Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM AUDIT ENERGI

Pada Gedung Laboratorium Energi dan Mesin

Nama Kelompok :
Neng Imas Rahmasari (1802321039)
Nurkholifah Amini (1802321029)
Putri Defa Qurratuain (1802321041)
Ridwan Sholehan (1802321024)
Said Rabbani (1802321026)
Simanullang, Grashelia Rinda Uli (1802321029)
Yahya Ramadhany Arias (1802321058)

Energi 5-J
Dosen : Rahman Filzi, S.T., M.T.

TEKNIK KONVERSI ENERGI


POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
DEPOK

2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan energi bagi kelangsungan hidup manusia merupakan masalah besar yang
dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia ini. Tidak lagi ditemukannya cadangan dalam
jumlah yang besar pada rentang waktu terakhir ini membuat hampir seluruh dunia menjadikan
permasalahan energi menjadi problem besar yang perlu ditangani secara serius. Sumber
energi tradisional yang berasal dari minyak bumi masih memberikan kontribusi terbesar untuk
memenuhi kebutuhan energi dunia yaitu mencapai 36,7% dari total konsumi energi, atau
setara dengan 3.767,1 juta ton minyak. Batubara dan gas alam masing-masing menjadi
penyumbang bagi kebutuhan energi dunia terbesar kedua dan ketiga sebesar 27.2 % untuk
batu bara dan 23.7% untuk gas alam. Total konsumi batu bara selama tahun 2013 tersebut
mencapai setara 2.778,2 juta ton minyak, sedangkan gas alam mencapai setara 2.420,4 juta ton
minyak. Sisa konsumsi energi untuk kebutuhan dunia dipenuhi oleh sumber energi nuklir yang
‘hanya’ sebesar 6,1 % dan dari hydro energi (air) sebesar 6,2%. Dari seluruh energi yang
dikonsumsi tersebut, sebagiannya digunakan untuk membangkitkan listrik dengan total di
seluruh dunia mencapai 17.452 Terrawatt-hour (TwH). Sebaran distribusi sumber energi di
atas jelas menunjukkan bahwa sumber energi yang berasal dari fosil masih cukup dominan
untuk memenuhi kebutuhan energi dunia. Sumber energi yang sifatnya dapat diperbaharui
(renewable) masih didominasi oleh sumber dari air (hydro) energi.

Hal ini juga terjadi di Indonensia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik mengumumkan
produk domestik bruto Indonesia tumbuh 5,78 persen pada 2013 dibandingkan
2012. Pertumbuhan ini tentunya perlu dibarengi adanya ketersediaan energi yang cukup.
Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya pembangunan Nasional yang diikuti dengan
meningkatnya pertumbuhan pengunaan energi di segala sector, termasuk sector bangunan
pemerintah. Sementara itu penyediaan energi sekarang ini masih bergantung pada bahan bakar
fosil, terutama bahan bakar minyak dan cadangan semakin menipis, sementara harga energi
khusunya harga bahan bakar minyak melonjak tajam, sementara penggunaan energi masih
tergolong boros. Hasil survai menunjukkan bahwa sektor bangunan mempunyai potensi
penghemat sekitar 5 – 20 %. Melihat cukup besarnya peluang penghematan energi yang
teridentifikasi tersebut serta besarnya manfaat yang akan diperoleh apabila peluang ini
diimplementasikan,, maka program konservasi energi perlu terus digalakkan. Konservasi
energi dapat membawa manfaat yang sangat besar berupa penghematan energi dan biaya
energi yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing di pasar global. Untuk mengatasi
permasalahan di atas maka, para konsumen besar seperti Industri ataupun pengelolah gedung
perlu untuk meningkatkan efisiensi energinya.
Berdasarkan data statistik listrik PLN tahun 2012 nampak bahwa konsumsi energi listrik
untuk gedung komersial mencapai 3.057,21 GWh atau mengalami pertumbuhan konsumsi
energi listrik sebesar adalah 9,8% dari tahun 2011 yaitu 2.786,72 GWh. Tingginya konsumsi
energi ini mendorong pemerintah untuk membangun pembangkit baru. Bersamaan dengan itu
pemerintah juga mendorong penggunaan energi secara efisien dan tepat guna disisi pengguna
melalui program konservasi energi. Agar program konservasi energi dapat berjalan dengan
baik, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Konservasi Energi. Sehingga dengan aktivitas ini banyak bangunan telah mengambil manfaat
serta keuntungan dalam usaha meningkatkan efisiensi dan optimasi penggunaan energi guna
menurunkan biaya energi. Untuk mendukung program konservasi energi nasional agar bias
terlaksana dengan baik, maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang
berhubungan dengan konservasi energi.
1.2 Kebijakan Konservasi Energi

