Anda di halaman 1dari 19

TUGAS ENERGI BERKELANJUTAN

STUDI PEMANFAATAN ANGIN SEBAGAI


SUMBER ENERGI TERBARUKAN

Disusun Oleh :
KHOERUZZAMAN 300000421410006
ARDIAN BURHANDONO 300000421410007
MUHAMMAD FARIZAN PRAEVIA 300000421410008
SYARIEF ALBAR 300000421410009
MOHAMMAD SIDIK 300000421410010

PROGRAM STUDI MAGISTER ENERGI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021

0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan energi alternatif baru dan terbarukan sedang digalakan


melalui kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mendorong dan memfasilitasi
pemanfaatan sumber energi terbarukan. Pemerintah melalui Dan juga untuk
mengatasi krisis sumber energi dan pemanasan global yang di akibatkan dari
penggunaan sumber energi fosil. Strategi pemerintah dalam perencanaan energi
nasional tertuang didalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun
2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional. Rencana Umum Energi Nasional
(RUEN) disusun oleh Pemerintah Pusat dan ditetapkan oleh Dewan Energi
Nasional untuk jangka waktu sampai dengan tahun 2050. RUEN dijadikan
sebagai pedoman untuk memberi arah pengelolaan energi nasional guna
mewujudkan kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung
pembangunan nasional berkelanjutan. Peranan energi sangat penting bagi
peningkatan kegiatan ekonomi dan ketahanan nasional. Energi dikelola
berdasarkan asas kemanfaatan, efisiensi, berkeadilan, peningkatan nilai tambah,
keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup,
ketahanan nasional, dan keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan nasional
sesuai dengan UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi. Target ini telah dituangkan
dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dengan meningkatkan bauran
Energi Baru dan Terbarukan sebesar 23% di tahun 2025.

Energi terbarukan berasal dari proses alami dan kemungkinan tidak akan
pernah habis. Energi terbarukan adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan energi dari sumber yang alami regenerasi dan karenanya, hampir
tak terbatas. Ini termasuk energi surya, energi angin, tenaga air, biomassa (berasal
dari tumbuhan), energi panas bumi (panas dari bumi), dan energi laut.
Peningkatan penggunaan energi terbarukan bisa mengurangi pembakaran bahan
bakar fosil (batubara, minyak bumi, dan gas alam), menghilangkan polusi udara

1
yang terkait dan emisi karbon dioksida, dan berkontribusi untuk kemandirian
energi nasional dan keamanan ekonomi dan politik.

Masing-masing sumber energi alternatif memiliki kelebihan dan


kekurangan, dan banyak pengamat berharap bahwa satu atau lebih dari mereka
suatu hari nanti dapat memberikan sumber energi jauh lebih baik dibandingkan
konvensional, metode pembakaran bahan bakar fosil. Angin, sebagai sumber yang
tersedia di alam dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi listrik.
Angin merupakan sumber energi yang tidak ada habisnya sehingga pemanfaatan
sistem perubahan energi angin akan berdampak positif terhadap lingkungan.
Hal ini dirasa sangat perlu untuk mengetahui lebih dalam mengenai angin
dan pembangkit listrik tenaga angin ini. Selain itu juga perlu diketahui proses
pembangkitan listrik tenaga angin ini sehingga dapat dianalisa kelebihan dan
kekurangannya dibandingkan dengan sistem pembangkit listrik lain.
Makalah ini akan berfokus untuk membahas terkait energi angin. Dimana
energi angin ini ramah lingkungan, memiliki kerapatan energi dan perpindahan
energinya cukup baik. Pengembanagan energi angin ini di Indonesia pun sangat
mungkin dilakuakn karena potensi wilayah Indonesia yang umumnya merupakan
wilayah pesisir yang melimpah dengan anginnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan penulis pada latar belakang terkait energi baru dan
terbarukan, serta tentang penggunaan energi angin sebagai pembangkit,
perumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana potensi angin sebagai sumber energi di Indonesia?
2. Bagaimana teknologi pemanfaatan angin sebagai sumber energi?
3. Bagaimana teknologi terkini terkait penggunaan angin sebagai sumber
energi dan apakah kelemahannya?

