Anda di halaman 1dari 7

Tugas Resume Akuntansi Sosial

PELAPORAN BERKELANJUTAN

Dosen Pengampu: Mochamad Romdhon, SE.,M.Si.,MCE

Disusun Oleh :

Nur Laela Wijayanti (24022120046)


Shifa Afifah (24022120044)

UNIVERSITAS GARUT
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
2023
A. PENGERTIAN
Menurut Elkington (1997) Sustainability Report berarti laporan yang memuat tidak saja
informasi kinerja keuangan tetapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari informasi
aktivitas social dan lingkungan yang memungkinkan perusahaan bisa bertumbuh secara
berkesinambungan (sustainable performance). Pelaporan ini memuat empat kategori
utama yaitu : business landscape, strategi, kompetensi, serta sumber daya dan kinerja (Falk,
2007).
Szekely (2005) menyatakan bahwa sustainability adalah bagaimana membangun
masyarakat dimana ekonomi, sosial dan tujuan ekologi harus seimbang. Salah satu
pendekatan yang paling sering digunakan untuk mengukur corporate sustainability adalah
pendekatan triple bottom line. Pendekatan tersebut melibatkan tiga dimensi yakni:
1. Environmental (lingkungan); mengukur dampak pada sumber daya seperti udara, air,
emisi limbah.
2. Social (sosial); berhubungan dengan corporate governance, motivasi, insentif,
keamanan dan kesehatan, pengembangan sumber daya manusia, hak asasi manusia dan
perilaku etis.
3. Economic (ekonomi); mengacu pada pengukuran pemeliharaan atau peningkatan
keberhailan perusahaan sebagai contoh, teknologi dan inovasi, kolaborasi, manajemen
pengetahuan, pebelian, proses dan pelaporan sustainability.
B. TUJUAN
Laporan keberlanjutan yang disusun berdasarkan Kerangka Pelaporan GRI
mengungkapkan keluaran dan hasil yang terjadi dalam suatu periode laporan tertentu dalam
konteks komitmen organisasi, strategi, dan pendekatan manajemennya. Laporan dapat
digunakan untuk tujuan berikut :
1. Patok banding dan pengukuran kinerja keberlanjutan yang menghormati hukum,
norma, kode, standar kinerja, dan inisiatif sukarela;
2. Menunjukkan bagaimana organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh harapannya
mengenai pembangunan berkelanjutan; dan
3. Membandingkan kinerja dalam sebuah organisasi dan diantara berbagai organisasi
dalam waktu tertentu.
C. PRINSIP
Menurut Cahyandito (2011), laporan pertanggungjawaban social digunakan untuk
menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan social suatu
perusahaan. Terdapat prinsip-prinsip dalam penyusunan sustainability reporting, sehingga
membuat informasi yang tertuang di dalam sustainability reporting menjadi informasi yang
erkualitas dan memadai. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
1. Keseimbangan, laporan harus menggambarkan aspek positif dan negative dari kinerja
perusahaan untuk dapat memungkinkan penilaian yang masuk akal terhadap
keseluruhan kinerja.
2. Dapat diperbandingkan, pemangku kepentingan yang menggunakan laporan harus
dapat membandingkan informasi kinerja ekonomi, lingkungan dan social yang
dilaporkan dengan kinerja organisasi sebelumnya, sasarannya, dan apabila
memungkinkan dengan kinerja organisasi lainnya.
3. Kecermatan informasi yang dilaporkan harus cukup cermat dan detai bagi pemangku
