Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN AUDIT ENERGI

GEDUNG KULIAH UNIVERSITAS


MUSAMUS

DI SUSUN OLEH TIM AUDIT ENERGI


KELOMPOK I

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS MUSAMUS
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
MERAUKE
2021
AUDIT ENERGI GEDUNG KULIAH
UNIVERSITAS MUSAMUS

TIM AUDIT :

NAMA NPM JABATAN


Antonius Fernandez 201820201001 Ketua tim manajer
Yulianti C.Lefteuw 201820201002 Document controller
Charles Darius Sini 201820201004 Manajer mutu
Melkias Loho 201820201014 Manajer supervisor
Dodi Setiawan 201820201031 Ketua komite

TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSAMUS
FAKULTAS TEKNIK
2021
 KETERANGAN TUGAS
1. Tanggal pemberian tugas 26/04/2021
2. Waktu pengumpulan tugas ../../2021

 TUGAS III
1. Mengaudit aktivitas penggunaan energy di Gedung Kuliah Universitas
Musamus yang di sertai :
 Standar ISO ME
 Daftar isian untuk setiap beban
 Struktur organisasi manajemen dalam audit energi
 Standar penghematan
AUDIT ENRRGI GEDUNG
KULIAH UNIVERSITAS
MUSAMUS

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan energi bagi kelangsungan hidup manusia merupakan masalah besar yang
dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia ini. Tidak lagi ditemukannya cadangan dalam
jumlah yang besar pada rentang waktu terakhir ini membuat hampir seluruh dunia menjadikan
permasalahan energi menjadi problem besar yang perlu ditangani secara serius. Sumber
energi tradisional yang berasal dari minyak bumi masih memberikan kontribusi terbesar untuk
memenuhi kebutuhan energi dunia yaitu mencapai 36,7% dari total konsumi energi, atau
setara dengan 3.767,1 juta ton minyak. Batubara dan gas alam masing-masing menjadi
penyumbang bagi kebutuhan energi dunia terbesar kedua dan ketiga sebesar 27.2 % untuk
batu bara dan 23.7% untuk gas alam. Total konsumi batu bara selama tahun 2013 tersebut
mencapai setara 2.778,2 juta ton minyak, sedangkan gas alam mencapai setara 2.420,4 juta
ton minyak. Sisa konsumsi energi untuk kebutuhan dunia dipenuhi oleh sumber energi nuklir
yang ‘hanya’ sebesar 6,1 % dan dari hydro energi (air) sebesar 6,2%. Dari seluruh energi yang
dikonsumsi tersebut, sebagiannya digunakan untuk membangkitkan listrik dengan total di
seluruh dunia mencapai 17.452 Terrawatt-hour (TwH). Sebaran distribusi sumber energi di
atas jelas menunjukkan bahwa sumber energi yang berasal dari fosil masih cukup dominan
untuk memenuhi kebutuhan energi dunia. Sumber energi yang sifatnya dapat diperbaharui
(renewable) masih didominasi oleh sumber dari air (hydro) energi.

Hal ini juga terjadi di Indonensia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik mengumumkan
produk domestik bruto Indonesia tumbuh 5,78 persen pada 2013 dibandingkan
2012. Pertumbuhan ini tentunya perlu dibarengi adanya ketersediaan energi yang cukup.
Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya pembangunan Nasional yang diikuti dengan
meningkatnya pertumbuhan pengunaan energi di segala sector, termasuk sector bangunan
pemerintah. Sementara itu penyediaan energi sekarang ini masih bergantung pada bahan
bakar fosil, terutama bahan bakar minyak dan cadangan semakin menipis, sementara harga
energi khusunya harga bahan bakar minyak melonjak tajam, sementara penggunaan energi
masih tergolong boros. Hasil survai menunjukkan bahwa sektor bangunan mempunyai
potensi penghemat sekitar 5 – 20 %. Melihat cukup besarnya peluang penghematan energi
yang teridentifikasi tersebut serta besarnya manfaat yang akan diperoleh apabila peluang ini
diimplementasikan,, maka program konservasi energi perlu terus digalakkan. Konservasi
energi dapat membawa manfaat yang sangat besar berupa penghematan energi dan biaya
energi yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing di pasar global. Untuk mengatasi
permasalahan di atas maka, para konsumen besar seperti Industri ataupun pengelolah gedung
perlu untuk meningkatkan efisiensi energinya.
Berdasarkan data statistik listrik PLN tahun 2020 nampak bahwa konsumsi energi listrik
untuk gedung komersial mencapai 3.057,21 GWh atau mengalami pertumbuhan konsumsi
energi listrik sebesar adalah 9,8% dari tahun 2011 yaitu 2.786,72 GWh. Tingginya konsumsi
energi ini mendorong pemerintah untuk membangun pembangkit baru. Bersamaan dengan
itu pemerintah juga mendorong penggunaan energi secara efisien dan tepat guna disisi
pengguna melalui program konservasi energi. Agar program konservasi energi dapat berjalan
dengan baik, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009
tentang Konservasi Energi. Sehingga dengan aktivitas ini banyak bangunan telah mengambil
manfaat serta keuntungan dalam usaha meningkatkan efisiensi dan optimasi penggunaan
energi guna menurunkan biaya energi. Untuk mendukung program konservasi energi
nasional agar bias terlaksana dengan baik, maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa
kebijakan yang berhubungan dengan konservasi energi.

