Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MENEJEMEN ENERGI KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI

Disusun Oleh: Rachma Jati Megantoro Adhitya Kurniawan 2411 100 101 2411 100 102

Dosen Pengajar:

JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

sektor energi merupakan sektor strategis mengingat keterkaitannya dengan ekonomi


dan lingkungan. Energi sangat diperlukan guna melaksanakan pembangunan perekonomian, namun dengan tetap mempertimbangkan aspek lingkungan agar tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu sumberdaya alam yang ada seharusnya dieksplorasi dan dieksploitasi dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip perlindungan.terhadap

kesinambungan lingkungan dan ekosistem yang ada. Kebijakan Energi Nasional jangka panjang telah memberikan target penurunan elastisitas energi menjadi kurang dari1 pada tahun 2025(KEN 2006). Sesuai dengan target kebijakan energi nasional, untuk menurunkan nilai elastisitas energi di bawah satu, hal tersebut berarti penurunan konsumsi energi total pada 2025 mendekati 50% dengan skenario konservasi energi, bila dibandingkan pola konsumsi sepertisaat ini atau bussiness as usual. Pada tahun 2009, dikeluarkan PP no 70 tahun 2009 yang mewajibkan bagi industri dan bangunan pengguna energi di atas 6000 ToE/tahun untuk menerapkan manajemen energi, antara lain dengan: menunjuk manajer energi, menyusun program konservasi energi, melaksanakan audit energi secara berkala, melaksanakan rekomendasi hasil audit energi dan melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 2009

tentang konservasi energi , audit energi didefinisikan sebagai Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energy.

Tinjauan Regulasi Tentang Konservasi Energi


beberapa peraturan perundang-undangan terkait dengan konservasi energi. Isi tiap peraturan perundang-undangan tersebut akan dijelaskan secara singkat dan dievaluasi untuk mengetahui makna yang tersirat didalamnya. Undang-undang Beberapa undang-undang yang secara langsung terkait dengan pembangunan energi nasional dan konservasi energi yaitu : 1. Undang-undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi Undang-undang ini menjadi payung bagi kebijakan energi nasional termasuk di dalamnya kebijakan konservasi energi. Beberapa butir yang terkait antara lain : a. Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan energi, tujuan pengelolaan energi adalah: b. c. d. e. Tercapainya kemandirian pengelolaan energi Terjaminnya ketersedian energi dalam negeri baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri Tersedianya sumber energi dalam negeri untuk : Pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri Pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri Peningkatan devisa negara f. Terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu dan berkelanjutan g. 2. Termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor

Penyediaan energi dilakukan melalui inventarisasi sumber daya energi serta diversifikasi, konservasi dan intensifikasi sumber energi dan energi.

3. 4.

Pemerintah wajib menyediakan cadangan penyangga energi Penyediaan energi baru dan energi terbarukan wajib ditingkatkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

5. 6.

Harga energi ditetapkan berdasarkan nilai keekonomian berkeadilan Pemerintah dan pemerintah daerah masyarakat tidak mampu. menyediakan dana subsidi untuk kelompok

7.

Pemanfaa.tan energi dilakukan dengan mempertimbangkan aspek teknologi, sosial, ekonomi, konservasi, dan lingkungan

8.

Dalam pasal 25 tentang Konservasi Energi disebutkan bahwa :

a. Konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat. b. Konservasi energi nasional mencakup seluruh tahap pengelolaan energi. c. Pengguna energi dan produsen peralatan hemat energi yang melaksanakan konservasi energi diberi kemudahan dan/atau insentif oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. d. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang tidak melaksanakan konservasi energi diberi disinsentif. e. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan konservasi energi serta pemberian kemudahan, insentif, dan disinsentif, diatur dengan Peraturan Pemerintah dan atau Peraturan Daerah. Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Undang-undang ini baru disahkan oleh DPR pada 8 September tahun 2009 menggantikan UU no. 15 tahun 1985. Undang-undang ini dalam kaitannya dengan kebijakan konservasi energi memberikan penekanan tentang pemanfaatan sumber energi lokal khususnya energi baru terbarukan (EBT) untuk pembangkitan listrik dalam kerangka mendorong ketahanan dan kemandirian energi guna pembangunan yang berkelanjutan. Beberapa butir dalam undang-undang ini terkait dengan standarisasi dan kelaikan operasi serta upaya yang mempertimbangkan aspek lingkungan hidup sebagai bagian penting dari upaya-upaya konservasi energi. Hal ini juga diperkuat dengan peran dan tugas pemerintah, pemerintah daerah, koperasi, swasta dan masyarakat.

Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan pasca berlakunya Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi berisi tentang penjabaran dari apa yang diamanatkan oleh undangundang tersebut. Beberapa peraturan pemerintah terkait adalah : PP No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi. Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 25 ayat 2 UU No. 30 Th 2007 tentang Energi. Peraturan ini dimaksudkan untuk mengatur upaya pemanfaatan energi secara hemat, rasional dan bijaksana bagi pemenuhan kebutuhan energi saat ini dan masa yang akan datang serta tercipta budaya hemat energi. Beberapa hal penting terkait peraturan ini yaitu : a. Pasal 2 dan 3 menyebutkan bahwa konservasi energi nasional menjadi tanggungjawab b. pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. Hal ini dilakukan berdasarkan Rencana Induk Konservasi Energi Nasional yang disusun dan ditetapkan oleh menteri

c. Pasal 5 menyebutkan secara khusus bahwa tanggung jawab pemerintah daerah termasuk dalam mengalokasikan dana untuk pelaksanaan konservasi energi d. Pasal 7 menyebutkan bahwa pengusaha bertanggung jawab dalam menghasilkan produk dan/atau jasa yang hemat energi

Peraturan Presiden Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 Kebijakan ini menekankan pada jaminan pasokan energi dalam negeri yang diharapkan dapat mendukung berjalannya pembangunan berkelanjutan. Kebijakan utama yang terkait dengan konservasi energi antara lain adalah pasal 3 yang mana disebutkan bahwa kebijakan utama tersebut meliputi: a. Penyediaan energi melalui: 1. penjamin ketersediaan pasokan energi dalam negeri 2. Pengoptimalan produksi energi; 3. Pelaksanaan konservasi energi; b. Pemanfaatan energi melalui: 1. efisiensi pemanfaatan energi; 2. diversifikasi energi. 3. Peraturan Menteri Pengaturan secara lebih detil terkait pelaksanaan konservasi energi diatur dalam beberapa peraturan menteri berikut : 1. Permen ESDM Nomor 13 tahun 2010 tentang penetapan dan pemberlakuan standar kompetensi manajer energi bidang industri 2. Permen ESDM Nomor 14 tahun 2010 tentang penetapan dan pemberlakuan standarkompetensi manajer energi bidang bangunan gedung sub bidang pengelolaan

Analisa Dampak Konservasi Energi

Konservasi energi sebagai sebuah pilar manajemen energi nasional belum mendapat perhatian yang memadai di Indonesia. Manajemen energi di tanah air selama ini lebih memprioritaskan pada bagaimana menyediakan energi atau memperluas akses terhadap energi kepada masyarakat. Hal ini diwujudkan antara lain melalui peningkatan eksploitasi