kepentingan dalam menilai kinerja organisasi.
4. Ketepatan waktu laporan dilakukan berdasarkan jadwal regular serta informasi kepada
pemangku kepentingan tersedia tepat waktu ketika dibutuhkan dalam mengambil
kebijakan.
5. Kejelasan informasi harus disediakan dalam cara yang dapat dimengerti dan diakses
oleh pemangku kepentingan yang menggunakan laporan.
6. Keterandalan informasi dan proses yang digunakan dalam penyiapan laporan harus
dikumpulkan, direkam, dikompilasi, dianalisis, dan diungkapkan dalam sebuah cara
yang dapat diuji dan dapat membentuk kualitas dan materialitas dari laporan.
D. TEKNIK PEMBUATAN
Proses pembuatan Sustainability Report dilakukan melalui lima mekanisme, yaitu:
1. Penyusunan kebijakan perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan membuat kebijakan yang
berkaitan dengan sustainability development, kemudian mempublikasikan kebijakan
tersebut beserta dampaknya.
2. Tekanan pada rantai pemasok (supply chain). Harapan masyarakat pada perusahaan
untuk memberikan produk dan jasa yang ramah lingkungan juga memberikan tekanan
pada perusahaan untuk menetapkan standar kinerja dan sustainability reporting kepada
para pemasok dan mata rantainya.
3. Keterlibatan stakeholders.
4. Voluntary codes. Dalam mekanisme ini, masyarakat meminta perusahaan untuk
mengembangkan aspek-aspek kinerja sustainability dan meminta perusahaan untuk
membuat laporan pelaksanaan sustainability.
5. Rating dan benchmaking, pajak dan subsidi, ijin-ijin yang dapat diperdagangkan, serta
kewajiban dan larangan.
E. UPAYA PENERAPAN SUSTAINABILITY REPORTING DI INDONESIA
Sustainability Reporting di Indonesia baru masuk pada tahap pengenalan. Beberapa
perusahaan di Indonesia memang mulai tertarik untuk mengembangkan sustainable
reporting. Ketertarikan itu terutama terjadi pada perusahaan yang mempunyai kehadiran
secara global atau merupakan Langkah pelaporan dalam kaitan dengan pelaporan di tingkat
kantor pusat dari suatu perusahaan multinasional. Sebagai Langkah awal,
Kantor Kementrian Lingkungan Hidup sudah berupaya mengenalkan hal ini
Bersama-sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui induk kelembagaan
internasionalnya yaitu ACCA (Association of Chartered Certified Accountants) pada tahun
2004.
F. KETERKAITAN LAPORAN KEUANGAN DAN KEBERLANGSUNGAN
PERUSAHAAN
Dalam Menyusun Laporan Keberlanjutan ini, acuan yang dipergunakan adalah
Suistainability Reporting Guidelines (SRG), yang dikeluarkan oleh Global Reporting
Iniative (GRI) yang di sesuaikan dengan karakteristik usaha sebuah perusahaan. Secara
umum Sustainability Reporting Guidelines berisikan terdiri dari profil perusahaan, profil
pelaporan, cakupan dan Batasan pelaporan, tata kelola perusahaan, keterlibatan pemangku
kepentingan, indicator aspek kinerja perekonomian, indikator aspek kinerja lingkungan,
ketenagakerjaan dan sumber daya manusia, aspek perlindungan kepada nasabah dan lain
sebagainya. Proses pembuatan Sustainability Report dilakukan melalui 5 (lima)
mekanisme, yaitu:
1. Penyusunan Kebijakan Perusahaan
2. Tekanan pada Rantai Pemasok
3. Keterlibatan Stakeholders
4. Voluntary Codes
5. Mekanisme lain adalah Rating dan Benchmarking