1.2 Kebijakan Konservasi Energi

Kenyataan bahwa energi fosil khususnya minyak bumi yang merupakan sumber energi utama
saat ini terbatas jumlahnya, sementara komsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju
pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Untuk mengatasi keterbatasan itu
energi terbarukan adalah alternatif solusi karena energi terbarukan adalah energi yang dapat
diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik, sumber daya itu tidak akan habis. Untuk
mengoptimalkan penggunaan energy dalam negeri, sejak beberapa tahun silam pemerintah
telah mengeluarkan Kepres No. 43/1991. Menurut Keputusan Presiden RI No. 43 tahun 1991,
konservasi energi adalah penggunaan energi secara efisien dan rasional dan tanpa
menggurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan. Upaya yang bisa kita
lakukan dalam konservasi energi diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan, penggunaan
teknologi yang efisien dan membudayakan pola hidup hemat energi. Dalam hal praktis
konservasi energi merupakan upaya penurunan jumlah energi yang digunakan sambil
meningkatkan hasil yang sama. Upaya ini dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, nilai
lingkungan, keamanan nasional, keamanan personil, dan kenyamanan manusia.

Sebagai tindak lanjut dari Kepres No. 43/1991 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang
berkaitan dengan upaya penghematan energi yang tercantum dalam Intruksi Presiden (Inpres)
RI Nomor 10 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen
ESDM) Nomor 31 Tahun 2005. Menurut Inpres No. 10/2005 Presiden RI menginstruksikan
kepada:
a. Pimpinan aparatur Negara dan daerah:
- Melakukan langkah-langkah penghematan energi di instansi masing-masing yang
meliputi penerangan, pendinginan ruangan, peralatan listrik, dan kendaraan dinas
- Menghimbau dan mensosialisasikan kepada masyarakat untuk melaksanakan
penghematan energi
- Memonitor pelaksanaan penghematan energi dan melaporkannya kepada Presiden
melalui MESDM.
b. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
- Mengatur tata cara pelaksanaan penghematan energi
- Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pelaksanaan penghematan energi

Pelaksanaan konservasi energi diterapkan terhadap semua pemanfaat energi baik langsung
maupun tidak langsung yang meliputi antara lain pertambangan, ketenagalistrikan,
perhubungan, Perindustrian, Pekerjaan Umum. Perdagangan, kawasan industri, pemukiman,
perhotelan, bangunan, gedung dan rumah tangga. Sumber energi wajib dimanfaatkan secara
berdaya guna dan berhasil guna. Pemanfaatan sumber energi dengan memperhatikan: .
Kelestarian lingkungan hidup; Perancangan yang berorientasi pada penggunaan energi secara
hemat; Pemilihan sarana, peralatan dan bahan yang secara langsung maupun tidak langsung
menghemat penggunaan energi; Optimasi pengoperasian sistem, sarana, peralatan dan proses
yang bertujuan menghemat energi.
Langkah-langkah yang dilakukan penyebarluasan pengertian dan arti pentingnya energi
dilakukan melalui: kampanye dan penyebaran informasi dengan media cetak, media
elektronik, diskusi, ceramah dan lomba hemat energi; pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan teknis, memperluas wawasan teknologi dalam bidang konservasi
energi dan melatih penerapannya secara langsung; Peragaan dan percontohan untuk
memperkenalkan teknologi konservasi kepada masyarakat pemakai energi melalui
percontohan peralatan hemat energi, baik dari segi perancangan maupun cara
pengoperasiannya; Penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan teknologi dalam bidang konservasi energi; pengembangan sistem audit energi
dan identifikasi potensi, perbaikan efisiensi sistem, perbaikan efisiensi proses, perbaikan
efisiensi sarana dan perbaikan efisiensi peralatan; Standarisasi yaitu melaksanakan upaya
penghematan energi melalui penetapan standar unjuk kerja dan efisiensi peralatan.

Kemudian pada tahun 2005, dikeluarkan Master plan Rencana Induk Konservasi Energi
Nasional yang pada intinya untuk mengurangi intensitas energi setiap tahun 1% hingga tahun
2025. Pada tahun 2006, Presiden Republik Indoensia mengeluarkan PP No.5/2006 tentang
Kebijakan Energi nasional. Salah satu isinya mengatakan bahwa Konservasi energi adalah
penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang
memang benar-benar diperlukan.

Pada Tahun 2007 dikeluarkan Undang-Undang yaitu UU No. 30/2007 tentang Energi. Salah
satu pasalnya mengatakan bahwa konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab
pemerintah, pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat. Konservasi energi nasional
mencakup seluruh tahap pengelolaan energi. Pengguna energi dan produsen peralatan hemat
energi yang melaksanakan konservasi energi diberi kemudahan dan/atau insentif oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang
tidak melaksanakan konservasi energi diberi disinsentif oleh Pemerintah dan/ atau pemerintah
daerah. Kemudian pada tahun 2008, Dikeluarkan Instruksi Presiden No. 2/2008 tentang
pengehamatan air dan energi.

Terakhir pada tahun 2009, Presiden mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No. 70/2009
tentang Konservasi Energi. Memuat tentang Konservasi energi nasional menjadi tanggung
jawab Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota,
pengusaha dan masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab secara nasional untuk:
merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program konservasi energi;
mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang konservasi energi;
melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi
yang menerapkan konservasi energi; mengkaji, menyusun, dan menetapkan kebijakan, serta
mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; memberikan
kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi;
melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha, pengguna sumber energi,
dan pengguna energi; melaksanakan program dan kegiatan konservasi energy yang telah
ditetapkan; dan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program
konservasi energi. Disamping itu pengusaha bertanggung jawab: melaksanakan konservasi
energi dalam setiap tahap pelaksanaan usaha; dan menggunakan teknologi yang efisien
energi; dan/atau menghasilkan produk dan/atau jasa yang hemat energi. Para pengusaha yang
merupakan pengguna energi wajib dilakukan secara hemat dan efisien. Pengguna sumber
energi dan pengguna energi yang menggunakan sumber energi dan/atau energi lebih besar
atau sama dengan 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun wajib melakukan konservasi
energy melalui manajemen energi. Manajemen energi dilakukan dengan. menunjuk manajer
energi; menyusun program konservasi energi; melaksanakan audit energi secara berkala;
melaksanakan rekomendasi hasil audit energi; dan melaporkan pelaksanaan konservasi
energi setiap tahun kepada pemerintah.