Kenyataan bahwa energi fosil khususnya minyak bumi yang merupakan sumber energi
utama saat ini terbatas jumlahnya, sementara komsumsi energi terus meningkat sejalan
dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Untuk mengatasi
keterbatasan itu energi terbarukan adalah alternatif solusi karena energi terbarukan adalah
energi yang dapat diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik, sumber daya itu tidak akan
habis. Untuk mengoptimalkan penggunaan energy dalam negeri, sejak beberapa tahun silam
pemerintah telah mengeluarkan Kepres No. 43/1991. Menurut Keputusan Presiden RI No. 43
tahun 1991, konservasi energi adalah penggunaan energi secara efisien dan rasional dan
tanpa menggurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan. Upaya yang
bisa kita lakukan dalam konservasi energi diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan,
penggunaan teknologi yang efisien dan membudayakan pola hidup hemat energi. Dalam hal
praktis konservasi energi merupakan upaya penurunan jumlah energi yang digunakan sambil
meningkatkan hasil yang sama. Upaya ini dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, nilai
lingkungan, keamanan nasional, keamanan personil, dan kenyamanan manusia.

Sebagai tindak lanjut dari Kepres No. 43/1991 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang
berkaitan dengan upaya penghematan energi yang tercantum dalam Intruksi Presiden (Inpres)
RI Nomor 10 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen
ESDM) Nomor 31 Tahun 2005. Menurut Inpres No. 10/2005 Presiden RI menginstruksikan
kepada:
a. Pimpinan aparatur Negara dan daerah:
- Melakukan langkah-langkah penghematan energi di instansi masing-masing yang meliputi
penerangan, pendinginan ruangan, peralatan listrik, dan kendaraan dinas
- Menghimbau dan mensosialisasikan kepada masyarakat untuk melaksanakan penghematan
energi
- Memonitor pelaksanaan penghematan energi dan melaporkannya kepada Presiden melalui
MESDM.
b. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
- Mengatur tata cara pelaksanaan penghematan energi
- Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pelaksanaan penghematan energi

Pelaksanaan konservasi energi diterapkan terhadap semua pemanfaat energi baik langsung
maupun tidak langsung yang meliputi antara lain pertambangan, ketenagalistrikan, perhubungan,
Perindustrian, Pekerjaan Umum. Perdagangan, kawasan industri, pemukiman, perhotelan,
bangunan, gedung dan rumah tangga. Sumber energi wajib dimanfaatkan secara berdaya guna dan
berhasil guna. Pemanfaatan sumber energi dengan memperhatikan: . Kelestarian lingkungan
hidup; Perancangan yang berorientasi pada penggunaan energi secara hemat; Pemilihan sarana,
peralatan dan bahan yang secara langsung maupun tidak langsung menghemat penggunaan energi;
Optimasi pengoperasian sistem, sarana, peralatan dan proses yang bertujuan menghemat energi.

Langkah-langkah yang dilakukan penyebarluasan pengertian dan arti pentingnya energi


dilakukan melalui: kampanye dan penyebaran informasi dengan media cetak, media elektronik,
diskusi, ceramah dan lomba hemat energi; pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan teknis, memperluas wawasan teknologi dalam bidang konservasi energi dan melatih
penerapannya secara langsung; Peragaan dan percontohan untuk memperkenalkan teknologi
konservasi kepada masyarakat pemakai energi melalui percontohan peralatan hemat energi, baik
dari segi perancangan maupun cara pengoperasiannya; Penelitian dan pengembangan untuk
meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan teknologi dalam bidang konservasi energi;
pengembangan sistem audit energi dan identifikasi potensi, perbaikan efisiensi sistem, perbaikan
efisiensi proses, perbaikan efisiensi sarana dan perbaikan efisiensi peralatan; Standarisasi yaitu
melaksanakan upaya penghematan energi melalui penetapan standar unjuk kerja dan efisiensi
peralatan.