2
1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan beberapa latar belakang dan perumusan masalah yang telah


diuraikan, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengkaji terkait potensi angin sebagai sumber energi di Indonesia


2. Mengkaji teknologi angin sebagai pembangkit
3. Mengkaji, mengevaluasi teknologi terkini terkait pembangkit listrik tenaga
angin di negara lain

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk kalangan akademis,


profesional, masyarakat umum, dan pembuat kebijakan, diantaranya:

1. Bagi dunia akademis diharapkan penelitian ini dapat memperluas khasanah


ilmu pengetahuan tentang potensi pemanfaatan angin sebagai sumber energi
2. Bagi professional, dalam hal ini praktisi pembangkit, dapat menjadi sumber
referensi terkait penggunaan energi angin menjadi sumber energi listrik di
dunia
3. Bagi masyarakat umum, dapat memberikan gambaran umum terkait
pemanfaatan energi baru dan terbarukan
4. Bagi pembuat kebijakan, dalam hal ini Pemerintah, penulisan makalah ini
diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam penyusunan ataupun
perbaikan regulasi dalam mendukung EBT 23% pada Bauran Energi Nasional
tahun 2025.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Energi Angin

Penggunaan energi angin sebagai salah satu alternatif sumber energi baru
perlu dipertimbangkan. Angin termasuk energi dengan tidak terbatas jumlahnya,
sehingga dapat terus menerus mampu menghasilkan energi. Dibandingkan dengan
tenaga air atau tenaga surya, dimana air akan mengalami masa kekeringan ketika
musim kemarau tiba, dan matahari akan terbenam ketika malam datang.
Sedangkan angin, akan selalu berhembus setiap saat, bisa dalam frekuensi rendah
atau bisa dalam frekuensi tinggi. Tenaga angin adalah sumber terbarukan yang
hemat biaya dan dapat diintegrasikan dengan lancar ke jaringan listrik dengan
memasukkan strategi pengendalian yang memadai (Ehtesham, 2016).

Karena energi angin terbarukan dan ramah lingkungan, sistem yang


mengkonversi energi angin menjadi listrik telah berkembang pesat (Gowdar,
2016). Beberapa negara maju telah mengembangkan penggunaan energi dari
angin sebagai sumber energi. Dengan biaya produksi yang terus menerus
menurun, membuat jumlah kincir angin lebih banyak diproduksi, dan tentu saja
energi yang dihasilkan akan lebih banyak. Salah satu negara yang berhasil
menjadi negara terbesar pemasok energi listrik dengan menggunakan energi dari
angin adalah Jerman. Sejak tahun 2005 negara ini berhasil menjadikan sekitar
25% kebutuhan energi negaranya berasal dari energi yang dihasilkan dari angin.

2.2. Sejarah Perkembangan Energi Angin

Angin telah dimanfaatkan banyak orang sejak beberapa abad silam. Pada
awal 5000 SM, sudah banyak orang yang memanfaatkan energi angin untuk
mendorong perahu di sepanjang Sungai Nill. Kemudian pada 200 SM, China
sudah memanfaatkan kincir angin sederhana untuk memompa air. Teknologi
kincir angin sumbu vertikal dengan latar buluh tenun juga digunakan untuk

4
menggiling biji-bijian di daratan persia dan negara di timur tengah. Pada abad ke-
11, penggunaan energi angin akhirnya sudah menyebar ke seluruh dunia. Pada
abad tersebut orang-orang di Timur Tengah menggunakan kincir angin secara luas
untuk memproduksi pangan. Sedangkan Negara Belanda mulai menyempurnakan
kincir angin untuk menguras danau dan rawa-rawa yang ada di Delta Sungai
Rhine. Barulah Di akhir Abad ke-19 teknologi alternatif ini sudah mulai
dimanfaatkan untuk memompa air di peternakan, pertanian serta menghasilkan
energi listrik untuk rumah-rumah dan industri. Di akhir tahun 1920, Amerika
menggunakan kincir angin kecil untuk menghasilkan listrik di daerah pedesaan
belum memiliki listrik. Namun beberapa tahun setelahnya pembangkit ini
ditinggalkan dengan adanya pemanfaatan pembangkit listrik dari bahan bakar
fosil.

