M Sulthon Novera Rega - UTS Sistem Perencanaan Energi

Mata Kuliah : Sistem Perencanaan Energi
UJIAN TENGAH SEMESTER

Sifat : Daring , Terbuka
PERIODE APRIL 2021
Hari, tanggal : Kamis , 8 April 2021
TAHUN AJARAN 2020/2021 Waktu : 18.30 s/d Jumat 9 April 2021 pukul 19.00
MAGISTER ENERGI Ruang :
SEKOLAH PASCASARJANA Jumlah Peserta :
UNIVERSITAS DIPONEGORO Dosen : -Dr. Jaka Windarta
Pengampu -Dr. Toni Suryo
Nama Mahasiswa : Muhammad Sulthon Novera Rega

NIM : 30000420420031
1. Dalam sistem perencanaan energi, maka ada beberapa istilah antara lain :
a. Intensitas
b. Elasistas
c. Skenario BAU
d. Skenario Kebijakan
e. Demand Side
f. Supply Side
g. BOE dan TOE
Jelaskan pengertian pengertian diatas dan berikan contoh yang jelas untuk pengertian diatas
2. Terangkan dengan jelas langkah-langkah untuk merencanakan perhitungan rencana kebutuhan

energi rumah tangga dan transportasi untuk suatu daerah pada tahun 2021 – 2030 dan data data
apa saja yang diperlukan dalam melakukan perhitungan kebutuhan energi kedepan. Berikan contoh
perhitungan secara kebutuhan energi rumah tangga dan transportasi tersebut dengan menggunakan
EXCEL atau LEAP
3. Dalam peraturan pemerintah No 79 tahun 2014 tentang KEN pada pasal

a. pada tahun 2025 peran Energi Baru dan Energi Terbarukan paling sedikit 23% (dua puluh tiga
persen) dan pada tahun 2050 paling sedikit 31% (tiga puluh satu persen) sepanjang
keekonomiannya terpenuhi;
b. pada tahun 2025 peran minyak bumi kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dan pada tahun
2050 menjadi kurang dari 20% (dua puluh persen);
c. pada tahun 2025 peran batubara minimal 30% (tiga puluh persen), dan pada tahun 2050 minimal
25% (dua puluh lima persen); dan
d. pada tahun 2025 peran gas bumi minimal 22% (dua puluh dua persen) dan pada tahun 2050
minimal 24% (dua puluh empat persen).
e. Rasio Elektrifikasi menjadi 100 persen di tahun 2020
Dari uraian diatas apa yang dimaksud angka angka tersebut diatas dan menurut anda bagaimana target
KEN tersebut dibandingkan kondisi actual saat ini serta bagaimana target KEN dapat tercapai dan
langkah langkah kongkret agar KEN tersebut tercapai ( jelaskan secara rinci )
Note : Sistem Ujian Buka buku dan diketik yang rapi kemudian di upload di MS team sesusi dengan
ketentuan di soal waktunya dan tidak boleh terlambat
Nama Dokumen : Soal Ujian Tengah Semester Periode Oktober 2020; TA 2020/2021
Nomor Dokumen : PM/ Tanggal Terbit :
Revisi : Halaman :1
ACUAN DIBUAT OLEH DIREVIEW OLEH DISETUJUI OLEH
1. Kurikulum Dosen Pengampu Koordinator Peer Grup Prodi S2 MTE
Magister Energi
2. RPSP
Sekolah Pascasarjana
Universitas Diponegoro
- Pengampu sebelum UTS
PERIODE APRIL 2021
JAWABAN:
1. Dalam perencanaan energi, maka ada beberapa istilah antara lain:

a. Intensitas Energi
Intensitas Energi berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia atau PP
No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional adalah “jumlah total konsumsi
energi per unit produk domestik bruto (PDB)”.
Berdasarkan Pasal 9 PP No. 79 tahun 2014 poin (c), Intensitas Energi menjadi salah satu
parameter sasaran kebijakan energi nasional untuk pemenuhan Penyediaan Energi dan
Pemanfaatan Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. Parameter yang harus dicapai
adalah tercapainya Intensitas Energi final sebesar 1% per tahun sampai dengan tahun
2025.
Intensitas energi menggambarkan konsumsi energi untuk kegiatan ekonomi suatu negara
yang dinyatakan sebagai konsumsi energi per PDB. Intensitas energi dapat dijadikan tolok
ukur efisiensi kegiatan ekonomi suatu negara. Makin tinggi intensitas energi makin
efisien pengunaan energi di negara tersebut untuk pertumbuhan PDB.
Berdasarkan Bab Penjelasan Perda No. 12 tahun 2018 tentang Rencana Umum Energi
Daerah Provinsi Jawa Tengah, Intensitas Energi dapat diperoleh melalui:
Aktivitas pemakaian energi berbeda-beda tiap sektor, yaitu:

