TIM AUDIT :
TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSAMUS
FAKULTAS TEKNIK
2021
KETERANGAN TUGAS
1. Tanggal pemberian tugas 26/04/2021
2. Waktu pengumpulan tugas ../../2021
TUGAS III
1. Mengaudit aktivitas penggunaan energy di Gedung Kuliah Universitas
Musamus yang di sertai :
Standar ISO ME
Daftar isian untuk setiap beban
Struktur organisasi manajemen dalam audit energi
Standar penghematan
AUDIT ENRRGI GEDUNG
KULIAH UNIVERSITAS
MUSAMUS
BAB 1
PENDAHULUAN
Hal ini juga terjadi di Indonensia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik mengumumkan
produk domestik bruto Indonesia tumbuh 5,78 persen pada 2013 dibandingkan
2012. Pertumbuhan ini tentunya perlu dibarengi adanya ketersediaan energi yang cukup.
Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya pembangunan Nasional yang diikuti dengan
meningkatnya pertumbuhan pengunaan energi di segala sector, termasuk sector bangunan
pemerintah. Sementara itu penyediaan energi sekarang ini masih bergantung pada bahan
bakar fosil, terutama bahan bakar minyak dan cadangan semakin menipis, sementara harga
energi khusunya harga bahan bakar minyak melonjak tajam, sementara penggunaan energi
masih tergolong boros. Hasil survai menunjukkan bahwa sektor bangunan mempunyai
potensi penghemat sekitar 5 – 20 %. Melihat cukup besarnya peluang penghematan energi
yang teridentifikasi tersebut serta besarnya manfaat yang akan diperoleh apabila peluang ini
diimplementasikan,, maka program konservasi energi perlu terus digalakkan. Konservasi
energi dapat membawa manfaat yang sangat besar berupa penghematan energi dan biaya
energi yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing di pasar global. Untuk mengatasi
permasalahan di atas maka, para konsumen besar seperti Industri ataupun pengelolah gedung
perlu untuk meningkatkan efisiensi energinya.
Berdasarkan data statistik listrik PLN tahun 2020 nampak bahwa konsumsi energi listrik
untuk gedung komersial mencapai 3.057,21 GWh atau mengalami pertumbuhan konsumsi
energi listrik sebesar adalah 9,8% dari tahun 2011 yaitu 2.786,72 GWh. Tingginya konsumsi
energi ini mendorong pemerintah untuk membangun pembangkit baru. Bersamaan dengan
itu pemerintah juga mendorong penggunaan energi secara efisien dan tepat guna disisi
pengguna melalui program konservasi energi. Agar program konservasi energi dapat berjalan
dengan baik, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009
tentang Konservasi Energi. Sehingga dengan aktivitas ini banyak bangunan telah mengambil
manfaat serta keuntungan dalam usaha meningkatkan efisiensi dan optimasi penggunaan
energi guna menurunkan biaya energi. Untuk mendukung program konservasi energi
nasional agar bias terlaksana dengan baik, maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa
kebijakan yang berhubungan dengan konservasi energi.
Kenyataan bahwa energi fosil khususnya minyak bumi yang merupakan sumber energi utama
saat ini terbatas jumlahnya, sementara komsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju
pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Untuk mengatasi keterbatasan itu
energi terbarukan adalah alternatif solusi karena energi terbarukan adalah energi yang dapat
diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik, sumber daya itu tidak akan habis. Untuk
mengoptimalkan penggunaan energy dalam negeri, sejak beberapa tahun silam pemerintah
telah mengeluarkan Kepres No. 43/1991. Menurut Keputusan Presiden RI No. 43 tahun 1991,
konservasi energi adalah penggunaan energi secara efisien dan rasional dan tanpa
menggurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan. Upaya yang bisa kita
lakukan dalam konservasi energi diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan, penggunaan
teknologi yang efisien dan membudayakan pola hidup hemat energi. Dalam hal praktis
konservasi energi merupakan upaya penurunan jumlah energi yang digunakan sambil
meningkatkan hasil yang sama. Upaya ini dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, nilai
lingkungan, keamanan nasional, keamanan personil, dan kenyamanan manusia.
