Nama Kelompok :
Neng Imas Rahmasari (1802321039)
Nurkholifah Amini (1802321029)
Putri Defa Qurratuain (1802321041)
Ridwan Sholehan (1802321024)
Said Rabbani (1802321026)
Simanullang, Grashelia Rinda Uli (1802321029)
Yahya Ramadhany Arias (1802321058)
Energi 5-J
Dosen : Rahman Filzi, S.T., M.T.
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Hal ini juga terjadi di Indonensia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik mengumumkan
produk domestik bruto Indonesia tumbuh 5,78 persen pada 2013 dibandingkan
2012. Pertumbuhan ini tentunya perlu dibarengi adanya ketersediaan energi yang cukup.
Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya pembangunan Nasional yang diikuti dengan
meningkatnya pertumbuhan pengunaan energi di segala sector, termasuk sector bangunan
pemerintah. Sementara itu penyediaan energi sekarang ini masih bergantung pada bahan bakar
fosil, terutama bahan bakar minyak dan cadangan semakin menipis, sementara harga energi
khusunya harga bahan bakar minyak melonjak tajam, sementara penggunaan energi masih
tergolong boros. Hasil survai menunjukkan bahwa sektor bangunan mempunyai potensi
penghemat sekitar 5 – 20 %. Melihat cukup besarnya peluang penghematan energi yang
teridentifikasi tersebut serta besarnya manfaat yang akan diperoleh apabila peluang ini
diimplementasikan,, maka program konservasi energi perlu terus digalakkan. Konservasi
energi dapat membawa manfaat yang sangat besar berupa penghematan energi dan biaya
energi yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing di pasar global. Untuk mengatasi
permasalahan di atas maka, para konsumen besar seperti Industri ataupun pengelolah gedung
perlu untuk meningkatkan efisiensi energinya.
Berdasarkan data statistik listrik PLN tahun 2012 nampak bahwa konsumsi energi listrik
untuk gedung komersial mencapai 3.057,21 GWh atau mengalami pertumbuhan konsumsi
energi listrik sebesar adalah 9,8% dari tahun 2011 yaitu 2.786,72 GWh. Tingginya konsumsi
energi ini mendorong pemerintah untuk membangun pembangkit baru. Bersamaan dengan itu
pemerintah juga mendorong penggunaan energi secara efisien dan tepat guna disisi pengguna
melalui program konservasi energi. Agar program konservasi energi dapat berjalan dengan
baik, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Konservasi Energi. Sehingga dengan aktivitas ini banyak bangunan telah mengambil manfaat
serta keuntungan dalam usaha meningkatkan efisiensi dan optimasi penggunaan energi guna
menurunkan biaya energi. Untuk mendukung program konservasi energi nasional agar bias
terlaksana dengan baik, maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang
berhubungan dengan konservasi energi.
1.2 Kebijakan Konservasi Energi
Kenyataan bahwa energi fosil khususnya minyak bumi yang merupakan sumber energi
utama saat ini terbatas jumlahnya, sementara komsumsi energi terus meningkat sejalan
dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Untuk mengatasi
keterbatasan itu energi terbarukan adalah alternatif solusi karena energi terbarukan adalah
energi yang dapat diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik, sumber daya itu tidak akan
habis. Untuk mengoptimalkan penggunaan energy dalam negeri, sejak beberapa tahun silam
pemerintah telah mengeluarkan Kepres No. 43/1991. Menurut Keputusan Presiden RI No. 43
tahun 1991, konservasi energi adalah penggunaan energi secara efisien dan rasional dan
tanpa menggurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan. Upaya yang
bisa kita lakukan dalam konservasi energi diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan,
penggunaan teknologi yang efisien dan membudayakan pola hidup hemat energi. Dalam hal
praktis konservasi energi merupakan upaya penurunan jumlah energi yang digunakan sambil
meningkatkan hasil yang sama. Upaya ini dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, nilai
lingkungan, keamanan nasional, keamanan personil, dan kenyamanan manusia.
