POLICY BRIEF
1
Pasal 1 Undang-undang Nomor 30 Transisi energi merupakan proses
Tahun 2007 tentang Energi menyatakan panjang yang harus dilakukan oleh negara-
bahwa yang dimaksud dengan ketahanan negara di dunia untuk menekan emisi karbon
energi adalah suatu kondisi terjaminnya yang dapat menyebabkan perubahan iklim.
ketersediaan energi, akses masyarakat Kesepakatan dalam transisi energi bertujuan
terhadap energi pada harga yang terjangkau untuk menuju ke titik yang sama yaitu
dalam jangka panjang dengan tetap pemanfaatan energi bersih yang terus
memperhatikan perlindungan terhadap meningkat. Presiden Joko Widodo telah
lingkungan hidup. menyampaikan bahwa Indonesia akan
Sejauh ini penyediaan energi masih mencapai NZE tahun 2060 atau lebih cepat.
sangat didominasi oleh sumber energi fosil, Menurut Presiden Joko Widodo,
berupa batubara yang mendominasi 37,2% terdapat tiga tantangan besar dalam transisi
dari total suplai energi primer berasal dari energi. Pertama adalah akses energi bersih.
batubara, minyak bumi sebanyak 32,2%, dan Tidak semua warga dunia memiliki akses pada
gas bumi 18,9% gas bumi, dan hanya sekitar energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan,
11,7 % bersumber dari energi terbarukan. dan modern. Kita harus mendorong energi
Capaian bauran energi kita masih jauh dari bersih untuk semua, terutama energi untuk
target yang diamanatkan dalam Rencana elektrifikasi dan clean cooking. Leaving no one
Umum Energi Nasional (RUEN). behind. Kedua, pendanaan. Presiden
Ketergantungan terhadap energi fosil menyampaikan, proses transisi membutuhkan
berdampak pada keamanan pasokan energi dana yang sangat besar. Transisi energi
nasional akibat cadangan bahan bakar fosil membutuhkan proyek-proyek baru, artinya
yang terbatas, kenaikan harga energi fosil. juga dibutuhkan investasi yang baru. Karena
Issue lain terkait bahan bakar fosil adalah itu, dibutuhkan eksplorasi mekanisme
efek gas rumah kaca (GRK). Untuk menekan pembiayaan yang tepat agar tercipta
laju emisi karbon, pemerintah telah keekonomian, harga yang kompetitif, dan tidak
menyusun Peta Jalan Transisi Energi menuju membebani masyarakat. Ketiga, dukungan
Nett Zero Emission (NZE), dengan strategi riset dan teknologi. Presiden menekankan
antara lain: pengembangan utama EBT bahwa dalam transisi energi diperlukan peran
secara masif, mendorong penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kendaraan listrik, pengembangan menghasilkan teknologi baru yang lebih efisien
interkoneksi transmisi, dan smart grid. dan lebih kompetitif, sehingga bisa
Dalam melaksanakan transisi energi, menurunkan biaya dan meningkatkan nilai
setiap negara memiliki tantangan dan tambah pada produk industri energi baru
kebutuhan yang berbeda dalam terbarukan.
mentransformasikan sistem energi. Transisi Berdasarkan uraian tersebut, maka
energi bukan hanya tentang perubahan Indonesia harus secara kontinyu dan konsisten
pemanfaatan dan penggunaan bahan bakar melakukan pengembangan EBT dan
fosil ke energi terbarukan, tetapi menjadikan energi sebagai modal
menyangkut aspek yang sangat kompleks, pembangunan, mengoptimalkan pemanfaatan
mulai dari ilmu pengetahuan dan teknologi energi untuk pembangunan ekonomi nasional,
hingga aspek sosial, ekonomi, dan penciptaan nilai tambah di dalam negeri, dan
lingkungan. penyerapan tenaga kerja.
