Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

AUDIT ENERGI

Kelompok : B 6J-2
Nama Praktikan : Farah Adibah Ramadhanty (1217020044)
Febrianto Wibowo (1217020022)
Harrid Naufal Gifari (12170200)
Hilal Mafaza (12170200)
Inna Amilia Alqoina (12170200)
Irmawati Irawan (12160200)

Kelas : 6J

PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI


ENERGI JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan
Audit Bangunan Gedung ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterimakasih kepada Bapak Ir. Rahman Filzi, MT selaku Dosen
pengampu matakuliah Audit Energi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Laporan Audit. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembacanya. Kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Depok, 13 Februari 2020

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan energi bagi kelangsungan hidup manusia merupakan masalah besar yang
dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia ini. Tidak lagi ditemukannya cadangan dalam
jumlah yang besar pada rentang waktu terakhir ini membuat hampir seluruh dunia menjadikan
permasalahan energi menjadi problem besar yang perlu ditangani secara serius.
Sumber energi tradisional yang berasal dari minyak bumi masih memberikan kontribusi
terbesar untuk memenuhi kebutuhan energi dunia yaitu mencapai 36,7% dari total konsumi
energi, atau setara dengan 3.767,1 juta ton minyak. Batubara dan gas alam masing-masing
menjadi penyumbang bagi kebutuhan energi dunia terbesar kedua dan ketiga sebesar 27.2 %
untuk batu bara dan 23.7% untuk gas alam. Total konsumi batu bara selama tahun 2013 tersebut
mencapai setara 2.778,2 juta ton minyak, sedangkan gas alam mencapai setara 2.420,4 juta ton
minyak. Sisa konsumsi energi untuk kebutuhan dunia dipenuhi oleh sumber energi nuklir yang
‘hanya’ sebesar 6,1 % dan dari hydro energi (air) sebesar 6,2%. Dari seluruh energi yang
dikonsumsi tersebut, sebagiannya digunakan untuk membangkitkan listrik dengan total di
seluruh dunia mencapai 17.452 Terrawatt-hour (TwH). Sebaran distribusi sumber energi di atas
jelas menunjukkan bahwa sumber energi yang berasal dari fosil masih cukup dominan untuk
memenuhi kebutuhan energi dunia. Sumber energi yang sifatnya dapat diperbaharui (renewable)
masih didominasi oleh sumber dari air (hydro) energi. Hal ini juga terjadi di Indonensia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik mengumumkan produk domestik bruto Indonesia tumbuh
5,78 persen pada 2013 dibandingkan 2012. Pertumbuhan ini tentunya perlu dibarengi adanya
ketersediaan energi yang cukup. Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya pembangunan
Nasional yang diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan pengunaan energi di segala sector,
termasuk sector bangunan pemerintah. 6 Sementara itu penyediaan energi sekarang ini masih
bergantung pada bahan bakar fosil, terutama bahan bakar minyak dan cadangan semakin
menipis, sementara harga energi khusunya harga bahan bakar minyak melonjak tajam, sementara
penggunaan energi masih tergolong boros. Hasil survai menunjukkan bahwa sektor bangunan
mempunyai potensi penghemat sekitar 5 – 20 %.
Melihat cukup besarnya peluang penghematan energi yang teridentifikasi tersebut serta
besarnya manfaat yang akan diperoleh apabila peluang ini diimplementasikan,, maka program
konservasi energi perlu terus digalakkan. Konservasi energi dapat membawa manfaat yang
sangat besar berupa penghematan energi dan biaya energi yang pada gilirannya akan
meningkatkan daya saing di pasar global. Untuk mengatasi permasalahan di atas maka, para
konsumen besar seperti Industri ataupun pengelolah gedung perlu untuk meningkatkan efisiensi
energinya. Berdasarkan data statistik listrik PLN tahun 2012 nampak bahwa konsumsi energi
listrik untuk gedung komersial mencapai 3.057,21 GWh atau mengalami pertumbuhan konsumsi
energi listrik sebesar adalah 9,8% dari tahun 2011 yaitu 2.786,72 GWh. Tingginya konsumsi
energi ini mendorong pemerintah untuk membangun pembangkit baru. Bersamaan dengan itu
pemerintah juga mendorong penggunaan energi secara efisien dan tepat guna disisi pengguna
melalui program konservasi energi. Agar program konservasi energi dapat berjalan dengan baik,
maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Konservasi Energi. Sehingga dengan aktivitas ini banyak bangunan telah mengambil manfaat
serta keuntungan dalam usaha meningkatkan efisiensi dan optimasi penggunaan energi guna
menurunkan biaya energi. Untuk mendukung program konservasi energi nasional agar bias
terlaksana dengan baik, maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang
berhubungan dengan konservasi energi.

