Anda di halaman 1dari 4

Nama: lailatul Adabiyah Rofiqi

Nim: 20381052017

Abstrak: Menuju ekonomi yang lebih hijau merupakan sebuah tujuan yang berkelanjutan bagi
setiap negara tidak terkecuali di Indonesia. Keberhasilan penerapan Ekonomi Hijau bisa
tercermin dari kualitas lingkungan hidup di Indonesia saat ini. Ekonomi, sosial dan
lingkungan layaknya siklus piramida yang tidak terputus. Kualitas lingkungan hidup sangat
bergantung pada hasil output ekonomi dan sosial. Tulisan ini ingin menjabarkan apakah
sektor ekonomi inti seperti industri pengolahan, pertanian non kehutanan dan kehutanan
berpotensi menuju ke arah perbaikan kualitas lingkungan. Sebaliknya, sektor ekonomi
lainnya justru memperburuk kondisi lingkungan saat ini. Faktanya, serupa dengan faktor
sosial yakni pertambahan kepadatan penduduk di setiap wilayah mengakibatkan degradasi
lingkungan semakin tinggi dan hanya PDRB sektor kehutanan dan energi yang mampu
menaikkan kualitas lingkungan hidup. Kualitas generasi masa depan ditentukan oleh output
ekonomi, sosial, dan lingkungan sekarang. Besarnya SDA dan SDM di Indonesia serta
keadaan geografis yang begitu unik membuat pemerintah harus cepat mengambil tindakan.
Oleh karena itu, mengetahui kondisi kualitas lingkungan di Indonesia menjadi bobot
perhatian yang begitu besar.

Introdution: Green Economy atau ekonomi hijau adalah suatu gagasan ekonomi yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan  dan kesetaraan sosial  masyarakat, sekaligus
mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan . 

Ekonomi Hijau ini dapat juga diartikan perekonomian yang rendah atau tidak menghasilkan
emisi karbondioksida terhadap  lingkungan , hemat sumber daya alam dan berkeadilan
sosial .

Perbedaan ekonomi hijau dibanding gagasan ekonomi lainnya adalah  penilaian langsung


kepada modal alami dan jasa ekologis sebagai nilai ekonomi dan akuntansi biaya di mana
biaya yang diwujudkan ke masyarakat dapat ditelusuri kembali dan dihitung sebagai
kewajiban , kesatuan yang tidak membahayakan atau mengabaikan aset .

metode penulisan artikel yaitu Metode pemasaran yang digunakan dapat berupa metode
konvensional tetapi penampilan produk harus lebih menarik dan manfaatnya dapat dirasakan
oleh konsumen memberikan gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan
permasalahan melalui pengumpulan data dari beberapa sumber serta lini berita dan jurnal-
jurnal setidaknya terupload tahun 2018.

Result dari penelitian ekonomi hijau yaitu

System of Rice Intensification (SRI)

Cara budidaya padi yang lebih hemat air, benih, dan pupuk serta lebih cepat panen
diperkenalkan ke Indonesia pada akhir tahun 1980-an dikenal dengan sebutan System of Rice
Intensification (SRI). Budidaya padi dengan metode SRI dianggap ramah lingkungan. SRI
menggunakan optimasi untuk mencapai tujuan process intensification (PI), yaitu proses lebih
murah dan aman, bahan lebih sedikit, konsumsi energi lebih sedikit, waktu antara produksi
dan pemasaran lebih singkat, sisa produksi sedikit, produktivitas lebih tinggi, dan memberi
citra lebih baik (Ramshaw, 2001).1 SRI ditemukan oleh Fr. Madagaskar Henri de Laulanie
sekitar tahun 1983 di Madagaskar. SRI ada karena kepedulian Laulanie terhadap kondisi
petani di Madagaskar yang produktivitas pertaniannya relatif rendah dalam kondisi kesuburan
lahan dan biaya produksi sangat terbatas. Konsep dasar SRI dapat diringkas sebagai berikut:
(a). Menggunakan bibit yang relatif muda agar pertumbuhan tanaman dewasa mencapai
potensi optimal. Sebagian petani menerapkan tanam benih langsung yang sudah berubah dari
konsep awalnya; (b) Menanam bibit yang sudah dipindahkan dari persemaian secepatnya,
ditanam dangkal (1-2 cm), dan perakaran bibit tidak terbalik agar bibit bisa tumbuh segera
setelah ditanam; (c) Bibit ditanam satu tanaman per lubang dalam jarak relatif renggang dan
berjarak sama antara satu tanaman dengan yang lainnya (jarak tanam bujur sangkar) agar
tanaman tumbuh lebih optimal; (d) Menjaga agar tanah sawah yang ditanami padi tetap
lembab, tidak selalu digenangi, selalu dalam kondisi aerob dan tidak jenuh.2 Cara ini telah
dipraktikkan untuk budidaya padi di lahan tadah hujan dan tidak beririgasi yang hasilnya
sangat baik; (e) Secara rutin melakukan aerasi di lahan sawah, antara lain dengan
menggunakan alat penyiang berbentuk roda; (f) Menggunakan bahan organik sebanyak
mungkin melalui aplikasi kompos, mulsa, pupuk kandang, dan lainlain. Pupuk kimia dapat
digunakan dalam SRI tetapi hasil padi terbaik diperoleh dengan penggunaan pupuk organik.