Kemudian pada tahun 2005, dikeluarkan Master plan Rencana Induk Konservasi Energi
Nasional yang pada intinya untuk mengurangi intensitas energi setiap tahun 1% hingga tahun
2025. Pada tahun 2006, Presiden Republik Indoensia mengeluarkan PP No.5/2006 tentang
Kebijakan Energi nasional. Salah satu isinya mengatakan bahwa Konservasi energi adalah
penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang
memang benar-benar diperlukan.

Pada Tahun 2007 dikeluarkan Undang-Undang yaitu UU No. 30/2007 tentang Energi. Salah
satu pasalnya mengatakan bahwa konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab
pemerintah, pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat. Konservasi energi nasional
mencakup seluruh tahap pengelolaan energi. Pengguna energi dan produsen peralatan hemat
energi yang melaksanakan konservasi energi diberi kemudahan dan/atau insentif oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang tidak
melaksanakan konservasi energi diberi disinsentif oleh Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah.
Kemudian pada tahun 2008, Dikeluarkan Instruksi Presiden No. 2/2008 tentang pengehamatan air
dan energi.

Terakhir pada tahun 2009, Presiden mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No. 70/2009
tentang Konservasi Energi. Memuat tentang Konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, pengusaha dan
masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab secara nasional untuk: merumuskan dan menetapkan
kebijakan, strategi, dan program konservasi energi; mengembangkan sumber daya manusia yang
berkualitas di bidang konservasi energi; melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan
komprehensif untuk penggunaan teknologi yang menerapkan konservasi energi; mengkaji,
menyusun, dan menetapkan kebijakan, serta mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan
program konservasi energi; memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan
program konservasi energi; melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha,
pengguna sumber energi, dan pengguna energi; melaksanakan program dan kegiatan konservasi
energy yang telah ditetapkan; dan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
program konservasi energi.
Disamping itu pengusaha bertanggung jawab: melaksanakan konservasi energi dalam setiap
tahap pelaksanaan usaha; dan menggunakan teknologi yang efisien energi; dan/atau menghasilkan
produk dan/atau jasa yang hemat energi. Para pengusaha yang merupakan pengguna energi wajib
dilakukan secara hemat dan efisien. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang
menggunakan sumber energi dan/atau energi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enam ribu)
setara ton minyak per tahun wajib melakukan konservasi energy melalui manajemen energi.
Manajemen energi dilakukan dengan. menunjuk manajer energi; menyusun program konservasi
energi; melaksanakan audit energi secara berkala; melaksanakan rekomendasi hasil audit energi;
dan melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun kepada pemerintah.

1.3 Audit Energi


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Konservasi Energi, Bab I (Ketentuan Umum), Pasal 1, butir 14, audit energi didefinisikan sebagai
proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta
rekomendasi peningkatan efesinsi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam
rangka konservasi energi.
Definisi audit energi tersebut di atas juga digunakan di dalam Standar Nasional Indonesia
(SNI) 6196:2011 tentang Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung, butir 3 (Istilah dan
Definisi), subbutir 3.1 (Audit Energi), halaman 1.
Gambar 1.1 memperlihatkan skhema tahapan pelaksanaan audit energi pada bangunan
gedung. Audit energi yang dimaksudkan di dalam buku ini adalah audit energi rinci. Pada gambar
tersebut terlihat bahwa untuk melakukan suatu audit energi rinci maka diperlukan 3 tahapan
utama, yaitu: 1) Tahap Penawaran, 2) Tahap Persiapan, dan 3) Tahap Pelaksanaan.
Tahap Penawaran pada dasarnya kegiatan non-teknis, yang umumnya dilakukan oleh Tim
Manajemen, khususnya Tim Pemasaran. Tahap Penawaran ini tidak diulas di dalam buku ini.
Sedangkan Tahap Persiapan dan Pelaksanaan, yang merupakan tujuan dibuatnya buku ini, diulas
mulai Bab 2.
TAHAP PENAWARAN
Komunikasi
Permintaan/Penawaran Audit Energi
antara
Auditor dan Pemilik/Pengelola
Gedungi

Setuju Tidak
SELESAI
SELESAI
Audit Energi ?