2
Berdasarkan Grand Strategi Energi PLTN berpotensi untuk ikut menopang
Nasional dan Transisi Energi, beberapa solusi kebutuhan Energi menyongsong NZE. Salah
dan program strategis antara lain: 1) satu keunggulan PLTN adalah mampu
Mempercepat pemanfaatan pembangkit EBT menghasilkan energi listrik dalam skala kecil,
sebesar 38 GW tahun 2035 (PLTS dan EBT sedang dan besar. Selain itu,
lainnya); 2) Meningkatkan penggunaan pembangkit listrik ini tidak tergantung lokasi
kendaraan bermotor listrik berbasis baterai; sumber bahan bakar nuklirnya, dan hanya
dan 3) Membangun transmisi & distribusi memerlukan lahan yang kecil, dan tidak
listrik, smart grid, off grid dan PLTN sesuai menyebabkan polusi lingkungan sehingga
kebutuhan serta pembentukan Nuclear Energy mengurangi emisi GRK. PLTN juga bisa
Programme Implementing Organization menyediakan listrik dengan harga lebih
(NEPIO). terjangkau, sekaligus memberikan jaminan
Berkaitan dengan hal tersebut, policy keamanan pasokan energi. Kemampuannya
brief ini merupakan pemikiran untuk menyediakan energi dengan biaya efisien,
mengkritisi kebijakan terkait dengan handal, dan relatif aman, menjadikan PLTN
pengembangan dan pemanfaatan PLTB, PLTN, sebagai pilihan terbaik sebagai penunjang
PLTSa dan Transisi melalui Kendaraan ketahanan energi nasional.
Bermotor Listrik (KBL) sebagai upaya
peningkatan ketahanan energi nasional.
Indonesia memiliki potensi PLTB yang
sangat besar tetapi belum dimanfaatkan secara
optimal. PLTB merupakan energi alternatif
yang bisa menjawab ketergantungan terhadap
energi fosil sekaligus transisi kepada energi
hijau. Regulasi yang ada ternyata belum
memberikan ruang yang kondusif bagi
pengembangan dan pemanfaatan PLTB
sehingga belum mampu meningkatkan daya
tarik investasi PLTB. Pemanfaatan PLTB
sebagai kontribusi dalam bauran EBT masih
relatif kecil dibandingkan potensi energi bayu
yang ada. Pemanfaatan energi bayu masih
menyisakan masalah dari sisi teknologi,
insentif fiskal, pembiayaan, dan regulasi. Jika
masalah ini terus berlanjut, maka
dikhawatirkan ketahanan energi nasional
terancam dan berdampak pada tidak
tercapainya kontribusi Indonesia dalam target
penurunan emisi gas rumah kaca global. PLTB
diyakini merupakan salah satu solusi untuk
meningkatkan ketahanan energi nasional
sekaligus untuk mencapai NZE.
3
Upaya percepatan pembangunan PLTSa Tantangan besar transisi energi melalui
telah dilakukan melalui Peraturan Presiden kendaraan bermotor listrik (KBL) berbasis
Nomor 35 Tahun 2018, yang bertujuan untuk baterai adalah ekosistem industri yang belum
mengakselerasi pengelolaan sampah menjadi terbangun. Ekosistem yang mencakup aspek
energi melalui pembangunan PLTSa di 12 supply, yaitu disrupsi teknologi peralihan
daerah. Dua PLTSa dalam tahap konstruksi (di penggunaan energi fosil ke KBL berbasis
Surakarta dan DKI Jakarta), 2 PLTSa dalam baterai, kebijakan baik fiskal maupun nonfiskal
tahap sudah ada pengembang (di Palembang yang mendukung percepatan KBL berbasis
dan Tangerang), dan sisanya masih dalam baterai agar menjangkau daya beli masyarakat
tahap lelang, Pre-Feasibility Study, Outline yang masih menganggap harga KBL berbasis
Business Case, atau Final Business Case. baterai masih mahal, sumber-sumber potensi
Lambatnya pembangunan PLTSa terjadi karena anggaran yang dapat diinvestasikan di tengah
tingginya tipping fee, anggaran pemerintah kondisi ekonomi yang masih dalam tahapan
daerah terbatas, over estimasi potensi listrik pemulihan pasca pandemi Covid-
dari sampah, keterbatasan sumber daya 19; kebijakan investasi yang tegas dan cepat di
manusia yang kapabel, tingginya harga jual tengah tantangan birokrasi. Selain persoalan
listrik PLTSa, tidak adanya insentif bagi teknis tersebut, aspek permintaan penggunaan
pengembang, dan tidak adanya jaminan KBL berbasis baterai oleh masyarakat masih
bankable untuk investasi. PLTSa termal rendah karena keraguan atas ketangguhan KBL
merupakan solusi instan mengatasi berbasis baterai dan ketersediaan faktor
permasalahan lingkungan untuk kota dengan pendukung.