bahan bakar fosil atau pembangunan listrik perdesaan. Konsumsi energi di sisi yang lain masih dibiarkan meningkat dengan cepat, lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi. Ini ditunjukkan misalnya oleh permintaan terhadap tenaga listrik. Konservasi energi bermanfaat bukan hanya untuk menekan konsumsi dan biaya konsumsi energi, namun juga memberikan dampak yang lebih baik terhadap lingkungan. Sebagai dimaklumi, sumber utama pemanasan global yang dikhawatirkan masyarakat planet bumi kini adalah pembakaran bahan bakar fosil, atau aktivitas manusia yang berkaitan dengan penggunaan energi. Kegiatan pembakaran bahan bakar fosil, misalnya yang ditunjukkan oleh kegiatan transportasi, menghasilkan berbagai polutan seperti COx, NOx maupun SOx di samping partikel debu yang mengotori udara. Konservasi energi akan mendatangkan manfaat bukan hanya untuk masyarakat yang konsumsi energi per kapitanya telah sangat tinggi, namun juga oleh negara yang konsumsi energi per kapitanya rendah, seperti Indonesia. Dengan melakukan konservasi maka seolaholah kita menemukan sumber energi baru. Bila Indonesia dapat menghemat konsumsiBBMnya sekitar 10 persen saja, maka itu berarti menemukan lapangan minyak baru yangdapat memproduksi BBM sebesar itu juga, yang dalam kenyataannya membutuhkan biayayang cukup besar untuk eksplorasi dan memproduksinya. Biaya yang dapat dihemat dengan melakukan konservasi sangat besar. Salah satu faktor yang membuat konservasi energi tidak berkembang di Indonesia adalah adanya pandangan di kalangan masyarakat bahwa Indonesia adalah negara yang dianugerahi dengan kekayaan sumberdaya energi yang berlimpah, dan karena itu menggunakan energy secara hemat tidak dianggap sebagai sebuah keharusan. Pemahaman konservasi energy sebagai tindakan praktis juga belum berkembang di kalangan masyarakat karena masih langkanya penyebarluasan informasi atau kampanye mengenai teknik-teknik konservasi energi. Peraturan perundang-undangan mengenai konservasi energipun belum dikembangkan Demikian pula, pembentukan badan khusus di kalangan pemerintah/ swasta yang menangani masalah konservasi energi juga belum didirikan. Kerugian karena tidak menerapkan program konservasi energi sebetulnya sudah dirasakan di tanah air. Berapa kerugian karena tidak melakukan konservasi energi dengan benar merupakan angka yang belum pernah kita hitung. Penyakit yang dilahirkan dari pola konsumsi BBM nasional yang tidak sehat (subsidi BBM, penyelundupan, pengoplosan, serta biaya politik yang ditimbulkannya) sedikit banyak dapat diatasi bila kita melakukan konservasi energi dengan ketat, khususnya di sektor transportasi. Rugi-rugi (losses) dalam pengusahaan listrik nasional dapat ditekan bila kesadaran melakukan efisiensi dan konservasi energi telah berkembang di

kalangan masyarakat dan perusahaan listrik itu sendiri. Banyak industri dapat menekan biaya produksi mereka bila perhatian mengenai bagaimana dapat menggunakan energi secara hemat dipraktekkan dalam kegiatan industri sehari-hari. Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kebijakan energi, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE), menekankan kepada seluruh pengguna sumber energi dan pengguna energi termasuk industri untuk wajib energi. Sehubungan

melakukan konservasi energi setiap tahunnya melalui manajemen dengan itu maka KESDM mengeluarkan surat edaran.

Surat dengan nomor 302.E/07/DJE/2010 tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal EBTKE, Luluk Sumiarso pada Selasa 28 Desember 2010 sebagai impelentasi pasal 12 ayat (2) Peraturan Pemerintah (PP) No.70/2009 tentang Konservasi Energi sebagai turunan dari Undang-Undang (UU) No.30/2007 tentang energi. Surat edaran itu ditujukan kepada seluruh pengguna sumber energi dan pengguna energi yang menggunakan sumber energi dan/atau sumber energi yang berupa listrik maupun non listrik lebih besar atau sama dengan 6.000 setara ton minyak (Tonne Oil Equivalent) atau setara dengan 69.780 MWh per tahun, bahwa mereka wajib melakukan konservasi energi melalui manajemen energi. Adapun kewajiban untuk melakukan pelaksanaan manajemen energi ini, sesuai dengan yang ditulis dalam surat edaran, terkait dalam rangka mengimplementasikan pasal 12 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 70/2009 tentang Konservasi Energi sebagai turunan dari UU No. 30/2007 tentang Energi. antinya, pelaksanaan manajemen energi ini perlu melakukan beberapa tindakan, yakni: Menunjuk manajer energi Menyusun program konservasi energi Melaksanakan audit energi secara berkala Melaksanakan rekomendasi hasil audit energi Melaporkan pelaksanaan program konservasi energi setiap tahun kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya masing-masing Surat edaran disesuaikan berdasarkan amanat undang-undang yang sudah disampaikan dalam surat edaran tersebut. Jadi sejauh ini lebih kepada informasi dan sosialisasi agar nantinya ada persiapan dari para pengguna energi terkait. Meskipun ini baru sebatas sosialisasi dan masih menunggu peraturan tersebut terbit, nantinya hal ini akan menjadi wajib untuk melaksanakan