TAHAP PERSIAPN Ya
Lembar Isian Data Gedung Kebutuhan
yang Diperlukan Data Awal Informasi Gedung

Pengiriman Dokumen Tidak Survei Awal


Ya Dikirim
oleh Pengelola Gedung ? oleh Tim Auditor
Pemilik/Pengelola Gedung

Penyusunan dan Pengiriman


Proposal Penawaran Audit Energi

Kesepakatan dan Perjanjian Kerja atau Kontrak

Pembentukan Tim Audit Energi


Dan Pembagian Tugas Persiapan

Persiapan Administrasi Persiapan Teknis

Gambar 1.1. Skema tahapanMobilisasi


pelaksanaan audit
Personil danenergi pada bangunan gedung.
Peralatan
ke Gedung yang akan Diaudit

TAHAP PELAKSANAAN Pengumpulan Data Primer dan Sekunder:


Pengumpulan, Pengukuran, Wawancara, Verifikasi Data

Analisis Potensi Penghematan Energi


dan Penulisan Laporan (Sekaligus Rekomendasi)

Presentasi

Penyerahan Laporan Akhir

SELESAI
1.4 Standar Acuan
1. Perpres No.5 tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional
2. Undang-undang No. 30 tahun 2007 tentang Energi
3. Peraturan Pemerintah No.70 tahun 2009 tentang Konservasi Energi
4. Inpres 13 tahun 2011, Tentang Penghematan_energi dan Air
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 614 Tahun 2012, telah ditetapkan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Auditor Energi di Industri dan
Bangunan Gedung.
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 321
Kep/Men/XII/2011 tentang Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Sektor jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya Sub Sektor Jasa Konservasi
Energi Sub Bidang Industri Untuk jabatan kerja Manajemen energi Menjadi standar
kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
7. SNI ISO 50001-Sistem Manajemen Energi (Desember 2012) – adopsi identik dan cetak
ulang standar ISO 50001. BSN
8. SNI 6196:2011 : Prosedur audit energi pada bangunan gedung, BSN
9. SNI 6389:,2011 : Konseruasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung, BSN.
BAB II
PERSIAPAN AUDIT
2.1 Tujuan Audit
Tujuan audit energi ialah untuk ementukan cara terbaik yang dapat digunakan dalam
mengurangi penggunaan energi dan mengurangi biaya konsumsi energi. Objek yang akan di
audit adalah Gedung Perkuliahan A Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta.

2.2 Data Awal Informasi Gedung

 Laboratorium Teknik Mesin

1. INFORMASI UMUM
1.1 Nama Perusahaan/Institusi Politeknik Negeri Jakarta

1.2 Alamat Perusahaan/Institusi Jl. Prof. DR. G.A. Siwabessy, Kukusan, Kecamatan
Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424

No. Telp. : (021) 7270036


1.3 Nama Gedung Laboratorium Konversi Energi

1.4 Alamat Gedung Jl. Prof. DR. G.A. Siwabessy, Kukusan, Kecamatan
Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424

No. Telp. : (021) 7270036


1.5. Manajer Gedung Nama : Sidiq Ruswanto, S.T., M.Si
No. Telp. :
1.6 Koordinator Manajemen Energi Nama :-
No. Telp :-

2. INFORMASI GEDUNG
2.1 Dimensi gedung (total) Panjang : 61,8 m
Lebar : 19,3 m
Tinggi :7 m (tidak termasuk atap)
Tinggi : 8,5 m (termasuk atap)
2.2 Jumlah lantai (tidak termasuk Lantai 1
Atap)
2.3 Luas lantai total (tidak termasuk Lantai m2
Atap)
2.4 Luas lantai atap m2

3. UTILITAS GEDUNG

3.1 Sistem Kelistrikan


 PT PLN (Persero)
3.1.1 Sumber energi listrik
Pembangkitan Sendiri
3.1.2 Daya Terpasang (Kontrak Daya) - kVA
3.1.3 Trafo #1 - kVA

Trafo #2 - kVA

Trafo #3 - kVA

Trafo #3 - kVA

Trafo #4 - kVA

Trafo #5 - kVA

3.1.4 Gen-set #1 - kVA

Gen-set #2 - kVA

Gen-set #3 - kVA

Gen-set #4 - kVA
Mohon dikirimkan salinan (copy)
Diagram Sistem Kelistrikan
3.1.5 diagram kelistrikan (single line
(Single Line Diagram)
diagram).