Sebagai tindak lanjut dari Kepres No. 43/1991 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang
berkaitan dengan upaya penghematan energi yang tercantum dalam Intruksi Presiden (Inpres)
RI Nomor 10 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen
ESDM) Nomor 31 Tahun 2005. Menurut Inpres No. 10/2005 Presiden RI menginstruksikan
kepada:
a. Pimpinan aparatur Negara dan daerah:
- Melakukan langkah-langkah penghematan energi di instansi masing-masing yang
meliputi penerangan, pendinginan ruangan, peralatan listrik, dan kendaraan dinas
- Menghimbau dan mensosialisasikan kepada masyarakat untuk melaksanakan
penghematan energi
- Memonitor pelaksanaan penghematan energi dan melaporkannya kepada Presiden
melalui MESDM.
b. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
- Mengatur tata cara pelaksanaan penghematan energi
- Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pelaksanaan penghematan energi
Pelaksanaan konservasi energi diterapkan terhadap semua pemanfaat energi baik langsung
maupun tidak langsung yang meliputi antara lain pertambangan, ketenagalistrikan,
perhubungan, Perindustrian, Pekerjaan Umum. Perdagangan, kawasan industri, pemukiman,
perhotelan, bangunan, gedung dan rumah tangga. Sumber energi wajib dimanfaatkan secara
berdaya guna dan berhasil guna. Pemanfaatan sumber energi dengan memperhatikan: .
Kelestarian lingkungan hidup; Perancangan yang berorientasi pada penggunaan energi secara
hemat; Pemilihan sarana, peralatan dan bahan yang secara langsung maupun tidak langsung
menghemat penggunaan energi; Optimasi pengoperasian sistem, sarana, peralatan dan proses
yang bertujuan menghemat energi.
Langkah-langkah yang dilakukan penyebarluasan pengertian dan arti pentingnya energi
dilakukan melalui: kampanye dan penyebaran informasi dengan media cetak, media
elektronik, diskusi, ceramah dan lomba hemat energi; pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan teknis, memperluas wawasan teknologi dalam bidang konservasi
energi dan melatih penerapannya secara langsung; Peragaan dan percontohan untuk
memperkenalkan teknologi konservasi kepada masyarakat pemakai energi melalui
percontohan peralatan hemat energi, baik dari segi perancangan maupun cara
pengoperasiannya; Penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan teknologi dalam bidang konservasi energi; pengembangan sistem audit energi
dan identifikasi potensi, perbaikan efisiensi sistem, perbaikan efisiensi proses, perbaikan
efisiensi sarana dan perbaikan efisiensi peralatan; Standarisasi yaitu melaksanakan upaya
penghematan energi melalui penetapan standar unjuk kerja dan efisiensi peralatan.
Kemudian pada tahun 2005, dikeluarkan Master plan Rencana Induk Konservasi Energi
Nasional yang pada intinya untuk mengurangi intensitas energi setiap tahun 1% hingga tahun
2025. Pada tahun 2006, Presiden Republik Indoensia mengeluarkan PP No.5/2006 tentang
Kebijakan Energi nasional. Salah satu isinya mengatakan bahwa Konservasi energi adalah
penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang
memang benar-benar diperlukan.
Pada Tahun 2007 dikeluarkan Undang-Undang yaitu UU No. 30/2007 tentang Energi. Salah
satu pasalnya mengatakan bahwa konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab
pemerintah, pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat. Konservasi energi nasional
mencakup seluruh tahap pengelolaan energi. Pengguna energi dan produsen peralatan hemat
energi yang melaksanakan konservasi energi diberi kemudahan dan/atau insentif oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang
tidak melaksanakan konservasi energi diberi disinsentif oleh Pemerintah dan/ atau pemerintah
daerah. Kemudian pada tahun 2008, Dikeluarkan Instruksi Presiden No. 2/2008 tentang
pengehamatan air dan energi.