produksi sampah di atas 1.000 ton/hari dan Berdasarkan uraian di atas maka
keterbatasan lahan untuk TPA. Jika 12 PLTSa pertanyaan kebijakan yang timbul adalah :
yang ditargetkan bisa beroperasi di tahun 1. Kebijakan dan strategi apa yang harus
2023, maka sampah yang potensial dikonversi dilakukan oleh pemerintah untuk
sekitar 22.270 ton, dengan produksi listrik mendorong dan mengembangkan
sekitar 150 MW. Angka ini tentu memberi penggunaan PLTB di Indonesia untuk
kontribusi yang masih cukup kecil terhadap menuju NZE pada tahun 2060?
pencapaian target EBT di 2025 dibandingkan 2. Kapan kebijakan Go Nuklir akan
dengan kontribusi EBT lainnya. Namun jika dideklarasikan, sejauh mana kemauan
kita mampu memaksimalkan tata kelola politik (political will) pemerintah terhadap
sampah, yang tidak hanya pada 12 kota kebijakan pemanfaatan energi nuklir
tersebut, maka potensi sampah untuk bisa untuk mendukung ketahanan dan
dikonversi menjadi listrik cukup besar. keamanan pasokan energi nasional?
Indonesia merupakan negara penyumbang 3. Mengapa pengembangan PLTSa di 12 kota
sampah kedua di dunia, sehingga sesuai dengan Perpres 35/2018 mengalami
pengembangan PLTSa, tidak hanya kendala?
mengembangkan alternatif energi, namun juga 4. Kebijakan dan strategi apa yang harus
berimbas pada pengelolaan lingkungan alam dilakukan oleh pemerintah untuk
dan lingkungan sosial. mendorong penggunaan KBL berbasis
baterai?
4
Pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam pengembangan dan pemanfaatan EBT
namun demikian kebijakan tersebut masih belum cukup efektif dalam implementasinya.
Telaah kritis terhadap kebijakan yang telah ditetapkan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1 Pengembangan dan pemanfaatan PLTB Model Kerja sama dengan Skema KPBU
3 atau Kerja sama Pemerintah dan Badan
dilandasi berbagai regulasi di bidang
energi yang meliputi Undang-Undang Usaha (diatur dalam Perpres 38/2015)
Nomor 30 Tahun 2007, Peraturan ternyata menjadi penghambat
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014, implementasi kerja sama pemerintah
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun dan investor dalam percepatan
2017, dan Peraturan Presiden Nomor pembangunan instalasi sampah menjadi
112 Tahun 2022. Namun demikian energi listrik berbasis teknologi ramah
regulasi tersebut belum memberikan lingkungan.
ruang yang kondusif bagi
pengembangan dan pemanfaatan
4 Peraturan Presiden 55 Tahun 2019
PLTB. Di sisi lain, pemanfaatan energi
tentang percepatan program kendaraan
bayu masih menyisakan berbagai
bermotor listrik (KBL) berbasis baterai
masalah dari sisi teknologi, insentif
(baterry electric vehicle/BEV) perlu
fiskal, pembiayaan, dan regulasi.
dikaji ulang karena selama 3 (tiga) tahun
sejak diterbitkannya perpres tersebut,
2 Kebutuhan energi sangat dinamis penggunaan KBL berbasis baterai masih
mengikuti perkembangan dan stagnant sebesar 0,5% dari jumlah
kemajuan suatu negara sehingga untuk kendaraan konvensional yang dijual.
menjaga stabilitas Pasokan Energi,
Tahun 2035-sd 2040 diharapkan PLTN
menopang kebutuhan Energi sebesar 8
GWe. Sejalan dengan hal tersebut
untuk itu memenuhi kebutuhan energi
listrik tersebut perlu melakukan revisi
RUPTL 2021-2030 dan memasukkan
PLTN dalam revisi tersebut sebelum
tahun 2030. Revisi RUPTL akan
memberi jaminan listrik yang
dihasilkan PLTN dapat dipasarkan oleh
PLN, sehingga menjadi salah satu dasar
pembangunan PLTN. Keterlambatan
keputusan pembangunan PLTN akan
mengganggu stabilitas ketahanan
energi nasional. Untuk itu perlu adanya
political will dari pemerintah sehingga
investor tidak ragu-ragu untuk
menginvestasikan pembangunan PLTN.
