Disusun Oleh :
KHOERUZZAMAN 300000421410006
ARDIAN BURHANDONO 300000421410007
MUHAMMAD FARIZAN PRAEVIA 300000421410008
SYARIEF ALBAR 300000421410009
MOHAMMAD SIDIK 300000421410010
0
BAB I
PENDAHULUAN
Energi terbarukan berasal dari proses alami dan kemungkinan tidak akan
pernah habis. Energi terbarukan adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan energi dari sumber yang alami regenerasi dan karenanya, hampir
tak terbatas. Ini termasuk energi surya, energi angin, tenaga air, biomassa (berasal
dari tumbuhan), energi panas bumi (panas dari bumi), dan energi laut.
Peningkatan penggunaan energi terbarukan bisa mengurangi pembakaran bahan
bakar fosil (batubara, minyak bumi, dan gas alam), menghilangkan polusi udara
1
yang terkait dan emisi karbon dioksida, dan berkontribusi untuk kemandirian
energi nasional dan keamanan ekonomi dan politik.
2
1.3. Tujuan Penelitian
3
BAB II
PEMBAHASAN
Penggunaan energi angin sebagai salah satu alternatif sumber energi baru
perlu dipertimbangkan. Angin termasuk energi dengan tidak terbatas jumlahnya,
sehingga dapat terus menerus mampu menghasilkan energi. Dibandingkan dengan
tenaga air atau tenaga surya, dimana air akan mengalami masa kekeringan ketika
musim kemarau tiba, dan matahari akan terbenam ketika malam datang.
Sedangkan angin, akan selalu berhembus setiap saat, bisa dalam frekuensi rendah
atau bisa dalam frekuensi tinggi. Tenaga angin adalah sumber terbarukan yang
hemat biaya dan dapat diintegrasikan dengan lancar ke jaringan listrik dengan
memasukkan strategi pengendalian yang memadai (Ehtesham, 2016).
Angin telah dimanfaatkan banyak orang sejak beberapa abad silam. Pada
awal 5000 SM, sudah banyak orang yang memanfaatkan energi angin untuk
mendorong perahu di sepanjang Sungai Nill. Kemudian pada 200 SM, China
sudah memanfaatkan kincir angin sederhana untuk memompa air. Teknologi
kincir angin sumbu vertikal dengan latar buluh tenun juga digunakan untuk
4
menggiling biji-bijian di daratan persia dan negara di timur tengah. Pada abad ke-
11, penggunaan energi angin akhirnya sudah menyebar ke seluruh dunia. Pada
abad tersebut orang-orang di Timur Tengah menggunakan kincir angin secara luas
untuk memproduksi pangan. Sedangkan Negara Belanda mulai menyempurnakan
kincir angin untuk menguras danau dan rawa-rawa yang ada di Delta Sungai
Rhine. Barulah Di akhir Abad ke-19 teknologi alternatif ini sudah mulai
dimanfaatkan untuk memompa air di peternakan, pertanian serta menghasilkan
energi listrik untuk rumah-rumah dan industri. Di akhir tahun 1920, Amerika
menggunakan kincir angin kecil untuk menghasilkan listrik di daerah pedesaan
belum memiliki listrik. Namun beberapa tahun setelahnya pembangkit ini
ditinggalkan dengan adanya pemanfaatan pembangkit listrik dari bahan bakar
fosil.
Pada awal tahun 1970, pembangkit listrik tenaga angin kembali berkembang
persait terkait transisi sumber energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.
Kekhawatiran mengenai emisi dari bahan bakar fosil, harga bahan bakar fosil
yang tinggi, serta dukungan pemerintah mengenai pemanfaatan energi angin
membuat energi angin digunakan oleh berbagai negara untuk menghasilkan energi
listrik dan lainnya. Beberapa negara tersebut kemudian mengoptimalkan
penggunaan energi angin dengan membuat wind farm. Optimalisasi tata letak
wind farm menarik perhatian beberapa peniliti dimana, jika pemasangan tidak
tepat akan dapat menyebabkan turbulensi pada kincir angin (Yang, 2021).
Energi angin dapat menggerakan alat yang sering dikenal dengan istilah
kincir angin sebagai pembangkit listrik. Dengan menggunakan energi angin
sebagai pembangkit listrik, maka emisi dan polusi udara dapat dihindarkan.