Perusahaan yang menerapkan konsep sustainability menggunakan Global Reporting


Iniative sebagai acuan dan pedoman pembuatan pelaporan.Pelaporan ini digunakan
pemangku kepentingan untuk menilai aspek-aspek yang diperlukan.

G. GREEN ECONOMY
Mengenal ekonomi hijau sebenarnya tidak sulit, apa yang disebut dengan ekonomi ijau
adalah pereokonomian yang tidak merugikan lingkungan hidup. Program Lingkungan PBB
(UNEP; United Nations Environment Programme) dalam laporannya berjudul Towards
Green Economy menyebutkan, ekonomi hujau adalah ekonomi yang mampu meningkatkan
kesejahteraan dan keadilan social. Ekonomi hijau ingin menghilankan dampak negative
pertumbuhan ekonomi terhadap lingkungan dan kelangkaan sumber daya alam.
Konsep ekonomi hijau melengkapi konsep pembangunan berkelanjutan. Sebagaimana
diketahui prinsip utama dari pembangunan berkelanjutan adalah “memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Sehingga
dapat dikatakan bahwa ekonomi hijau merupakan motor utama pembangunan
berkelanjutan. Konsep ekonomi hijau diharapkan menjadi jalan keluar. Menjadi jembatn
antara pertumbuhan pembangunan, keadilan sosial serta ramah lingkungan dan hemat
sumber daya alam.
Jadi ekonomi hijau yaitu mengurangi dampak negative terhadap lingkungan dalam
kegiatan perekonomian. Jangan karena mementingkan keuntungan jangka pendek malah
merusak lingkungan. Kerusakan lingkungan sangat berakibat fatal bagi manusia, karena
kegiatan perekonomian juga tergantung pada lingkungan. Sehingga bisa meningkatkan
perekonomian tanpa merusak lingkungan. Selain itu, green economy juga jadi jalan keluar
agar lingkungan yang ada tercipta bersih dan bebas polusi.
H. TUJUAN GREEN ECONOMY
1. Memberikan peluang yang besar bagaimana upaya memanfaatkan konsesi “green
economy” dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada
aspek lingkungan dan ekosistem.
2. Peningkatan investasi hijau
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas lapangan pekerjaan pada sector hijau
4. Peningkatan pangsa sector hijau
5. Penurunan energi/sumber daya yang digunakan dalam setiap produk
6. Penurunan CO2 dan tingkat polusi
7. Penurunan konsumsi yang menghasilkan sampah
I. PRINSIP-PRINSIP UNTUK EKONOMI HIJAU
1. Pemerataan Distribusi Kesejahteraan
2. Ekuitas dan Keadilan Ekonomi
3. Ekuitas Antargenerasi
4. Pendekatan Pencegahan
5. Hak untuk Berkembang
6. Internalisasi Eksternalitas
7. Kerjasama Internasional
8. Kewajiban Internasional
9. Informasi, Partisipasi dan Akuntabilitas
10. Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan
11. Strategis, Terkoordinasi dan Terintegrasi untuk Memberikan Perencanaan
Pembangunan Berkelanjutan, Ekonomi Hijau dan Pengentasan Kemiskinan
12. Hanya Transisi
13. Mendefinisikan Kembali Kesejahteraan
14. Kesetaraan Gender
15. Menjaga Keanekaragaman Hayati dan Mencegah Polusi dari Setiap Bagian dari
Lingkungan

J. STRATEGI GREEN ECONOMY


a) Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
• Menekan laju Deforestase dan Degredasi hutan
• Meningkatkan penanaman hutan dan tumbuhan
• Meningkatkan upaya pengamanan Kawasan hutan dari kebakaran dan
pembakaran liar
b) Sektor Pertanian
• Mengoptimalisasi sumber daya lahan dan air
• Menerapkan teknologi pengelolaan lahan dan budidaya pertanian
• Menstabilkan elevasi muka air dan memperlancar sirkulasi air pada jaringan
irigasi
c) Sektor Energi dan Transportasi
• Menghemat penggunaan energi final baik melalui penggunaan teknologi yang
lebih bersih efisien maupun pengurangan konsumsi energi tak terbarukan
• Mendorong pemanfaatan energi baru tak terbarukan skala kecil dan menengah
d) Sektor Industri
• Melaksanakan audit energi khususnya pada industry-industri yang padat energi
dan memberikan insentif pada program efisiensi energi
e) Sektor Limbah
• Meningkatkan kelembagaan dan peraturan di daerah
• Meningkatkan pengelolaan air limbah di Perkotaan
• Mengurangi timbulan melalui 3R (Reduse, Reuse, Recycle)
K. GREEN ECONOMY DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup dan Swadaya Masyarakat
World Wildlife Fund mengajak para pebisnis untuk ikut dalam kampanye Green Economy.
Jika pebisnis melakukan pengurangan sampah, pemerintah dapat memberikan potongan
pajak atau retribusi. Pengurangan itu bersifat progresif yang artinya jika semakin lama
sampah yang mereka buang sedikit, semakin sedikit pula pajak atau retribusi yang
pemerintah kenakan. Selain itu untuk pembebasan bea masuk, pemerintah akan
berkoordinasi dengan pihak terkait seperti bea cukai.

Anda mungkin juga menyukai