5
Dalam rangka menjawab pertanyaan kebijakan dan telaah kritis kebijakan dapat
disampaikan alternatif kebijakan sebagai berikut :
6
3 Alternatif Kebijakan Pembangkit Listrik 4 Alternatif Kebijakan Kendaraan
Tenaga Sampah (PLTSa) Bermotor Listrik Berbasis Baterai
7
Berdasarkan alternatif kebijakan, dapat dilakukan disampakan rekomendasi
kebijakan sebagai berikut.
8
3 Rekomendasi Kebijakan Pembangkit 4 Rekomendasi Kebijakan Kendaraan
Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Bermotor Listrik Berbasis Baterai
Rekomendasi kebijakan kepada Rekomendasi kebijakan adalah
Pemerintah Daerah, pilihan model “memformulasi kebijakan yang spesifik
kerja sama yang dapat dikembangkan dan inklusif yang mengatur tentang
adalah “Kerja sama antar daerah KBL berbasis baterai dalam
dengan pihak ketiga” yang diatur menciptakan ekosistem yang lebih
dalam PP Nomor 28 tahun 2018 kondusif”, dengan muatan sebagai
tentang Kerja sama Daerah, yang berikut:
dijabarkan ke dalam Permendagri a. Mengatur insentif fiskal dan non
Nomor 22 tahun 2020 tentang Tata fiskal bagi industri untuk
cara Kerja sama Daerah dengan Daerah memproduksi dan merakit KBL
Lainnya dan Kerja sama Daerah berbasis baterai dan pabrik baterai
dengan Pihak Ketiga (KSDPK) . di dalam negeri.
b. Mengatur pemberian insentif
masyarakat melalui konversi
subsidi BBM untuk pembelian KBL
berbasis baterai beroda dua.
c. Percepatan penyediaan
infrastruktur pendukung KBL
(SPBKLU dan SPKLU).
d. Mempertegas kebijakan
penghentian penggunaan
kendaraan bermotor berbahan
bakar minyak fosil secara bertahap.
9
Dalam rangka mengimplementasikan rekomendasi kebijakan, perlu dilakukan rencana
tindak kebijakan sebagai berikut
1 Rencana Tindak Kebijakan PLTB Rencana Tindak Kebijakan PLTN
2
Berdasarkan rekomendasi kebijakan, Berdasarkan rekomendasi kebijakan,
dapat diidentifikasi beberapa rencana dapat diidentifikasi beberapa rencana
tindak lanjut kebijakan sebagai berikut : tindak lanjut kebijakan sebagai berikut:
a. Pemetaan daerah/lokasi-lokasi yang a. Strategi pertama: Regulasi yang
memiliki potensi untuk dibangunnya dapat memberikan kepastian usaha
infrastruktur PLTB; dan keamanan proyek dengan cara
b. Memberikan kepastian hukum bagi mematok rencana jangka panjang
investor agar investasinya terjamin, pembangunan PLTN melalui
antara lain, dengan memastikan kebijakan pemerintah.
bahwa listrik yang diproduksi akan b. Strategi kedua: Pemilihan teknologi
diserap oleh konsumen dengan harga berbasis Pressurized Water Reactor
yang kompetitif dan terjangkau; (PWR) untuk mencapai kemandirian
c. Melakukan sosialisasi secara masif dan ketahanan energi, dengan cara
guna mendapatkan dukungan dari mempercepat realisasi pembangun
semua elemen masyarakat agar PLTN skala kecil 20 Mega Watt
pemanfaatan energi tenaga bayu elektrik.
dapat direalisasikan dengan segera c. Strategi ketiga: Memilih lokasi di luar
(building capacity and knowledge to jalur gunung berapi dan gempa (ring
support wind power utilization); of fire) dalam pilot proyek perdana
d. Melakukan benchmarking ke negara PLTN dengan cara mitigasi lokasi
yang berhasil memanfaatkan PLTB melalui RUPTL dan memberikan
khususnya terkait skim pemberian insentif pembangunan PLTN,
insentif fiskal dan nonfiskal bagi misalnya di wilayah Kalimantan
pembangunan PLTB; Barat.