Terakhir pada tahun 2009, Presiden mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No. 70/2009
tentang Konservasi Energi. Memuat tentang Konservasi energi nasional menjadi tanggung
jawab Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota,
pengusaha dan masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab secara nasional untuk:
merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program konservasi energi;
mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang konservasi energi;
melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi
yang menerapkan konservasi energi; mengkaji, menyusun, dan menetapkan kebijakan, serta
mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; memberikan
kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi;
melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha, pengguna sumber energi,
dan pengguna energi; melaksanakan program dan kegiatan konservasi energy yang telah
ditetapkan; dan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program
konservasi energi. Disamping itu pengusaha bertanggung jawab: melaksanakan konservasi
energi dalam setiap tahap pelaksanaan usaha; dan menggunakan teknologi yang efisien
energi; dan/atau menghasilkan produk dan/atau jasa yang hemat energi. Para pengusaha yang
merupakan pengguna energi wajib dilakukan secara hemat dan efisien. Pengguna sumber
energi dan pengguna energi yang menggunakan sumber energi dan/atau energi lebih besar
atau sama dengan 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun wajib melakukan konservasi
energy melalui manajemen energi. Manajemen energi dilakukan dengan. menunjuk manajer
energi; menyusun program konservasi energi; melaksanakan audit energi secara berkala;
melaksanakan rekomendasi hasil audit energi; dan melaporkan pelaksanaan konservasi
energi setiap tahun kepada pemerintah.
Gambar 1.1. Skhema tahapan pelaksanaan audit energi pada bangunan gedung kuliah
Komunikasi
PENAWARAN
Setuju Tidak
Audit Energi ? SELESAI
SELESAI
Y
Lembar Isian Data Gedung a
Kebutuhan
yang Diperlukan Data Awal Informasi Gedung
Tidak
Pengiriman Dokumen Y Dikirim Survei Awal
oleh a Pengelola Gedung ? oleh Tim Auditor
TAHAP PERSIAPN
Pemilik/Pengelola Gedung
Sosialisasi
SELESAI
1.4 Indeks Konsumsi Energi (IKE)
Intensitas Konsumsi Energi (Energy Use Intensity) atau IKE (EUI) berdasarkan
Permen ESDM No. 13/2012 adalah besar energi yang digunakan suatu bangunan
gedung perluas area yang dikondisikan dalam satu bulan atau satu tahun. Area yang
dikondisikan adalah area yang diatur temperatur ruangannya sedemikian rupa
sehingga memenuhi standar kenyamanan dengan udara sejuk disuplai dari sistem tata
udara gedung. IKE dijadikan acuan untuk melihat seberapa besar konservasi energi
yang dilakukan gedung tersebut. Bila diindustri/pabrik, istilah yang digunakan dan
serupa tujuannya adalah konsumsi energi spesifik (Spesific Energy Consumption)
yaitu besar penggunaan energi untuk satuan produk yang dihasilkan .
Standar IKE untuk berbagai tipe/fungsi bangunan adalah sebagai berikut. Pada
hakekatnya Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil bagi antara konsumsi energi
total selama periode tertentu (satu tahun) dengan luasan bangunan. Satuan IKE adalah
kWh/m2 per tahun. Dan pemakaian IKE ini telah ditetapkan di berbagai negara antara
lain ASEAN dan APEC. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-
USAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun 1992, target
besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik untuk Indonesia adalah
sebagai berikut:
Kriteria Keterangan
a) Pengelolaan gedung dan peralatan energi dilakukan dengan
Efisien prinsip konfersi energi listrik
(10 – 20) b) Pemeliharaan peralatan energi dilakukan sesuai dengan
2
kWh/m /Tahun prosedur
c) Efisiensi pengguanaan energi masih mungkin ditingkatkan
melalui penerapan sistem
manajemen energi
a) Penggunaan energi cukup efisien namun masih memiliki
Cukup Efisien peluang konservasi energi
(20 – 30) b) Perbaikan efisiensi melalui pemeliharaan bangunan dan
kWh/m2/Tahun peralatan energi masih
dimungkinkan
a) Audit energi perlu dilakukan untuk menentukan langkah-
Boros
langkah perbaikan sehingga pemborosan energi dapat dihindari
(30 – 40) b) Desain bangunan maupun pemeliharaan dan pengoperasian
2
kWh/m /Tahun gedung belum
mempertimbangkan konservasi
energi
Cukup Efisien a) Penggunaan energi cukup efisien namun masih memiliki peluang
(1,67 – 2,5) konservasi nergi
(3,34 – 4,17) b) Agar dilakukan peninjauan ulang atas semua instalasi /peralatan
Hasil audit energi awal dari Gedung Kuliah dapat disebutkan bahwa pemakaian
energi terbanyak adalah berasal dari pemakaian daya infocus, komputer/Leptop dan
lampu. Dengan demikian pengukuran diutamakan pada ketiga beban tersebut.
