, L2 dan L3
akan hidup mati secara bergantian dengan sangat lambat. Untuk mengetahui bahwa fasa
kedua tegangan sama, saklar ditutup. Apabila fasa kedua tegangan sama maka L1 akan
mati, sedangkan L2 dan L3 akan menyala.

2.6.2 Metode hubungan lampu gelap gelap


Pada metode ini, rangkaian disusun sebagai berikut :

Gambar 2.4.2 -- Metode Gelap-Gelap

(Modul praktikum listrik dan otomasi 1)

Pada gambar tersebut tampak bahwa ketiga lampu dihubungkan pada phase-phase
yang sama. Lampu L1 dihubungkan pada phase R1 dan phase R2 ; lampu L2 dihubungkan
pada phase S1 dan phase S2 ; sedangkan lampu L3 dihubungkan pada phase T1 dan phase
T2.

Cara kerjanya sama dengan metode gelap-terang. Apabila rangkaian paralel itu
benar ( urutan fasa sama ) ketiga lampu akan menyala-mati-menyala secara bersamaan
dengan tempo yang lambat. Untuk mengetahui fasa kedua tegangan sama, saklar ditutup.
Apabila fasa ke dua tegangan sama, maka ketiga lampu akan mati.

2.6.3 Metode hubungan terang-terang


Cara kerjanya sama dengan metode gelap-terang. Apabila rangkaian paralel itu
benar ( urutan fasa sama ) ketiga lampu akan menyala sangat terang - menyala sangat
terang -menyala sangat terang secara bersamaan dengan tempo yang lambat. Pada
praktikum ini tidak menggunakan metode ini karena terang yang seperti apa masih belum
tahu.
2.7. Loadshare

Load Share adalah pembagian beban pada 2 buah generator. Pada awal mula
dioperasikan hanya menggunakan 1 buah generator yang menanggung semua beban,
setelah 2 generator bisa dioperasikan secara perarell maka beban akan dibagi rata pada
tiap generator.
Permasalahan yang timbul untuk memparalelkan generator dengan kapasitas yang
berbeda adalah terjadinya overload pada generator yang kapasitasnya lebih rendah. Untuk
mengatasi permasalahan ini terlebih dahulu kita mengetahui karateristik dari setiap
generator. Karateristik yang dimaksud adalah karateristik daya terhadap putaran atau
frekuensi. Selain itu karateristik dari masing-masing generator harus mempunyai droop
yang sama. Dengan karateristik yang demikian kita dapat melakukan pengaturan daya
generator sehingga dapat mencapai prosentase yang sama pada masing-masing unit
generator yang dipararel. Implementasi dari karateristik tersebut adalah dengan diagram
karateristik frekuensi daya. Supaya terjadi distribusi beban seperti pada diagram
karateristik, maka antar generator dioperasikan pada kecepatan bersama yang besarnya
adalah sebagai berikut,
Kecepatan bersama = b/d x g atau c/e x g (dalam persen)

Gambar: 2.7.1 -- Diagram Karakteristik Frekuensi Terhadap Daya Dua Genset.


( Sumber : http://eprints.undip.ac.id/ )

Dimana,
a. Frekuensi atau putaran bersama
b. Beban pada genset 1
c. Beban pada genset 2
d. Kapasitas genset 1
e. Kapasitas genset 2
f. Total beban kedua genset
g. Putaran atau frekuensi tanpa beban dari kedua genset

Pengaturan DROOP pada AVR berfungsi untuk mengatur tegangan drop ( Tegangan
jatuh ) pada generator atau Genset hingga 5 %. Jika diputar searah jarum jam akan menambah
besaran tegangan drop, sebaliknya jika diputar berlawanan arah jarum jam akan mengurangi
besaran tegangan drop. Pengaturan DROOP ini sangat penting khususnya pada saat Generator (
Genset ) dioperasikan secara Paralel. Agar nilai besaran tegangan drop pada masing-masing
Generator dapat disesuaikan. Untuk dapat mengatur DROOP pada AVR, harus dilengkapi
dengan alat yang disebut dengan DROOP kit.
Namun jika Generator hanya digunakan secara single (Tidak diparalel). Pengaturan ini tidak
diperlukan.
Dengan demikian bila dua generator yang berkerja secara paralel, dan jika salah satu generator
karakteristik droopnya dinaikkan maka akan mengakibatkan,
1. Frekuensi akan naik.
2. Daya yang disediakan oleh generator yang dinaikkan karakteristik droopnya akan
bertambah.
Untuk mendapatkan putaran generator dengan pembagian beban yang demikian
dapat digunakan formula

