Anda di halaman 1dari 5

1

RESUME MATERI 4
“PRODUKSI DAN KONSUMSI ENERGI DI INDONESIA”
Nama: Nisrina Nurhaliza
NIM: 2114120620
Mata Kuliah: Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan
Dosen Pengampu: Sofyan Hakim, MM., MAP

Pengertian Produksi
Produksi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang dan jasa. Istilah produksi
cenderung dikaitkan dengan pabrik, mesin, maupun lini perakitan karena pada mulanya teknik dan
metode dalam manajemen produksi memang digunakan untuk mengoperasikan pabrik atau kegiatan
lainnya. Produksi adalah produksi merupakan segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna
atas suatu benda yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran. Faktor-faktor
produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output.Pada
umumnya ekonomi menggunakan fungsi produksi untuk menggambarkan hubungan antara input dan
output. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi
yang dihasilkan. Untuk menilai efisiensi biaya produksi, secara langsung akan mencakup tiga komponen
biaya produksi, yaitu efisiensi biaya bahan baku, efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya
overead pabrik.1

Pengertian Konsumsi
Konsumsi didefinisikan atas tindakan menggunakan sumber daya dalam rangka untuk memenuhi
kebutuhan. Hasrat untuk memenuhi keperluan hidup sudah merupakan naluri manusia. Jika kita melihat teori
ekonomi konvensional,dalam melakukan konsumsi tidak memiliki aturan dan norma. Satu-satunya hal yang
bisa menghentikan atau yang membatasi kegiatan konsumsi menurut ekonomi konvensional ialah kelangkaan
sumber daya,baik itu kelangkaan dalam artian luas seperti ketersediaan sumber daya ataupun kelangkaan yang
dimaknai secara sempit yaitu kelangkaan budget yang dimiliki.Suatu negara memang mungkin memiliki
kekayaan yang melimpah,akan tetapi apabila kekayaan tersebut tidak diatur atau dikelola dengan baik dan
terukur maslahahnya,maka kesejahteraan (welfare) akan mengalami kegagalan.
Dalam ekonomi konvensional, konsumen diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan
(utility) dalam kegiatan konsumsinya semata. Utility secara bahasa berarti berguna, membantu atau
menguntungkan.Berikut pemikiran tentang konsumsi dari para ahli ekonomi Barat. Teori Konsumsi
Modigliani beranggapan bahwa besarnya konsumsi, tidak harus tergantung berdasarkan dari pendapatan.
Karena pada dasarnya pendapatan itu sendiri sangat bervariasi, yaitu ketika seseorang dapat tetap mengatur

1
Tharsisius Pabendon., Mahfudnurnajamuddin, M., & Serang, S. Pengaruh Implementasi Total Quality Management
(TQM) Terhadap Efisiensi Produksi pada Industri Makanan di Indonesia: Sebuah Tinjauan Literature. Management Studies and
Entrepreneurship Journal (MSEJ),Vol. 4, No. (3). 2023. h. 3237.
2

pendapatannya dari tabungan ketika pendapatan sedang rendah, tinggi, maupun tidak ada pendapatan misal
karena pensiun yang telah dibayarkan dimuka, dan lain sebagainya. Teori konsumsi Modigliani ini disebut
sebagai Hipotesis Daur Hidup (Life Cycle Hypothesis). Teori ini menjelaskan bahwa besarnya konsumsi tidak
hanya bergantung pada besarnya pendapatan, namun juga berdasarkan jumlah kekayaan yang dimiliki, dimana
kekayaan ini dapat dihasilkan melalui tabungan, investasi, penyisihan, pendapatan, warisan, dan lain
sebagainya.2