1.3 Audit Energi


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Konservasi Energi, Bab I (Ketentuan Umum), Pasal 1, butir 14, audit energi didefinisikan
sebagai proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi
serta rekomendasi peningkatan efesinsi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi
dalam rangka konservasi energi. Definisi audit energi tersebut di atas juga digunakan di dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI) 6196:2011 tentang Prosedur Audit Energi pada Bangunan
Gedung, butir 3 (Istilah dan Definisi), subbutir 3.1 (Audit Energi), halaman 1.
Gambar 1.1 memperlihatkan skhema tahapan pelaksanaan audit energi pada bangunan
gedung. Audit energi yang dimaksudkan di dalam buku ini adalah audit energi rinci. Pada
gambar tersebut terlihat bahwa untuk melakukan suatu audit energi rinci maka diperlukan 3
tahapan utama, yaitu: 1) Tahap Penawaran, 2) Tahap Persiapan, dan 3) Tahap Pelaksanaan.
Tahap Penawaran pada dasarnya kegiatan non-teknis, yang umumnya dilakukan oleh Tim
Manajemen, khususnya Tim Pemasaran. Tahap Penawaran ini tidak diulas di dalam buku ini.
Sedangkan Tahap Persiapan dan Pelaksanaan, yang merupakan tujuan dibuatnya buku ini,
diulas mulai Bab 2.

Gambar 1.1. Skhema tahapan pelaksanaan audit energi pada bangunan gedung kuliah
Komunikasi
PENAWARAN

Permintaan/Penawaran Audit Energi


antara
TAHAP

Auditor dan Pemilik/Pengelola Gedungi

Setuju Tidak
Audit Energi ? SELESAI
SELESAI

Y
Lembar Isian Data Gedung a
Kebutuhan
yang Diperlukan Data Awal Informasi Gedung

Tidak
Pengiriman Dokumen Y Dikirim Survei Awal
oleh a Pengelola Gedung ? oleh Tim Auditor
TAHAP PERSIAPN

Pemilik/Pengelola Gedung

Penyusunan dan Pengiriman


Proposal Penawaran Audit Energi

Kesepakatan dan Perjanjian Kerja atau Kontrak

Pembagian Tugas Persiapan

Persiapan Persiapan Teknis


Administrasi

Mobilisasi Personil dan Peralatan


ke Gedung yang akan Diaudit

Pengumpulan Data Primer dan Sekunder:


Pengumpulan, Pengukuran, Wawancara, Verifikasi Data
PELAKSANAAN

Analisis Potensi Penghematan Energi


dan Penulisan Laporan (Sekaligus Rekomendasi)
TAHAP

Sosialisasi

Penyerahan Laporan Akhir

SELESAI
1.4 Indeks Konsumsi Energi (IKE)

Intensitas Konsumsi Energi (Energy Use Intensity) atau IKE (EUI) berdasarkan
Permen ESDM No. 13/2012 adalah besar energi yang digunakan suatu bangunan
gedung perluas area yang dikondisikan dalam satu bulan atau satu tahun. Area yang
dikondisikan adalah area yang diatur temperatur ruangannya sedemikian rupa
sehingga memenuhi standar kenyamanan dengan udara sejuk disuplai dari sistem tata
udara gedung. IKE dijadikan acuan untuk melihat seberapa besar konservasi energi
yang dilakukan gedung tersebut. Bila diindustri/pabrik, istilah yang digunakan dan
serupa tujuannya adalah konsumsi energi spesifik (Spesific Energy Consumption)
yaitu besar penggunaan energi untuk satuan produk yang dihasilkan .
Standar IKE untuk berbagai tipe/fungsi bangunan adalah sebagai berikut. Pada
hakekatnya Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil bagi antara konsumsi energi
total selama periode tertentu (satu tahun) dengan luasan bangunan. Satuan IKE adalah
kWh/m2 per tahun. Dan pemakaian IKE ini telah ditetapkan di berbagai negara antara
lain ASEAN dan APEC. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-
USAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun 1992, target
besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik untuk Indonesia adalah
sebagai berikut:

(Direktorat Pengembangan Energi) IKE untuk perkantoran (komersil) adalah 240


kWh/m2 per tahun, pusat belanja 330 kWh/ m2 per tahun, hotel/ apartemen: 300 kWh/
m2 per tahun dan untuk rumah sakit: 380 kWh/ m2 per tahun. Jika nilai IKE lebih rendah
daripada batas bawah, maka bangunan gedung tersebut dikatakan hemat energi sehingga
perlu dipertahankan dengan melaksanakan aktivitas dan pemeliharaan sesuai dengan
standar prosedur yang telah ditetapkan perusahaan. Jika nilai IKE berada di antara batas
bawah dan acuan, maka bangunan gedung tersebut dikatakan agak hemat sehingga perlu
meningkatkan kinerja dengan melakukan tuning up. Jika di antara acuan dan batas atas,
maka bangunan gedung tersebut dikatakan agak boros sehingga perlu melakukan
beberapa perubahan. Bila di atas batas atas, maka perlu dilakukan retrofitting atau
replacement.
Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya di Lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional nilai IKE dari suatu bangunan gedung digolongkan dalam
dua kriteria, yaitu untuk bangunan ber-AC dan bangunan tidak ber-AC.

