Anda di halaman 1dari 9

TPB dicanangkan oleh PBB secara resmi pada 25 September 2015.

TPB berupaya menangani


tantangan global yang paling perlu untuk segera ditangani, mengajak kemitraan kolaborasi antar
negara untuk menyeimbangkan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan pertumbuhan, yakni:

1. Ekonomi,
2. Keberlanjutan lingkungan,
3. Inklusi sosial.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), terdiri atas 17 tujuan, yaitu,

1. Tanpa Kemiskinan – mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun.

2. Tanpa Kelaparan – Mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan
pertanian berkelanjutan.

3. Kehidupan Sehat dan Sejahtera – Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan seluruh penduduk di semua usia.

4. Pendidikan Berkualitas – Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta
meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.

5. Kesetaraan Gender – Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.

6. Air Bersih dan Sanitasi Layak – Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air dan sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua.
7. Energi Bersih dan Terjangkau – Memastikan akses energi yang terjangkau, andal,
berkelanjutan, dan modern untuk semua.

8. Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi – Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang


inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh, serta
pekerjaan yang layak untuk semua.

9. Industri, Inovasi, Infrastruktur – Membangun infrastruktur yang Tangguh, meningkatkan


industry inklusi dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi.

10. Berkurangnya Kesenjangan – Mengurangi kesenjangan di dalam dan antarnegara.

11. Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan – Menjadikan kota dan pemukiman manusia
inklusif, aman, berketahanan, dan berkelanjutan.

12. Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab – Menjamin pola produksi dan konsumsi
yang berkelanjutan.
13. Penanganan Perubahan Iklim – Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim
dan dampaknya.

14. Ekosistem Lautan – Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya
kelautan dan samudera untuk pembangunan berkelanjutan.

15. Ekosistem Daratan – Melindungi, merestorasi, dan meningkatkan pemanfaatan


berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan
penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan
keanekaragaman hayati.

16. Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh – Menguatkan masyarakat yang
inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk
semua, dan membangun kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua
tingkatan.

17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan – Menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi
kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

TPB menerapkan tiga prinsip utama dalam pelaksanaan pencapaiannya, yaitu:

1. Universal : dilaksanakan oleh seluruh dunia baik Negara maju maupun Negara berkembang,
terkait dengan tujuan dan sasaran yang transformatif, berpusat pada manusia,
komprehensif, dan berjangka panjang;
2. Integration: TPB dilaksanakan secara terintegrasi dan saling terkait pada semua dimensi
sosial, ekonomi, dan lingkungan;
3. No one left behind: TPB harus memberi manfaat bagi semua, terutama yang rentan; serta
pelaksanaannya melibatkan semua pemangku kepentingan.

Dengan tiga prinsip utama tersebut, dapat dilihat bahwa bisnis adalah mitra vital dalam mencapai
TPB. TPB merupakan peluang bagi bisnis untuk menyediakan produk/jasa untuk dikembangkan
dalam menangani tantangan terbesar pembangunan berkelanjutan dunia. Perusahaan dapat
menggunakan TPB sebagai kerangka kerja menyeluruh dengan sejumlah manfaat sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi peluang bisnis masa depan;


2. Meningkatkan nilai keberlanjutan perusahaan;
3. Memperkuat relasi dengan pemangku kepentingan dan mengantisipasi perkembangan
kebijakan pemerintah, dan
4. Menyeimbangkan antara masyarakat dan pasar.

Indonesia menunjukkan komitmen tinggi dengan telah ditandatangani Peraturan Presiden No. 59
Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada tanggal 4
Juli 2017. PP ini menetapkan sasaran nasional periode tahun 2017 – 2019 dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019. Pelaksanaan TPB di Indonesia
bertujuan untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara
berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas
lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif, dan terlaksananya tata kelola yang mampu
menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Untuk mengelola dan memonitor pelaksanaan TPB, Indonesia membagi 17 tujuan, 169
target, dan 214 indikator ke dalam empat pilar, yaitu:

1. Pilar Pembangunan Sosial,


2. Pilar Pembangunan Ekonomi,
3. Pilar Pembangunan Lingkungan, dan
4. Pilar Pembangunan Hukum dan Tata Kelola.

Kompas TPB
Salah satu panduan yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk berkontribusi bagi TPB
adalah SDG Compass atau Kompas TPB. Panduan ini membantu perusahaan menyelaraskan TPB
dengan strategi bisnis, serta mengukur dan mengelola kontribusi perusahaan untuk TPB.