2.8. Aplikasi Load Share

Aplikasinya supaya terjadi distribusi beban antar genset yang demikian maka
dipergunakan alat load share untuk membagi beban genset secara proporsional
berdasarkan kapasitas generator. Beberapa merek dipasaran menggunakan parameter
tambahan selain parameter diatas yaitu persentase diviasi total kuat arus genset atau total
kuat arus genset dan tranformator arus yang diperlukan. Dengan demikian genset dengan
kapasitas yang berbeda dapat secara aman diparalel dan menanggung beban secara
proporsional sesuai dengan kapasitasnya.

Aplikasi loadshare didunia perkapalan masih menjadi kekhawatiran di pihak perancang


mengenai arus pembebanan pada masing masing generator [Sardono, 1989].

Gambar 2.8.1 --Sistem Rangkaian Load Sharer Selco Model T4300 & Auto Synchronization
T4000
( Sumber : eprints.undip.ac.id )
II.9. Load Factor

Load factor didefinisikan sebagai muatan rata-rata yang dibagi dengan beban
tertinggi dalam waktu tertentu.

Gambar 2.9.1 Rumus Load Factor

( Sumber : Wikipedia.org )

Nilai dari load factor ini selalu kurang dari satu, hal ini dikarenakan beban rata-
rata akan selalu lebih kecil dibandingkan dengan beban maksimumnya, karena kita juga
tidak dapat menghubungkan semua beban pada suatu waktu dan hal itu tidak dapat
beroperasi pada kapasitas penuh. Nilai load factor yang tinggi mengartikan penggunaan
daya yang relative konstan.

2.10. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan dari parallel generator, antara lain :


1. Mendapatkan daya yang lebih besar.
2. Menghemat biaya pemakaian operasional
3. Memudahkan penentuan kapasitas generator.
4. Menjaga kontinuitas pelayanan energi listrik apabila salah satu generator akan
diistirahatkan atau diperbaiki.
5. Menghemat bahan bakar, untuk pemakaian daya yang kecil
6. Efisiensi penggunaan generator

Kekurangan dari parallel generator, antara lain :


1. Jika frekuensi tidak sama maka menimbulkan pembebanan berlebih pada salah satu
generator
2. Rangkaian menjadi lebih rumit
3. Tempat yang dibutuhkan menjadi lebih banyak
4. Peralatannya banyak
5. Bila salah satu generator rusak, maka tidak bisa mencukupi kebutuhan daya.
2.11. Aplikasi Parallel Generator

Aplikasi dari parallel generator terdapat pada bidang darat juga pada bidang
marine.

No Gambar Penjelasan
1. Genset :
Genset (generator set) adalah sebuah
perangkat yang berfungsi
menghasilkan daya listrik.

Gambar 2.10.1 Genset


( Sumber : indonetwork.co.id )

2. Generator PLTU :
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) adalah pembangkit yang
mengandalkan energi kinetik dari
uap untuk menghasilkan energi
listrik. Bentuk utama dari
Gambar 2.10.2 -- Generator PLTU pembangkit listrik jenis ini adalah
(Sumber:kitadanenergi.blogspot.com) Generator yang dihubungkan ke
turbin yang digerakkan oleh tenaga
kinetik dari uap panas/kering.