- Rumah Tangga → Jumlah Penduduk (Jiwa)
- Bisnis, Industri, Umum → PDRB (Rp)
Revisi : Halaman :2
Magister Energi
2. RPSP
PERIODE APRIL 2021
- Transportasi (Mobil penumpang, sepeda motor, dkk) → Unit
Contoh perhitungan intensitas energi listrik (rumah tangga) di Indonesia pada tahun 2019
berdasarkan data BPS:
- Jumlah pelanggan listrik PLN kelompok Rumah Tangga: 69.702.979 Rumah
Tangga
- Jumlah Listrik yang didistribusikan kepada pelanggan kelompok Rumah Tangga:
103.789,68 GWh
Jadi, Intensitas Energi Listrik Kelompok Rumah Tangga di Indonesia tahun 2019
b. Elastisitas Energi
Elastisitas Energi berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia atau PP
No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional adalah “perbandingan antara
laju pertumbuhan kebutuhan energi terhadap laju pertumbuhan ekonomi”.
Berdasarkan Pasal 9 PP No. 79 tahun 2014 poin (b), Elastisitas Energi menjadi salah satu
parameter sasaran kebijakan energi nasional untuk pemenuhan Penyediaan Energi dan
Pemanfaatan Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. Parameter yang harus dicapai
adalah tercapainya Elastisitas Energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025 yang
diselaraskan dengan target pertumbuhan ekonomi.
Revisi : Halaman :3
Magister Energi
2. RPSP
PERIODE APRIL 2021
Berdasarkan Buku Ketahanan Energi Indonesia 2015 oleh Dewan Energi Nasional, semakin
rendah elastisitas energi berarti pemakaian energi semakin efisien. Kecenderungan pada
negara maju elastisitas energi pada umumnya antara 0,1 hingga 0,6. Sedangkan elastisitas
energi di Indonesia sebesar 1,36 pada tahun 2012, lebih tinggi dibandingkan dengan
Singapura yang memiliki nilai elastisitas energi yaitu 1,1 pada tahun yang sama.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan ekonomi Indonesia
6,23% pada tahun 2012, artinya laju pertumbuhan kebutuhan energi Indonesia pada saat itu
adalah sebesar 6,853%.
Atau contoh lainnya:

- Laju pertumbuhan energi = 5%
- Laju pertumbuhan ekonomi = 3%
c. Skenario BAU (Business as Usual)

Penyusunan skenario BAU dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang besarnya
kebutuhan di masa mendatang jika tren pertumbuhan yang ada saat ini dilanjutkan. Atau bisa
dikatakan adalah skenario yang tanpa melibatkan intervensi kebijakan dari pemerintah.
Contoh: asumsi pertumbuhan kebutuhan listrik naik 5% per tahun, tanpa intervensi
kebijakan dari pemerintah
d. Skenario Kebijakan
Skenario prakiraan energi dengan intervensi rancangan kebijakan energi nasional (KEN)
atau rencana umum energi daerah/nasional (RUEN/RUED) yaitu proyeksi kebutuhan energi
di masa mendatang dengan mempertimbangkan dinamika demografi dan kewilayahan,
penggunaan teknologi, perubahan kebijakan dan pengendalian variabel-variabel lainnya.
Revisi : Halaman :4
Magister Energi
2. RPSP
PERIODE APRIL 2021
Selain itu, yang baru yang mencakup konservasi dan diversifikasi energi dan pengembangan
energi terbarukan yang mempertimbangkan pengurangan emisi gas-gas rumah kaca dari
sektor energi.
e. Demand Side
Merupakan salah satu aspek pengelolaan pemanfaatan energi dari sisi pengguna atau
permintaan, dimana setiap orang serta setiap lini atau lapisan masyarakat serta setiap sektor
bisa menggunakan energi secara efektif, efisien, sehingga setiap energi yang digunakan itu
memiliki kebermanfaatan. Atau singkatnya, energy demand side management yaitu dari
permintaan untuk memasok energi.
f. Supply Side
Merupakan salah satu aspek pengelolaan pemanfaatan energi dari sisi penyedia energi
dengan mengintegrasikan cara-cara alternatif pembangkit listrik, seperti pembangkit energi
terbarukan dan fosil. Supply side mengacu pada tindakan yang diambil untuk memastikan
pembangkitan, transmisi dan distribusi energi dilakukan secara efisien. Istilah ini digunakan
terutama untuk listrik tetapi juga dapat diterapkan untuk tindakan yang berkaitan dengan
penyediaan sumber daya energi lain seperti bahan bakar fosil dan energi terbarukan.
Paradigma yang dimaksud yaitu energy supply side management yakni dengan alur dari
pasokan energi untuk memenuhi permintaan energi.
g. BOE dan TOE