Pendekatan historis penggunaan atau konsumsi energi dilakukan untuk mengetahui
pola penggunaan energi dari kurun waktu tertentu hingga kurun waktu terakhir atau
saat ini, hal ini dapat dilihat dari kecenderungan penggunaan energi yang mengalami
peningkatan atau penurunan, atau mungkin sudah stabil. Historis penggunaan energi
ini cukup penting untuk mengontrol penggunaan energi pada masa-masa yang akan
datang, kemudian menentukan base line penggunaan energi apabila penggunaan
energi terus mengalami peningkatan cukup signifikan. Dengan base line energi ini
penggunaan energi akan terus dapat dipantau dan dikontrol terus menerus.
Dari hasil pengumpulan data penggunaan energi yang dilakukan pada saat audit
energi di Gedung Kuliah, Universitas Musamus memiliki satu rekening PLN yaitu
Rekening dengan Daya 250 kVA. Berikut ini adalah data konsumsi energi bulanan
untuk periode 6 (enam) bulan terakhir.
Gambar 1.2. Grafik Konsumsi Energi Listrik Gedung Kuliah UNMUS Intesitas
Konsumsi Energy (IKE)
Intensitas konsumsi energi (IKE) pada bangunan merupakan suatu nilai/besaran yang
dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur tingkat pemanfaatan energi di
suatu bangunan. Intensitas konsumsi energi di bangunan/gedung didefinisikan dalam
besaran energi per satuan luas area pada bangunan yang dilayani oleh energi
(kWh/m2/tahun atau kWh/m 2/bulan). Berikut ini adalah nilai standar IKE untuk jenis
bangunan perkantoran pemerintah berdasarkan Permen ESDM No. 13/2012.
Selanjutnya berikut adalah jumlah Kwh perbulan, luas bangunan serta perhitungan
IKE per bulan dan per tahun pada bangunan tersebut.
Tabel 5.Nilai Intensitas Konsumsi Energi di Gedung Kuliah UNMUS
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
DESEMBER JANURI 2021 FEBRUARI MARET 2021 APRILL 2021
2020 2021
Berdasarkan hasil survei di lapangan dan data yang diperoleh dari pengelola gedung,
dikombinasikan dengan hasil observasi ketika survey, pencahayaan buatan di Gedung
Gedung Kuliah Universitas Musamus di seluruh lantai menggunakan lampu jenis
LED 15 W, 10 W dan 20 W dan Jenis Lampu TL 2 x 36 W. Pengukuran dilakukan
disetiap ruangan.
Apabila ditinjau dari hasil observasi secara visual, terdapat sumber-sumber
pencahayaan alami pada Gedung Kuliah, Universitas Musamus yaitu dari jendela.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, pemanfaatan sumber pencahayaan alami sudah
ada yang termanfaatkan namun belum secara optimal, banyak cahaya alami yang
masuk terhalang dan juga belum adanya pengetahuan mengenai hal tersebut.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai kualitas pencahayaan yang ada di
Gedung Kuliah Universitas Musamus, tim audit energi telah melakukan pengukuran
tingkat pencahayaan dengan menggunakan lux meter Digital . Pengukuran dilakukan
dengan pengambilan sampel data kuat pencahayaan pada tiap-tiap titik didalam
ruangan kerja.
Di bawah ini adalah tabel tingkat pencahayaan pada tiap-tiap ruangan hasil survey
secara langsung yang dapat dipakai sebagai perbaikan kuat penerangan sehingga
standar kenyamanan untuk ruang kerja dan secara terus menerus dapat dicapai.