1
Ishaq I, K Subagyono, dan A Nurawan. 2009. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Sumber daya Terpadu
(PTT) Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Lembang. 56 hal.
2
Prakash A. 2002. Green Marketing, Public Policy and Managerial Strategies. Business Strategy and the
Environment Bus. Strat. Env. 11, 285–297 (2002) Published online in Wiley InterScience
(www.interscience.wiley.com). DOI: 10.1002/bse.338.
Sebuah langkah penting dalam mewujudkan pertumbuhan hijau adalah membangun
kesepakatan mengenai visi 2050 yang berkomitmen pada strategi komprehensif pertumbuhan
ekonomi hijau. Banyak peluang muncul di berbagai sektor ekonomi. Sebagian telah terlihat
pada kebijakan dan implementasi yang ditempuh oleh sejumlah pihak dan institusi terkait.
Peta jalan ini mengelompokkan contoh-contoh peluang pertumbuhan ekonomi hijau
disejumlah sektor ke dalam empat kelompok: (1) energi dan sektor ekstraktif, (2) manufaktur,
(3) konektivitas, dan (4) sumberdaya alam terbarukan. Di dalam tiap kelompok, peluang-
peluang ini dijelaskan melalui uraian singkat studi kasus di sejumlah kegiatan ekonomi.
Selain itu, diuraikan pula kelompok kelima yang mencakup pengembangan pasar dan model
usaha untuk menghasilkan nilai finansial dari pemanfaatan modal alam dan jasa lingkungan
yang bersifat non-konsumtif. Secara simultan, peluang-peluang di dalam dan lintas kelompok
ini menawarkan jalur pertumbuhan Indonesia yang unik.3

Dalam rangka mewujudkan ekonomi hijau, pemerintah Indonesia telah bekerja secara
progresif dalam perencanaan Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (PRK) sejak inisiatif
tersebut dicetuskan pada UNFCC COP 23. Inisiatif PRK bertujuan untuk secara eksplisit
memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan – semisal target pengurangan gas
rumah kaca dan daya dukung- ke dalam kerangka perencanaan pembangunan.
3
Sri Karyaningsih, MD M Pawarti, dan Dwi Nugraheni. 2008. Inovasi Teknologi Budidaya Padi Organik Menuju
Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian 2008 . Yogyakarta,
18-19 November 2008.
Fase 1 inisiatif PRK Indonesia telah diadopsi ke dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Saat ini, inisiatif PRK di Indonesia telah
memasuki fase 2, yaitu fase implementasi.

Dalam rangka implementasi PRK, Kementerian PPN/BAPPENAS didukung oleh UN


Partnership for Action on Green Economy (UN-PAGE) Indonesia melalui United Nations
Institute for Research and Training (UNITAR) telah  melaksanakan studi Green Economy
Learning Assessment (GELA) Indonesia.

Studi ini bertujuan untuk mengembangkan program pelatihan tentang ekonomi hijau,


khususnya dalam kerangka implementasi Pembangunan Rendah Karbon (PRK) yang
komprehensif dan dapat diimplementasikan secara nasional, baik bagi aparatur sipil negara
dan perencana pembangunan/pengambil keputusan di berbagai kementerian/institusi terkait,
pemerintah daerah, serta para pemangku kepentingan utama lainnya.

Kegiatan ini diharapkan dapat berkontribusi bagi program peningkatkan kapasitas sumber
daya manusia dalam rangka memajukan pembangunan ekonomi yang lebih inklusif dan
berkelanjutan di Indonesia.4

Kesimpulan:

Ekonomi hijau memiliki peluang agar kegiatan ekonomi, termasuk pertanian, menjadi lebih
ramah lingkungan. Metode pemasaran yang digunakan dapat berupa metode konvensional
tetapi penampilan produk harus lebih menarik dan manfaatnya dapat dirasakan oleh
konsumen. Harga produk ekonomi hijau umumnya lebih mahal karena biaya sosial (upaya
menjaga kelestarian lingkungan) turut diperhitungkan. Dalam hal ini pemerintah perlu
mengambil bagian dalam menggalakkan ekonomi hijau agar kesadaran masyarakat, baik
produsen maupun konsumen, semakin luas. Penegakkan peraturan secara tegas harus
dilakukan agar memberikan efek jera terhadap pelanggar lingkungan. Sertifikasi organik
sangat diperlukan agar konsumen lebih percaya terhadap produk ekonomi hijau. Selain itu
diperlukan pula upaya lebih jauh agar sertifikasi produk tidak hanya menilai proses produksi
tetapi juga menguji kandungan produk tersebut. Implementasi ekonomi hijau memerlukan
kerja sama kelompok karena sangat sulit dilaksanakan oleh petani secara perorangan yang
umumnya berskala kecil.

4
Uphoff N. 2008. The System of Rice Intensification (SRI) as a System of Agricultural Innovation. 18 pp.

Anda mungkin juga menyukai