• BOE atau Barrel of Oil Equivalent adalah satuan energi yang besarnya berdasarkan
perkiraan energi yang dilepaskan oleh pembakaran satu barel minyak atau setara
158,987 Liter
• TOE atau Tonne of Oil Equivalent adalah satuan energi yang besarnya berdasarkan
perkiraan energi yang dilepaskan oleh pembakaran satu ton minyak atau setara
11.630 MWh.
• SBM atau Setara Barel Minyak adalah terjemahan BOE dalam bahasa Indonesia.
Revisi : Halaman :5
Magister Energi
2. RPSP
PERIODE APRIL 2021
Tabel 1. Contoh konversi satuan energi ke SBM

Energi Satuan Faktor Pengali ke SBM
Kalimantan Coal Ton 4,2
Imported Coal Ton 4,276
Tanjung Enim Coal Ton 3,7778
Fuel Oil KL 6,9612
Industrial Diesel Oil KL 6,6078
Electric Power MWh 0,6130
Konversi 1.000 SBM ke:

▪ Ton Batubara
Kalimantan Coal Ton 4,2
Imported Coal Ton 4,276
Tanjung Enim Coal Ton 3,7778
- Dalam Kalimantan Coal:
- Dalam Imported Coal:
- Dalam Tanjung Enim Coal:
▪ Kilo Liter Minyak Solar

Fuel Oil KL 6,9612
Industrial Diesel Oil KL 6,6078
Revisi : Halaman :6
Magister Energi
2. RPSP
PERIODE APRIL 2021
- Dalam Fuel Oil:
- Dalam Industrial Fuel Oil:
▪ Energi Listrik (kWh)

Electric Power MWh 0,6130
- Dalam Electric Power:
Revisi : Halaman :7
Magister Energi
2. RPSP
PERIODE APRIL 2021
2. (HASIL TERLAMPIR)
Data yang diperlukan dan langkah-langkah untuk merencanakan perhitungan rencana kebutuhan
energi rumah tangga dan transportasi untuk suatu daerah pada tahun 2021 – 2030 adalah:
Tabel 2. Data yang diperlukan untuk perencanaan energi rumah tangga

No Jenis Data Kebutuhan Data
- Jumlah penduduk atau populasi
- Jumlah rumah tangga
1. Aktivitas - Rasio elektrifikasi
- Jumlah rumah tanga pengguna peralatan
- Penetrasi atas peralatan
- Penjualan listrik
2. Intensitas
- Konsumsi bahan bakar
- Pertumbuhan penduduk
- Pertumbuhan rumah tangga
3. Skenario
- Pertumbuhan rasio elektrifikasi
- Kebijakan bahan bakar
Tabel 3. Data yang diperlukan untuk perencanaan energi untuk transportasi

No Jenis Data Kebutuhan Data
- Jenis Kendaraan
1. Aktivitas - Klasifikasi per jenis kendaraan
- Jumlah kendaraan per jenis kendaraan
- Jenis bahan bakar
2. Intensitas
- Konsumsi bahan bakar
- Pertumbuhan jumlah kendaraan
3. Skenario
- Kebijakan pembatasan bahan bakar
Revisi : Halaman :8
Magister Energi
2. RPSP
PERIODE APRIL 2021
3. PP No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional
Tabel 4. Capaian Kebijakan Energi dalam Buku Bauran Energi Nasional, 2020
Angka-angka tersebut adalah bukti komitmen pemerintah dalam mengupayakan penggunaan