Tabel 4.5 Tingkat Pencahayaan pada tiap-tiap Ruangan di Gedung Kuliah
Universitas Musamus
Berdasarkan hasil audit terlihat bahwa rentang tingkat Pencahayaan pada tiap-
tiap Ruangan di Gedung Kuliah Universitas Musamus berada pada 20,4 Lux – 161,4
Lux. Data diatas untuk semua pencahayaan ruangan menunjukkan bernilai dibawah
160 Lux (masih dibawah standart SNI yaitu 350 Lux). Kondisi ini secara penggunaan
energi dapat menjadi hemat, namun kenyamanan orang bekerja menjadi berkurang.
Mengingat konsumsi energi gedung ini masih dalam kategori sangat efisien maka
penambahan titik lampu untuk meningkatkan pencahayaan masih dimungkinkan
untuk dilakukan. Berikut tabel standart tingkat pencahayaan (Lux). Tipe lampu yang
digunakan rata-rata menggunakan lampu TL-T8 2 x 36 watt dimana jenis lampu ini
pada saat ini dianggap masih agak boros. Untuk meningkatkan efisiensi energi
sebaiknya kedepan lampu tersebut bisa diganti menggunakan tipe LED/LHE.
Tabel 7. Standarisasi SNI 6197 – 2011 Tingkat Pencahayaan (Lux)
Terdapat potensi penghematan energi pada sistem tata cahaya, yaitu dengan
penggantian lampu TL/Essential /Tornado/PLC ke lampu yang lebih hemat energi,
seperti LED. Keunggulan lampu LED yaitu selain hemat dalam konsumsi energi juga
lebih tahan lama karena memiliki lifetime /umur pemakaian selama 50.000 jam.
Untuk intensitas daya penerangan sudah sesuai standar, dibawah 12 watt/m². Hal ini
disebabkan oleh luas ruangan dan pemakaian lampu yang sesuai. Akan tetapi, untuk
kuat pencahayaan rata- rata tiap ruangan (terutama ruang kerja) masih dibawah
standar yang ditetapkan direkomendasikan SNI.
Tabel 8. Standarisasi Daya Listrik Maksimum untuk Pencahayaan
Perincian dari potensi konservasi energi di sistem tata cahaya adalah sebagai
berikut.
Dari analisis diatas terlihat bahwa dengan menggunakan lampu LED, investasi awal
adalah Rp. 134.400.000, dan akan terjadi penghematan biaya listrik sebesar Rp
35.819.888 per tahun, dengan nilai payback periode adalah 3,75 tahun
BAB III
REKOMENDASI , KESIMPULAN & SARAN
Rekomendasi
Dengan menggunakan PHE (Peluang Hemat Energi) maka direkomendasikan sebagai
berikut :
Kesimpulan :
1. Pada Gedung Kuliah rata – rata memiliki tingkat pencahayaan ruangan yang cukup ( tidak
melebihi 350 LUX ). Namun ada beberapa ruangan kelas yang memiliki tingkat
pencahayaan redup. Pada Gedung Kuliah karena tempatnya yang tertutup dan dekat
dengan pepohonan sehingga ruangan menjadi Gelap. Hal tersebut menimbulkan boros
listrik karena banyak ruangan yang tidak dipakai namun lampu di nyalakan di karenakan
tempat yang gelap.
2. Setelah melalui fase analisa Peluang Hemat Energi, disimpulkan bahwa alat- alat yang
dapat diganti agarmenghasilkan penghematan hemat energi adalah sistem penerangan
(lampu)
3. Pada hasil perhitungan, IKE yang didapat belum melebihi dari standard IKE untuk
gedung tanpa- AC. Standar IKE untuk gedung perkantoran yaitu 145 kWh/m²/tahun. Jadi
penggunaanperalatan listriknya masih bisa di tingkatkan lagi atau lebih dimaksimalkan.
Saran :
1. Nilai intensitas konsumsi energi (IKE) untuk Gedung Kuliah adalah 61,65
kWh/m2/tahun, masuk dalam kategori sangat efisien. Gedung ini masuk dalam
kategori sangat efisien karena sebagian besar ruang menggunakan ventilasi alami,
dan Intensitas pencahayaan (Lux) kurang terang (dibawah standar SNI).
Kondisi lampu penerangan rata-rata dibawah standar SNI pencahayaan buatan dan
kondisi ini akan mempengaruhi kenyamanan kerja karyawan. Kuat pencahayaan
rata-rata tiap ruangan di bawah 150 Lux.