konservasi energi melalui manajemen energi. Sehingga nanti jika peraturan sudah diterbitkan, ada sangsi yang berlaku juga. Langkah-langkah penghematan serta konservasi penggunaan energi ini lebih murah dan signifikan disamping membangun fasilitas yang menghabiskan dana. Penghematan

bukan berarti mengurangi konsumsi energi, namun lebih ditekankan kepada dihasilkannya output yang meningkat tapi dengan menggunakan energi yang sama. Pada tahun 2010 ini sedang berada dalam tahap menyiapkan peraturan dengan melibatkan para stakeholder dan diharapkan pada tahun 2011 nanti sudah terbit peraturan tersebut. Berkaitan dengan program konservasi energi nasional yang bertujuan untuk mewujudkan daya masyarakat yang hemat energi, maka kebijakan pemanfaatan energi perlu diarahkan arah sebagai berikut : Penerapan teknologi hemat energi melalui pengembangan kemitraan antara industri, litbang bidang energi serta pengguna energi; Peningkatan kesadaran tentang manfaat dan arti konservasi energi; Peningkatan pengetahuan teknis pengguna energi tentang teknologi konservasi energi; Penerapan prinsip- prinsip hemat energi dalam perencanaan, pengoperasian dan pengawasan pemanfaatan energi; Penerapan budaya hidup hemat energi; Pemanfaatan teknologi berbahan bakar fosil yang lebih bersih. Sesuai dengan uraian di atas, maka instrumen kebijakan konservasi energi yang perlukan adalah : Legislasi, yaitu untuk menjamin penyediaan dan pemanfaatan energi yang dan cara-cara

berkesinambungan, efisien dan rasional

berupa pemberian wewenang kepada

pemerintah untuk melakukan upaya pengembangannya; Regulasi, yaitu untuk mendukung pengembangan dan peningkatan pemanfaatan energi; Edukasi, yaitu untuk mendukung upaya peningkatan pengetahuan dan pengalaman masyarakat tentang arti dan manfaat konservasi energi serta cara-cara menghemat energi; Fasilitas fiskal, yaitu untuk mendukung dan menciptakan kondisi yang kondusif dalam menerapkan konservasi energi. Fasilitas fiskal dimaksud antara lain berupa pengurangan pajak dan pinjaman lunak; Pendanaan, yaitu pendanaan untuk mendukung pengembangan konservasi energi dan meningkatkan kemampuan penelitian dan pengembangan teknologi hemat energi; efisiensi

Mekanisme pasar, yaitu untuk mempercepat proses penetrasi dan komersialisasi peralatan hemat energy. Untuk menjaga agar pelaksanaan program konservasi energi lebih efektif dan

realistis serta memberi dampak positif yang cukup berarti terhadap perekonomian nasional, maka arah pelaksanaan program konservasi energi perlu disusun pertimbangan sebagai berikut : Konservasi energi harus dilihat sebagai kegiatan yang memberi manfaat finansial dan harus dipromosikan berdasarkan azas manfaat tersebut. Kesadaran masyarakat dan implementasi proyek konservasi energi akan meningkat berdasarkan