energi bersih di Indonesia dan berkelanjutan, serta menurunkan tingkat ketergantungan
terhadap energi fosil di masa mendatang. Target proporsional Energi Baru dan Terbarukan
(EBT) minimal sebesar 23% pada tahun 2025 dan minimal 31% pada tahun 2050. Maksud
dari hal ini adalah pasokan energi total yang disuplai oleh EBT seperti panas bumi,
bioenergi, tenaga air, tenaga matahari, tenaga angin, dan EBT lainnya minimal mencapai
angka yang telah disebutkan di atas dalam persentase total energi primer. Namun, dari data
capaian bauran energi, proporsi EBT baru mencapai 9,15% di tahun 2019. Target
penggunaan minyak bumi kurang dari 25% pada tahun 2025 dan 20% pada tahun 2050, serta
penggunaan batubara 30% pada tahun 2025 dan 25% pada tahun 2050 adalah bukti
pemerintah ingin menekan ketergantungan atas energi fosil. Meskipun kondisi aktual,
persentase peran minyak bumi masih berada di angka 33,58% dan peran batubara masih
berada di angka 37,15% bauran energi nasional. Pun sama halnya dengan peran gas bumi
yang ditargetkan minimal 22% pada tahun 2025 serta 24% pada tahun 2050. Peran gas bumi
aktualnya pada tahun 2019 masih di bawah target, yakni 20,13%. Target rasio elektrifikasi
100% pada tahun 2020 artinya adalah jumlah rumah tangga berlistrik di Indonesia sama
dengan jumlah rumah tangga total. Namun, berdasarkan data Capaian Kebijakan Energi
Kementerian ESDM tahun 2019, rasio elektrifikasi masih berada pada angka 98,81%.
Artinya masih terdapat 1,19% rumah tangga yang belum mendapatkan pasokan listrik.
Revisi : Halaman :9
Magister Energi
2. RPSP
PERIODE APRIL 2021
Langkah-langkah konkret yang perlu dilakukan dalam hemat saya adalah membuat
kebijakan izin investasi yang mudah disertai kebijakan insentif bagi industri di bidang EBT
supaya iklim investasi meningkat. Penyiapan skema insentif atau pengaturan tarif yang
mempertimbangkan keekonomian proyek PLTP serta Melakukan eksplorasi panas bumi
hingga pengeboran dalam rangka peningkatan kualitas data wilayah panas bumi yang akan
ditawarkan kepada badan usaha. Pengembangan PLTS, Biomassa, PLTA, serta PLTP secara
masif dengan sinergi dengan swasta dan BUMN. Regulasi akan konservasi energi juga perlu
digalakkan, sehingga ketergantungan akan energi fosil juga akan turun. Regulasi ini
sebaiknya diselaraskan dengan penyesuaian tarif Rp/kWh bagi industri di bidang EBT yang
kompetitif dengan industri listrik yang menggunakan energi konvensional, supaya investor
tidak berat sebelah dalam “mempercayakan uang” untuk upaya penyediaan dan pemanfaatan
energi.
Revisi : Halaman : 10
Magister Energi
2. RPSP

M Sulthon Novera Rega - UTS Sistem Perencanaan Energi

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Deskripsi Asli:

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

M Sulthon Novera Rega - UTS Sistem Perencanaan Energi

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

Mata Kuliah : Sistem Perencanaan Energi

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama Mahasiswa : Muhammad Sulthon Novera Rega

2. Terangkan dengan jelas langkah-langkah untuk merencanakan perhitungan rencana kebutuhan

3. Dalam peraturan pemerintah No 79 tahun 2014 tentang KEN pada pasal

1. Dalam perencanaan energi, maka ada beberapa istilah antara lain:

Aktivitas pemakaian energi berbeda-beda tiap sektor, yaitu:

- Transportasi (Mobil penumpang, sepeda motor, dkk) → Unit

Atau contoh lainnya:

c. Skenario BAU (Business as Usual)

g. BOE dan TOE

Tabel 1. Contoh konversi satuan energi ke SBM

Konversi 1.000 SBM ke:

- Dalam Kalimantan Coal:

- Dalam Imported Coal:

- Dalam Tanjung Enim Coal:

▪ Kilo Liter Minyak Solar

- Dalam Fuel Oil:

- Dalam Industrial Fuel Oil:

▪ Energi Listrik (kWh)

- Dalam Electric Power:

Tabel 2. Data yang diperlukan untuk perencanaan energi rumah tangga

Tabel 3. Data yang diperlukan untuk perencanaan energi untuk transportasi

3. PP No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional

Angka-angka tersebut adalah bukti komitmen pemerintah dalam mengupayakan penggunaan

Anda mungkin juga menyukai