Sebagai tindak lanjut dari Kepres No. 43/1991 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang
berkaitan dengan upaya penghematan energi yang tercantum dalam Intruksi Presiden (Inpres)
RI Nomor 10 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen
ESDM) Nomor 31 Tahun 2005. Menurut Inpres No. 10/2005 Presiden RI menginstruksikan
kepada:
a. Pimpinan aparatur Negara dan daerah:
- Melakukan langkah-langkah penghematan energi di instansi masing-masing yang meliputi
penerangan, pendinginan ruangan, peralatan listrik, dan kendaraan dinas
- Menghimbau dan mensosialisasikan kepada masyarakat untuk melaksanakan penghematan
energi
- Memonitor pelaksanaan penghematan energi dan melaporkannya kepada Presiden melalui
MESDM.
b. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
- Mengatur tata cara pelaksanaan penghematan energi
- Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pelaksanaan penghematan energi
Pelaksanaan konservasi energi diterapkan terhadap semua pemanfaat energi baik langsung
maupun tidak langsung yang meliputi antara lain pertambangan, ketenagalistrikan, perhubungan,
Perindustrian, Pekerjaan Umum. Perdagangan, kawasan industri, pemukiman, perhotelan,
bangunan, gedung dan rumah tangga. Sumber energi wajib dimanfaatkan secara berdaya guna dan
berhasil guna. Pemanfaatan sumber energi dengan memperhatikan: . Kelestarian lingkungan
hidup; Perancangan yang berorientasi pada penggunaan energi secara hemat; Pemilihan sarana,
peralatan dan bahan yang secara langsung maupun tidak langsung menghemat penggunaan energi;
Optimasi pengoperasian sistem, sarana, peralatan dan proses yang bertujuan menghemat energi.
Kemudian pada tahun 2005, dikeluarkan Master plan Rencana Induk Konservasi Energi
Nasional yang pada intinya untuk mengurangi intensitas energi setiap tahun 1% hingga tahun
2025. Pada tahun 2006, Presiden Republik Indoensia mengeluarkan PP No.5/2006 tentang
Kebijakan Energi nasional. Salah satu isinya mengatakan bahwa Konservasi energi adalah
penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang
memang benar-benar diperlukan.
Pada Tahun 2007 dikeluarkan Undang-Undang yaitu UU No. 30/2007 tentang Energi. Salah
satu pasalnya mengatakan bahwa konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab
pemerintah, pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat. Konservasi energi nasional
mencakup seluruh tahap pengelolaan energi. Pengguna energi dan produsen peralatan hemat
energi yang melaksanakan konservasi energi diberi kemudahan dan/atau insentif oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang tidak
melaksanakan konservasi energi diberi disinsentif oleh Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah.
Kemudian pada tahun 2008, Dikeluarkan Instruksi Presiden No. 2/2008 tentang pengehamatan air
dan energi.
Terakhir pada tahun 2009, Presiden mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No. 70/2009
tentang Konservasi Energi. Memuat tentang Konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, pengusaha dan
masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab secara nasional untuk: merumuskan dan menetapkan
kebijakan, strategi, dan program konservasi energi; mengembangkan sumber daya manusia yang
berkualitas di bidang konservasi energi; melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan
komprehensif untuk penggunaan teknologi yang menerapkan konservasi energi; mengkaji,
menyusun, dan menetapkan kebijakan, serta mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan
program konservasi energi; memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan
program konservasi energi; melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha,
pengguna sumber energi, dan pengguna energi; melaksanakan program dan kegiatan konservasi
energy yang telah ditetapkan; dan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
program konservasi energi.