Produksi Energi

Efisiensi energi mencerminkan seberapa baik energi yang diekstrak dari sumbernya dapat dikonversi
menjadi energi yang dapat digunakan tanpa terlalu banyak pemborosan. Dalam produksi energi, proses
konversi ini melibatkan serangkaian langkah mulai dari pembakaran bahan bakar, konversi panas menjadi
listrik, hingga distribusi dan penggunaan akhir. Dalam hal ini, evaluasi efisiensi energi tidak hanya
membantu mengidentifikasi potensi penghematan energi, tetapi juga mengurangi jejakkarbon karena
penggunaan energi yang lebih efisien mengurangi kebutuhan total energi dan, oleh karena itu, emisi.
Peningkatan efisiensi energi juga dapat dilakukan melalui penerapan teknologi yang lebih canggih dan
inovatif, serta desain sistem produksi yang lebih terintegrasi. Misalnya, implementasi teknologi
pembakaran yang lebih efisien, penggunaan sumber energi terbarukan yang lebih optimal, dan
penggunaan proses produksi yang lebih efisien dapat berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah
kaca secara signifikan. Selain itu, integrasi sistem energi yang cerdas, seperti jaringan listrik pintar dan
manajemen energi yang terotomatisasi, dapat memainkan peran kunci dalam meningkatkan efisiensi
keseluruhan sistem energi Dengan menggabungkan pemetaan jejak karbon dari berbagai sumber energi
dengan evaluasi efisiensi energi dalam proses produksi, analisis jejak karbon dalam produksi energi menjadi
lebih holistik. Hal ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasi potensi perbaikan yang dapat
diimplementasikan untuk mengurangi dampak lingkungan dari produksi energi. Dengan demikian,
pemahaman mendalam ini dapat membentuk dasar untuk pengembangan strategi energi berkelanjutan dan
kebijakan pengurangan emisi, membawa kita lebih dekat menuju sistem energi yang lebih ramah lingkungan
dan berkelanjutan.3

Konsumsi Energi

Di era kemajuan baru-baru ini, energi dianggap sebagai faktor yang sangat diperlukan untuk
ekspansi ekonomi, tetapi juga cadangan strategis yang vital bagi perekonomian. Demikian pula, kemajuan
ekonomi yang berkelanjutan bergantung pada konsumsi energi. Meningkatnya permintaan energi pada
pertumbuhan populasi dan ekonomi meningkatkan permintaan energi. Banyak sektor seperti transportasi,

2
Tyo Rizky Siagian dan Muhammad Naufal Zahid Marpaung, Konsumsi Menurut Kacamata Islam. JIKEM: Jurnal Ilmu
Komputer, Ekonomi dan Manajemen, Vol. 3. No. 1, 2023. h. 2026-2028.
3
Abdul Razak, Febryanti, dan Skunda Diliafrosa, Analisis Jejak Karbon Dalam Produksi Dan Konsumsi Energi: Menuju
Ekonomi Hijau. Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu, Vol. 2. No. 1, 2024. h. 199.
3