Kriteria Keterangan
a) Pengelolaan gedung dan peralatan energi dilakukan dengan
Efisien prinsip konfersi energi listrik
(10 – 20) b) Pemeliharaan peralatan energi dilakukan sesuai dengan
2
kWh/m /Tahun prosedur
c) Efisiensi pengguanaan energi masih mungkin ditingkatkan
melalui penerapan sistem
manajemen energi
a) Penggunaan energi cukup efisien namun masih memiliki
Cukup Efisien peluang konservasi energi
(20 – 30) b) Perbaikan efisiensi melalui pemeliharaan bangunan dan
kWh/m2/Tahun peralatan energi masih
dimungkinkan
a) Audit energi perlu dilakukan untuk menentukan langkah-
Boros
langkah perbaikan sehingga pemborosan energi dapat dihindari
(30 – 40) b) Desain bangunan maupun pemeliharaan dan pengoperasian
2
kWh/m /Tahun gedung belum
mempertimbangkan konservasi
energi

a) Instalasi peralatan, desain pengoperasian dan pemeliharaan


tidak mengacu pada penghematan energi
b) Agar dilakukan peninjauan ulang atas semua instalasi
/peralatan energi serta penerapan managemen energi dalam
Sangat Boros
pengelolaan bangunan
(40 – 50)
c) Audit energi adalah langkah
kWh/m2/Tahun
awal yang perlu dilakukan
Tabel 1. IKE Bangunan Gedung Tidak ber-AC
Kriteria Keterangan

a) Pengeloaan gedung dan peralatan energi dilakukan dengan prinsip

Efisien (0,84 – konversi energi listrik

1,67) b) Pemeliharaan peralatan energi dilakukan sesuai dengan prosedur

kWh/m2/bulan c) Efisiensi pengguanaan energi masih mungkin ditingkatkan melalui

penerapan system manajemen energi terpadu

Cukup Efisien a) Penggunaan energi cukup efisien namun masih memiliki peluang
(1,67 – 2,5) konservasi nergi

kWh/m2/bulan b) Perbaikan efisiensi melalui pemeliharaan bangunan dan peraltan


nergi masih dimungkinkan

Boros (2,5 – a) Audit energi perlu dilakukan untukmenentukan langkah-langkah


3,34) pernbaikan sehingga pemborosan energi dapat dihindari

kWh/m2/bulan b) Desain bangunan maupun pemeliharaan

dan pengoperasian gedung belum mempertimbangkan konservasi


energi

a) Instalasi peralatan, desain pengoperasian dan pemeliharaan tidak

Sangat Boros mengacu pada penghematan energi

(3,34 – 4,17) b) Agar dilakukan peninjauan ulang atas semua instalasi /peralatan

kWh/m2/bulan eenergi serta penerapan managemen energi dalam pengelolaan


bangunan

c) Audit energi adalah langkah awal yang perlu dilakukan

Tabel 2 : IKE Bangunan Gedung Tidak ber-AC


1.5 Standar Acuan
1. Perpres No.5 tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional
2. Undang-undang No. 30 tahun 2007 tentang Energi
3. Peraturan Pemerintah No.70 tahun 2009 tentang Konservasi Energi
4. Inpres 13 tahun 2011, Tentang Penghematan_energi dan Air
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 614 Tahun 2012, telah
ditetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Auditor Energi di
Industri dan Bangunan Gedung.
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 321
Kep/Men/XII/2011 tentang Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Sektor jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya Sub Sektor Jasa
Konservasi Energi Sub Bidang Industri Untuk jabatan kerja Manajemen energi Menjadi
standar kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
7. SNI ISO 50001-Sistem Manajemen Energi (Desember 2012) – adopsi identik dan cetak
ulang standar ISO 50001. BSN
8. SNI 6196:2011 : Prosedur audit energi pada bangunan gedung, BSN
9. SNI 6389:,2011 : Konseruasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung, BSN.
10. IKE ( Indeks Konsumsi Energi )
BAB II
ANALISA HASIL AUDIT SIST.PENCAHAYAAN
(GED. KULIAH UNMUS )

2.1 HASIL AUDIT ENERGI AWAL

Hasil audit energi awal dari Gedung Kuliah dapat disebutkan bahwa pemakaian
energi terbanyak adalah berasal dari pemakaian daya infocus, komputer/Leptop dan
lampu. Dengan demikian pengukuran diutamakan pada ketiga beban tersebut.
Pendekatan historis penggunaan atau konsumsi energi dilakukan untuk mengetahui
pola penggunaan energi dari kurun waktu tertentu hingga kurun waktu terakhir atau
saat ini, hal ini dapat dilihat dari kecenderungan penggunaan energi yang mengalami
peningkatan atau penurunan, atau mungkin sudah stabil. Historis penggunaan energi
ini cukup penting untuk mengontrol penggunaan energi pada masa-masa yang akan
datang, kemudian menentukan base line penggunaan energi apabila penggunaan
energi terus mengalami peningkatan cukup signifikan. Dengan base line energi ini
penggunaan energi akan terus dapat dipantau dan dikontrol terus menerus.
Dari hasil pengumpulan data penggunaan energi yang dilakukan pada saat audit
energi di Gedung Kuliah, Universitas Musamus memiliki satu rekening PLN yaitu
Rekening dengan Daya 250 kVA. Berikut ini adalah data konsumsi energi bulanan
untuk periode 6 (enam) bulan terakhir.

Tabel 3. Penggunaan energy listrik Gedung Kuliah UNMUS


Grafik Konsumsi Energi 5 Bulan Terakhir
250.000 Rp50.000.000,00
Rp45.000.000,00
200.000 Rp40.000.000,00
Rp35.000.000,00
150.000 Rp30.000.000,00
Rp25.000.000,00
100.000 Rp20.000.000,00
Rp15.000.000,00
50.000 Rp10.000.000,00
Rp5.000.000,00
0 Rp-
DESEMBER JANURI FEBRUARI MARET APRILL
2020 2021 2021 2021 2021

DAYA (VA ) KWH BIAYA

Gambar 1.2. Grafik Konsumsi Energi Listrik Gedung Kuliah UNMUS Intesitas
Konsumsi Energy (IKE)

Intensitas konsumsi energi (IKE) pada bangunan merupakan suatu nilai/besaran yang
dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur tingkat pemanfaatan energi di
suatu bangunan. Intensitas konsumsi energi di bangunan/gedung didefinisikan dalam
besaran energi per satuan luas area pada bangunan yang dilayani oleh energi
(kWh/m2/tahun atau kWh/m 2/bulan). Berikut ini adalah nilai standar IKE untuk jenis
bangunan perkantoran pemerintah berdasarkan Permen ESDM No. 13/2012.