3.2 Sistem Tata Udara (HVAC)

3.2.1 Chiller #1 TR

Chiller #2 TR

Chiller #3 TR

Chiller #4 TR

Chiller #5 TR

3.2.2 Jumlah AHU Unit

3.2.3 Jumlah FCU Unit

3.2.4 Jumlah Menara Pendingin Unit

3.3 Sistem Otomasi Gedung


Ya
Apakah sudah dipasang Sistem Otomasi
Gedung (Building Automation System)?  Tidak
2.3 CARA MEMPEROLEH DATA AWAL INFORMASI GEDUNG
Data awal informasi gedung dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu:

 Dikirim oleh pemilik/pengelola gedung, atau


 Survei awal oleh Tim Auditor

Contact person operator gedung yang akan di audit

- Laboratorium : Pak Sidiq Ruswanto

2.4 PEMBENTUKAN TIM AUDIT

Adapun Pembentukan Team audit sebagai berikut:


Susunan tim audit energi :
Manajer Kegiatan : Said Rabbani
Koordinator Subtim Selubung Bangunan : Putri Defa Qurrat’ain dan Ridwan Sholehan
Koordinator Subtim Tata Udara : Nurkholifah Amini dan Simanullang, Grashelia
Koordinator Subtim Pencahayaan : Neng Imas Rahmasari dan Yahya Ramadhany

2.5 SCHEDULE AUDIT

Kegiatan Personi
Durasi
l 1 2 3 4 5 6 7
(Hari)
(orang)
Persiapan dan
2 6
survey
Pengukuran
(Lighting, AC, 3 6
Listrik) Gedung Q
Reporting
2 6
Pembuatan Laporan
Persentasi 2 6

2.6 Alat yang dibutuhkan untuk proses audit

2.6.1 Pengukuran Sistem Pencahayaan


Alat Ukur Fungsi
Lux meter Mengukur lux
Mengukur Jarak Bangunan
Meteran digital
Clamp on meter Mengukur Watt/meter

1
2.6.2 Pengukuran Sistem Ac
Alat Ukur Fungsi
Thermo Gun Mengukur Suhu (TDB, TWB, Suhu Normal)
Higrometer Mengukur Kelembaman Udara

Laboratorium Teknik Mesin


a) Data Perusahaan/Gedung/Institusi:
 Nama Gedung : Laboratorium Teknik Mesin
 Alamat : Jln. Dr.Ga Siwabessy Kampus Baru UI Depok Jawa Barat
 Struktur Organisasi : Politeknik Negeri Jakarta
 Jenis Gedung : Laboratorium Perkuliahan

b) Data Akupanasi:
 Jumlah Ruangan : 12 dan lorong

c) Peralatan apa saja yang sering digunakan?


Jawab : AC, Proyektor, Laptop, Komputer, Printer, Stop Kontak, dan Lampu, Peralatan Mesin
d) Berapa lama pemakaian AC pada tiap ruangan?
Jawab : Dari Pukul 07:00 – 16.00
e) Jam Berapa terjadi kenaikan Beban?
Jawab : Dari 07:00 – 12:00 dan 13:00 – 15:00
f) Apakah lampu di setiap ruangan sudah memakai lampu hemat energi?
Jawab : Ada beberapa ruangan yang sudah memakai lamput hemat energi seperti LED
g) Tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk menghemat energi?
Jawab : Mengganti beberapa lampu dengan lampu hemat energi

2
Lampiran-2
Lembar Isian Sistem Manajemen
Energi

1. Organisasi Manajemen Energi


2.1 Apakah Manajer Energi telah memiliki Sertifikat
Ya
Manajer Energi?
Tidak
2.2 Struktur Organisasi Manajemen Energi
Harap lampirkan salinan
Struktur Organisasi
Manajemen Energi.

2. Matriks Manajemen Energi


Petunjuk : Harap diberi tanda, misal tanda silang, pada pilihan yang sesuai.
Pilihan tersebut akan langsung diketahui nilai atau skor pada saat ini.
Contoh : pada “item” Direktur/Manajer Energi dipilih dan diberi tanda silang
pada kolom “Ada organisasi terpusat dengan dukungan dari
manajemen pusat”.
Maka ini berarti mendapat nilai atau skor 2 (dua) untuk aplikasi manajemen
energi di institusi atau perusahaan tersebut.