3. Generator PLTA :
Pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) adalah pembangkit yang
mengandalkan energi potensial dan
kinetik dari air untuk menghasilkan
energi listrik. Energi listrik yang
dibangkitkan ini biasa disebut
Gambar 2.10.3 -- Generator PLTA sebagai hidroelektrik.
(Sumber: rejanglebong.blogspot.com)

4. ESEP (Emergency Source Electrical


Power) :
Generator ESEP ini adalah
generator darurat yang dapat distart
dengan tangan atau dengan baterai.
Emergency generator ini berfungsi
sebagai tenaga cadangan apabila
suplai listrik utama mengalami
Gambar 2.10.4 -- Emergency gangguan.
Source Electrical Power
(Sumber :cset.mnsu.edu)

5. Diesel Generator :
Generator ini adalah perpaduan
antara diesel engine dan alternator.
Generator ini dapat digunakan
meskipun tidak terkoneksi dengan
power grid. Jenis generator ini
berfungsi sama seperti emergency
Gambar 2.10.5 -- Diesel generator yaitu sebagai tenaga
Generator listrik cadangan apabila grid
(Sumber:http://en.wikipedia.org/) ataupun suplai listrik utama
mengalami gangguan.
6. Parallel Generator pada Kapal
Tanker :

Merk : YANMAR
6AYL-ST
Spesifikasi generator : 320 kw,
Gambar 2.10.6 -- Paralel 1800 rpm, (Ac 440v, 3ph, 50 Hz, 0.8
generator pada kapal tanker P.F, 3 wire)
( Sumber : hartatoa.blogspot.com Data Utama Kapal
) Jenis : oil tanker
LPP : 87 m
B : 17.5 m
H :9m
T : 6.7 m
BAB III

DATA PRAKTIKUM

III.1. Peralatan dan Fungsi

No Nama Alat Gambar Fungsi

1 Generator sinkron Penghasil tegangan listrik

2 Motor Penggerak AC Untuk menggerakkan


generator

3 Motor penggerak DC sebagai penggerak dengan


shunt sumber arus DC

4 3 buah Regulator Untuk mengatur besarnya


tegangan & arus masuk
5 Kabel, ampermeter untuk menghubungkan
komponen pada rangkaian,
kabel 3 fasa untuk
menghubungkan rangkaian
dengan panel

6 Tangmeter digital Untuk mengukur besarnya


arus eksitasi

8 Voltmeter Pengukur tegangan

9 3 buah lampu Sebagai indikator sinkron


sinkronoskop

10 Sebagai beban ( 36 watt) dan


40 watt
Lampu TL ( 6 buah )
Dan Lampu pijar (12
buah)
11 Frekuensi meter

12 3 buah Rectifier Penyearah arus

3.2. LangkahPercobaan

Gambar rangkaian metode hubungan lampu gelap-gelap


Gambar rangkaian metode hubungan lampu gelap-terang

1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar.


2. Menjalankan motor AC dan memberi penguatan pada G1 sehingga mencapai
tegangan 220 V
3. Berikan beban berupa lampu pijar 40 watt sebanyak 12 buah dan berupa lampu TL 3
watt sebanyak 6 buah kemudian ukur arus dari generator tersebut.
4. Memutar motor DC dan member penguatan pada generator G2 hingga mencapai
tegangan 220 V
5. Menyamakan tegangan dan frekuensi pada kedua generator dengan mengatur
penguatan pada motor DC dan generator G2.
6. Menggunakan metode gelap - gelap dan metode gelap - terang sebagai sinkronoskop.
7. Menutup kedua saklar pararel bila sinkronoskop telah memenuhi.
8. Kemudian berikan beban berupa lampu pijar 40 watt sebanyak 12 buah dan berupa
lampu TL 36 watt sebanyak 6 buah pada generator kedua.
9. Mencatat tegangan, frekuensi dan arus medan dari kedua generator, baik dalam
kondisi tanpa beban, maupun dalam kondisi berbeban.

III.3.DATA HASIL PERCOBAAN


A. Generator parallel tanpa menggunakan beban

Simbol Metode Metode


Gelap- Gelap-
Gelap Terang
Iex1 1.1 1.6
Iex2 0.7 1.2
VR1 220 220
VR2 220 220
VS1 220 220
VS2 220 220
VT1 220 220
VT2 220 220
VRS1 380 380
VRS2 380 380
VST1 380 380
VST2 380 380
VRT1 380 380
VRT2 380 380
F1 52.5 53
F2 53 53
N1 1465 1456
N2 1463 1463
IR1 0 0
IR2 0 0
IS1 0.08 0.16
IS2 0.08 0.17
IT1 0.11 0.14
IT2 0.11 0.13