1.2 Kebijakan Konversi Energi


Kenyataan bahwa energi fosil khususnya minyak bumi yang merupakan sumber
energi utama saat ini terbatas jumlahnya, sementara komsumsi energi terus meningkat sejalan
dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Untuk mengatasi
keterbatasan itu energi terbarukan adalah alternatif solusi karena energi terbarukan adalah
energi yang dapat diperbaharui dan 7 apabila dikelola dengan baik, sumber daya itu tidak akan
habis. Untuk mengoptimalkan penggunaan energy dalam negeri, sejak beberapa tahun silam
pemerintah telah mengeluarkan Kepres No. 43/1991. Menurut Keputusan Presiden RI No. 43
tahun 1991, Konservasi Energi adalah penggunaan energi secara efisien dan rasional dan tanpa
menggurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan. Upaya yang bisa
kita lakukan dalam konservasi energi diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan,
penggunaan teknologi yang efisien dan membudayakan pola hidup hemat energi. Dalam hal
praktis konservasi energi merupakan upaya penurunan jumlah energi yang digunakan sambil
meningkatkan hasil yang sama. Upaya ini dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, nilai
lingkungan, keamanan nasional, keamanan personil, dan kenyamanan manusia.
Sebagai tindak lanjut dari Kepres No. 43/1991 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang
berkaitan dengan upaya penghematan energi yang tercantum dalam Intruksi Presiden (Inpres) RI
Nomor 10 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen
ESDM) Nomor 31 Tahun 2005. Menurut Inpres No. 10/2005 Presiden RI menginstruksikan
kepada:
1. Pimpinan aparatur Negara dan daerah:
 Melakukan langkah-langkah penghematan energi di instansi masing- masing yang
meliputi penerangan, pendinginan ruangan, peralatan listrik, dan kendaraan dinas.
 Menghimbau dan mensosialisasikan kepada masyarakat untuk melaksanakan
penghematan energi.
 Memonitor pelaksanaan penghematan energi dan melaporkannya kepada Presiden
melalui MESDM.
2. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
 Mengatur tata cara pelaksanaan penghematan energi
 Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pelaksanaan penghematan energi
Pelaksanaan konservasi energi diterapkan terhadap semua pemanfaat energi baik
langsung maupun tidak langsung yang meliputi antara lain pertambangan, ketenagalistrikan,
perhubungan, Perindustrian, Pekerjaan Umum. Perdagangan, kawasan industri,
pemukiman, perhotelan, bangunan, gedung dan rumah tangga. Sumber energi wajib
dimanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pemanfaatan sumber energi dengan
memperhatikan: . Kelestarian lingkungan hidup; Perancangan yang berorientasi pada
penggunaan energi secara hemat; Pemilihan sarana, peralatan dan bahan yang secara langsung
maupun tidak langsung menghemat penggunaan energi; Optimasi pengoperasian sistem, sarana,
peralatan dan proses yang bertujuan menghemat energi.
Langkah-langkah yang dilakukan penyebarluasan pengertian dan arti pentingnya
energi dilakukan melalui: kampanye dan penyebaran informasi dengan media cetak, media
elektronik, diskusi, ceramah dan lomba hemat energi; pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan teknis, memperluas wawasan teknologi dalam bidang
konservasi energi dan melatih penerapannya secara langsung; Peragaan dan percontohan untuk
memperkenalkan teknologi konservasi kepada masyarakat pemakai energi melalui
percontohan peralatan hemat energi, baik dari segi perancangan maupun cara
pengoperasiannya; Penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan teknologi dalam bidang konservasi energi; pengembangan sistem audit energi
dan identifikasi potensi, perbaikan efisiensi sistem, perbaikan efisiensi proses, perbaikan
efisiensi sarana dan perbaikan efisiensi peralatan; Standarisasi yaitu melaksanakan upaya
penghematan energi melalui penetapan standar unjuk kerja dan efisiensi peralatan.
Kemudian pada tahun 2005, dikeluarkan Master plan Rencana Induk Konservasi
Energi Nasional yang pada intinya untuk mengurangi intensitas energi setiap tahun 1%
hingga tahun 2025. Pada tahun 2006, Presiden Republik Indoensia mengeluarkan PP No.5/2006
tentang Kebijakan Energi nasional. Salah satu isinya mengatakan bahwa Konservasi energi
adalah penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi
yang memang benar-benar diperlukan.
Pada Tahun 2007 dikeluarkan Undang-Undang yaitu UU No. 30/2007 tentang Energi.
Salah satu pasalnya mengatakan bahwa konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab
pemerintah, pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat. Konservasi energi nasional
mencakup seluruh tahap pengelolaan energi. Pengguna energi dan produsen peralatan hemat
energi yang melaksanakan konservasi energi diberi kemudahan dan/atau insentif oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang tidak
melaksanakan konservasi energi diberi disinsentif oleh Pemerintah dan/ atau pemerintah
daerah. Kemudian pada tahun 2008, Dikeluarkan Instruksi Presiden No. 2/2008 tentang
pengehamatan air dan energi.
Terakhir pada tahun 2009, Presiden mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No.
70/2009 tentang Konservasi Energi. Memuat tentang Konservasi energi nasional menjadi
tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota,
pengusaha dan masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab secara nasional untuk: merumuskan
dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program konservasi energi; mengembangkan sumber
daya manusia yang berkualitas di bidang konservasi energi; melakukan sosialisasi secara
menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi yang menerapkan konservasi energi;
mengkaji, menyusun, dan menetapkan kebijakan, serta mengalokasikan dana dalam rangka
pelaksanaan program konservasi energi; memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka
pelaksanaan program konservasi energi; melakukan bimbingan teknis konservasi energi
kepada pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna energi; melaksanakan program
dan kegiatan konservasi energy yang telah ditetapkan; dan melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan program konservasi energi. Disamping itu pengusaha
bertanggung jawab: melaksanakan konservasi energi dalam setiap tahap pelaksanaan usaha;
dan menggunakan teknologi yang efisien energi; dan/atau menghasilkan produk dan/atau
jasa yang hemat energi. Para pengusaha yang merupakan pengguna energi wajib dilakukan
secara hemat dan efisien. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang
menggunakan sumber energi 10 dan/atau energi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enam
ribu) setara ton minyak per tahun wajib melakukan konservasi energy melalui manajemen
energi. Manajemen energi dilakukan dengan. menunjuk manajer energi; menyusun program
konservasi energi; melaksanakan audit energi secara berkala; melaksanakan rekomendasi hasil
audit energi; dan melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun kepada pemerintah.

1.3 Audit Energi


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 70 Tahun 2009
tentang Konservasi Energi, Bab I (Ketentuan Umum), Pasal 1, butir 14, audit energi
didefinisikan sebagai proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan
energi serta rekomendasi peningkatan efesinsi pada pengguna energi dan pengguna sumber
energi dalam rangka konservasi energi.

1.4 Standar Acuan


1. Perpres No.5 tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional
2. Undang-undang No. 30 tahun 2007 tentang Energi
3. Peraturan Pemerintah No.70 tahun 2009 tentang Konservasi Energi
4. Inpres 13 tahun 2011, Tentang Penghematan_energi dan Air
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 614 Tahun 2012, telah
ditetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Auditor Energi di
Industri dan Bangunan Gedung.
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 321
Kep/Men/XII/2011 tentang Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Sektor jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya Sub Sektor Jasa
Konservasi Energi Sub Bidang Industri Untuk jabatan kerja Manajemen energi
Menjadi standar kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
7. SNI ISO 50001-Sistem Manajemen Energi (Desember 2012) – adopsi identik dan cetak
ulang standar ISO 50001. BSN
8. SNI 6196:2011 : Prosedur audit energi pada bangunan gedung, BSN
9. SNI 6389:,2011 : Konseruasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung, BSN.