apabila stakeholders dengan tujuan yang sama dapat berpartisipasi dan bekerjasama dalam suatu program kemitraan. Penyebarluasan informasi konservasi energi merupakan bagian penting dari pelaksanaan program konservasi energi sehingga mutu materi informasi yang akan disebarluaskan harus sesuai kebutuhan konsumen. Sasaran pelaku yang ingin dijangkau meliputi semua tingkatan mulai dari pimpinan puncak hingga operator, sehingga komitmen pimpinan puncak mutlak diperlukan. Program konservasi energi yang menjadi prioritas pelaksanaan adalah kegiatan yang implementasinya relatif mudah, sesuai dengan kemampuan, memberi manfaat dan dampak nasional cukup besar serta bersifat mendorong dan memberi efek ganda ke arah peningkatan efisiensi energi. Sumber daya manusia (SDM) merupakan elemen penting yang harus ditempatkan

sebagai komponen kunci dalam mencapai keberhasilan program konservasi energi. Oleh karena itu sumber daya manusia harus ditempatkan sebagai sasaran jangka panjang program konservasi energi. Tolok ukur pencapaian sasaran program konservasi energi harus tercermin dalam kegiatan nyata di semua sektor kegiatan - mulai dari perencanaan, pengoperasian dan pengawasan dalam suatu unit usaha atau organisasi. Untuk mencapai sasaran konservasi energi dan memperkecil/menghilangkan hambatan yang mungkin timbul maka diperlukan suatu strategi yang dapat mensinergikan kemampuan (strength) dengan memanfaatkan peluang (opportunity) yang ada. konservasi energy. yang ditempuh adalah dengan strategi Stick and Carrot. Strategi ini merupakan kombinasi antara pengaturan (stick) yaitu normanorma yang harus ditaati oleh masyarakat Strategi

dan insentif (carrot) untuk mendorong kegiatan implementasi efisiensi energi. Penerapan strategi ini disesuaikan dengan kondisi dan situasi energi nasional. Jika harga energi sudah mengikuti harga pasar maka porsi kebijakan insentif dapat dibuat lebih dominan, sebaliknya pada kondisi dimana harga energi masih disubsidi maka porsi pengaturan

menjadi lebih dominan mengingat kesadaran masyarakat untuk menghemat energi biasanya rendah. Untuk saat ini, penerapan strategi Stick and Carrot belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, sehingga penekanannya lebih banyak pada faktor insentif dan disinsentif. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong masyarakat melakukan kegiatan konservasi energi atas dasar manfaat ekonomi dan bukan karena regulasi dari pemerintah. Pelaksanaan program konservasi energi tidak dapat berdiri sendiri karena energi digunakan di semua kegiatan ekonomi yang terkait dengan isu-isu nasional maupun internasional misalnya perkembangan teknologi, mekanisme pasar, standardisasi, globalisasi, lingkungan hidup dan adanya paradigma-paradigma baru. Untuk itu strategi yang digunakan adalah yang memadukan program dengan isu-isu tersebut. Salah satu kebijakan yang bisa dilakukan adalah kebijakan informasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang mencakup program: 1. Kampanye hemat energi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hemat energi melalui penerapan program - program sebagai berikut : Pelabelan hemat energi; Program pelabelan merupakan kegiatan penempelan informasi efisiensi energi pada pemanfaat energi, piranti tenaga listrik, peralatan konversi energi seperti : boiler, oil heater, hot water boiler, dan kendaraan angkutan/ mobil. Di sisi

produsen, program pelabelan akan memicu peningkatan efisiensi energi produknya. Sedangkan di sisi konsumen, informasi label efisiensi ini juga memberi isyarat (signal) kepada masyarakat tentang pentingnya efisiensi energi sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan pilihan suatu produk. Pelabelan ini lebih lanjut akan menjadikan manufaktur terdorong mencantumkan efisiensi energi dalam iklan komersial produknya agar memiliki daya saing pasar. Kegiatan pelabelan diawali dengan penetapan Standard Nasional Indonesia (SNI) label hemat energi khususnya pada piranti tenaga listrik seperti : penyejuk ruangan atau AC, kulkas atau lemari pendingin/pembeku, lampu dan kendaraan transportasi (mobil). Dalam hal ini produk dari model tertentu diberi peringkat tingkat efisiensi energi berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah terakreditasi. Peringkat yang paling rendah