Komponen pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin ini merupakan
pembangkit listrik yang menggunakan turbin angin (wind turbine) sebagai
peralatan utamanya. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar
turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibelakang bagian
5
turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi listrik ini biasanya
akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan.
a. Anemometer
b. Blades
Kebanyakan turbin baik dua atau tiga blades atau pisau. Angin bertiup
mengerakkan pisau-pisau sehingga dihasilkan energi kinetik.
c. Brake
6
maksimal pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan.
Kehadiran angin diluar dugaan akan menyebabkan putaran yang cukup
cepat pada poros generator, sehingga jika tidak diatasi maka putaran ini
dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih
diantaranya overheat, rotor breakdown, kawat pada generator putus
karena tidak dapat menahan arus yang cukup besar.
d. Controller
e. Gear box
f. Generator
h. Low-speed shaft
i. Nacelle
Nacelle berada di atas menara dan berisi gear box, poros kecepatan
rendah dan tinggi, generator, kontrol, dan rem.
7
j. Pitch
Blades yang berbalik, atau nada, dari angin untuk mengontrol kecepatan
rotor dan menjaga rotor berputar dalam angin yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah untuk menghasilkan listrik.
k. Rotor
l. Tower
Menara yang terbuat dari baja tabung (yang ditampilkan di sini), beton
atau kisi baja. Karena kecepatan angin meningkat dengan tinggi, menara
tinggi memungkinkan turbin untuk menangkap lebih banyak energi dan
menghasilkan listrik lebih banyak.
m. Wind Direction
n. Wind vane
o. Yaw drive
p. Yaw motor
8
menentu. Oleh karena itu digunakan alat penyimpan energi yang
berfungsi sebagai back-up energi listrik. Ketika beban penggunaan daya
listrik masyarakat meningkat atau ketika kecepatan angin suatu daerah
sedang menurun, maka kebutuhan permintaan akan daya listrik tidak
dapat terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan media penyimpanan
sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya pada saat
turbin angin berputar kencang atau saat penggunaan daya pada
masyarakat menurun.
9
Gambar 2. Blade Turbin Angin
Turbin angin sumbu vertikal merupakan turbin angin yang sumbu rotasi
rotornya tegak lurus terhadap permukaan tanah. Jika dilihat dari efisiensi turbin,
turbin angin sumbu horizontal lebih efektif dalam mengekstrak energi angin
dibanding dengan turbin angin sumbu vertikal. Meskipun demikian, turbin angin
vertikal memiliki keunggulan, yaitu: Turbin angin sumbu vertikal tidak harus
diubah posisinya, dimana jika arah angin berubah, tidak seperti turbin angin
horizontal yang memerlukan mekanisme tambahan untuk menyesuaikan rotor
turbin dengan arah angi, tidak membutuhkan struktur menara yang besar,
konstruksi turbin sederhana sehingga mudah menempatkan komponen mekanik
dan komponen elektronik yang mendukung beroperasinya turbin.
10
2.3.3. Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau Bayu (PLTB) secara umum adalah
suatu sistem pembangkit listrik yang dapat mengonversikan energi kinetik dari
angin menjadi energi mekanik. Secara umum PLTB terbagi menjadi 4 bagian,
yaitu rotor turbin, gearbox, generator dan pembebanan. Prinsip kerja PLTB adalah
mengubah energi kinetik dari angin menjadi energi mekanik dari putaran baling –
baling yang dapat memutarkan rotor. Putaran dari rotor relatif lambat sehingga
PLTB secara umum menggunakan gearbox untuk mempercepat laju putaran rotor.
Setelah itu generator mengubah putaran dari gearbox tersebut menjadi energi
listrik. (Iqbal, 2015) Perubahan dari energi angin, energi mekanik, dan energi
elektrik dapat digambarkan seperti Gambar 4.