1.5 Tim Audit


Dalam melaksanakan program audit energi ini, kami membentuk sebuah tim yang terdiri
dari :
(1) Ketua : Febrianto Wibowo
(2) Sekretaris : Farah Adibah Ramadhanty
(3) Penanggung Jawab HVAC : MuhIrmawati Irawan
(4) Penanggung Jawa Sistem Kelistrikan : Harrid Naufal Gifari
(5) Penanggung Jawab Pencahayaan : Inna Amilia Alqoina
(6) Penanggung Jawab Selubung Bangunan : Hilal Mafaza

Tim Audit Kelompok B 6J-2


BAB 2
DATA AUDIT ENERGI

2.1 Sistem Tata Udara (HVAC)


2.1.1 Gambar Denah Instalasi Sistem Tata Udara (HVAC) Gedung A (terlampir)

2.1.2 Tabel Data Pengamatan HVAC

1. Jenis Sistem HVAC (Gedung A Teknik Mesin)


Jenis Jumlah
AC Split 45
AC Split-Duct -
AC Presisi -

2. Pengukuran pada beberapa ruangan (Gedung A Teknik Mesin)

Lantai 1
Nama Temperature Kelembapan Jumlah
No. AC Kadar CO2
Ruangan [oC] Nisbi [%] Nyala
[ppm]
1 Ruang A.105 26,7 69,3 2 1 -
2 Ruang A.106 26 69,6 2 1 -
3 Ruang A.107 27,3 70,4 2 1 -
Ruang A.108
4 23 68 1 1
(R.Tamu) -
Ruang A.109
5 24 63,1 2 1
(Perpus) -
6 Ruang A.110 24,5 63,7 1 2 -
7 Ruang A.111 24,8 64,5 2 2 -
Ruang A.112
8 25,1 65,3 2 2
(R.Dosen) -
Ruang A.113
9 25,4 67,1 2 2
(lab) -
10 Ruang A.114 26,6 69,2 2 1 -
11 Ruang A.115 24,7 64,1 2 2 -
12 Ruang A.116 26,4 68,5 2 1 -
Ruang A.117
13 23 48 2 1
(R.Proyektor) -

Lantai 2

Nama Temperature Kelembapan Jumlah


No. AC Kadar CO2
Ruangan [oC] Nisbi [%] Nyala
[ppm]
1 Ruang A.205 26,4 69,5 2 1 -
2 Ruang A.207 25,6 68,3 2 1 -
3 Ruang A.208 26,7 69,2 2 1 -
4 Ruang A.209 24,3 68,5 2 1 -
5 Ruang A.210 25,6 66,6 2 2 -
6 Ruang A.211 26 68,4 2 1 -
Ruang A.212
7 24,9 67,2 2 2
(R.Gamtek) -
8 Ruang A.213 25,3 66,8 2 2 -
9 Ruang A.214 26,9 69,7 2 1 -
Ruang A.215
10 25,8 67 1 1
(R.Dosen) -
11 Ruang A.216 26,2 68,6 2 2 -

2.2 Sistem Penerangan


2.2.1 Gambar Denah Instalasi Penerangan Gedung A

2.2.2 Tabel Data Pengamatan Penerangan Pada Gedung A (Teknik Mesin)

1. Tingkat Penerangan Pada Gedung A (Teknik Mesin)


Lantai 1

Nama Luas Nomor Tingkat


Kondisi
Ruangan [m2] Lampu Titik Penerangan Ket
Cuaca
Pengukuran [lux]
Jenis Jumlah Jumlah
Nyala
Ruang TL 36
64 12 11 1,2,3,4 258,290,877,1000 Cerah
A.105 Watt
Ruang TL 36
64 12 11 1,2,3,4 211,134,302,278 Cerah
A.106 Watt
Ruang TL 36
64 12 12 1,2,3,4 210,138,312,263 Cerah
A.107 Watt
Ruang TL 36
17,3 2 2 1,2,3,4 220,142,305,227 Cerah
A.108 Watt
Ruang TL 36
31,5 8 7 1,2,3,4 212,132,310,287 Cerah
A.109 Watt
Ruang TL 36
64 12 12 1,2,3,4 218,144,343,267 Cerah
A.110 Watt
Ruang TL 36
64 12 12 1,2,3,4 230,136,362,289 Cerah
A.111 Watt
Ruang TL 36
64 18 14 1,2,3,4 215,128,323,258 Cerah
A.112 Watt
Ruang TL 36
64 12 10 1,2,3,4 268,298,878,1004 Cerah
A.113 Watt
Ruang TL 36
64 11 10 1,2,3,4 276,288,892,993 Cerah
A.114 Watt
Ruang TL 36
64 8 6 1,2,3,4 266,289,887,1003 Cerah
A.115 Watt
Ruang TL 36
64 12 12 1,2,3,4 279,287,885,1002 Cerah
A.116 Watt
Ruang TL 36
64 8 6 1,2,3,4 205,114,298,265 Cerah
A.117 Watt
TL 36
Koridor 5 5 1,2,3,4 1006,904,157,106 Cerah
Watt
Kamar
Mandi Pijar 2 2 1,2,3,4 102,112,105,110 Cerah
Cewe
Kamar
Mandi Pijar 2 2 1,2,3,4 114,101,118,106 Cerah
Cowo

Lantai 2

Nomor Tingkat
Kondisi
Lampu Titik Penerangan Ket
Nama Luas Cuaca
Pengukuran [lux]
Ruangan [m2]
Jumlah
Jenis Jumlah
Nyala
Ruang TL 36
64 12 11 1,2,3,4 303,232,723,832 Cerah
A.205 Watt
Ruang TL 36
A.207
64 Watt
12 11 1,2,3,4 278,295,842,932 Cerah
Ruang TL 36
A.208
64 Watt
12 11 1,2,3,4 248,289,867,1002 Cerah
Ruang TL 36
A.209
64 Watt
8 7 1,2,3,4 238,298,856,946 Cerah
Ruang TL 36
A.210
64 Watt
12 12 1,2,3,4 258,289,866,963 Cerah
Ruang TL 36
A.211
64 Watt
12 12 1,2,3,4 234,279,876,987 Cerah
Ruang TL 36
A.212
64 Watt
18 14 1,2,3,4 243,287,898,979 Cerah
Ruang TL 36
A.213
64 Watt
12 10 1,2,3,4 348,298,932,1012 Cerah
Ruang TL 36
A.214
64 Watt
11 10 1,2,3,4 344,294,943,1015 Cerah
Ruang TL 36
A.215
64 Watt
8 6 1,2,3,4 358,289,956,1009 Cerah
Ruang TL 36
A.216
64 Watt
12 12 1,2,3,4 367,292,977,1018 Cerah
TL 36
Koridor
Watt
5 5 1,2,3,4 Cerah
Kamar
Mandi 2 2 1,2,3,4 Cerah
Campur
TL 36 232,243,943,989
Mushola 2 2 1,2,3,4 Cerah
Watt

2.3 Sistem Kelistrikan


Untuk sistem kelistrikan kami tidak dapat mendapatkan data dikarenakan bagian dari
kelistrikan atau bagian UPT tidak tersedia untuk dimintai data tentang kelistrikan di
Gedung Q.