2. Untuk meningkatkan efisiensi energi pada sistem tata cahaya, sebaiknya perusahaan
melakukan penggantian lampu yang ada saat ini dengan lampu jenis LED yang
menghasilkan iluminansi sama tetapi lebih hemat energi, memperbaiki tingkat
pencahayaan di titik kerja dengan menambah titik lampu, kebiasaan mematikan lampu
jika sudah meninggalkan kantor dan membagi group lampu dengan saklar agar lampu
bisa dimatikan sebagian ketika tidak dibutuhkan.
3. Lengkapi kelengkapan data gedung, seperti denah gedung, denah instalasi listrik gedung,
1 line diagram dan daftar alat-alat listrik yang dipakai pada setiap ruangan.
4. Apabila sedang tidak ada di ruangan harap matikan semua peralatan yang menggunakan
listrik, agar tidak terjadi pemborosan energi. Serta Matikan lampu pada saat siang hari dan
perbanyak menggunakan sinar matahari karena kualitas cahaya matahari lebih baik
daripada cahaya buatan
LAMPIRAN
Lampiran-1
Lembar Isian Data Awal Gedung
1. INFORMASI UMUM
1.1 Nama Perusahaan/Institusi UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
1.2 Alamat Perusahaan/Institusi Jl. JL. Kamizaun Mopah Lama Kota Merauke 99600
2. INFORMASI GEDUNG
2.1 Dimensi gedung (total) Panjang : 162 m
Lebar : 85,5 m
Tinggi : 4 m (tidak termasuk atap)
Tinggi : 6 m (termasuk atap)
2.2 Jumlah lantai (tidak termasuk Lantai 2
Atap)
2.3 Luas lantai total (tidak termasuk Lantai 770 - 1200 m2
Atap)
2.4 Luas lantai atap - m2
3. UTILITAS GEDUNG
3.1 Sistem Kelistrikan
PT PLN (Persero)
3.1.1 Sumber energi listrik
Pembangkitan Sendiri
3.1.2 Daya Terpasang (Kontrak Daya) 197 .000 VA
3.1.3 Trafo #1 250 kVA
Trafo #2 100 kVA
Mohon dikirimkan salinan (copy)
Diagram Sistem Kelistrikan
3.1.5 diagram kelistrikan (single line
(Single Line Diagram)
diagram).
Ya
Apakah sudah dipasang Sistem Otomasi
Gedung (Building Automation System)?
Tidak
Lampiran-2
Lembar Isian Sistem Manajemen Energi
Tidak
namun tidak
diberdayakan.
Ada kebijakan
Tercakup dalam
tersendiri tentang
kebijakan
Tidak ada Efisiensi Energi
mengenai
Kebijakan Energi kebijakan Energi yang
lingkungan atau
secara formal ditandatangani oleh
yang lainnya
Manajemen Puncak
X analisis
Dilakukan
pembandingan dan
Tidak dilakukan analisis terhadap
atau dilakukan Dilakukan secara internal dan
pembandingan internal antara eksternal secara
Benchmark
hanya terhadap beberapa lokasi reguler
data lampau untuk perusahaan
X
lokasi yang sama
penyimpangan mengidentifikasi
Analisis Tidak dilakukan
trend, puncak,
X
lembah dan
penyebabnya
Dilakukan secara
terbatas berbasis
projek dan terbatas Ditentukan
pada proyeksi
Estimasi Potensi berdasarkan
Tidak dilakukan vendor
Perbaikan pengalaman
X perusahaan
Ditentukan di level
Menentukan fasilitas sesuai Dirinci multi-level
langkah-langkah dengan peluang target dengan
Tidak Dilakukan
teknis berikut yang ditemukan dilengkapi periode
targetnya waktu
X
Sedikit atau tidak Dilakukan Dilakukan
ITEM
dilakukan Sebagian Sepenuhnya
Perangkat disusun
Perangkat disusun
untuk semua
untuk kelompok
stakeholder dan
tertentu dan