Sedikit atau tidak Dilakukan Dilakukan


ITEM
dilakukan Sebagian Sepenuhnya
SKOR (0) (1) (2)
Komitmen untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan
Tidak ada sumber Ada organisasi
daya organisasi yang terpusat dengan
menangani secara dukungan dari
Ada organisasi
Direktur/Manajer terpusat terpusat namun tidak manajemen puncak
Energi
diberdayakan. X

Komite/Tim Energi Tidak ada Ada organisasi Ada tim lintas fungsi
tim/jaringan energi di namun tidak formal yang secara aktif
perusahaan mengarahkan
program-program
X
energi
3
Tercakup dalam Ada kebijakan
kebijakan mengenai
Tidak ada kebijakan tersendiri tentang
lingkungan atau
Energi secara formal Efisiensi Energi
Kebijakan Energi yang lainnya yang ditandatangani
X oleh Manajemen
Puncak
Mengkaji Kinerja dan Peluang Penghematan
Semua fasilitas
Sedikit pengukuran melaporkan untuk
Pengumpulan dan atau data tidak dapat Ada pengukuran
konsolidasi/analisis
Penelusuran Data ditelusuri data secara
secara terpusat
lokal/parsial
X

Dilakukan untuk
beberapa Dilakukan terhadap
Tidak dilakukan pengukuran semua faktor yang
Standardisasi
X diperlukan untuk
analisis

Tersusun
berdasarkan basis
tahun dan
Baseline tersusun
Tidak ada baseline pengukuran secara
Penyusunan secara terpisah
terorganisasi
Baseline X untuk masing-
masing fasilitas

Dilakukan
Tidak dilakukan atau pembandingan dan
dilakukan Dilakukan secara analisis terhadap
pembandingan hanya internal antara internal dan
terhadap data lampau beberapa lokasi eksternal secara
Benchmark
untuk lokasi yang perusahaan reguler
sama
X

Analisis Tidak dilakukan Ada usaha untuk Dilakukan profiling


mengidentifikasi dan untuk
X
mengoreksi mengidentifikasi
penyimpangan trend, puncak,
lembah dan
penyebabnya
4
Kaji ulang dilakukan
Tidak dilakukan secara internal Dilakukan kaji ulang
Kajian Teknis dan
dengan melibatkan
Audit X tim audit profesional

Penentuan Target Kinerja


Ada target jangka
Tidak ada target Ada target jangka
pendek per fasilitas
kuantitatif pendek maupun
Penentuan Lingkup
jangka panjang dari
X perusahaan

Dilakukan secara
terbatas berbasis
projek dan terbatas Ditentukan
Estimasi Potensi Tidak dilakukan pada proyeksi berdasarkan
Perbaikan X vendor pengalaman
perusahaan

Kurang terdefinisi Ditentukan secara


Tidak ada dengan baik atau spesifik dan
Penyusunan Target diterapkan secara terkuantifikasi pada
sporadis setiap level
X organisasi

Penyusunan Rencana Aksi


Ditentukan di level
fasilitas sesuai
Menentukan dengan peluang Dirinci multi-level
langkah-langkah yang ditemukan target dengan
Tidak Dilakukan
teknis berikut dilengkapi periode
X
targetnya waktu

Ditentukan peran
Tidak ditentukan atau internal dan
Menentukan Berdasar inisiatif
disusun secara adhoc eksternal serta
pelaksana dan personal secara
diidentifikasi
sumber daya X infomal
anggaran yang
dibutuhkan
Pelaksanaan Rencana Aksi
Penyusunan Tidak disusun Perangkat disusun Perangkat disusun
Rencana untuk kelompok untuk semua
Komunikasi
5
stakeholder dan
dimasukkan ke
tertentu dan dalam agenda
digunakan sesuai reguler
kebutuhan
X

Dilakukan sesuai
dengan inisiatif pada Seluruh level
Meningkatkan Tidak ada promosi even-even tertentu organisasi
kesadaran untuk efsiensi energi mendukung target
X
energi

Pelatihan untuk
Pelatihan tertentu
personil secara tidak Pelatihan/sertifikasi
untuk personil kunci
Peningkatan langsung secara luas untuk
kemampuan teknologi tertentu
X
dan best practices

Pertemuan antara
pengguna energi dan
staf tidak dilakukan Penalti untuk yang Pengakuan serta
atau hanya dilakukan tidak perform serta insentif secara
Memotivasi sesuai kebutuhan pengingat secara finansial untuk yang
X periodik kinerjanya baik

Review secara
reguler dan
Tidak ada sistem
dilakukan update
untuk memonitor
Melacak dan Dilakukan review oleh sistem secara
progres
terpusat
memonitor tahunan per fasilitas
X

Evaluasi Progres
Pembandingan Pembandingan
dengan data historis penggunaan dan
Evaluasi Hasil Tidak dilakukan X biaya terhadap
target, perencanaan,
dan pesaing