Disamping itu pengusaha bertanggung jawab: melaksanakan konservasi energi dalam setiap
tahap pelaksanaan usaha; dan menggunakan teknologi yang efisien energi; dan/atau menghasilkan
produk dan/atau jasa yang hemat energi. Para pengusaha yang merupakan pengguna energi wajib
dilakukan secara hemat dan efisien. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang
menggunakan sumber energi dan/atau energi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enam ribu)
setara ton minyak per tahun wajib melakukan konservasi energy melalui manajemen energi.
Manajemen energi dilakukan dengan. menunjuk manajer energi; menyusun program konservasi
energi; melaksanakan audit energi secara berkala; melaksanakan rekomendasi hasil audit energi;
dan melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun kepada pemerintah.
Setuju Tidak
SELESAI
SELESAI
Audit Energi ?
TAHAP PERSIAPN Ya
Lembar Isian Data Gedung Kebutuhan
yang Diperlukan Data Awal Informasi Gedung
Presentasi
SELESAI
1.4 Standar Acuan
1. Perpres No.5 tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional
2. Undang-undang No. 30 tahun 2007 tentang Energi
3. Peraturan Pemerintah No.70 tahun 2009 tentang Konservasi Energi
4. Inpres 13 tahun 2011, Tentang Penghematan_energi dan Air
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 614 Tahun 2012, telah ditetapkan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Auditor Energi di Industri dan
Bangunan Gedung.
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 321
Kep/Men/XII/2011 tentang Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Sektor jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya Sub Sektor Jasa Konservasi
Energi Sub Bidang Industri Untuk jabatan kerja Manajemen energi Menjadi standar
kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
7. SNI ISO 50001-Sistem Manajemen Energi (Desember 2012) – adopsi identik dan cetak
ulang standar ISO 50001. BSN
8. SNI 6196:2011 : Prosedur audit energi pada bangunan gedung, BSN
9. SNI 6389:,2011 : Konseruasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung, BSN.
BAB II
PERSIAPAN AUDIT
2.1 Tujuan Audit
Tujuan audit energi ialah untuk ementukan cara terbaik yang dapat digunakan dalam
mengurangi penggunaan energi dan mengurangi biaya konsumsi energi. Objek yang akan di
audit adalah Gedung Perkuliahan A Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta.
1. INFORMASI UMUM
1.1 Nama Perusahaan/Institusi Politeknik Negeri Jakarta
1.2 Alamat Perusahaan/Institusi Jl. Prof. DR. G.A. Siwabessy, Kukusan, Kecamatan
Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424
1.4 Alamat Gedung Jl. Prof. DR. G.A. Siwabessy, Kukusan, Kecamatan
Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424
2. INFORMASI GEDUNG
2.1 Dimensi gedung (total) Panjang : 61,8 m
Lebar : 19,3 m
Tinggi :7 m (tidak termasuk atap)
Tinggi : 8,5 m (termasuk atap)
2.2 Jumlah lantai (tidak termasuk Lantai 1
Atap)
2.3 Luas lantai total (tidak termasuk Lantai m2
Atap)
2.4 Luas lantai atap m2
3. UTILITAS GEDUNG
Trafo #2 - kVA
Trafo #3 - kVA
Trafo #3 - kVA
Trafo #4 - kVA
Trafo #5 - kVA
Gen-set #2 - kVA
Gen-set #3 - kVA
Gen-set #4 - kVA
Mohon dikirimkan salinan (copy)
Diagram Sistem Kelistrikan
3.1.5 diagram kelistrikan (single line
(Single Line Diagram)
diagram).