Tabel 4 Nilai IKE Standar di Bangunan Gedung Perkantoran Pemerintah


Berdasarkan Permen ESDM No. 13/2012

Selanjutnya berikut adalah jumlah Kwh perbulan, luas bangunan serta perhitungan
IKE per bulan dan per tahun pada bangunan tersebut.
Tabel 5.Nilai Intensitas Konsumsi Energi di Gedung Kuliah UNMUS

IKE ( KWH/m^2) per bulan


3,00

2,50

2,00

1,50

1,00

0,50

0,00
DESEMBER JANURI 2021 FEBRUARI MARET 2021 APRILL 2021
2020 2021

Gambar 1.3. Grafik Intensitas Konsumsi Energi dibangunan Kuliah UNMUS

Nilai intensitas konsumsi energi (IKE) untuk Gedung Kuliah UNMUS


berdasarkan perhitungan dari total rekapitulasi rekening PLN per luas bangunan
tanpa-AC lima bulan terakhir adalah 55.852 kWh dengan luas lantai 4.710 m2
maka Intensitas Konsumsi Energi adalah 2,05 kWh/m2/bulan atau 61,65
kWh/m2/tahun. Berikut adalah rujukan nilai standar Konsumsi Energi Standart di
Bangunan / Gedung berdasarkan aktifitas dari referensi “ASEAN USAID tahun
1987.

Tabel 6. Nilai Intensitas Konsumsi Energi Standart di Bangunan / Gedung


berdasarkan aktifitas (Referensi “ASEAN USAID th 1987”)
Dari Tabel 5 dan 6 tersebut maka dapat dibandingkan antara nilai aktual IKE di
lapangan dengan referensi nilai standar Permen ESDM No. 13/2012 dan ASEAN
USAID tahun 1987. Berdasarkan nilai standar Permen ESDM No. 13/2012 mengenai
pemakaian energi pada gedung tanpa AC dan Intensitas Konsumsi Energi Standart di
Bangunan berdasarkan rujukan ASEAN USAID th 1987, maka nilai IKE Gedung
kuliah Unmus, Kabupaten merauke sebagai Gedung tanpa- AC, masuk dalam
kategori sangat efisien.

2.1 Perhitungan Beban Pencahayaan

Berdasarkan hasil survei di lapangan dan data yang diperoleh dari pengelola gedung,
dikombinasikan dengan hasil observasi ketika survey, pencahayaan buatan di Gedung
Gedung Kuliah Universitas Musamus di seluruh lantai menggunakan lampu jenis
LED 15 W, 10 W dan 20 W dan Jenis Lampu TL 2 x 36 W. Pengukuran dilakukan
disetiap ruangan.
Apabila ditinjau dari hasil observasi secara visual, terdapat sumber-sumber
pencahayaan alami pada Gedung Kuliah, Universitas Musamus yaitu dari jendela.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, pemanfaatan sumber pencahayaan alami sudah
ada yang termanfaatkan namun belum secara optimal, banyak cahaya alami yang
masuk terhalang dan juga belum adanya pengetahuan mengenai hal tersebut.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai kualitas pencahayaan yang ada di
Gedung Kuliah Universitas Musamus, tim audit energi telah melakukan pengukuran
tingkat pencahayaan dengan menggunakan lux meter Digital . Pengukuran dilakukan
dengan pengambilan sampel data kuat pencahayaan pada tiap-tiap titik didalam
ruangan kerja.

Di bawah ini adalah tabel tingkat pencahayaan pada tiap-tiap ruangan hasil survey
secara langsung yang dapat dipakai sebagai perbaikan kuat penerangan sehingga
standar kenyamanan untuk ruang kerja dan secara terus menerus dapat dicapai.
Tabel 4.5 Tingkat Pencahayaan pada tiap-tiap Ruangan di Gedung Kuliah
Universitas Musamus
Berdasarkan hasil audit terlihat bahwa rentang tingkat Pencahayaan pada tiap-
tiap Ruangan di Gedung Kuliah Universitas Musamus berada pada 20,4 Lux – 161,4
Lux. Data diatas untuk semua pencahayaan ruangan menunjukkan bernilai dibawah
160 Lux (masih dibawah standart SNI yaitu 350 Lux). Kondisi ini secara penggunaan
energi dapat menjadi hemat, namun kenyamanan orang bekerja menjadi berkurang.
Mengingat konsumsi energi gedung ini masih dalam kategori sangat efisien maka
penambahan titik lampu untuk meningkatkan pencahayaan masih dimungkinkan
untuk dilakukan. Berikut tabel standart tingkat pencahayaan (Lux). Tipe lampu yang
digunakan rata-rata menggunakan lampu TL-T8 2 x 36 watt dimana jenis lampu ini
pada saat ini dianggap masih agak boros. Untuk meningkatkan efisiensi energi
sebaiknya kedepan lampu tersebut bisa diganti menggunakan tipe LED/LHE.
Tabel 7. Standarisasi SNI 6197 – 2011 Tingkat Pencahayaan (Lux)

Terdapat potensi penghematan energi pada sistem tata cahaya, yaitu dengan
penggantian lampu TL/Essential /Tornado/PLC ke lampu yang lebih hemat energi,
seperti LED. Keunggulan lampu LED yaitu selain hemat dalam konsumsi energi juga
lebih tahan lama karena memiliki lifetime /umur pemakaian selama 50.000 jam.
Untuk intensitas daya penerangan sudah sesuai standar, dibawah 12 watt/m². Hal ini
disebabkan oleh luas ruangan dan pemakaian lampu yang sesuai. Akan tetapi, untuk
kuat pencahayaan rata- rata tiap ruangan (terutama ruang kerja) masih dibawah
standar yang ditetapkan direkomendasikan SNI.
Tabel 8. Standarisasi Daya Listrik Maksimum untuk Pencahayaan

Perincian dari potensi konservasi energi di sistem tata cahaya adalah sebagai
berikut.