B. Metode Gelap-Terang berbeban

Beban
Simbol 240 W 348 W 456 W
Iex1 1.5 1.5 1.4
Iex2 2.2 1.8 1.2
VR1 200 200 200
VR2 100 100 200
VS1 200 200 200
VS2 200 200 200
VT1 200 200 200
VT2 200 200 200
VRS1 380 380 320
VRS2 380 380 320
VST1 360 360 320
VST2 380 380 320
VRT1 340 340 320
VRT2 280 280 320
F1 51.5 51.5 50.5
F2 51.5 51.5 50.5
N1 1430 1420 1410
N2 1435 1416 1403
IR1 0.27 0.35 0.51
IR2 0.22 0.31 0.45
IS1 0.28 0.26 0.53
IS2 0.096 0.24 0.31
IT1 0.24 0.39 0.54
IT2 0.122 0.22 0.3
IbebanRB 0.25 0.27 0.27
IbebanSB 0.45 0.26 0.26
IbebanTB 0.45 0.46 0.46

3.4.Tugas

1. Jelaskan syarat syarat dalam memparalelkan generator


2. Jelaskan tujuan dalam memparalelkan generator
3. Jelaskan hubungan metode gelap gelap dalam memparalelkan generator
4. Jelaskan hubungan metode gelap terang dalam memparalelkan generator
BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan dan PerhitunganDaya

4.1.1 Perbedaan Gelap-Gelap dan Gelap-Terang

Perbedaan antara Gelap Gelap dan Gelap-Terang pada saat praktikum adalah
saat Gelap Gelap ketiga lampu dihubungkan pada phase-phase yang sama. Lampu L1
dihubungkan pada phase R1 dan phase R2 ; lampu L2 dihubungkan pada phase S1 dan
phase S2 ; sedangkan lampu L3 dihubungkan pada phase T1 dan phase T2. Apabila
rangkaian parallel itu benar ( urutan fasa sama ) ketiga lampu akan menyala-mati-
menyala secara bersamaan dengan tempo yang lambat. Untuk mengetahui fasa ke dua
tegangan sama, saklar ditutup. Apabila fasa kedua tegangan sama, maka ketiga lampu
akan mati.

Pada saat Gelap Terang ketiga lampu dihubungkan pada phase-phase yang
telah ditentukan. Lampu L1 dihubungkan pada phase R1 dan phase R2 ;lampu L2
dihubungkan pada phase S1 dan phase T2 ; sedangkan lampu L3 dihubungkan pada phase
T1 dan phase S2. Jika rangkaian untuk parallel itu benar ( urutan fasa sama ), lampu L1,
L2 dan L3 akan hidup mati secara bergantian dengan sangat lambat. Untuk mengetahui
bahwa fasa kedua tegangan sama, saklar ditutup. Apabila fasa kedua tegangan sama maka
L1 akan mati, sedangkan L2 dan L3 akan menyala. Untuk metode ini nyala lampu jauh
lebih terang dari metode Gelap Gelap.

4.1.2 Perhitungan Daya

IV.1.2.1Perhitungan pada Metode Gelap Gelap Beban Nol

Generator 1 Generator 2
1 + 1 + 1 2 + 2 + 2
1 = 2 =
3 3
220 + 220 + 220 220 + 220 + 220
= =
3 3
= 220 = 220

1 + 1 + 1 2 + 2 + 2
1 = 2 =
3 3
0 + 0.08 + 0.11 0 + 0.08 + 0.07
= =
3 3
= 0.063 = 0.05

1 = 3 1 1 cos 2 = 3 2 2 cos
= 3 220 0.063 0.8 = 3 220 0.05 0.8
= 33.26 = 26.4


1 = 2 =
3 1 cos 3 2 cos
33.26 26.4
= =
3 220 0.8 3 220 0.8

= 0.125 A = 0.10 A

Saat Diparalelkan
= 1 + 2
= 0.125 + 0.10
= 0.225

= 1 + 2
= 33.26 + 26.4
= 59.66

IV.1.2.2 Perhitungan pada Metode Gelap-Terang Beban Nol

Generator 1 Generator 2
1 + 1 + 1 2 + 2 + 2
1 = 2 =
3 3
220 + 220 + 220 220 + 220 + 220
= =
3 3
= 220 = 220