3.2.1 Chiller #1 TR
Chiller #2 TR
Chiller #3 TR
Chiller #4 TR
Chiller #5 TR
Kegiatan Personi
Durasi
l 1 2 3 4 5 6 7
(Hari)
(orang)
Persiapan dan
2 6
survey
Pengukuran
(Lighting, AC, 3 6
Listrik) Gedung Q
Reporting
2 6
Pembuatan Laporan
Persentasi 2 6
1
2.6.2 Pengukuran Sistem Ac
Alat Ukur Fungsi
Thermo Gun Mengukur Suhu (TDB, TWB, Suhu Normal)
Higrometer Mengukur Kelembaman Udara
b) Data Akupanasi:
Jumlah Ruangan : 12 dan lorong
2
Lampiran-2
Lembar Isian Sistem Manajemen
Energi
Komite/Tim Energi Tidak ada Ada organisasi Ada tim lintas fungsi
tim/jaringan energi di namun tidak formal yang secara aktif
perusahaan mengarahkan
program-program
X
energi
3
Tercakup dalam Ada kebijakan
kebijakan mengenai
Tidak ada kebijakan tersendiri tentang
lingkungan atau
Energi secara formal Efisiensi Energi
Kebijakan Energi yang lainnya yang ditandatangani
X oleh Manajemen
Puncak
Mengkaji Kinerja dan Peluang Penghematan
Semua fasilitas
Sedikit pengukuran melaporkan untuk
Pengumpulan dan atau data tidak dapat Ada pengukuran
konsolidasi/analisis
Penelusuran Data ditelusuri data secara
secara terpusat
lokal/parsial
X
Dilakukan untuk
beberapa Dilakukan terhadap
Tidak dilakukan pengukuran semua faktor yang
Standardisasi
X diperlukan untuk
analisis
Tersusun
berdasarkan basis
tahun dan
Baseline tersusun
Tidak ada baseline pengukuran secara
Penyusunan secara terpisah
terorganisasi
Baseline X untuk masing-
masing fasilitas
Dilakukan
Tidak dilakukan atau pembandingan dan
dilakukan Dilakukan secara analisis terhadap
pembandingan hanya internal antara internal dan
terhadap data lampau beberapa lokasi eksternal secara
Benchmark
untuk lokasi yang perusahaan reguler
sama
X
Dilakukan secara
terbatas berbasis
projek dan terbatas Ditentukan
Estimasi Potensi Tidak dilakukan pada proyeksi berdasarkan
Perbaikan X vendor pengalaman
perusahaan
Ditentukan peran
Tidak ditentukan atau internal dan
Menentukan Berdasar inisiatif
disusun secara adhoc eksternal serta
pelaksana dan personal secara
diidentifikasi
sumber daya X infomal
anggaran yang
dibutuhkan
Pelaksanaan Rencana Aksi
Penyusunan Tidak disusun Perangkat disusun Perangkat disusun
Rencana untuk kelompok untuk semua
Komunikasi
5
stakeholder dan
dimasukkan ke
tertentu dan dalam agenda
digunakan sesuai reguler
kebutuhan
X
Dilakukan sesuai
dengan inisiatif pada Seluruh level
Meningkatkan Tidak ada promosi even-even tertentu organisasi
kesadaran untuk efsiensi energi mendukung target
X
energi
Pelatihan untuk
Pelatihan tertentu
personil secara tidak Pelatihan/sertifikasi
untuk personil kunci
Peningkatan langsung secara luas untuk
kemampuan teknologi tertentu
X
dan best practices
Pertemuan antara
pengguna energi dan
staf tidak dilakukan Penalti untuk yang Pengakuan serta
atau hanya dilakukan tidak perform serta insentif secara
Memotivasi sesuai kebutuhan pengingat secara finansial untuk yang
X periodik kinerjanya baik
Review secara
reguler dan
Tidak ada sistem
dilakukan update
untuk memonitor
Melacak dan Dilakukan review oleh sistem secara
progres
terpusat
memonitor tahunan per fasilitas
X
Evaluasi Progres
Pembandingan Pembandingan
dengan data historis penggunaan dan
Evaluasi Hasil Tidak dilakukan X biaya terhadap
target, perencanaan,
dan pesaing
6
Dilakukan Kaji ulang dilakukan
pengecekan secara berdasarkan hasil
infromal
Kaji ulang rencana yang diperoleh,
tidak dilakukan
aksi X umpan balik yang
diterima serta faktor-
faktor bisnis lainnya
Pemasaran
8
BAB III
ANALISIS SISTEM PENCAHAYAAN DAN TATA UDARA
Analisa
1. Ada beberapa ruangan di Laboratorium Mesin yang memiliki tingkat keborosan dalam
system penerangannya (lux) hal itu dikaitkan dengan Standar Nasional Indonesia
mengenai “Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan” yang di setiap ruangan
memiliki tingkat lux maksimal.