SDGs Compass terdiri atas 5 langkah, yaitu:

1. Memahami TPB
Kenali 17 tujuan TPB dan bagaimana relevansi dengan perusahaan (peluang bisnis,
keberlanjutan bisnis, relasi dengan pemangku kepentingan, tanggung jawab mendasar
perusahaan, dan lain-lain).
2. Menetapkan Prioritas
Tetapkan prioritas berdasarkan kajian dampak positif dan negative, baik dampak saat ini
maupun dampak potensial terhadap TPB di sepanjang rantai nilai. Pada tahap ini,
perusahaan memetakan rantai nilai dan wilayah terdampak, menetapkan indikator dan
mengumpulkan data, serta menetapkan prioritas.
3. Menetapkan Tujuan
Untuk mencapai kinerja terbaik di seluruh perusahaan, perusahaan didorong untuk
mengaitkan tujuan perusahaan dengan TPB.
4. Melakukan Integrasi
Mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam bisnis inti dan tata kelola, dan memasukkan target
pembangunan berkelanjutan di seluruh bagian perusahaan, adalah kunci mencapai tujuan.
Perusahaan didorong untuk meningkatkan kerjasama di sepanjang rantai nilai, dengan bisnis
lain dalam sektor yang sama, atau dengan pemerintah dan organisasi masyarakat.
5. Melaporkan dan Mengomunikasikan
Dengan adanya TPB, perusahaan dapat melaporkan kinerjanya dengan menggunakan
indikator yang sama.

A. Korporasi Perlu Jaminan Keberlangsungan Usaha

Hitchcock dan Willard (2008) menyatakan bahwa operasi bisnis perusahaan akan berkelanjutan
bila:

1. Input
- Material: semua produk akhir berasal dari sumber yang memperhatikan aspek
lingkungan dan sosial.
- Energi: energi yang digunakan untuk berproduksi, transportasi, dan kegiatan operasional
kantor lainnya berasal dari sumber berkelanjutan.
2. Proses
Semua proses produksi dan operasional kantor dilakukan seefisien mungkin.
3. Output
- Produk/jasa: produk ramah lingkungan dan tidak berbahaya.
- Limbah: limbah pada, cair, dan gas dapat didaur ulang, digunakan kembali, atau
dimanfaatkan untuk kepentingan lain.
4. Pengaruh perusahaan
Mendorong perusahaan lain untuk menuju keberlanjutan
5. Kontribusi pada masyarakat
Berkontribusi menyelesaikan masalah yang ada dalam masyarakat

Seringkali perusahaan hanya fokus pada tingkat taktis dan proses, tanpa membuat kerangka
strategi keberlanjutan yang menyeluruh. Untuk itu, kita perlu kenal tahapan keberlanjutan. Ada tiga
tahapan keberlanjutan pada sebuah korporasi, yakni:

1. Tactical sustainability
Peningkatan kinerja pada level sektor
2. Process sustainability
Peningkatan kinerja pada area lintas sektor
3. Strategic sustainability
Peningkatan kinerja pada strategi bisnis inti

B. Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

Tahun 2008, Panduan Internasional mengenai Tanggung Jawab Sosial dirilis dengan nama ISO
26000 Guidance on Social Responsibility. Standar international in bersifat sukarela dan tidak untuk
sertifikasi sistem manajemen. Sebagai standar internasional pertama yang disusun secara partisipatif
oleh berbagai pemangku kepentingan dari hampir 100 negara dan berbagai organisasi internasional,
dokumen ini merupakan dokumen paling komprehensif mengenai tanggung jawab sosial sehingga
menggunakan dokumen ini sebagai rujukan, dengan sendirinya akan membantu perusahaan
memenuhi persyaratan dari standar mengenai tanggung jawab sosial dan keberlanjutan yang lain,
termasuk hukum dan peraturan perundang-undangan.