1 + 1 + 1 2 + 2 + 2
1 = 2 =
3 3
0 + 0.16 + 0.14 0 + 0.17 + 0.13
= =
3 3
= 0.10 = 0.10

1 = 3 1 1 cos 2 = 3 2 2 cos
= 3 220 0.10 0.8 = 3 220 0.10 0.8
= 52.8 = 52.8


1 = 2 =
3 1 cos 3 2 cos
52.8 52.8
= =
3 220 0.8 3 221.6 0.8

= 0.0204 A
= 0.2 A = 0.2A

Saat Diparalelkan
= 1 + 2
= 0.2 + 0.2 = 0.4

= 1 + 2
= 52.8 + 52.8
= 105.6

IV.1.2.3 Perhitungan Metode Gelap-gelap pada Beban 240 W

Generator 1 Generator 2
1 + 1 + 1 2 + 2 + 2
2 = 2 =
3 3
200 + 200 + 200 200 + 200 + 200
= =
3 3
= 200 = 200

1 + 1 + 1 2 + 2 + 2
2 = 2 =
3 3
0.27 + 0.28 + 0.243 0.22 + 0.096 + 0.12
= =
3 3
= 0.264 = 0.145

1 = 3 1 1 cos 2 = 3 2 2 cos
= 3 200 0.264 0.8 = 3 200 0.145 0.8
= 126.72 = 69.6


1 = 2 =
3 2 cos 3 2 cos

126.72 57,97
= =
3 200 0.8 3 166.6 0.8

= 0.528 = 0.29

Saat Diparalelkan
= 1 + 2

= 0.528 + 0.29
= 0.818
= 1 + 2

= 126.72 + 57,97
= 184.69

IV.1.2.4 Perhitungan MetodeGelap-gelappada Beban 348 W

Generator 1 Generator 2
1 + 1 + 1 2 + 2 + 2
2 = 2 =
3 3
200 + 200 + 200 200 + 200 + 200
= =
3 3
= 200 = 200

1 + 1 + 1 2 + 2 + 2
2 = 2 =
3 3
0.35 + 0.26 + 0.37 0.31 + 0.24 + 0.22
= =
3 3
= 0.326 = 0.256

1 = 3 1 1 cos 2 = 3 2 2 cos
= 3 200 0.326 0.8 = 3 200 0.256 0.8
= 156.48 = 122.88


1 = 2 =
3 2 cos 3 2 cos

156.48 122.88
= =
3 200 0.8 3 200 0.8

= 0.652 = 5.12

Saat Diparalelkan
= 1 + 2
= 0.652 + 0.512
= 1.164

= 1 + 2

= 156.48 + 122.88
= 279.36
IV.1.2.5 Perhitungan MetodeGelap-gelappada Beban 456 W

Generator 1 Generator 2
1 + 1 + 1 2 + 2 + 2
2 = 2 =
3 3
200 + 200 + 200 200 + 200 + 200
= =
3 3
= 200 = 200

1 + 1 + 1 2 + 2 + 2
2 = 2 =
3 3
0.51 + 0.53 + 0.54 0.45 + 0.31 + 0.3
= =
3 3
= 0.526 = 0.353

1 = 3 1 1 cos 2 = 3 2 2 cos
= 3 200 0.526 0.8 = 3 200 0.353 0.8
= 252.48 = 169.44


1 = 2 =
3 2 cos 3 2 cos

252.48 169.44
= =
3 200 0.8 3 200 0.8

= 1.052 = 0.706

Saat Diparalelkan
= 1 + 2

= 1.052 + 0.706
= 1.758

= 1 + 2

= 252.48 + 169.44
= 421.92
IV.2 Tabel Hasil Perhitungan

Tanpa Gelap-gelap
beban

V (V) I (A) P (W) Inominal (A) Itotal (A) Ptotal (W)


generator 1 220 0.063 33.26 0.125
0.225 59.66
generator 2 220 0.05 26.4 0.10

Gelap-terang
Tanpa
beban
I
V (V) P (W) Inominal (A) Itotal (A) Ptotal (W)
(A)
generator 1 220 0.10 52.8 0.2
0.4 105.6
generator 2 220 0.10 52.8 0.2