Penyusunan dimasukkan ke
digunakan sesuai
Rencana Tidak disusun dalam agenda
kebutuhan
Komunikasi reguler
X
Dilakukan sesuai
dengan inisiatif
pada even-even Seluruh level
Tidak ada promosi
Meningkatkan tertentu organisasi
untuk efsiensi
kesadaran mendukung target
energi X
energi
Pertemuan antara
pengguna energi
Pengakuan serta
dan staf tidak Penalti untuk yang
insentif secara
dilakukan atau tidak perform serta
Memotivasi finansial untuk
hanya dilakukan pengingat secara
yang kinerjanya
sesuai kebutuhan periodik
baik
X
Sedikit atau tidak Dilakukan Dilakukan
ITEM
dilakukan Sebagian Sepenuhnya
Review secara
reguler dan
Tidak ada sistem dilakukan update
Dilakukan review oleh sistem secara
Melacak dan untuk memonitor
tahunan per terpusat
memonitor progres
fasilitas
X
Evaluasi Progres
Pembandingan Pembandingan
dengan data penggunaan dan
historis biaya terhadap
Evaluasi Hasil Tidak dilakukan
X target,
perencanaan, dan
pesaing
Kaji ulang
Dilakukan
dilakukan
pengecekan secara berdasarkan hasil
infromal
Kaji ulang yang diperoleh,
tidak dilakukan
rencana aksi X umpan balik yang
diterima serta
faktor-faktor bisnis
lainnya
Tidak dilakukan
Penghargaan
Pengakuan secara X Mengangkat projek terhadap kontribusi
internal yang berhasil secara individu, tim
dan fasilitas
Pemasaran/Presentase/Sosialisasi
Dilaporkan tidak
Tidak dilaporkan
Laporan trend secara menyeluruh Dilaporkan secara
konsumsi energi berkala secara
X
ke User menyeluruh
Tidak Dipromosikan
Kemajuan
dipromosikan secara tidak tetap
efisiensi energi Dipromosikan
dipromosikan ke X secara berkala
eksternal
Investasi
Disediakan sesuai
Dialokasi waktu
dengan adanya
untuk mengkaji dan
kajian konservasi
Alokasi Waktu Tidak disediakan menerapkan
energi ( Lamp....)
program
X manajemen energi
Sedikit atau tidak Dilakukan Dilakukan
ITEM
dilakukan Sebagian Sepenuhnya
Document controller
Yulianti C.Lefteuw
Working group
Manajer Mutu Manajer Operasional Manajer Auditor Manajer Engginer/operator Nodal Officier
Charles D.Sini Melkias Loho Yulianti C.Lefteuw Antonius Fernandez Dodi Setiawan
Anggota Anggota
Anggota Anggota
Manajemen Puncak
Document Controller
Yulianti C.Lefteuw
RUANG III.L PGSD RUANG IV.L PGSD RUANG V.L PGSD RUANG II.SISTIM INFORMASI RUANG III.H.PEND MAT RUANG III.G.PENJAS
LANTAI II
RUANG I RUANG II RUANG III RUANG I.SISTIM INFORMASI RUANG I.TEKNIK SIPIL RUANG I.TEKNIK MESIN
Up
LANTAI I
0
50
100
RUANGAN I
TERAS
RUANGAN II
TERAS
RUANGAN III
TERAS
RUANGAN I.SI
TERAS
RUANGAN…
TERAS
RUANGAN…
TERAS
RUANGAN…
FKIP
TERAS
RUANGAN…
TERAS
RUANGAN…
TERAS
RUANGAN II.SI
TERAS
RUANGAN…
TERAS
RUANGAN…
BEBAN PENCAHAYAAN DI SETIAP RUANGAN
TERAS
Series1
DENAH RUANG KULIAH
UNIVERSITAS MUSAMUS
TEKNIK
LANTAI II
Up
LANTAI I
Beban Pencahayaan di Setiap Ruangan
FATEK
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
DENAH RUANG KULIAH
UNIVERSITAS MUSAMUS
FEB
RUANG II.5 RUANG II.4 RUANG II.3 RUANG II.2 RUANG II.1
R.BEM FEB
Up
RUANG I.5 RUANG I.4 RUANG I.3 RUANG I.2
Up
Up
Beban Pencahayaan di Setiap Ruangan FEB
90
80
70
60
50
40
30
20
10