Tahun 2013 standar ini diadopsi secara identic menjadi standar nasional Indonesia, SNI ISO
26000:2013. Standar berlaku bukan hanya untuk perusahaan, tetapi juga untuk semua organisasi
termasuk lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, kantor pemerintah, dan lain-lain.

Standar ini memberikan panduan mengenai:

a. Prinsip dasar tanggung jawab sosial;


b. Bagaimana memahami tanggung jawab sosial dan melibatkan pemangku kepentingan;
c. Subjek inti dan isu-isu yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial;
d. Cara mengintegrasikan perilaku tanggung jawab sosial ke dalam organisasi.

Kompleksitas permasalahan mungkin menyebabkan tidak semua masalah dapat terselesaikan


sekaligus dalam jangka pendek, sehingga hasil dan peningkatan kinerja tanggung jawab sosial secara
terus-menerus (continuous improvement) merupakan hal yang penting.
Standar ini menggarisbawahi bahwa meskipun filantropi (pemberian amal) perusahaan sangat
bermanfaat bagi masyarakat, namun filantropi saja tidak cukup, perlu dibarengi dengan
pengintegrasian tanggung jawab sosial ke dalam perusahaan. Hal ini mengingatkan CSR sejatinya
adalah manajemen dampak dan manajemen risiko perusahan, dengan tujuan akhir untuk
memaksimalkan kontribusi perusahaan bagi pembangunan berkelanjutan.

ISO 26000 merupakan standar paling komprehensif mengenai CSR, sehingga dapat digunakan
sebagai rujukan utama bagi perusahaan dalam memahami, merencanakan, melaksanakan,
memonitor, mengevaluasi, meningkatkan kinerja, dan mengkomunikasikan tanggung jawab
sosialnya. Inisiatif, instrumen dan rujukan lain dapat digunakan sebagai pelengkap, termasuk Global
Compact Network, Global Reporting Initiatives (GRI), Children’s Rights and Business Principles dari
UNICEF, standar sistem manajemen, dan lain-lain.

Menurut SNI ISO 26000:2013, tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab organisasi
terhadap dampak dari aktivitas dan keputusan organisasi pada masyarakat dan lingkungan melalui
transparansi dan perilaku etis yang:

1. Berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, termasuk kesehatan dan


kesejahteraan masyarakat;
2. Mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan;
3. Memenuhi peraturan perundangan dan sesuai norma perilaku internasional; dan
4. Terintegrasi di seluruh organisasi dan dipraktikkan dalam relasi organisasi.

CATATAN 1 Aktivitas termasuk produk, jasa, dan proses.

CATATAN 2 Relasi merujuk pada aktivitas organisasi dalam lingkup pengaruh organisasi pelaku

tanggung jawab sosial

Berdasarkan definisi tersebut, tampak jelas bahwa:

1. Tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab semua organisasi, bukan hanya perusahaan;
2. Tanggung jawab sosial adalah manajemen dampak, yaitu dampak dari produk, jasa, proses,
dan keputusan organisasi terhadap masyarakat dan lingkungan;
3. Bertanggung jawab sosial dilakukan dengan:
a. Berperilaku etis & transparan;
b. Memperhitungkan ekspektasi pemangku kepentingan;
c. Memenuhi hukum yang berlaku dan norma perilaku internasional;
d. Dilakukan di seluruh perusahaan dan lingkup berpengaruh.
4. Tujuan tanggung jawab sosial adalah berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.
Dengan demikian, indikator keberhasilannya bukan berapa besar dana yang dikeluarkan,
tetapi besarnya kontribusi terhadap penyelesaian masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan.

ISO 26000 menyebutkan ada 7 subjek utama dalam tanggung jawab sosial, yaitu:

1. Tata Kelola Organisasi (Organizational Governance);


2. Hak Asasi Manusia (Human Rights);
3. Praktik Perburuhan (Labour Practices);
4. Lingkungan Hidup (The Environment);
5. Praktif Operasi yang Adil (Fair Operating Practices);
6. Isu Konsumen (Consumer Issues);
7. Pelibatan dan Pemberdayaan Komunitas (Community Involvement and Development).
Dari gambar atau model di atas, terlihat bahwa ISO 26000 menempatkan tata kelola organisasi
(organizational governance) sebagai tahap awal atau inti bagi sebuah entitas dalam berkomitmen
dan berinisiatif membangun organisasi yang berorientasi pada keunggulan daya saing operasi
internal serta keunggulan dalam membangun lingkungan perusahaan yang berkelanjutan.