Metode GG 240 Watt


berbeban V (V) I (A) P (W) Inominal (A) Itotal (A) Ptotal (W)
generator 1 200 0.264 126.72 5.28
0.818 184.69
generator 2 200 0.145 57.97 2.90

Metode GG 348 Watt


berbeban V (V) I (A) P (W) Inominal (A) Itotal (A) Ptotal (W)
generator 1 200 0.326 156.48 6.52
1.164 279.36
generator 2 200 0.256 122.88 5.12

Metode GG 456 Watt


berbeban V (V) I (A) P (W) Inominal (A) Itotal (A) Ptotal (W)
generator 1 200 0.526 252.48 1.052
1.758 421.92
generator 2 200 0.353 169.44 0.706
IV.3 Analisa Grafik

IV.3.1 Analisa Putaran terhadap Pembebanan

1470 Grafik Putaran vs Beban


1460
1450
1440
PUTARAN

1430
1420 N1
1410 N2
1400
1390
0 100 200 300 400 500
BEBAN (WATT)

Berdasarkan grafik 4.1 diketahui bahwa ketika pembebanan pada generator semakin besar
nilainya maka putarannya semakin rendah. Hal ini disebabkan karena adanya beban dari
generator maka akan timbul hambatan, adanya hambatan akan membangkitkan arus
sehingga timbul medan magnet, dimana nantinya akan terjadi magnetisasi pada kumparan
jangkar atau biasa disebut dengan reaktansi jangkar sehingga putarannya menurun ketika
beban semakin besar. Hal ini berkaitan dengan rumusan

P (kW) = T (Nm) x 2 x RPM

RPM = P (kW) / T (Nm) x 2

Berdasarkan pada rumus tersebut dapat dilihat bahwa pada beban nol besar nya putaran
pada generator 1 sebesar 1465 rpm dan pada generator 2 sebesar 1463 rpm. Lalu pada
beban 240 W putaran generator 1 dan generator 2 mengalami penurunan menjadi sebesar
1430 rpm dan 1435 rpm. Pada beban 348 W putaran kedua generatornya kembali menurun
menjadi sebesar 1420 rpm dan 1416 rpm. Dan pada beban paling besar yaitu 456 W
putaran kedua generator tersebut juga semakin menurun menjadi 1410 rpm dan 1403 rpm.
IV.3.2 Analisa Frekuensi terhadap Pembebanan

53
Grafik frekuensi vs Beban
52.5

52
FREKUENSI

51.5

51 F1
F2
50.5

50
0 100 200 300 400 500
BEBAN (WATT)

Berdasarkan grafik 4.2 diketahui bahwa ketika pembebanan pada generator semakin besar
nilainya maka nilai putaran nya semakin rendah yang mengakibatkan frekuensi semakin
rendah. Hal ini berkaitan dengan rumusan

N = 120 x f / p

f = N x p / 120

Berhubungan dengan rumus dapat dilihat pada beban 0 frekuensi generator 1 dan 2
sebesar 53 Hz dan 53 Hz. Pada beban 240 W frekuensi pada kedua generator mengalami
penurunan menjadi sebesar 52 Hz dan 52 Hz. Pada beban 348 W frekuensi kembali turun
menjadi sebesar 51 Hz dan 51 Hz. Dan pada beban tertinggi yaitu 456 W frekuensi pada
generator 1 dan 2 sebesar 51 Hz dan 50,5 Hz.