Pada awal tahun 1970, pembangkit listrik tenaga angin kembali berkembang
persait terkait transisi sumber energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.
Kekhawatiran mengenai emisi dari bahan bakar fosil, harga bahan bakar fosil
yang tinggi, serta dukungan pemerintah mengenai pemanfaatan energi angin
membuat energi angin digunakan oleh berbagai negara untuk menghasilkan energi
listrik dan lainnya. Beberapa negara tersebut kemudian mengoptimalkan
penggunaan energi angin dengan membuat wind farm. Optimalisasi tata letak
wind farm menarik perhatian beberapa peniliti dimana, jika pemasangan tidak
tepat akan dapat menyebabkan turbulensi pada kincir angin (Yang, 2021).

2.3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Energi angin dapat menggerakan alat yang sering dikenal dengan istilah
kincir angin sebagai pembangkit listrik. Dengan menggunakan energi angin
sebagai pembangkit listrik, maka emisi dan polusi udara dapat dihindarkan.
Komponen pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin ini merupakan
pembangkit listrik yang menggunakan turbin angin (wind turbine) sebagai
peralatan utamanya. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar
turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibelakang bagian

5
turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi listrik ini biasanya
akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan.

2.3.1. Bagian-Bagian Turbin Angin

Bagian-bagian turbin angin ditunjukkan oleh Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Bagian Turbin Angin

a. Anemometer

Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin dan mengirimkan data


kecepatan angin ke controller.

b. Blades

Kebanyakan turbin baik dua atau tiga blades atau pisau. Angin bertiup
mengerakkan pisau-pisau sehingga dihasilkan energi kinetik.

c. Brake

Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar


bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu
dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam
pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan energi listrik

6
maksimal pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan.
Kehadiran angin diluar dugaan akan menyebabkan putaran yang cukup
cepat pada poros generator, sehingga jika tidak diatasi maka putaran ini
dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih
diantaranya overheat, rotor breakdown, kawat pada generator putus
karena tidak dapat menahan arus yang cukup besar.

d. Controller

Pengontrol mesin pada umumnya mulai bekerja dengan kecepatan angin


sekitar 8-16 mil per jam (mph) dan menutup mesin turbin sekitar 55
mph.

e. Gear box

Gear menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros kecepatan rendah


dan meningkatkan kecepatan sekitar 30-60 rotasi per menit (rpm),
sekitar 1000-1800 rpm, kecepatan rotasi yang diperlukan oleh sebagian
besar generator untuk menghasilkan listrik. Gearbox adalah bagian dari
turbin angin yang bersentuhan langsung dengan generator untuk
mengkonversi energi angin menjadi listrik.

f. Generator

Biasanya digunakan standar induksi generator yang menghasilkan listrik


dari 60 siklus listrik AC.

g. High-speed shaft Drive generator

h. Low-speed shaft

Berfungsi mengubah poros rotor kecepatan rendah sekitar 30-60 rotasi


per menit.

i. Nacelle

Nacelle berada di atas menara dan berisi gear box, poros kecepatan
rendah dan tinggi, generator, kontrol, dan rem.