6
Dilakukan Kaji ulang dilakukan
pengecekan secara berdasarkan hasil
infromal
Kaji ulang rencana yang diperoleh,
tidak dilakukan
aksi X umpan balik yang
diterima serta faktor-
faktor bisnis lainnya

Penghargaan Terhadap Hasil


Tidak dilakukan Penghargaan
Pengakuan secara X Mengangkat projek terhadap kontribusi
internal yang berhasil secara individu, tim
dan fasilitas

Tidak diusahakan Dilakukan secara Penghargaan secara


Pengakuan X insidentil atau khusus dari
eksternal pengakuan dari pemerintah atau
vendor pihak ketiga

Pemasaran

Laporan trend Dilaporkan tidak Dilaporkan secara


Tidak dilaporkan
konsumsi energi ke secara menyeluruh berkala secara
User X menyeluruh
Kemajuan efisiensi
energi Tidak dipromosikan Dipromosikan Dipromosikan secara
dipromosikan ke secara tidak tetap berkala
X
eksternal
Investasi
Disediakan sesuai
dengan adanya
kajian konservasi Dialokasi waktu
energi untuk mengkaji dan
Alokasi Waktu Tidak disediakan
menerapkan program
X
manajemen energi

Tergantung nilai Ditetapkan kriteria


proyek yang sama antara
Kriteria Proyek X proyek energi
Tidak sama dengan proyek-
Energi dan Lainnya
proyek lainnya.

Anggaran Khusus Tidak disediakan


Tidak disediakan Disediakan anggaran
secara khusus khusus untuk
namun dapat
7
disediakan X proyek-proyek
manajemen energi

3. Konsumsi Sumber Energi Lain


3.1 BBM Solar
Harap lampirkan konsumsi
solar (diesel) selama 5 tahun
terakhir.
3.2 Bahan Bakar Gas (BBG)
Harap lampirkan konsumsi
BBG selama 5 tahun terakhir.
3.3 Sumber Energi Lain (Terbarukan)
Harap lampirkan data
penggunaan sumber energi
lain termasuk yang
terbarukan.

8
BAB III
ANALISIS SISTEM PENCAHAYAAN DAN TATA UDARA

Nama Ruangan Panjang Lebar Lux Keterangan W/m2 Keterangan

Lab Pneumatic 9 7 419 BOROS 3,3101 CUKUP


Ruang Kerja Siswa 9,7 3,2 187 CUKUP 1,4773 CUKUP
Lab Pengukuran 6,5 3,25 236 CUKUP 1,8644 CUKUP
Lab Uji Logam 9,6 4 89,9 CUKUP 0,71021 CUKUP
Lab Metallografi 5,9 3,2 89,9 CUKUP 0,71021 CUKUP
Lab Heat Treatment 3,3 3,2 152,8 CUKUP 1,20712 CUKUP
Lab Hidrolik 6,6 6,3 765 BOROS 6,0435 CUKUP
Lab Komputer 9,5 6,0 101,7 CUKUP 0,80343 CUKUP
Lab Elektroplating 9,5 6,1 114,8 CUKUP 0,90692 CUKUP
Tool Store 6,6 4,5 92,1 CUKUP 0,72759 CUKUP
Ruang Meeting 6,6 5,1 134,3 CUKUP 1,06097 CUKUP
Ruang Dosen 9,5 5,1 200 CUKUP 1,58 CUKUP
Lorong 51,8 3,2 20,9 CUKUP 0,16511 CUKUP

Analisa
1. Ada beberapa ruangan di Laboratorium Mesin yang memiliki tingkat keborosan dalam
system penerangannya (lux) hal itu dikaitkan dengan Standar Nasional Indonesia
mengenai “Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan” yang di setiap ruangan
memiliki tingkat lux maksimal.

Beberapa Ruangan Diantaranya :


 Lab Pneumatic
 Lab Hidrolik

Saran dan Rekomendasi


1. Mengganti Lampu TL dengan Lampu LED dikarenakan ruangan yang telah disebutkan
dalam analisa sebelumnya menggunakan lampu TL sebagai penerangan diruangan yang
menyebabkan tingkat lux yang besar, terkadang juga tidak memperhatikan luas dari
ruangan yang digunakan sehingga tingkat pencahayaan dengan luas ruangan tidak sesuai.
2. Matikan lampu apabila ruangan tidak sedang digunakan untuk proses bekerja.
3. Memanfaatkan cahaya alami dari ventilasi yang dimiliki setiap ruangan sehingga tidak
perlu menggunakan lampu bila ruangan tersebut masih terang dikarenakan cahaya alami
dari ventilasi .