2.4 Sistem Selubung Bangunan


2.4.1 Gambar Denah Selubung Bangunan Gedung A

2.4.2 Tabel Pengamatan Pada Gedung A (Teknik Mesin)


1. Data Utama Gedung A

Hasil
Parameter Satuan Gedung
Pengamatan
Bentuk Bangunan Balok -
Panjang 19,6 m
Lebar 40,5 m Gedung A (Teknik
Tinggi 7,9 m Mesin)
Jumlah Lantai 2 -
Orientasi (Arah Hadap) Selatan -

Parameter Arah Hasil Pengamatan Satuan Gedung


Dinding Utama:
Utara Bata Beton -
Timur Bata Beton -
Bahan
Selatan Bata Beton -
Barat Bata Beton -
Utara - mm
Timur - mm
Tebal
Selatan - mm
Barat - mm
Utara Biru -
Timur Biru -
Warna Cat
Selatan Biru -
Barat Biru -
Dinding Pelapis (Luar):
Utara Beton -
Gedung A (Teknik
Timur Beton -
Bahan Mesin)
Selatan Beton -
Barat Beton -
Utara - mm
Timur - mm
Tebal
Selatan - mm
Barat - mm
Kaca:
Utara Kaca Mati/ Naco -
Timur Kaca Mati/ Naco -
Tipe/Jenis
Selatan Kaca Mati/ Naco -
Barat Kaca Mati/ Naco -
Utara - mm
Timur - mm
Tebal
Selatan - mm
Barat - mm
2. Luas Permukaan Dinding dan Kaca

Luas Permukaan [m2]


Gedung Arah Dinding Pelapis /
Dinding Utama Kaca
Dinding Terluar
Utara 319,95 - 38,53
Gedung A
Timur 154,84 - 5,4718
(Teknik
Selatan 319,95 - 38,53
Mesin) Barat 154,84 - 5,4718

BAB 3
ANALISA DATA

3.1Sistem Tata Udara (HVAC)


HVAC berfungsi menjaga kondisi udara sekitar untuk melindungi alat-alat, dan
kenyamanan personal dengan cara mengatur ventilasi dan pengkondisian udara. HVAC
merupakan singkatan dari Heating, Ventilation, and Air Conditioning. Yang mana sistem
pengkondisian udara ini merupakan aplikasi dari beberapa cabang ilmu Mechanical
Engineering yaitu termodinamika, mekanika fluida, dan perpindahan panas. HVAC
termasuk vital penggunaannya di beberapa industri, terutama di gedung-gedung,
perkantoran yang dipenuhi peralatan komputer yang perlu dijaga kelembaban udaranya,
serta industri-industri besar yang memerlukan sistem ventilasi yang baik. Berikut akan
saya jelaskan lebih mendetail mengenai HVAC.

3.1.1Heating
Sistem ini banyak digunakan di daerah-daerah yang beriklim dingin, yang
sepanjang musim didominasi dengan suhu yang dingin. Tersusun oleh beberapa bagian
penting antara lain boiler, furnace, heat pump, radiator, dan hydronic.Furnace berfungsi
sebagai sumber panas yang ditransfer ke media air bernama hydronic di
boiler. Hydronic tersirkulasi berkat kerja dari heat pump, yang selanjutnya setelah dari
boiler, hydronic menuju ke radiator untuk memindahkan panas yang dikandungnya ke
udara yang tersirkulasi. Udara inilah yang digunakan untuk memanaskan ruangan.

3.1.2Ventilation
Ventilation adalah proses untuk mensirkulasikan udara di dalam suatu ruangan
dengan udara luar, yang bertujuan untuk me-remove debu, kelembaban, bau-bauan yang
tidak sedap, karbon dioksida, panas, bakteri di udara, serta meregenerasi oksigen di
dalam ruangan. Ventilasi merupakan salah satu penerapan teori mekanika fluida.

Ada dua jenis ventilation, yaitu forced ventilation dan natural ventilation. Forced


ventilation adalah sistem ventilasi yang menggunakan bantuan fan atau kipas untuk
mensirkulasikan udara di dalam ruangan. Sistem ini banyak digunakan di perindustrian
besar, gedung-gedung, dan contoh yang paling dekat dengan kita adalah di dapur dan di
kamar mandi. Di dapur biasanya dipasang fan untuk menghisap asap dari kompor dan
dibuang keluar. Sedangkan di kamar mandi jelas digunakan untuk mengusir bau-bauan
yang tidak sedap dari dalam kamar mandi.

Sedangkan untuk natural ventilation tidak diperlukan bantuan kipas untuk


mensirkulasikan udara. Biasanya hanya berupa jendela yang dibiarkan terbuka di suatu
ruangan.

3.1.3Air Conditioning
Air Conditioning (AC) menggunakan prinsip siklus mesin pendingin, yang terdiri
dari beberapa bagian penting yaitu refrigerant, kompresor, heat exchanger, dan katup
ekspansi.

Udara yang tersirkulasi diserap panasnya melalui heat exchanger oleh liquid chiller di
satu komponen bernama Air Handling Unit (AHU). Sedangkan panas dari liquid
chiller diserap oleh refrigerant melalui heat exchanger yang lainnya. Jadi ada semacam
proses pendinginan bertingkat di dalamnya.

Ada satu alasan yang kuat mengapa AC yang digunakan di gedung-gedung besar
menggunakan liquid chiller. Karena udara yang bersirkulasi di dalam gedung bervolume
besar, maka akan lebih jauh efisien jika menggunakan media liquid chiller sehingga
energi yang dibutuhkan untuk operasional AC lebih rendah jika dibandingkan tanpa
menggunakan liquid chiller.

3.1.4 Desain Sistem HVAC

Tujuan dari desain Sistem Tata Udara adalah untuk  menyediakan sistem sesuai
dengan ketentuan CPOB untuk memenuhi kebutuhan perlindungan produk dan proses
sejalan dengan persyaratan GEP (Good Engineering Practices), seperti keandalan,
perawatan, keberlanjutan, fleksibilitas, dan keamanan.