7
j. Pitch

Blades yang berbalik, atau nada, dari angin untuk mengontrol kecepatan
rotor dan menjaga rotor berputar dalam angin yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah untuk menghasilkan listrik.

k. Rotor

Bagian dalam turbin angin yang bergerak berputar mengikuti putaran


blade.

l. Tower

Menara yang terbuat dari baja tabung (yang ditampilkan di sini), beton
atau kisi baja. Karena kecepatan angin meningkat dengan tinggi, menara
tinggi memungkinkan turbin untuk menangkap lebih banyak energi dan
menghasilkan listrik lebih banyak.

m. Wind Direction

Ini adalah bagian turbin yang beroperasi melawan angin

n. Wind vane

Tindakan arah angin dan berkomunikasi dengan yaw drive untuk


menggerakkan turbin dengan koneksi yang benar dengan angin.

o. Yaw drive

Yaw drive yang digunakan untuk menjaga rotor menghadap ke arah


angin sebagai perubahan arah angin.

p. Yaw motor

Kekuatan dari drive yaw.

q. Penyimpan energi (Battery)

Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak sepanjang


hari angin akan selalu tersedia) maka ketersediaan listrik pun tidak

8
menentu. Oleh karena itu digunakan alat penyimpan energi yang
berfungsi sebagai back-up energi listrik. Ketika beban penggunaan daya
listrik masyarakat meningkat atau ketika kecepatan angin suatu daerah
sedang menurun, maka kebutuhan permintaan akan daya listrik tidak
dapat terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan media penyimpanan
sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya pada saat
turbin angin berputar kencang atau saat penggunaan daya pada
masyarakat menurun.

2.3.2. Jenis Turbin Angin


A. Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH)
Turbin angin sumbu horizontal merupakan turbin angin yang sumbu rotasi
rotornya paralel terhadap permukaan tanah. Turbin angin sumbu horizontal
memiliki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara dan diarahkan
menuju dari arah datangnya angin untuk dapat memanfaatkan energi angin. Rotor
turbin angin kecil diarahkan menuju dari arah datangnya angin dengan pengaturan
baling – baling angin sederhana sedangkan turbin angin besar umumnya
menggunakan sensor angin dan motor yang mengubah rotor turbin mengarah pada
angin. Berdasarkan prinsip aerodinamis, rotor turbin angin sumbu horizontal
mengalami gaya lift dan gaya drag, namun gaya lift jauh lebih besar dari gaya
drag sehingga rotor turbin ini lebih dikenal dengan rotor turbin tipe lift, seperti
terlihat pada Gambar 2. Dilihat dari jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal
terbagi menjadi :
1. Turbin angin satu sudu (single blade)
2. Turbin angin dua sudu (double blade)
3. Turbin angin tiga sudu (three blade)
4. Turbin angin banyak sudu (multi blade)

9
Gambar 2. Blade Turbin Angin

B. Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV)

Turbin angin sumbu vertikal merupakan turbin angin yang sumbu rotasi
rotornya tegak lurus terhadap permukaan tanah. Jika dilihat dari efisiensi turbin,
turbin angin sumbu horizontal lebih efektif dalam mengekstrak energi angin
dibanding dengan turbin angin sumbu vertikal. Meskipun demikian, turbin angin
vertikal memiliki keunggulan, yaitu: Turbin angin sumbu vertikal tidak harus
diubah posisinya, dimana jika arah angin berubah, tidak seperti turbin angin
horizontal yang memerlukan mekanisme tambahan untuk menyesuaikan rotor
turbin dengan arah angi, tidak membutuhkan struktur menara yang besar,
konstruksi turbin sederhana sehingga mudah menempatkan komponen mekanik
dan komponen elektronik yang mendukung beroperasinya turbin.

Gambar 3. Jenis Turbin Angin

10
2.3.3. Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau Bayu (PLTB) secara umum adalah
suatu sistem pembangkit listrik yang dapat mengonversikan energi kinetik dari
angin menjadi energi mekanik. Secara umum PLTB terbagi menjadi 4 bagian,
yaitu rotor turbin, gearbox, generator dan pembebanan. Prinsip kerja PLTB adalah
mengubah energi kinetik dari angin menjadi energi mekanik dari putaran baling –
baling yang dapat memutarkan rotor. Putaran dari rotor relatif lambat sehingga
PLTB secara umum menggunakan gearbox untuk mempercepat laju putaran rotor.
Setelah itu generator mengubah putaran dari gearbox tersebut menjadi energi
listrik. (Iqbal, 2015) Perubahan dari energi angin, energi mekanik, dan energi
elektrik dapat digambarkan seperti Gambar 4.

Gambar 4. Cara Kerja PLTB (Iqbal, 2016)

2.4. Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar didunia. Negara ini


mempunyai jalur pantai sepanjang 81000 km. Dengan kondisi geografis alam
yang mempunyai potensi baik dalam energi terbarukan, yang salah satunya
sumber daya energi angin yang besar terletak dilautan dan dekat pantai. Energi
angin tersebut dapat dijadikan salah satu energi alternatif yang dapat mengurangi
bahan bakar fosil dalam penggunaan listrik (Iqbal, 2015).

11
Gambar 5. Peta Potensi Angin di Indonesia (ESDM, 2018)

Negara Denmark adalah negara dimana penggunaan energi angin sangat


berkembang pesat. Negara ini mampu memanfaatkan energi angin untuk
pembangkit listrik tenaga angin/bayu (PLTB) yang pada saat ini telah
berkontribusi lebih dari 40% kebutuhan listrik negara tersebut. Kebijakan serupa
pasti juga bisa diaplikasikan di Indonesia.

Negara Indonesia mempunyai sumber energi angin yang cukup besar dan
tersebar di berbagai daerah untuk dikembangkan menjadi PLTB. Menurut hasil
penelitian Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dari 166
lokasi yang diteliti, terdapat 35 lokasi yang mempunyai potensi angin yang bagus
dengan kecepatan angin diatas 5 meter perdetik pada ketinggian 50 meter. Daerah
yang mempunyai kecepatan angin bagus tersebut, diantaranya Nusa Tenggara
Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), pantai selatan Jawa dan pantai selatan
Sulawesi. Disamping itu, LAPAN juga menemukan 34 lokasi yang kecepatan
anginnya mencukupi dengan kecepatan 4 sampai 5 meter perdetik (Iqsyah, 2018).

Potensi angin Indonesia memang cukup besar. Rencana Umum Energi


Nasional (RUEN) mencantumkan angka 60.647,0 MW untuk kecepatan angin 4
meter perdetik atau lebih (Lampiran Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017).
Lokasi potensi angin tersebut dapat dibaca pada Tabel 1 berikut:

12
Tabel 1. Potensi Angin per Provinsi (satuan MW)

Berikut ini merupakan hasil studi potensi angin di Indonesia dengan


mengukur nilai kecepatan angin rata-rata (m/s). Berdasarkan Tabel 2 dapat
diasumsikan bahwa beberapa daerah di Indonesia mempunyai rata – rata
kecepatan angin antara 3 m/s – 7 m/s.

Tabel 2. Kecepatan Angin Rata-Rata di Indonesia

13
Pemerintah dalam hal ini melalui RUEN, telah melakukan beberapa upaya
terkait perkembangan energi baru dan terbarukan. Salah satunya melalui
pengembangan tenaga bayu untuk tenaga listrik diproyeksikan sebesar 1,8GW
pada tahun 2025 dan 28,0 GW pada tahun 2050 atau 46% dari potensi bayu
sebesar 60,6 GW. Berikut merupakan Pengembangan Pembangkit Listrik EBT
Tahun 2015 – 2050, dimana terdapat energi angin salahsatunya.