Dari analisis diatas terlihat bahwa dengan menggunakan lampu LED, investasi awal
adalah Rp. 134.400.000, dan akan terjadi penghematan biaya listrik sebesar Rp
35.819.888 per tahun, dengan nilai payback periode adalah 3,75 tahun
BAB III
REKOMENDASI , KESIMPULAN & SARAN

Rekomendasi
Dengan menggunakan PHE (Peluang Hemat Energi) maka direkomendasikan sebagai
berikut :

1. Sistem Tata Cahaya


a) Merawat lampu dan armature lampu dengan cara membersihkan permukaan lampu
dan armatur agar sinar dari lampu dapat keluar secara maksimal
b) Sesuaikan tingkat kuat cahaya dengan luas ruangan, karena ruangan yang besar tentu
membutuhkan cahaya yang lebih banyak daripada ruangan yang kecil.
c) Warna dinding ruangan harus cerah karena dengan menggunakan warna yang cerah
pada permukaan dinding dapat membantu pemantulan cahaya.
d) Mengganti semua lampu TL (Tuber Lamp) dengan LHE (Lampu Hemat Energi).

Kesimpulan :
1. Pada Gedung Kuliah rata – rata memiliki tingkat pencahayaan ruangan yang cukup ( tidak
melebihi 350 LUX ). Namun ada beberapa ruangan kelas yang memiliki tingkat
pencahayaan redup. Pada Gedung Kuliah karena tempatnya yang tertutup dan dekat
dengan pepohonan sehingga ruangan menjadi Gelap. Hal tersebut menimbulkan boros
listrik karena banyak ruangan yang tidak dipakai namun lampu di nyalakan di karenakan
tempat yang gelap.
2. Setelah melalui fase analisa Peluang Hemat Energi, disimpulkan bahwa alat- alat yang
dapat diganti agarmenghasilkan penghematan hemat energi adalah sistem penerangan
(lampu)
3. Pada hasil perhitungan, IKE yang didapat belum melebihi dari standard IKE untuk
gedung tanpa- AC. Standar IKE untuk gedung perkantoran yaitu 145 kWh/m²/tahun. Jadi
penggunaanperalatan listriknya masih bisa di tingkatkan lagi atau lebih dimaksimalkan.
Saran :
1. Nilai intensitas konsumsi energi (IKE) untuk Gedung Kuliah adalah 61,65
kWh/m2/tahun, masuk dalam kategori sangat efisien. Gedung ini masuk dalam
kategori sangat efisien karena sebagian besar ruang menggunakan ventilasi alami,
dan Intensitas pencahayaan (Lux) kurang terang (dibawah standar SNI).
Kondisi lampu penerangan rata-rata dibawah standar SNI pencahayaan buatan dan
kondisi ini akan mempengaruhi kenyamanan kerja karyawan. Kuat pencahayaan
rata-rata tiap ruangan di bawah 150 Lux.
2. Untuk meningkatkan efisiensi energi pada sistem tata cahaya, sebaiknya perusahaan
melakukan penggantian lampu yang ada saat ini dengan lampu jenis LED yang
menghasilkan iluminansi sama tetapi lebih hemat energi, memperbaiki tingkat
pencahayaan di titik kerja dengan menambah titik lampu, kebiasaan mematikan lampu
jika sudah meninggalkan kantor dan membagi group lampu dengan saklar agar lampu
bisa dimatikan sebagian ketika tidak dibutuhkan.
3. Lengkapi kelengkapan data gedung, seperti denah gedung, denah instalasi listrik gedung,
1 line diagram dan daftar alat-alat listrik yang dipakai pada setiap ruangan.
4. Apabila sedang tidak ada di ruangan harap matikan semua peralatan yang menggunakan
listrik, agar tidak terjadi pemborosan energi. Serta Matikan lampu pada saat siang hari dan
perbanyak menggunakan sinar matahari karena kualitas cahaya matahari lebih baik
daripada cahaya buatan
LAMPIRAN

Lampiran-1
Lembar Isian Data Awal Gedung

1. INFORMASI UMUM
1.1 Nama Perusahaan/Institusi UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
1.2 Alamat Perusahaan/Institusi Jl. JL. Kamizaun Mopah Lama Kota Merauke 99600

No. Telp. : +62 971 3306 515


1.3 Nama Gedung Gedung Kuliah
1.4 Alamat Gedung Jl. JL. Kamizaun Mopah Lama Kota Merauke 99600

No. Telp. : +62 971 3306 515


1.5. Manajer Gedung Nama :
No. Telp. :
1.6 Koordinator Manajemen Energi Nama :
No. Telp :

2. INFORMASI GEDUNG
2.1 Dimensi gedung (total) Panjang : 162 m
Lebar : 85,5 m
Tinggi : 4 m (tidak termasuk atap)
Tinggi : 6 m (termasuk atap)
2.2 Jumlah lantai (tidak termasuk Lantai 2
Atap)
2.3 Luas lantai total (tidak termasuk Lantai 770 - 1200 m2
Atap)
2.4 Luas lantai atap - m2
3. UTILITAS GEDUNG
3.1 Sistem Kelistrikan
PT PLN (Persero)
3.1.1 Sumber energi listrik
Pembangkitan Sendiri
3.1.2 Daya Terpasang (Kontrak Daya) 197 .000 VA
3.1.3 Trafo #1 250 kVA
Trafo #2 100 kVA
Mohon dikirimkan salinan (copy)
Diagram Sistem Kelistrikan
3.1.5 diagram kelistrikan (single line
(Single Line Diagram)
diagram).