ISO 26000 juga merekomendasikan perusahaan menerapkan tujuan prinsip sebagai berikut:

a. Akuntabilitas Akuntabel atas dampaknya terhadap masyarakat, ekonomi, dan lingkungan


hidup.

b. Transparansi Transparan akan keputusan dan kegiatannya yang berdampak pada


masyarakat dan lingkungan hidup.

c. Perilaku etis Perilaku didasarkan pada kejujuran, keadilan, dan integritas; sebagai bentuk
kepedulian terhadap manusia, hewan, dan lingkungan hidup.

Menunjukkan komitmen untuk menangani dampak kegiatan dan


keputusannya.

d. Menghormati Menghormati, mempertimbangkan, dan menanggapi kepentingan


kepentingan pemangku kepentingannya.
pelaku

e. Menghormati Menerima dan menghormati aturan hukum merupakan keharusan


aturan hukum (mandatory).

f. Menghormati Menghormati norma-norma perilaku internasional, sambil berpegang pada


norma prinsip menghormati peraturan hukum.
perilaku
internasional

g. Menghormati Menghargai hak asasi manusia dan mengakui pentingnya hak asasi manusia
hak asasi maupun universalitas hak asasi manusia.
manusia

Proses pengintegrasian tanggung jawab sosial ke dalam kerangka bisnis dapat dilakukan
dalam 5 (lima) langkah berikut ini:

1. Memahami tanggung jawab sosial


Pada tahap ini, perusahaan mengenali dan memahami karakteristik tanggung jawab sosial
perusahaan dan kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan; mengenali hubungannya
antara perusahaan, pemangku kepentingan, dan masyarakat, dan mengenali hubungan
antara karakteristik perusahaan dan tanggung jawab sosial.
2. Menentukan kebijakan dan strategi tanggung jawab sosial
Pada tahap ini, perusahaan melakukan identifikasi pemangku kepentingan mengenali posisi
di rantai nilai dan lingkup pengaruh; melakukan uji tuntas (due diligence); menganalisis
prinsip tanggung jawab sosial dalam struktur tata kelola; menganalisis relevansi dan
signifikansi isu; menentukan isu prioritas; dan menyusun kebijakan tanggung jawab sosial
(visi, misi, dan strategi)
3. Integrasi kebijakan dan strategi ke dalam operasional sehari-hari
Proses pada tahap ini, dimulai dengan mengadopsi 7 (tujuh) prinsip tanggung jawab sosial
ke dalam tata kelola dan operasi bisnis, dilanjutkan dengan menentukan tujuan, KPI (key
performance indicators), dan rencana aksi; meningkatkan pemahaman dan kompetensi
tanggung jawab sosial; mengintegrasikan tanggung jawab sosial dalam proses, sistem
manajemen, dan perangkat yang ada; serta menentukan inisiatif sukarela yang akan diikuti
(bila perlu).
4. Komunikasi dan pelaporan tanggung jawab sosial
Pada tahap ini, perusahaan memilih tipe komunikasi yang akan dilakukan dengan pemangku
kepentingan di setiap tahapan proses, disesuaikan dengan tujuan komunikasi masing-
masing. Selanjutnya, perusahan melibatkan pemangku kepentingan, mendorong perilaku
bertanggung jawab sosial kepada perusahaan dan/atau organisasi di seluruh rantai nilai dan
lingkup pengaruhnya; dan meningkatkan kredibilitas laporan dan kalim perusahaan
mengenai tanggung jawab sosial.
5. Evaluasi dan peningkatan kinerja
Pada tahap ini, perusahaan melakukan pemantauan kinerja tanggung jawab sosial; mengkaji
kemajuan dan kinerjanya; untuk kemudian meningkatkan kinerja tanggung jawab sosial dan
kualitas informasi mengenai tanggung jawab sosial.

Anda mungkin juga menyukai