IV.3.3Analisa Voltase terhadap Pembebanan


400 Grafik Voltase vs Beban
350
300
VR1
250
VOLTASE 200
VR2
VS1
150
VS2
100
VT1
50
VT2
0
0 100 200 300 400 500 RS1
BEBAN (WATT)

Bedasarkan grafik 4.3 diketahui bahwa ketika pembebanan pada generator semakin besar
nilainya maka voltase semakin rendah. Rumus yang berkaitan dengan voltase dan beban
adalah

V=P/I

Pada pengukuran voltase yang dilakukan di praktikum yang kami lakukan nilai voltase
pada generator 1 dan 2 pada masing-masing pembebanan cenderung sama yaitu sebesar
rata rata 220 V pada VR1, VR2, VS1, VS2, VT1, dan VT2. Lalu voltase pada VRS1, VRS2, VST1,
VST2, VRT1, dan VRT2 mengalami penurunan pada beban 456 W menjadi sebesar 320 V
yang sebelumnya 380 V pada beban 0 W, 240 W, dan 348 W. Hal ini bisa disebabkan
karena generator sudah lama beroperasi sehingga mengalami penurunan perform.

IV.3.4Analisa Inominal terhadap Pembebanan

0.6 arus nominal vs beban


IR1
0.5
IR2
ARUS NOMINAL

0.4
IS1
0.3 IS2

0.2 IT1
IT2
0.1

0
0 100 200 300 400 500
BEBAN (WATT)
Berdasarkan grafik 4.4 diketahui bahwa ketika pembebanan pada generator semakin besar
nilainya maka arus nominalnya semakin tinggi. Hal ini berkaitan dengan rumusan :


=
3 cos

Pada beban 0 W didapatkan nilai arus nominal pada generator 1 sebesar 0 A, 0.08 A dan
0.11 A, sedangkan pada generator 2 nilai arus nominalnya sebesar 0 A, 0.08 A, dan 0.11 A.
Padabeban 240 W nilai arus nominalnya meningkat menjadi sebesar 0.27 A, 0.28 A, dan
0.24 A pada generator 1 dan 0.22 A, 0.09 A, dan 0.112 A pada generator 2. Pada beban
348 W arus nominal nya mengalami kenaikan menjadi sebesar 0.35 A, 0.26 A, dan 0.39 A
pada generator 1 dan 0.31 A, 0.24 A, dan 0.22 A pada generator 2. Arus nominal terbesar
dialami beban terbesar dalam praktikum ini yaitu 456 W sebesar 0.51 A, 0.53 A, dan 0.54
A pada generator 1 dan 0.45 A, 0.31 A dan 0.30 A pada generator.

IV.3.5 Analisa Ieksitasi terhadap Pembebanan

2.5 Grafik arus eksitasi vs Beban


2

1.5
I Eksitasi

1 IEX 1
IEX 2
0.5

0
0 100 200 300 400 500
BEBAN (WATT)

Berdasarkan grafik 4.5 diketahui bahwa daya (P) dan arus (I) berbanding lurus dimana
ketika bebannya semakin besar nilainya maka menyebabkan nilai dari arus semakin besar
pula. Hal ini dapat dilihat dari rumus

P=VxI

Namun pada pada praktikum yang kami lakukan generator 1 dan 2 nilai arus eksitasinya
berbeda nilainya, hal ini bisa saja terjadi ketika generator sudah cukup lama beroperasi
maka menyebabkan kemampuan kumparan jangkar berkurang atau bisa dikatakan
efektifitas dari generator tersebut berkurang, sehingga untuk dapat menyamakan keduanya
maka salah satu generator tersebut harus mempunyai medan yang besar agar menimbulkan
tegangan yang besar pula hingga arus yang timbul sama besarnya. Pada beban 0 W nilai
arus eksitasi generator 1 dan 2 sebesar 1.1 A dan 0.7 A. Pada beban 240 W nilai arus
eksitasinya naik menjadi sebesar 1.5 A dan 2.2 A. Pada beban 348 W arus eksitasinya
mengalami penurunan pada generator 2 menjadi sebesar 1.6 A dan 1.8 A. Dan pada beban
terbesar yaitu 456 W arus eksitasinya turun lagi menjadi 1.4 A dan 1.2 A. Hal tersebut
dikarenakan efektifitas generator yang berkurang karena digunakan terus-menerus serta
diberi beban yang terlampau berat.