3.3 Sistem Otomasi Gedung

Ya
Apakah sudah dipasang Sistem Otomasi
Gedung (Building Automation System)?
Tidak
Lampiran-2
Lembar Isian Sistem Manajemen Energi

1. Organisasi Manajemen Energi


2.1 Apakah Manajer Energi telah memiliki Sertifikat Ya
Manajer Energi?

Tidak

2.2 Struktur Organisasi Manajemen Energi Harap lampirkan salinan


Struktur Organisasi
Manajemen Energi.

2. Matriks Manajemen Energi


Petunjuk : Harap diberi tanda, misal tanda silang, pada pilihan yang sesuai.
Pilihan tersebut akan langsung diketahui nilai atau skor pada saat ini.
Contoh : pada “item” Direktur/Manajer Energi dipilih dan diberi tanda silang pada
kolom “Ada organisasi terpusat dengan dukungan dari manajemen pusat”.
Maka ini berarti mendapat nilai atau skor 2 (dua) untuk aplikasi manajemen energi di
institusi atau perusahaan tersebut.

Sedikit atau tidak Dilakukan Dilakukan


ITEM
dilakukan Sebagian Sepenuhnya

SKOR (0) (1) (2)

Komitmen untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan

Tidak ada sumber Tiak Ada Tidak Ada


daya organisasi organisasi terpusat organisasi terpusat
Direktur/Manajer
yang menangani namun ada mata dengan dukungan
Energi
secara terpusat kuliah dari manajemen
bersangkutan puncak
Sedikit atau tidak Dilakukan Dilakukan
ITEM
dilakukan Sebagian Sepenuhnya

SKOR (0) (1) (2)

namun tidak
diberdayakan.

Ada organisasi Ada tim lintas


Tidak ada
tim/jaringan energi namun tidak formal fungsi yang secara
Komite/Tim
aktif mengarahkan
Energi di perusahaan X
program-program
energi

Ada kebijakan
Tercakup dalam
tersendiri tentang
kebijakan
Tidak ada Efisiensi Energi
mengenai
Kebijakan Energi kebijakan Energi yang
lingkungan atau
secara formal ditandatangani oleh
yang lainnya
Manajemen Puncak

Mengkaji Kinerja dan Peluang Penghematan


Semua fasilitas
Sedikit Ada pengukuran
melaporkan untuk
pengukuran atau data secara
Pengumpulan dan konsolidasi/analisis
data tidak dapat lokal/parsial
Penelusuran Data secara terpusat
ditelusuri X

Dilakukan untuk Dilakukan terhadap


Standardisasi Tidak dilakukan beberapa semua faktor yang
pengukuran diperlukan untuk
Sedikit atau tidak Dilakukan Dilakukan
ITEM
dilakukan Sebagian Sepenuhnya

SKOR (0) (1) (2)

X analisis

Dilakukan
pembandingan dan
Tidak dilakukan analisis terhadap
atau dilakukan Dilakukan secara internal dan
pembandingan internal antara eksternal secara
Benchmark
hanya terhadap beberapa lokasi reguler
data lampau untuk perusahaan
X
lokasi yang sama

Ada usaha untuk


mengidentifikasi Dilakukan profiling

dan mengoreksi untuk

penyimpangan mengidentifikasi
Analisis Tidak dilakukan
trend, puncak,
X
lembah dan
penyebabnya

Kaji ulang Dilakukan kaji


dilakukan secara dengan melibatkan
internal tim audit
Kajian Teknis dan
Tidak dilakukan profesional
Audit
X
Sedikit atau tidak Dilakukan Dilakukan
ITEM
dilakukan Sebagian Sepenuhnya

SKOR (0) (1) (2)

Penentuan Target Kinerja

Ada target jangka


pendek per fasilitas Ada target jangka
Penentuan Tidak ada target pendek maupun
X
Lingkup kuantitatif jangka panjang dari
perusahaan

Dilakukan secara
terbatas berbasis
projek dan terbatas Ditentukan
pada proyeksi
Estimasi Potensi berdasarkan
Tidak dilakukan vendor
Perbaikan pengalaman
X perusahaan

Tidak ada Ditentukan secara


Kurang terdefinisi
spesifik dan
Penyusunan X dengan baik atau
terkuantifikasi pada
Target diterapkan secara
setiap level
sporadis
organisasi

Penyusunan Rencana Aksi

Ditentukan di level
Menentukan fasilitas sesuai Dirinci multi-level
langkah-langkah dengan peluang target dengan
Tidak Dilakukan
teknis berikut yang ditemukan dilengkapi periode
targetnya waktu
X
Sedikit atau tidak Dilakukan Dilakukan
ITEM
dilakukan Sebagian Sepenuhnya

SKOR (0) (1) (2)

Pelaksanaan Rencana Aksi

Perangkat disusun
Perangkat disusun
untuk semua
untuk kelompok
stakeholder dan
tertentu dan
Penyusunan dimasukkan ke
digunakan sesuai
Rencana Tidak disusun dalam agenda
kebutuhan
Komunikasi reguler
X

Dilakukan sesuai
dengan inisiatif
pada even-even Seluruh level
Tidak ada promosi
Meningkatkan tertentu organisasi
untuk efsiensi
kesadaran mendukung target
energi X
energi

Pertemuan antara
pengguna energi
Pengakuan serta
dan staf tidak Penalti untuk yang
insentif secara
dilakukan atau tidak perform serta
Memotivasi finansial untuk
hanya dilakukan pengingat secara
yang kinerjanya
sesuai kebutuhan periodik
baik
X
Sedikit atau tidak Dilakukan Dilakukan
ITEM
dilakukan Sebagian Sepenuhnya

SKOR (0) (1) (2)

Review secara
reguler dan
Tidak ada sistem dilakukan update
Dilakukan review oleh sistem secara
Melacak dan untuk memonitor
tahunan per terpusat
memonitor progres
fasilitas
X