Desain Sistem Tata Udara memengaruhi tata letak ruang berkaitan dengan hal seperti
posisi ruang penyangga udara (airlock) dan  pintu. Tata letak ruang memberikan efek
pada kaskade perbedaan tekanan udara ruangan dan pengendalian kontaminasi silang.
Pencegahan kontaminasi dan kontaminasi silang merupakan suatu pertimbangan desain
yang esensial dari sistem Tata Udara. Mengingat aspek kritis ini, desain Sistem Tata
Udara harus dipertimbangkan pada tahap desain konsep industri farmasi.

Masalah yang biasanya dikaitkan dengan desain Sistem Tata Udara adalah : .

 Pola alur personil, peralatan dan material;


 Sistem produksi terbuka atau tertutup;
 Estimasi kegiatan pembuatan di setiap ruangan;
 Tata letak ruang;
 Finishing dan kerapatan konstruksi ruangan;
 Lokasi dan konstruksi pintu;
 Strategi ruang penyangga udara;
 Strategi pembersihan dan penggantian pakaian;
 Kebutuhan area untuk peralatan sistem Tata udara dan jaringan saruran udara
(ductwork);
 Lokasi untuk pemasokan udara, pengembalian udara dan pembuangan udara.

3.1.5 Parameter Kritis

Parameter kritis dari tata udara yang dapat memengaruhi produk adalah :

 suhu
 kelembaban
 partikel udara (viabel dan non viabel)
 perbedaan tekanan antar ruang dan pola aliran udara
 volume alir udara dan pertukaran udara
 sistem filtrasi udara

Dengan pertimbangan :

 Klasifikasi ruang
 Produk/bahan yang digunakan
 Jenis proses, padat, cairan/semi padat atau steril
 Proses terbuka atau tertutup

Rumus Kebutuhan BTU

Keterangan :

L   = Panjang Ruangan (dalam feet, 1 meter = 3,28 feet)


W  = Lebar Ruangan (dalam feet, 1 meter = 3,28 feet)
H   = Tinggi Ruangan (dalam feet, 1 meter = 3,28 feet)
I   = Nilai 10 jika ruangan berada dilantai bawah, atau berimpit dengan
ruangan lain; Nilai 18 jikan ruangan di lantai atas.
E    = Nilai 16 jika diding terpajan menghadap utara; nilai 17 jika diding
menghadap timur; nilai 18 jika menghadap selatan; nilai 20 jika
menghadap barat.
60  = konstanta

Sedangkan kapasitas AC berdasarkan PK adalah sebagai berikut :

(a) AC ½ PK        =  ± 5.000 BTU/h


(b) AC ¾ PK        =  ± 7.000 BTU/h
(c) AC 1 PK         =  ± 9.000 BTU/h
(d) AC 1 ½ PK     =  ± 12.000 BTU/h
(e) AC 2 PK         =  ± 18.000 BTU/h
3.1.6 Kondisi di Gedung A

Dalam mengaudit sistem tata udara di Gedung A, total ruangan yang kami audit
ada 25 ruangan yaitu di lantai 1 terdapat 13 ruangan dan di lantai 2 terdapat 12
ruangan.

 Lantai 1
 Ruang A.105
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 26,7˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 69,3%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.106
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 26˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 69,6%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.107
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 27,3˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu tidak sesuai standar
yaitu sebesar 25±2 ˚C hal ini dkarenakan AC pada ruangan ini tidak berfungsi
dengan baik. Ruangan ini memiliki kelembaban nisbi 70,2%. Dari data yang
diambil bahwa kelembaban nisbi juga tidak sesuai dengan standar yang efisien
yaitu antara 60% - 70%.
 Ruang A.108
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 23˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu tidak sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C sehingga penggunaan AC di ruangan ini termasuk boros.
Ruang ini memiliki kelembaban nisbi 68%. Kami melihat data yang diambil
bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu antara 60% -
70%.
 Ruang A.109
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 24˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu tidak sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C sehingga penggunaan AC di ruangan ini termasuk boros dan
memiliki kelembaban nisbi 63,1%. Berdasarkan data yang diambil bahwa
kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu antara 60% - 70%.
 Ruang A.110
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 24,5˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu tidak sesuai standar
yaitu sebesar 25±2 ˚C sehingga penggunaan AC di ruangan ini termasuk boros.
Ruangan ini memiliki kelembaban nisbi 63,7%. Kami melihat data yang
diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.111
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 24,8˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu tidak sesuai standar
yaitu sebesar 25±2 ˚C sehingga penggunaan AC di ruangan ini termasuk
boros.Ruang ini memiliki kelembaban nisbi 64,5%. Kami melihat data yang
diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.112
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 25,1˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu tidak sesuai standar
yaitu sebesar 25±2 ˚C sehingga penggunaan AC di ruangan ini termasuk boros.
Ruangan ini memiliki kelembaban nisbi 65,3%. Kami melihat data yang
diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.113
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 25,4˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 67,1%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.114
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 26,6˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 69,2%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.115
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 24,7˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu tidak sesuai standar
yaitu sebesar 25±2 ˚C sehingga penggunaan AC di ruangan ini termasuk boros
dan memiliki kelembaban nisbi 64,1%. Kami melihat data yang diambil bahwa
kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu antara 60% - 70%.
 Ruang A.116
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 26,4˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 68,5%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.117 (Ruang Proyektor)
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 23˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu tidak sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C sehingga penggunaan AC di ruangan ini termasuk boros dan
memiliki kelembaban nisbi 48%. Kami melihat data yang diambil bahwa
kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu antara 60% - 70%.

 Lantai 2
 Ruang A.205
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 26,3˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 69,1%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.206
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 25,7˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 67,1%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.207
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 25,6˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 68,3%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.208
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 26,7˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 69,2%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.209
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 25,9˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 67,4%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.210
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 27,6˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu tidak sesuai standar
yaitu sebesar 25±2 ˚C hal ini dikarenakan AC yang tidak berfungsi dengan
baik. Ruangan ini memiliki kelembaban nisbi 71,6%. Dari data yang diambil
bahwa kelembaban nisbi juga tidak sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.211
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 26˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 68,4%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.212
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 24,8˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu tidak sesuai standar
yaitu sebesar 25±2 ˚C sehingga penggunaan AC di ruangan ini termasuk boros
dan memiliki kelembaban nisbi 68,9%. Kami melihat data yang diambil bahwa
kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu antara 60% - 70%.
 Ruang A.213
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 25,3˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 66,3%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.214
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 26,9˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 69,7%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.215
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 25,8˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 67%. Kami melihat data yang
diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.
 Ruang A.216
Dari hasil audit kami didapatkan data bahwa suhu pada ruangan tersebut yaitu
sebesar 26,2˚C. Dari data ini membuktikan bahwa suhu sesuai standar yaitu
sebesar 25±2 ˚C dan memiliki kelembaban nisbi 68,6%. Kami melihat data
yang diambil bahwa kelembaban nisbi sesuai dengan standar yang efisien yaitu
antara 60% - 70%.