dengan tanda bintang satu dan yang terbaik dengan tanda bintang empat dicantumkan pada label seperti halnya dengan iklan komersial setiap produk. Pengujian tingkat efisiensi energi dilakukan secara periodik pada unit penguji independen. 2. Pelatihan, dimaksudkan untuk meningkatkan ketrampilan pengelola/pengguna energi tentang manajemen energi dan konservasi energi di sektor industri, komersial,

transportasi dan lembaga pendidikan. Dengan demikian, konservasi energi diharapkan dapat melembaga di semua sektor kegiatan. Informasi yang perlu disampaikan dalam materi pelatihan meliputi teknologi hemat energi, kiat-kiat konservasi energi, dan publikasi teknis peningkatan kesadaran seperti brosur, poster dan stiker hemat energi. raining atau pelatihan dapat juga digunakan untuk mensosialisasikan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang konservasi energi yang sudah ada seperti SNI konservasi energi pada bangunan gedung. 3. Pendidikan, tujuannya adalah untuk menyebarluaskan pengetahuan dan manfaat tentang konservasi energi melalui pendidikan yang bersifat formal mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Bahan ajar konservasi energi dapat diintegrasikan dalam kurikulum disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang diajarkan. Untuk jenjang tingkat dasar dan menengah materi konservasi energi banyak bersifat pengenalan dan alasan perlunya hemat energi, sedangkan untuk sekolah kejuruan dan perguruan tinggi dapat berupa adanya jurusan manajemen energi. Pendidikan ini dapat pula dimaksudkan untuk memperbanyak penelitian-penelitian tentang diaplikasikan oleh masyarakat. 4. Penghargaan energi, tujuannya adalah untuk mendorong pengembangan konservasi energi yang dapat dijadikan contoh bagi masyarakat. Penghargaan energi antara lain meliputi penghargaan atas prestasi yang luar biasa seseorang atau kelompok dan penghargaan atas penemuan di bidang hemat energi. 5. Percontohan, untuk menciptakan kondisi yang kondusif, dimana strategi Carrot without Stick dapat diterapkan adalah komunikasi yang baik antar stakeholders. Pada tahap berikutnya, dapat ditingkatkan menjadi bentuk kerjasama yang lebih operasional misalnya proyek percontohan. Beberapa bentuk kegiatan kolaborasi antara lain : Pelaku aktif saling memberikan informasi tentang program konservasi energi nasional, sektoral dan atau sub sektoral, penyedia energi, peralatan/ teknologi hemat energi, keberhasilan konservasi energi dan yang berkaitan dengan investasi dalam suatu forum. Forum tersebut digunakan untuk saling memberikan informasi dan konservasi energi yang hasilnya dapat

masukan penting kepada pemerintah mengenai kegiatan energi yang diminati dan di dukung oleh pihak terkait. Pemerintah menjadi fasilitator untuk mencarikan

peningkatan efisiensi

pemilik

teknologi/

suplier/konsultan yang dapat memberikan bantuan teknis mengenai kegiatan efisiensi energi kepada perusahaan yang terpilih, Contoh : Demand Management (DSM). 6. Forum Dialog, dimaksudkan agar stakeholders khususnya pengguna energi dapat dengan konservasi energi di sektornya Side