Evaluasi Progres

Pembandingan Pembandingan
dengan data penggunaan dan
historis biaya terhadap
Evaluasi Hasil Tidak dilakukan
X target,
perencanaan, dan
pesaing

Kaji ulang
Dilakukan
dilakukan
pengecekan secara berdasarkan hasil
infromal
Kaji ulang yang diperoleh,
tidak dilakukan
rencana aksi X umpan balik yang
diterima serta
faktor-faktor bisnis
lainnya

Penghargaan Terhadap Hasil


Sedikit atau tidak Dilakukan Dilakukan
ITEM
dilakukan Sebagian Sepenuhnya

SKOR (0) (1) (2)

Tidak dilakukan
Penghargaan
Pengakuan secara X Mengangkat projek terhadap kontribusi
internal yang berhasil secara individu, tim
dan fasilitas

Tidak diusahakan Dilakukan secara Penghargaan secara


Pengakuan X insidentil atau khusus dari
eksternal pengakuan dari pemerintah atau
vendor pihak ketiga

Pemasaran/Presentase/Sosialisasi

Dilaporkan tidak
Tidak dilaporkan
Laporan trend secara menyeluruh Dilaporkan secara
konsumsi energi berkala secara
X
ke User menyeluruh

Tidak Dipromosikan
Kemajuan
dipromosikan secara tidak tetap
efisiensi energi Dipromosikan
dipromosikan ke X secara berkala
eksternal

Investasi

Disediakan sesuai
Dialokasi waktu
dengan adanya
untuk mengkaji dan
kajian konservasi
Alokasi Waktu Tidak disediakan menerapkan
energi ( Lamp....)
program
X manajemen energi
Sedikit atau tidak Dilakukan Dilakukan
ITEM
dilakukan Sebagian Sepenuhnya

SKOR (0) (1) (2)

Tergantung nilai Ditetapkan kriteria


proyek
Kriteria Proyek yang sama antara
Energi dan Tidak sama X proyek energi
Lainnya dengan proyek-
proyek lainnya.
Lampiran-3
Struktur Organiasai dan Tim Aksi Komite Energi

Pembina Komite Manajemen Puncak


Frederik Haryanto Sumbung , Damis Hardiantono , S.T.,M.T
S.T.,M.Eng

Ketua komite energi


Dodi Setiawan

Manajer/Supervisor Energi Tim Manajemen energi


Melkias Loho Antonius Fernandez ( Ketua )

Document controller
Yulianti C.Lefteuw

Working group

Manajer Mutu Manajer Operasional Manajer Auditor Manajer Engginer/operator Nodal Officier
Charles D.Sini Melkias Loho Yulianti C.Lefteuw Antonius Fernandez Dodi Setiawan

Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Anggota Anggota
Anggota Anggota

Gambar 1.4 Struktur Struktur Organisasi Komite Tim Aksi Energi


Lampiran-4
Struktur Organiasai dan Tim Manajemen Energi

Manajemen Puncak

Damis Hardiantono , S.T.,M.T

Tim Manajemen energi


Antonius Fernandez ( Ketua )

Document Controller
Yulianti C.Lefteuw

Keu & Adm Personalia Purchasing Produksi Maintenance Quality control


Charles D.Sini Dodi Setiawan Melkias Loho Yulianti C.Lefteuw Antonius Fernandez Melkias Loho

Gambar 1.5 Struktur Struktur Organisasi Komite Tim Aksi Energi


Lampiran-5
Time Schedule

Waktu Pengerjaan Dan Pelaksanaan Audit


Bulan
No Kegiatan APRIL MEI
IV I II III IV
Persiapan Perancangan
1
Penyusunan Audit Energi
Persiapan Lapangan
3
penyusunan dan audit awal
Mobilisasi dan
4 pengumpulan data primer
dan sekunder
Analisa potensi
5
penghematan energi
Sosialisasi dan penyerahan
6
laporan akhir
7 Uji Hasil /Persentase
Lampiran-6
Denah Instalasi Ruangan dan konsumsi daya
DENAH RUANG KULIAH
UNIVERSITAS MUSAMUS
FKIP

RUANG III.L PGSD RUANG IV.L PGSD RUANG V.L PGSD RUANG II.SISTIM INFORMASI RUANG III.H.PEND MAT RUANG III.G.PENJAS

LANTAI II

RUANG I RUANG II RUANG III RUANG I.SISTIM INFORMASI RUANG I.TEKNIK SIPIL RUANG I.TEKNIK MESIN

Up

LANTAI I
0
50
100
RUANGAN I
TERAS
RUANGAN II
TERAS
RUANGAN III
TERAS
RUANGAN I.SI
TERAS
RUANGAN…
TERAS
RUANGAN…
TERAS
RUANGAN…

FKIP
TERAS
RUANGAN…
TERAS
RUANGAN…
TERAS
RUANGAN II.SI
TERAS
RUANGAN…
TERAS
RUANGAN…
BEBAN PENCAHAYAAN DI SETIAP RUANGAN
TERAS

Series1
DENAH RUANG KULIAH
UNIVERSITAS MUSAMUS
TEKNIK

RUANG II .H.PENJAS RUANG II.P.PEND BINDO RUANG III.P.PEND BINDO


RUANG I.H.PENJAS

LANTAI II

RUANG I.TEKNIK RUANG II.TEKNIK


RUANG I FEB
RUANG II FEB INFORMATIKA INFORMATIKA

Up

LANTAI I
Beban Pencahayaan di Setiap Ruangan
FATEK
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
DENAH RUANG KULIAH
UNIVERSITAS MUSAMUS
FEB

RUANG II.5 RUANG II.4 RUANG II.3 RUANG II.2 RUANG II.1

R.BEM FEB

Up
RUANG I.5 RUANG I.4 RUANG I.3 RUANG I.2

BANK BNI KAMPUS

Up
Up
Beban Pencahayaan di Setiap Ruangan FEB
90

80

70

60

50

40

30

20

10

Anda mungkin juga menyukai