3.2 Sistem Pencahayaan


BELOM BGT LAL

3.3 Sistem Kelistrikan


Untuk sistem kelistrikan, kami tidak dapat menganalisa data dikarenakan
kami tidak mendapatkan informasi data kelistrikan yang digunakan oleh Gedung
Q.

3.4 Sistem Selubung Bangunan


3.4.1 Selubung Bangunan
Selubung bangunan adalah elemen bangunan yang menyelubungi
bangunan gedung, yaitu dinding dan atap tembus atau yang tidak tembus cahaya
dimana sebagian besar energi thermal berpindah melalui elemen tersebut. Upaya
penghematan energi dengan cara pengelolaan selubung bangunan gedung adalah
upaya yang melibatkan semua pihak yang terkait dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengelolaan bangunan gedung. Indonesia melalui
Badan Setandar Nasional (BSN) telah menerbitkan setandar yang dijadikan
rujukan untuk menghemat pemakaian energi melalui selubung bangunan yaitu itu
SNI 03- 6389- 2000, beberapa cara untuk menghemat energi melalui selubung
bangunan dengan cara meminimalkan perpindahan panas yang dihasilkan dari sisi
luar bangunan pada dinding beberapa diantaranya Memasang alat peneduh
(shading) pada jendela luar untuk meminimalkan radiasi matahari. Perpindahan
panas melalui selubung bangunan dengan cara konduksi,konveksi dan radiasi.

3.4.2 Nilai Perpindahan Thermal Menyeluruh (OTTV)


OTTV adalah Nilai perpindahan thermal menyeluruh, untuk setiap bidang
dinding luar bangunan gedung dengan orientasi tertentu, untuk membatasi
perolehan panas akibat radiasi matahari melalui selubung bangunan, yaitu dinding
dan atap dengan nilai perpindahan termal menyeluruh untuk selubung bangunan
tidak melebihi 45 Watt/m2. Untuk menghitung OTTV digunakan persamaan
berikut:

OTTV = α [(UW x (1- WWR) x TDEk] + (Uf x WWR x T) + (SC x WWR x


SF)

Dengan:
OTTV = Nilai perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki
arah atau orientasi tertentu (W/m2)
α = absorbtans radiasi matahari
UW = Transmitans termal dinding tidak tembus cahaya (W/m2.K);
WWR = Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada
orientasi yang ditentukan;

TDEk = Beda temperatur ekuivalen (K)


SF = Faktor radiasi matahari (W/m2)
SC = Koefisien peneduh dari sistem fenestrasi
Uf = Transmitans termal fenestrasi (W/m2.K);
T = Beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam
Nilai transmitansi termal (U) dihitung dengan persamaan:
U= 1/Rtotal (2)
Dengan:
Rtotal = Resistansi termal total
3.4.3 Efisiensi Energi Melalui Selubung Bangunan
Konservasi energi merupakan upaya mengeffisienkan pemakaian energi
untuk suatu kebutuhan agar pemborosan energi dapat dihindarkan. Konservasi
energi dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu Perilaku hemat energy,
System optimization. Retrofiting, desain. Dan pemanfaatan teknologi baru yang
lebih hemat energi. Penerapan konservasi energi secara menyeluruh bisa
menghemat antara 10 hingga 60% tergantung kondisi. Keberhasilan konservasi
energi secara optimal bisa meningkatkan daya saing produk, mengurangi emisi
CO2 dan meningkatkan ketahanan nasional. Konservasi melalui sebuah desain
rekomendasi dapat dilakukan dari beberapa aspek selubung bangunan gedung
yaitu bentuk dan orintasi bangunan, luas jendela dan dinding, material kaca,
peneduh ekternal dan internal serta infiltrasi.
Dalam hal regulasi pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) juga telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 13 Tahun 2012
tentang upaya penghematan pemakaian energi listrik salah satunya dengan cara
menempatkan unit kompreor AC pada lokasi yang tidak terkena sinar matahari,
dan memasang thermometer dalam ruangan untuk mengukur dan memastikan
kelembaban suhu relatif dalam ruangan agar sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Standar Negara Indonesia (SNI) serta memastikan tidak adanya
udara luar masuk kedalam ruangan dan udara dingin yang keluar melalui ventilasi
ruangan, yang dapat mengakibatkan efek pendinginan berkurang. Selain itu
diharuskan menggunakan kaca tertentu untuk dinding, jendela dan pintu yang
dapat mengurangi panas matahari yang masuk dalam ruangan namun tidak
mengurangi pencahayaan alami.
Langkah konservasi energi melalui selubung bangunan dengan meninjau dari
aspek kenyamanan thermal yang mempengaruhi pengkondisian udara untuk
mengatasi beban pendinginan merupakan langkah yang cukup memungkinkan
untuk menghemat pemakaian energi listrik. Kenyamanan thermal yang
didapatkan dari pengkondisian udara yang optimal berkisar antara 18°C sampai
26°C dengan kelembaban 40% sampai 60%.
3.4.4 Beban Pendinginan
Beban Pendinginan adalah jumlah total energi panas yang harus
dihilangkan dalam satuan waktu dari ruangan yang didinginkan. Beban ini
diperlukan untuk mengatasi beban panas external dan
internal. Beban panas external diakibatkan oleh panas yang masuk melalui
konduksi (dinding, langit-langit, kaca, partisi, lantai), radiasi (kaca), dan konveksi
(ventilasi dan infiltrasi). Beban panas internal diakibatkan oleh panas yang timbul
karena orang/penghuni, lampu, dan peralatan/mesin.

3.4.5 Beban Panas Eksternal


Beban Panas External untuk seluruh gedung akibat konduksi, radiasi dan
konveksi dapat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Konduksi melalui atap, dinding, dan kaca:

RSHG = U x A x CLTDcorr x Fc

dimana:
RSHG = room sensible heat gain (Btu/h).
A = luas atap, dinding, kaca (ft²).
U = nilai konduktansi bahan (Btu/ ft².°F.h).
CLTDcorr = CLTD tabel + (78-indoor) + (outdoor-85) (°F).
Fc = faktor koreksi.