9
Mengganti Lampu TL dengan Lampu LED
PHILLIPS TL-D 36W/54-765 1SL/25
Lab Pneumatic : 8 Lampu TL
Lab Pengukuran : 2 Lampu TL
Lab Metallografi : 1 Lampu TL
Lab Heat Treatment : 2 Lampu TL
Lab Elektroplating : 4 lampu TL
Tool Store : 4 Lampu TL
Ruang Meeting : 8 Lampu TL
Ruang Dosen : 12 Lampu TL
TOTAL : 41 Lampu TL
Lampu
Jenis Konta
No Ruangan Rh (%) Luas (m2) Nyala/Tota Lux AC
Lampu k
l
1 Lab Pneumatic 72,5 TL 9x7 8/3 419 2 1
2 Ruang Kerja Siswa 70,5 TL/LED 9,7 x 3,2 2/2 187 3 1
3 Lab Pengukuran 74 TL 6,5 x 3,25 2/1 236 2 1
4 Lab Uji Logam 75,5 TL/LED 9,6 x 4 4/7 89,9 4 1
5 Lab Metallografi 74,7 TL 5,9 x 3,2 1/1 89,9 5 1
6 Lab Heat Treatment 76 TL 3,3 x 3,2 1/ 2 152,8 5 1
7 Lab Hidrolik 75,4 TL/LED 6,6 x 6,3 5/6 765 6 -
8 Lab Komputer 74,7 TL/LED 9,5 x 6,0 4/6 101,7 2 2
9 Lab Elektroplating 76,9 TL 9,5 x 6,1 4 /4 114,8 3 -
10 Tool Store 55,7 TL 6,6 x 4,5 1/4 92,1 1 1
11 Ruang Meeting 78,4 TL 6,6 x 5,1 6/8 134,3 4 1
12 Ruang Dosen 79,2 TL 9,5 x 5,1 10 / 12 200 6 1
13 Lorong 78 TL/LED 51,8 x 3,2 4/7 20,9 - -
1
BAB IV
LIST ECOS
ECOS
No Penghematan Low Cost Medium Cost High Cost
.
1. Melakukan sosialisasi
atau kampanye tentang
pentingnya hemat energi
2. Mematatikan lampu dan X
peralatan listrik lainnya
apabila tidak di gunakan
4. Pengecekan kebocoran X
udara pada ruangan
(baik melalui jendela
atau pintu )
5. Melakukan perawatan X
dan pengecekan terhadap
performa AC
6. Menyesuaikan kapaistas X
pendingin sistem tata
udara dengan beban
pendinginan pada
ruangan
7. Melakukan perawatan X
sistem pencahayaan
8. Penggunaan dimmer X
untuk mengatur tingkat
kecerahan lampu
9. Mengganti lampu TL X
dengan lampu LED
10. Pemasangan Sensor X
Pencahayaan
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dalam Proses audit yang dilakukan terdapat beberapa ruangan baik di Laboratorium
Mesin yang mengalami keborosan baik di bagian lux (pencahayaan ) maupun di bagian
penggunaan dayanya.
Untuk mengurangi pemborosan dalam system tata udara yaitu dengan melakukan
penggantian AC lama dengan jenis AC yang memiliki daya yang lebih rendah sehingga
didapatkan power saving dan cost saving yang baik.
1
BAB VI
LAMPIRAN