industri, dan rumah tangga menggunakan energi bahan bakar fosil dalam jumlah besar.
Ketergantungan pada sumber energi fosil melalui sumber energi alternatif seperti tenaga surya, angin,
atau hidro masih belum digunakan secara luas karena masih relatif mahal dan tidak dapat menggantikan
kebutuhan energi dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan kebanyakan negara masih bergantung
pada energi bahan bakar fosil.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan konsumsi energi umumnya berkontribusi
pada peningkatan emisi karbon. Pada penurunan pertumbuhan ekonomi atau adopsi kebijakan
lingkungan yang bertujuan mengurangi emisi karbon tidak secara langsung menyebabkan penurunan
konsumsi energi. Penting untuk menyadari bahwa hubungan antara konsumsi energi, pertumbuhan
ekonomi, dan emisi karbon dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kebijakan energi,
keberlanjutan energi, efisiensi energi, dan inovasi teknologi yang digunakan dalam sektor energi dan
industri. Dengan adopsi kebijakan yang tepat, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dapat dicapai
dengan emisi karbon yang lebih rendah. Inisiatif seperti penggunaan sumberenergi terbarukan, efisiensi
energi, teknologi bersih, dan diversifikasi energi dapat membantu meminimalkan dampak negatif
pertumbuhan ekonomi terhadap emisi karbon.4
Pembangunan ekonomi berkaitan dengan aktivitas produksi dan konsumsi yang juga berkaitan erat
dengan masalah lingkungan. Harapannya, pertumbuhan sektor ekonomi dapat memberikan kontribusi positif
terhadap kelestarian lingkungan. Akan tetapi, realitanya pertumbuhan sektor ekonomi justru menjadi
penyebab kerusakan lingkungan. Hal ini sesuai dengan Hipotesis Environmental Kuznets Curve (EKC) tahun
1995 dimana pertumbuhan ekonomi berbasis industri akan meningkatkan kerusakan lingkungan, padahal
kelestarian lingkungan juga memiliki peran yang sangat penting dalam keberlanjutan ekonomi. Energi
merupakan salah satu bagian penting dari aktivitas ekonomi, di mana hampir semua aktivitas ekonomi
di Indonesia saat ini menggunakan energi di satu atau semua aspeknya.
Penggunaan energi sangat bisa meningkatkan kerusakan lingkungan jika tidak dikontrol, apalagi
menggunakan energi yang tidak terbarukan. Eksploitasi lingkungan saat pengambilan materialnya dan
pencemaran udara ketika pengolahannya tak terelakkan. Maka dari itu, munculnya energi terbarukan
seharusnya membantu perekonomian dalam menerapkan green economy. Energi terbarukan dapat mengurangi
emisi karbon secara signifikan daripada pembakaran material-material energi tak terbarukan untuk dijadikan
energi. Peneliti ingin melihat dampaknya kepada penerapan green economy di Indonesia dengan melihat
efeknya dan melihat sekiranya apa yang perlu dilakukan kedepannya. 5
Pola konsumsi energi mencerminkan cara individu, rumah tangga, dan sektor industri menggunakan
energi dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Pemahaman mendalam tentang pola ini menjadi esensial untuk

4
Suci Wulandari Siregar dan Hasbi, Analisis Pengaruh Keterbukaan Perdagangan, Konsumsi Energi, Dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Emisi Karbon Di Negara D-8. Jurnal Magister Ekonomi Syariah, Vol. 2. No. 1. h. 66-74.
5
Muhammad Rayhan Ali Ferdiansyah, Muhammad Reza Andriansyah, Ayang Maretasari,dan Yuliwindarti. Penerapan
Green Economy: Seberapa Hijau Ekonomi Indonesia Ditinjau Dari Pertumbuhan Ekonomi, Populasi, Dan Energi Terbarukan
Tahun 1990-2020. Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa, Vol. 7, No. (1), 2023, h. 136.
4