11
Gambar 5. Peta Potensi Angin di Indonesia (ESDM, 2018)
Negara Indonesia mempunyai sumber energi angin yang cukup besar dan
tersebar di berbagai daerah untuk dikembangkan menjadi PLTB. Menurut hasil
penelitian Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dari 166
lokasi yang diteliti, terdapat 35 lokasi yang mempunyai potensi angin yang bagus
dengan kecepatan angin diatas 5 meter perdetik pada ketinggian 50 meter. Daerah
yang mempunyai kecepatan angin bagus tersebut, diantaranya Nusa Tenggara
Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), pantai selatan Jawa dan pantai selatan
Sulawesi. Disamping itu, LAPAN juga menemukan 34 lokasi yang kecepatan
anginnya mencukupi dengan kecepatan 4 sampai 5 meter perdetik (Iqsyah, 2018).
12
Tabel 1. Potensi Angin per Provinsi (satuan MW)
13
Pemerintah dalam hal ini melalui RUEN, telah melakukan beberapa upaya
terkait perkembangan energi baru dan terbarukan. Salah satunya melalui
pengembangan tenaga bayu untuk tenaga listrik diproyeksikan sebesar 1,8GW
pada tahun 2025 dan 28,0 GW pada tahun 2050 atau 46% dari potensi bayu
sebesar 60,6 GW. Berikut merupakan Pengembangan Pembangkit Listrik EBT
Tahun 2015 – 2050, dimana terdapat energi angin salahsatunya.
Energi angin secara ekologis adalah sumber energi yang dapat diterima,
yang berarti bahwa energi angin tidak seperti bahan bakar fosil yang memiliki
kontribusi lebih besar terhadap dampak perubahan iklim. Energi angin tidak
menghasilkan emisi, yang mana berefek pada emisi rumah kaca. Berdasar
14
literatur, turbin angin tunggal 1-MW dapat menghemat sekitar 2.000 ton karbon
dioksida dalam satu tahun. Energi angin juga merupakan sumber energi
terbarukan yang berarti tidak dapat habis seperti bahan bakar fosil. Energi angin
yang tersedia di atmosfer lima kali lebih besar daripada konsumsi energi dunia
saat ini. Potensi energi angin di darat dan dekat pantai sekitar 72 TW (tera watt)
yang melebihi lima kali lebih banyak dari penggunaan energi dunia saat ini dalam
segala bentuk. Keuntungan lain dari tenaga angin adalah fakta bahwa setiap orang
bisa membangun atau membeli turbin angin untuk memanfaatkan energi angin
dan memenuhi kebutuhan energi di rumah sendiri. Dengan memiliki turbin angin
sendiri juga berarti menghindari terjadinya pemadaman listrik bila terjadi
kerusakan jaring PLN. Juga, listrik tenaga angin akan menjadi lebih hemat biaya
seiring dengan adanya banyak penelitian yang dilakukan untuk memotong biaya
instalasi, meningkatkan efisiensi dan untuk memastikan agar energi angin menjadi
lebih dapat diandalkan.
Ketika berbicara mengenai kekurangan energi angin, hal pertama yang harus
disebutkan adalah ketersediaan angin. Di beberapa tempat angin kencang sering
ditemui yang membuat pemanfaatan energi angin menjadi sangat mudah,
sementara di beberapa tempat angin tidak cukup kuat untuk menciptakan listrik
yang memadai.
Biaya instalasi tenaga angin yang masih relatif tinggi merupakan kelemahan lain
dari energi angin. Secara kasar, dibutuhkan sekitar 10 tahun untuk
mengembalikan biaya instalasi energi angin. Memang, ini bukan waktu yang
sangat panjang, namun biaya instalasinya yang besar masih menjadi penghalang
bagi banyak orang untuk memanfaatkan energi angin.
Kelemahan lainnya dari tenaga angin adalah bangunan pembangkit listrik tenaga
angin dapat mempengaruhi estetika lanskap. Fasilitas listrik tenaga angin juga
15
perlu direncanakan dengan hati-hati, lokasi dan pengoperasiannya harus
meminimalkan dampak negatif pada populasi burung dan satwa liar.
Seperti yang Anda lihat, keunggualan pemanfaatan tenaga angin pasti lebih besar
daripada kelemahannya. Keunggulan inilah yang membuat pemanfaatan energi
angin terus meningkat dari waktu ke waktu.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Iqbal, M. : Pembuatan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Berkapasitas 100 Watt, Teknik Elektro Universitas Islam Indonesia, pp. 1-4,
2015.
18