e. Penyiapan SDM lokal sebagai operator
PLTB bekerja sama dengan Perguruan
Tinggi dan lembaga pelatihan yang 3 Rencana Tindak Kebijakan PLTSa
relevan; Berdasarkan Rekomendasi
f. Menyiapkan rencana pengelolaan Kebijakan, dapat diindentifikasi
energy storage system dari energi beberapa rencana tindak lanjut :
angin yang sifatnya intermittent a. Advokasi dan komunikasi kebijakan
(berjeda). terus dilakukan oleh
g. Mempertimbangkan pengurangan Kemenkomarvest Bersama
monopoli PLN terhadap penjualan Bappenas, Kemdagri dan Kemkeu,
energi listrik dengan membuka ruang kepada kepada Pemda khususnya
untuk memberikan kesempatan terkait Model kerja sama dengan
penanganan energi kepada sektor menggunakan alternatif skema
swasta/investor sehingga Kerjasama lainnya, yaitu:
memberikan harga yang kompetitif
dan murah kepada masyarakat
10
1) Kerja sama dalam penyediaan 4 Rencana Tindak Kebijakan KBL
pelayanan public (Permendagri Berdasarkan rekomendasi kebijakan
22/2020 tentang Kerja sama Daerah yang dipilih, yaitu “memformulasikan
dengan Daerah Lain dan Daerah kebijakan yang spesifik dan inklusif yang
dengan Pihak Ketiga. mengatur tentang KBL berbasis baterai
2) Kerja sama pengelolaan aset (PP dalam menciptakan ekosistem yang lebih
27/2014 tentang Pengelolaan kondusif”, diidentifikasi beberapa rencana
Barang Milik Negara/Daerah dan tindak lanjut kebijakan yang menggunakan
Permendagri 19/2016 tentang prinsip feedback loop system, sebagai
Pedoman Pengelolaan Barang Milik berikut:
Daerah) a. Sinkronisasi peraturan perundang-
3) Kerja sama investasi, dengan PP undangan antara pemerintah dan
63/2019 tentang Investasi pemerintah daerah.
Pemerintah dan Permendagri b. Sosialisasi dan advokasi peralihan
52/2012 tentang Pedoman penggunaan dari kendaraan
Pengelolaan Investasi Pemerintah konvensional ke KBL berbasis baterai;
Daerah. c. Penyediaan anggaran untuk percepatan
b. Bappenas, Kemdagri, Kemenkeu dan penggunaan KBL berbasis baterai.
BKPM melakukan penguatan kapasitas d. Melakukan pembinaan dan pengawasan
kepada Pemerintah Daerah, dalam kepada kementerian/lembaga dan
penyiapan project-project kemitraan pemerintah daerah dalam
(PPP) khususnya terkait aspek mengimplementasikan kebijakan KBL
perencanaan, kelembagaan, dan proses berbasis baterai.
lelang project investasi yang dibiayai e. Class action (gerakan bersama) yang
oleh badan usaha selaku investor, yang melibatkan pemerintah, industri,
memang sangat berbeda dengan costumer yang diatur melalui peraturan
project-project yang dibiayai dari dana pemerintah dalam penggunaan KBLBB.
APBD, APBN. f. Pengembangan Stasiun Pengisian
c. Pemerintah Pusat perlu memberikan Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), dan
prioritas khusus kepada 12 kota, dalam Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan
bentuk insentif Dana Alokasi Khusus Listrik Umum (SPBKLU). Khusus SPKLU
untuk membantu meringankan biaya perlu dikembangkan dengan sistem
pengelolaan layanan sampah atau franchise serta didukung perbankan,
tipping fee yang menjadi kewajiban dan diskon khusus dari PLN untuk
pemda sebagaimana diamanatkan home charging.
dalam Perpres 35/2018. g. Melakukan monitoring dan evaluasi.
h. Melakukan riset dan pengembangan
inovasi untuk penyempurnaan atas
kebijakan percepatan KBL dan strategi
ke depan.
11