IV. 3 . 6 Analisa Ibeban terhadap Pembebanan

0.5 grafik arus beban vs pembebanan


0.45
0.4
0.35
arus beban

0.3
0.25 IbebanR
0.2 IbebanS
0.15
IbebanT
0.1
0.05
0
0 100 200 300 400 500
BEBAN (WATT)

Berdasarkan grafik 4 .6 diketahui bahwa semakin besar beban nya semakin besar pula
arus bebannya. Karena nilai daya berbanding lurus dengan nilai arus. Hal ini berdasarkan rumus

P=VxI

Arus beban dapat dibaca pada saat generator diberi beban, maka pada beban 0 W tidak
ada arus beban . Pada beban 240 W nilai arus beban pada generator 1 dan 2 sebesar 0.25 A, 0.25
A dan 0.45 A. Pada saat beban 348 W arus bebannya naik menjadi sebesar 0.27 A, 0.26 A, dan
0.46 A. Dan pada beban terbesar yaitu 456 W arus bebannya menjadi 0.27 A, 0.29 A, dan 0.46
BAB V

KESIMPULAN

1. Untuk memparalelkan generator dapat dilakukan salah satunya adatlah dengan cara
sinkronisasi. Sinkronisasi antara 2 generator ini dapat dilakukan dengan :
menyamakan fase kedua generator, menyamakan frekuensi generator, menyamakan
voltase kedua generator, dan menklik sinkron kedua generator.
2. Pada percobaan paralel generator yang pertama adalah metode gelap gelap beban nol
dengan hasil; Vrata1 adalah 220 dan Vrata2 adalah 220, Frekuensi generator 1 adalah
52.5 dengan RPM 1465 dan Frekuensi generator 2 adalah 53 dengan RPM 1463
3. Pada percobaan paralel generator yang kedua adalah metode gelap terang beban nol
dengan hasil; Vrata1 adalah 220 dan Vrata2 adalah 220, Frekuensi generator 1 adalah 53
dengan RPM 1456 dan Frekuensi generator 2 adalah 53 dengan RPM 1463
4. Pada percobaan paralel generator yang ketiga adalah metode gelap terang berbeban
240 watt dengan hasil; Vrata1 adalah 200 dan Vrata2 adalah 200, Frekuensi generator 1
adalah 51.5 dengan RPM 1430 dan Frekuensi generator 2 adalah 51.5 dengan RPM
1435
5. Pada percobaan paralel generator yang ke empat adalah metode gelap terang berbeban
348 watt dengan hasil; Vrata1 adalah 200 dan Vrata2 adalah 200, Frekuensi generator 1
adalah 51.5 dengan RPM 1420 dan Frekuensi generator 2 adalah 51.5 dengan RPM
1416
6. Pada percobaan paralel generator yang ke lima adalah metode gelap terang berbeban
456 watt dengan hasilVrata1 adalah 200 dan Vrata2 adalah 200, Frekuensi generator 1
adalah 50.5 dengan RPM 1410 dan Frekuensi generator 2 adalah 50.5 dengan RPM
1403
7. Arus dan beban hubungannya berbanding lurus, sehingga jika generator dibebani
dengan beban yang besar maka voltase yang dihasilkan akan semakin rendah
8. Arus dan daya memiliki hubungan berbanding lurus, apabila arusnya naik maka
dayanya juga naik hal tersebut dibuktikan dengan rumus
P = V x I.
9. Pada saat generator kedua diparalelkan dengan generator pertama yang telah
memiliki beban, terjadinya pembagian beban yang semula ditanggung generator
pertama. Kemudian, akan terjadi kerjasama yang dapat meringankan sebelum beban-
beban selanjutnya dimasukkan. Namun pada percobaan ini, terjadi perbedaan
pembagian pembebanan. Ini dikarenakan generator telah digunakan terus-menerus
serta berkaitan dengan panjang kabel. Panjangnya kabel ini akan berpengaruh pada
beban yang dihasilkan. Selain itu, susahnya untuk mencapai kondisi yang sinkron
dimana kondisi alat yang tidak bisa membaca dengan hasil yang akurat.
10. Load share merupakan Pasokan listrik ke beban dimulai dengan menghidupkan satu
generator, kemudian secara sedikit demi sedikit beban dimasukkan sampai dengan
kemampuan generator tersebut, selanjutnya menghidupkan lagi generator berikutnya
dan memparalelkan dengan generator pertama untuk memikul beban yang lebih besar

Anda mungkin juga menyukai