Konduksi melalui partisi, langit-langit, dan lantai:


RSHG = U x A x ∆T

dimana:
A = luas partisi, langit-langit, lantai (ft²).
∆T = temperatur outdoor – temperatur indoor (°F).
Radiasi melalui kaca:
RSHG = A x SC x SCL x Fc

dimana:
A = luas kaca (ft²).
SC = shading coefficient.
SCL = solar cooling load (Btu/h.ft²).

Ventilasi:
RSHG = 1,10 x n x CFM x ∆T
RLHG = 4840 x n x CFM x ∆W

dimana:
RLHG = room latent heat gain (Btu/h).
CFM = kebutuhan sirkulasi udara segar untuk tiap orang (cubic feet per minute).
∆W = perbedaan rasio kelembaban outdoor–indoor (lb/lb).
N = jumlah orang.

3.4.6 Beban Panas Internal


Beban Panas Internal untuk seluruh gedung akibat penghuni, lampu, dan
peralatan, dapat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Penghuni:
RSHG = n x Qs x CLF
RLHG = n x Ql

dimana:
Qs = beban panas orang sensibel (Btu/h).
Q1= beban panas orang latent (Btu/h).
CLF = cooling load factor, untuk orang.
Lampu:
RSHG = 3,412 x Input x Fu x Fs x CLF

dimana:
Input = jumlah lampu yang terpasang (W).
Fu = lighting use factor.
Fs = special allowance factor = 1,20.
CLF = cooling load factor, untuk lampu.
Peralatan:
RSHG = Input x CLFeq.
dimana:
Input = jumlah peralatan yang digunakan (Btu/h).
CLFeq = cooling load factor, untuk peralatan.
Ton of refrigeration:
TR = (RSHG total + RLHG total)/12000

dimana:
TR = Ton of Refrigeration, kapasitas pendinginan
(TR).

3.4.7 Kondisi di sekitar Gedung A

 Jenis Pengerasan Jalan

LOMS

 Jumlah Pepohonan

LOMS UGA
BAB 4
REKOMENDASI TIM AUDIT

4.1Sistem Tata Udara (HVAC)


4.1.1 Ruang A.108
a) Mengurangi penggunaan AC ( Dari 1 x 2 pk menjadi 1 x 1 pk).

Menurut standar suhu di ruangan ini tidak sesuai dengan standar yaitu 23°C.
Seharusnya suhu di ruangan adalah 25 ± 2 °C. Ruang A.108 tidak effisien
menggunakan AC 2 PK.
b) Menggunakan gorden untuk menutup kaca.

Berdasarkan hasil audit kami, suhu di ruang pelayanan akademik adalah 26.6ºc.
Seharusnya suhu di ruangan itu dapat mencapai suhu yang lebih rendah, karena
dalam ruangan itu 3 dari 5 AC dengan kapasitas 2 pk dalam kondisi hidup.
Namun karena sinar matahari masuk melalui jendela yang tidak dipasang gorden,
jadi suhu dalam ruangan pelayanan akademi menjadi lebih panas.
c) Mematikan AC saat jam istirahat.

Jika pada saat jam istirahat AC yang ada pada ruangan pelayanan
akademik dimatikan, tentu akan menghemat daya yang dikeluarkan
sebelumnya.
4.1.2 Ruang A.109
a) Mengurangi penggunaan AC ( Dari 2 x 2 pk menjadi 1 x 2 pk).

Menurut standar setiap ruangan dengan luas 70 – 93 m2 effisien


dengan memakai 1 AC dengan kapasitas 2 pk. Ruangan
keuangan memiliki luas 79.8 m2, jadi ruangan pelayanan
keuangan effisien jika menggunakan 1 AC dengan kapasitas 2 pk.
b) Menggunakan gorden untuk menutup kaca.
Berdasarkan hasil audit kami, suhu di ruang pelayanan
keuangan adalah 26.2 ºc. Seharusnya suhu di ruangan itu dapat
mencapai suhu yang lebih rendah, karena dalam ruangan itu 2 dari 2
AC dengan kapasitas 2 pk dalam kondisi hidup. Namun karena sinar
matahari masuk melalui jendela yang tidak dipasang gorden, jadi suhu
dalam ruangan pelayanan keuangan menjadi lebih panas.
c) Mematikan AC saat jam istirahat.

Jika pada saat jam istirahat AC yang ada pada ruangan pelayanan
keuangan dimatikan, tentu akan menghemat daya yang dikeluarkan
sebelumnya.
4.1.3 Ruang A.110
a) Mengurangi penggunaan AC ( Dari 2 x 2 pk menjadi 1 x 2 pk).

Ruang A.110 memiliki luas 64 m2, jadi menurut standar, ruangan A.110
effisien jika menggunakan 1 AC dengan kapasitas 2 pk.
4.1.4 Ruang A.111
a) Mengurangi penggunaan AC ( Dari 2 x 2 pk menjadi 1 x 2 pk).

Ruang A.110 memiliki luas 64 m2, jadi menurut standar, ruangan A.110
effisien jika menggunakan 1 AC dengan kapasitas 2 pk.
4.1.5 Ruang A.115
a) Mengurangi penggunaan AC ( Dari 2 x 2 pk menjadi 1 x 2 pk).

Ruang A.110 memiliki luas 64 m2, jadi menurut standar, ruangan A.110
effisien jika menggunakan 1 AC dengan kapasitas 2 pk.
4.1.6 Ruang A.117 (Ruang Proyektor)
a) Mengurangi penggunaan AC ( Dari 2 x 2 pk menjadi 1 x 2 pk).

Ruang A.110 memiliki luas 64 m2, jadi menurut standar, ruangan A.110
effisien jika menggunakan 1 AC dengan kapasitas 2 pk.
4.1.7 Ruang A.212
a) Mengurangi penggunaan AC ( Dari 2 x 2 pk menjadi 1 x 2 pk).

Ruang A.110 memiliki luas 64 m2, jadi menurut standar, ruangan A.110
effisien jika menggunakan 1 AC dengan kapasitas 2 pk.

4.2 Sistem Pencahayaan


LOMAN NIH
4.3 Sistem Kelistrikan
Tim kami tidak dapat merekomendasikan langkah apa saja yang dapat
dilakukan dalam penghematan di sistem kelistrikan dikarenakan kami tidak
mendapatkan informasi dan data kelistrikan Gedung Q.

4.4 Sistem Selubung Bangunan


BAB 5

PENGHEMATAN ENERGI DAN BIAYA

5.1 PENGHEMATAN ENERGI


5.1.1 Sistem HVAC
5.1.1.1 Ruang A.108
Daya awal : 2 x 1580 x 8= 25280 wh => 25,28 kwh
Daya setelah penghematan : 1 x 1580 x 8 = 12640 wh => 12,64 kwh
Jumlah energy saving : 13410 wh => 13.41 kwh ( per hari )

5.1.1.2 Ruang A.109


Daya awal : 1 x 1490 x 8= 31290 wh => 31.29 kwh
Daya setelah penghematan : 1 x 1490 x 7,75 = 17880 wh => 17.88 kwh

Jumlah energy saving : 13410 wh => 13.41 kwh ( per hari )


5.1.1.3 Ruang A.110
Daya awal : 2 x 1580 x 8= 25280 wh => 25,28 kwh
Daya setelah penghematan : 1 x 1580 x 8 = 12640 wh => 12,64 kwh
Jumlah energy saving : 12640 wh => 12,64 kwh ( per hari )

5.1.1.4 Ruang A.111


Daya awal : 2 x 1580 x 8= 25280 wh => 25,28 kwh
Daya setelah penghematan : 1 x 1580 x 8 = 12640 wh => 12,64 kwh
Jumlah energy saving : 12640 wh => 12,64 kwh ( per hari )

5.1.1.5 Ruang A.115


Daya awal : 2 x 1580 x 8= 25280 wh => 25,28 kwh
Daya setelah penghematan : 1 x 1580 x 8 = 12640 wh => 12,64 kwh
Jumlah energy saving : 12640 wh => 12,64 kwh ( per hari )

5.1.1.6 Ruang A.117 (Ruang Proyektor)


Daya awal : 2 x 1580 x 8= 25280 wh => 25,28 kwh
Daya setelah penghematan : 1 x 1580 x 8 = 12640 wh => 12,64 kwh

Jumlah energy saving : 12640 wh => 12,64 kwh ( per hari )


5.1.1.7 Ruang A.212
Daya awal : 2 x 1580 x 8= 25280 wh => 25,28 kwh
Daya setelah penghematan : 1 x 1580 x 8 = 12640 wh => 12,64 kwh

Jumlah energy saving : 12640 wh => 12,64 kwh ( per hari )


5.1.2 Sistem Pencahayaan
5.1.2.2 Ruang …BELOM LOH INI EHEHE

Daya awal : 7 x 8 x 7 = 392 wh => 0.392 kwh


Daya setelah penghematan : 5 x 8 x 2 = 80 wh => 0.08 kwh
Jumlah Energy saving : 312 wh => 0.312 kwh ( per hari )

5.2 PENGHEMATAN BIAYA


5.2.1 Sistem HVAC
5.2.1.1 Ruang A.108
Cost awal : 25,28 x 1035.78 = Rp. 26.184,5
Cost setelah penghematan : 12,64 x 1035.78 = Rp. 13.092,2
Jumlah cost saving : Rp. 13.092,3 ( per hari )
: Rp. 4.778.689,5 ( per tahun )

5.2.1.2 Ruang A.109


Cost awal : 31.29 x 1035.78 = Rp. 32.408,6
Cost setelah penghematan : 17.88 x 1035.78 = Rp. 18.519,7
Jumlah cost saving : Rp. 13.888,9 ( per hari )
: Rp. 5.083.337,4 ( per tahun )

5.2.1.3 Ruang A.110


Cost awal : 25,28 x 1035.78 = Rp. 26.184,5
Cost setelah penghematan : 12,64 x 1035.78 = Rp. 13.092,2
Jumlah cost saving : Rp. 13.092,3 ( per hari )
: Rp. 4.778.689,5 ( per tahun )

5.2.1.4 Ruang A.111


Cost awal : 25,28 x 1035.78 = Rp. 26.184,5
Cost setelah penghematan : 12,64 x 1035.78 = Rp. 13.092,2
Jumlah cost saving : Rp. 13.092,3 ( per hari )
: Rp. 4.778.689,5 ( per tahun )

5.2.1.5 Ruang A.115


Cost awal : 25,28 x 1035.78 = Rp. 26.184,5
Cost setelah penghematan : 12,64 x 1035.78 = Rp. 13.092,2
Jumlah cost saving : Rp. 13.092,3 ( per hari )
: Rp. 4.778.689,5 ( per tahun )

5.2.1.6 Ruang A.117


Cost awal : 25,28 x 1035.78 = Rp. 26.184,5
Cost setelah penghematan : 12,64 x 1035.78 = Rp. 13.092,2
Jumlah cost saving : Rp. 13.092,3 ( per hari )
: Rp. 4.778.689,5 ( per tahun )

5.2.1.7 Ruang A.212


Cost awal : 25,28 x 1035.78 = Rp. 26.184,5
Cost setelah penghematan : 12,64 x 1035.78 = Rp. 13.092,2
Jumlah cost saving : Rp. 13.092,3 ( per hari )
: Rp. 4.778.689,5 ( per tahun )

5.2.2 Sistem Pencahayaan


5.2.2.2 Ruang…INI JUGA BELOM UHUHU
Cost awal : 0.392 x 1035.78 = Rp. 406,02
Cost setelah penghematan : 0.08 x 1035.78 = Rp. 82,86
Jumlah cost saving : Rp. 323,16 ( per hari )
Rp. 117.953,78 ( per tahun )
BAB 6
KESIMPULAN
GAK TAU INI JUGA BELOM MUEHEHEEHE

BAB 7
DOKUMENTASI

7.1 Sistem Tata Udara ( HVAC )


( Sistem Tata Udara Ruang A.105)

( Sistem Tata Udara Ruang A.106)

( Sistem Tata Udara Ruang A.107)

( Sistem Tata Udara Ruang A.108)

( Sistem Tata Udara Ruang A.109)


( Sistem Tata Udara Ruang A.110)

( Sistem Tata Udara Ruang A.111)

( Sistem Tata Udara Ruang A.112)

( Sistem Tata Udara Ruang A.113)

( Sistem Tata Udara Ruang A.114)


7.2 Sistem Pencahayaan
Koridor

A.205

Anda mungkin juga menyukai