menilai dampak jejak karbon karena setiap tindakan konsumsi energi memiliki implikasi langsung pada emisi
gas rumah kaca. Pada tingkat rumah tangga, pola konsumsi energi mencakup penggunaan listrik, pemanasan
rumah, dan mobilitas, sementara pada tingkat industri, hal ini dapat mencakup kebutuhan energi dalam proses
produksi dan transportasi.
Dalam analisis pola konsumsi energi, perlu diperhatikan bahwa berbagai kegiatan konsumsi memiliki
dampak berbeda tergantung pada sumber energi yang digunakan. Misalnya, penggunaan energi listrik
dari sumber terbarukan seperti tenaga surya atau angin memiliki dampak karbon yang lebih rendah
dibandingkan dengan menggunakan listrik dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Oleh karena itu,
melacak dan memahami aspek ini menjadi kunci dalam merinci dampak jejak karbon dari konsumsi energi.
Analisis pola konsumsi juga memerlukan peninjauan mendalam terhadap kebiasaan transportasi.
Penggunaan kendaraan bermotor dengan bahan bakar fosil memiliki dampak jejak karbon yang signifikan.
Oleh karena itu, evaluasi konsumsi energi di sektor transportasi mencakup pemahaman tentang
preferensi masyarakat terhadap kendaraan berbahan bakar ramah lingkungan, efisiensi bahan bakar, dan
kebijakan transportasi berkelanjutan. Dengan menggali pola ini, kita dapat mengidentifikasi daerah-daerah
yang memerlukan perhatian khusus dalam upaya mengurangi jejak karbon pada konsumsi energi.
Pemahaman tentang bagaimana energi digunakan dalam berbagai proses produksi, penggunaan
peralatan, dan sistem manajemen energi industri menjadi kunci dalam mengidentifikasi potensi
pengurangan emisi. Dalam konteks rumah tangga, implementasi teknologi hemat energi, isolasi termal
yang lebih baik, dan penggunaan peralatan rumah tangga yang lebih efisien dapat menjadi solusi untuk
mengurangi konsumsi energi. Kesadaran masyarakat tentang kebiasaan konsumsi energi yang ramah
lingkungan dan praktik hidup berkelanjutan juga dapat memainkan peran penting dalam mengurangi
dampak jejak karbon.
Peningkatan efisiensi energi di rumah tangga dapat mencakup pemilihan sumber energi yang lebih
bersih, seperti beralih ke listrik dari sumber terbarukan atau menggunakan peralatan yang memiliki label
efisiensi energi tinggi. Di sektor industri, identifikasi potensi pengurangan jejak karbon melibatkan
evaluasi ulang terhadap proses produksi dan penggunaan sumber energi. Integrasi teknologi terbarukan dan
inovatif, seperti pemakaian energi matahari untuk pemanas proses atau sistem manajemen energi yang
cerdas, dapat berkontribusi pada pengurangan emisi. Selain itu, adopsi praktik berkelanjutan dalam rantai
pasokan dan desain produk juga dapat membantu menciptakan lingkungan industri yang lebih berkelanjutan.
Seiring dengan itu, kebijakan dan insentif yang mendukung peralihan ke konsumsi energi yang lebih
berkelanjutan dapat memainkan peran penting dalam menggerakkan perubahan. Inisiatif seperti pajak karbon,
insentif fiskal untuk teknologi ramah lingkungan, dan regulasi yang mendorong efisiensi energi dapat menjadi
alat efektif dalam mendorong perubahan perilaku dan praktik konsumsi energi yang lebih berkelanjutan.6

6
Abdul Razak, Febryanti, dan Skunda Diliafrosa, Analisis Jejak Karbon Dalam Produksi Dan Konsumsi Energi: Menuju
Ekonomi Hijau. Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu, Vol. 2. No. 1, 2024, h. 200.
5

Dengan merinci pola konsumsi energi dan dampak jejak karbon yang dihasilkan, serta
mengidentifikasi potensi pengurangan jejak karbon dalam konsumsi energi, analisis ini memberikan
wawasan mendalam tentang cara konsumsi energi dapat menjadi lebih berkelanjutan. Pemahaman ini
menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan dan praktik konsumsi energi yang ramah lingkungan, membawa
kita lebih dekat pada visi konsumsi energi yang mendukung keberlanjutan dan perubahan positif dalam
menghadapi tantangan perubahan iklim. 7

REFERENSI:
Ferdiansyah, M. R. A., Andriansyah, M. R., Maretasari, A., & Yuliwindarti, Y. (2023). Penerapan Green
Economy: Seberapa Hijau Ekonomi Indonesia Ditinjau Dari Pertumbuhan Ekonomi, Populasi, Dan
Energi Terbarukan Tahun 1990-2020. Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa, Vol. 7. No.
(1), 135-158.

Razak, A., & Diliafrosa, S. (2024). Analisis Jejak Karbon Dalam Produksi Dan Konsumsi Energi: Menuju
Ekonomi Hijau. Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu, Vol. 2. No. (1). 197-201.

Siagian, T. R., & Marpaung, M. N. Z. (2023). Konsumsi Menurut Kacamata Islam. JIKEM: Jurnal Ilmu
Komputer, Ekonomi dan Manajemen, Vol. 3. No. (1). 2026-2038.

Siregar, S. W. Analisis Pengaruh Keterbukaan Perdagangan, Konsumsi Energi, Dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Emisi Karbon Di Negara D-8. Jurnal Magister Ekonomi Syariah, Vol. 2. No. (1). 61-77.

7
Ibid., h. 200.

Anda mungkin juga menyukai