mengangkat isu-isu penting yang berkaitan

misalnya Kementerian yang terkait, Masyarakat Energi Indonesia (MEI), Forum Komunikasi Masyarakat Hemat Energi (FKMHE), 7. Program Konservasi Energi Multi Sektor, program ini dimaksudkan untuk memberikan program khusus pada penyebaran informasinya tentang berbagai peralatan energi dan piranti listrik tersedia di pasaran yang digunakan hampir di semua sektor. Hal ini disebabkan adanya berbagai jenis peralatan seperti lampu, ballast, motor listrik dan lainlain dengan tingkat efisiensi yang berbeda yang tidak diinformasikan secara utuh pada masyarakat, sebagai contoh adalah : Lampu fluorescent Lampu fluorescent atau dikenal dengan lampu neon adalah jenis lampu yang hemat energi dan paling banyak digunakan konsumen di semua sektor. Jenis lampu fluorescent ini mempunyai dua tipe yaitu ; lampu fluoerescent dengan diameter tabung kecil dan fluorescent diameter besar. Lampu fluorescent diameter kecil memiliki efisiensi lebih besar sehingga tipe ini lebih hemat energi dibandingkan dengan lampu fluorescent tipe diameter besar. Low - loss magnetic ballast Ballast magnetic mengkonsumsi sekitar 30% dari daya yang dibutuhkan oleh lampu fluorescent. Ballast hemat energi yang dikenal dengan low-loss ballast adalah

ballast magnetik dengan daya relatif kecil yaitu kurang dari 6 watt, dibandingkan dengan ballast konvensional watt. Selain itu juga harus ada kebijakan pengaturan yang bertujuan untuk mempercepat pelaksanaan pokok-pokok program konservasi energi, yang meliputi: 1. Audit Energi, untuk membantu konsumen energi khususnya industri padat energi dan gedung komersil, dalam menentukan pola pemakaian energi, dan potensi penghematan energi, maka advisory service seperti audit energi cuma- cuma perlu disediakan. untuk daya lampu yang sama dapat mencapai 18

Pelayanan ini penting untuk mempercepat implementasi potensi konservasi energi khususnya yang bersifat cost effective. 2. Pengelolaan Energi bagi Pengguna Energi Intensif Lembaga yang berhak mengeluarkan persetujuan pemberian serifikat pada manajer energi adalah lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi untuk mengeluarkan sertifikat manajer energi, lembaga sertifikasi melakukan kerjasama dengan lembaga yang menguji manajer energi yang telah terakreditasi. 3. Program Perbaikan Teknologi Hemat Energi, program perbaikan teknologi merupakan cara efektif untuk meningkatkan efisiensi operasi pada tingkat optimum sesuai standar yang berlaku atau yang dikehendaki. 4. Pelabelan, mendorong masyarakat menggunakan barang/ peralatan pemanfaat energi yang mencantumkan tingkat efisiensi energinya. Di sisi lain, produsen akan berlomba lomba untuk meningkatkan efisiensi energi barang - barang atau produk mereka, agar dipilih untuk dibeli masyarakat. Pemerintah dalam hal ini memfasilitasi melalui

peraturan-peraturan yang mendukung para produsen agar mencantumkan label efisiensi energi pada setiap produk-produk yang dihasilkan. Lembaga yang berhak mengeluarkan persetujuan pencantuman label pada suatu produk barang peralatan hemat energi adalah lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi untuk pengujian tingkat hemat energi suatu barang/peralatan pengguna energi. Lembaga

sertifikasi melakukan kerjasama dengan lembaga pengujian suatu produk (laboratorium uji) yang telah terakreditasi. 5. Penyusunan Standar. bertujuan untuk menetapkan spesifikasi teknis peralatan hemat energi yang telah teruji. Setelah program labelisasi hemat energi berlangsung dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah menentukan standar efisiensi energi minimum pada produk tertentu, sebagai suatu persyaratan yang harus dipenuhi oleh produsen atau importer dalam memproduksi atau memasarkan suatu produk. Melalui program ini maka akan terjadi transparasi pasar dari peralatan yang kurang efisien ke peralatan yang lebih efisien pemakaian energinya. Dengan demikian secara bertahap produsen akan menjual produk dengan peralatan yang efisiensinya lebih tinggi guna mempertahankan daya saing produknya. Dan apabila program ini berjalan baik maka selanjutnya setiap priode tertentu standar efisiensi energi minimum dapat ditinjau kembali untuk ditingkatkan ke level lebih tinggi. Namun jika program ini tidak berhasil dengan baik maka program tersebut perlu ditinjau kembali atau diganti dengan program lain yang lebih sesuai.

Anda mungkin juga menyukai