Tabel 3. Pengembangan Pembangkit Listrik EBT Tahun 2015 – 2050

2.5. Keunggulan dan Kelemahan Energi Angin

Energi angin secara ekologis adalah sumber energi yang dapat diterima,
yang berarti bahwa energi angin tidak seperti bahan bakar fosil yang memiliki
kontribusi lebih besar terhadap dampak perubahan iklim. Energi angin tidak
menghasilkan emisi, yang mana berefek pada emisi rumah kaca. Berdasar

14
literatur, turbin angin tunggal 1-MW dapat menghemat sekitar 2.000 ton karbon
dioksida dalam satu tahun. Energi angin juga merupakan sumber energi
terbarukan yang berarti tidak dapat habis seperti bahan bakar fosil. Energi angin
yang tersedia di atmosfer lima kali lebih besar daripada konsumsi energi dunia
saat ini. Potensi energi angin di darat dan dekat pantai sekitar 72 TW (tera watt)
yang melebihi lima kali lebih banyak dari penggunaan energi dunia saat ini dalam
segala bentuk. Keuntungan lain dari tenaga angin adalah fakta bahwa setiap orang
bisa membangun atau membeli turbin angin untuk memanfaatkan energi angin
dan memenuhi kebutuhan energi di rumah sendiri. Dengan memiliki turbin angin
sendiri juga berarti menghindari terjadinya pemadaman listrik bila terjadi
kerusakan jaring PLN. Juga, listrik tenaga angin akan menjadi lebih hemat biaya
seiring dengan adanya banyak penelitian yang dilakukan untuk memotong biaya
instalasi, meningkatkan efisiensi dan untuk memastikan agar energi angin menjadi
lebih dapat diandalkan.

Ketika berbicara mengenai kekurangan energi angin, hal pertama yang harus
disebutkan adalah ketersediaan angin. Di beberapa tempat angin kencang sering
ditemui yang membuat pemanfaatan energi angin menjadi sangat mudah,
sementara di beberapa tempat angin tidak cukup kuat untuk menciptakan listrik
yang memadai.

Biaya instalasi tenaga angin yang masih relatif tinggi merupakan kelemahan lain
dari energi angin. Secara kasar, dibutuhkan sekitar 10 tahun untuk
mengembalikan biaya instalasi energi angin. Memang, ini bukan waktu yang
sangat panjang, namun biaya instalasinya yang besar masih menjadi penghalang
bagi banyak orang untuk memanfaatkan energi angin.

Kelemahan lainnya dari tenaga angin adalah bangunan pembangkit listrik tenaga
angin dapat mempengaruhi estetika lanskap. Fasilitas listrik tenaga angin juga

15
perlu direncanakan dengan hati-hati, lokasi dan pengoperasiannya harus
meminimalkan dampak negatif pada populasi burung dan satwa liar.

Seperti yang Anda lihat, keunggualan pemanfaatan tenaga angin pasti lebih besar
daripada kelemahannya. Keunggulan inilah yang membuat pemanfaatan energi
angin terus meningkat dari waktu ke waktu.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

16
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 2017 tentang Rencana


Umum Energi Nasional. Indonesia.

Dewan Energi Nasional, Buku Bauran Energi Nasional 2020. Jakarta:


Sekretariat Jenderal DEN, 2020.

Ehtesham, R., Khatoon, S., Naseeruddin, I: Optimal and suboptimal


controller design for wind power system, Renewables: Wind, Water, Solar, pp. 1-
12, 2016.

D. Gowdar, R., Gowda, CM : Reasons for wind turbine generator failures:


a multi-criteria approach for sustainable power production, Renewables: Wind,
Water, Solar, pp. 13-24, 2016.

Yang, Q. : Wind farm layout optimization for levelized cost of energy


minimization with combined analytical wake model and hybrid optimization
strategy, Energy Conversion and Management 248, pp. 1-16, 2021.

17
Iqbal, M. : Pembuatan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Berkapasitas 100 Watt, Teknik Elektro Universitas Islam Indonesia, pp. 1-4,
2015.

Iqsyah, H.A.M. : Perancangan Pembangkit Listrik Kincir Angin


Menggunakan Empat Sumbu Horizontal, Teknik Elektro Universitas
Muhammadiyah Makassar, pp. 1-73, 2018

18

Anda mungkin juga menyukai