9
Mengganti Lampu TL dengan Lampu LED
PHILLIPS TL-D 36W/54-765 1SL/25
 Lab Pneumatic : 8 Lampu TL
 Lab Pengukuran : 2 Lampu TL
 Lab Metallografi : 1 Lampu TL
 Lab Heat Treatment : 2 Lampu TL
 Lab Elektroplating : 4 lampu TL
 Tool Store : 4 Lampu TL
 Ruang Meeting : 8 Lampu TL
 Ruang Dosen : 12 Lampu TL

TOTAL : 41 Lampu TL

TL-D 36W/54765 1SL/25


ESSENTIAL LEDtube 1200mm 16W840 G5
ESSENTIAL LEDtube 1200mm 16W865 G5

Mengganti Lampu TL Dengan Lampu LED


Power Saving = 36 Watt – 16 Watt = 20 Watt
Energi Saving = 0,02 Kw x 1 jam Pemakaian
= 0,02 Kwh tiap Jam Pemakaian
Cost Saving = 0,02 Kwh tiap Jam Pemakaian X Rp 1035,78/kWh
= Rp 20,7156 Tiap jam pemakaian 1 unit lampu LED

Hasil Pengukuran dan Analisis

Lampu
Jenis Konta
No Ruangan Rh (%) Luas (m2) Nyala/Tota Lux AC
Lampu k
l
1 Lab Pneumatic 72,5 TL 9x7 8/3 419 2 1
2 Ruang Kerja Siswa 70,5 TL/LED 9,7 x 3,2 2/2 187 3 1
3 Lab Pengukuran 74 TL 6,5 x 3,25 2/1 236 2 1
4 Lab Uji Logam 75,5 TL/LED 9,6 x 4 4/7 89,9 4 1
5 Lab Metallografi 74,7 TL 5,9 x 3,2 1/1 89,9 5 1
6 Lab Heat Treatment 76 TL 3,3 x 3,2 1/ 2 152,8 5 1
7 Lab Hidrolik 75,4 TL/LED 6,6 x 6,3 5/6 765 6 -
8 Lab Komputer 74,7 TL/LED 9,5 x 6,0 4/6 101,7 2 2
9 Lab Elektroplating 76,9 TL 9,5 x 6,1 4 /4 114,8 3 -
10 Tool Store 55,7 TL 6,6 x 4,5 1/4 92,1 1 1
11 Ruang Meeting 78,4 TL 6,6 x 5,1 6/8 134,3 4 1
12 Ruang Dosen 79,2 TL 9,5 x 5,1 10 / 12 200 6 1
13 Lorong 78 TL/LED 51,8 x 3,2 4/7 20,9 - -

1
BAB IV
LIST ECOS

ECOS
No Penghematan Low Cost Medium Cost High Cost
.
1. Melakukan sosialisasi
atau kampanye tentang
pentingnya hemat energi
2. Mematatikan lampu dan X
peralatan listrik lainnya
apabila tidak di gunakan
4. Pengecekan kebocoran X
udara pada ruangan
(baik melalui jendela
atau pintu )
5. Melakukan perawatan X
dan pengecekan terhadap
performa AC
6. Menyesuaikan kapaistas X
pendingin sistem tata
udara dengan beban
pendinginan pada
ruangan
7. Melakukan perawatan X
sistem pencahayaan
8. Penggunaan dimmer X
untuk mengatur tingkat
kecerahan lampu
9. Mengganti lampu TL X
dengan lampu LED
10. Pemasangan Sensor X
Pencahayaan

1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
 Dalam Proses audit yang dilakukan terdapat beberapa ruangan baik di Laboratorium
Mesin yang mengalami keborosan baik di bagian lux (pencahayaan ) maupun di bagian
penggunaan dayanya.

 Untuk mengurangi keborosan tersebut maka dilakukan beberapa rekomendasi


diantaranya dengan mengganti lampu jenis TL yang digunakan setiap gedung dengan
jenis lampu LED. Cara alami yang bisa digunakan yaitu dengan memanfaatkan cahaya
alami dari system ventilasi di setiap ruangan.

 Untuk mengurangi pemborosan dalam system tata udara yaitu dengan melakukan
penggantian AC lama dengan jenis AC yang memiliki daya yang lebih rendah sehingga
didapatkan power saving dan cost saving yang baik.

1
BAB VI
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai