Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN-PANDUAN PENGUNGKAPAN CSR

KELOMPOK 6
Nama Anggota:

I Gede Teo Basudewa 1607531125


Komang Rimba Rainugraha Tista 160753531143
Giovaninho Ferreira Da Costa 1607531318

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2019

1
Suistainability Reporting Guidelines
Pelaporan keberlanjutan adalah praktik mengukur, mengungkapkan, dan bertanggung
jawab kepada pemangku kepentingan internal dan eksternal untuk kinerja organisasi menuju
tujuan pembangunan berkelanjutan. ‘Pelaporan keberlanjutan’ adalah istilah luas yang dianggap
sinonim dengan yang lain yang digunakan untuk menggambarkan pelaporan tentang dampak
ekonomi, lingkungan, dan sosial (misalnya, triple bottom line, pelaporan tanggung jawab
perusahaan, dll.). Laporan keberlanjutan harus memberikan representasi yang seimbang dan
wajar terhadap kinerja keberlanjutan dari suatu organisasi pelapor – termasuk kontribusi positif
dan negatif.
Suistainability Reporting Guidelines (Panduan Pelaporan Berkelanjutan) terdiri dari prinsip
untuk mendefinisikan isi laporan dan memastikan kualitas informasi yang dilaporkan. Ini juga
termasuk pengungkapan Standar yang terdiri dari indikator kinerja dan item pengungkapan
lainnya, serta panduan tentang topik teknis khusus dalam pelaporan.

1. ISO 26000
ISO 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung
tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor badan publik ataupun badan
privat baik di negara berkembang maupun negara maju. Dengan Iso 26000 ini akan memberikan
tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini dengan cara: 1)
mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya; 2)
menyediakan pedoman tentang penterjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan yang
efektif; dan 3) memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk
kebaikan komunitas atau masyarakat internasional.
Apabila hendak menganut pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang menggodok
ISO 26000 Guidance Standard on Social responsibility yang secara konsisten mengembangkan
tanggung jawab sosial maka masalah SR akan mencakup 7 isu pokok yaitu: Pengembangan
Masyarakat, Konsumen, Praktek Kegiatan Institusi yang Sehat, Lingkungan, Ketenagakerjaan,
Hak asasi manusia, Organizational Governance (governance organisasi)
Berdasarkan konsep ISO 26000, penerapan sosial responsibility hendaknya terintegrasi di
seluruh aktivitas organisasi yang mencakup 7 isu pokok diatas. Dengan demikian jika suatu
perusahaan hanya memperhatikan isu tertentu saja, misalnya seperti aspek lingkungan, maka
perusahaan tersebut sesungguhnya belum melaksanakan tanggung jawab sosial. Misalnya suatu
perusahaan sangat peduli terhadap isu lingkungan, namun perusahaan tersebut masih
mengiklankan penerimaan pegawai dengan menyebutkan secara khusus kebutuhan pegawai
sesuai dengan gender tertentu, maka sesuai dengan konsep ISO 26000 perusahaan tersebut
sesungguhnya belum melaksanakan tanggung jawab sosialnya secara utuh. Contoh lain, misalnya
suatu perusahaan memberikan kepedulian terhadap pemasok perusahaan yang tergolong industri
kecil dengan mengeluarkan kebijakan pembayaran transaksi yang lebih cepat kepada pemasok
UKM. Secara logika produk atau jasa tertentu yang dihasilkan UKM pada skala ekonomi tertentu
akan lebih efisien jika dilaksanakan oleh UKM. Namun UKM biasanya tidak memiliki arus kas yang
kuat dan jaminan yang memadai dalam melakukan pinjaman ke bank, sehingga jika perusahaan
membantu pemasok UKM tersebut, maka bisa dikatakan perusahaan tersebut telah melaksanakan
bagian dari tanggung jawab sosialnya.

Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi pelaksanaan yang
menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab sosial
menurut ISO 26000 meliputi: Kepatuhan kepada hukum, Menghormati instrumen/badan-badan
internasional, Menghormati stakeholders dan kepentingannya, Akuntabilitas, Transparansi,

2
Perilaku yang beretika, Melakukan tindakan pencegahan, Menghormati dasar-dasar hak asasi
manusia.
Pada pertemuan tim yang ketiga tanggal 15-19 Mei 2006 yang dihadiri 320 orang dari 55
negara dan 26 organisasi internasional itu, telah disepakati bahwa ISO 26000 ini hanya memuat
panduan (guidelines) saja dan bukan pemenuhan terhadap persyaratan karena ISO 26000 ini
memang tidak dirancang sebagai standar sistem manajemen dan tidak digunakan sebagai standar
sertifikasi sebagaimana ISO-ISO lainnya.
Adanya ketidakseragaman dalam penerapan CSR diberbagai negara menimbulkan adanya
kecenderungan yang berbeda dalam proses pelaksanaan CSR itu sendiri di masyarakat. Oleh
karena itu diperlukan suatu pedoman umum dalam penerapan CSR di manca negara. Dengan
disusunnya ISO 26000 sebagai panduan (guideline) atau dijadikan rujukan utama dalam
pembuatan pedoman SR yang berlaku umum, sekaligus menjawab tantangan kebutuhan
masyarakat global termasuk Indonesia.

2. Global Reporting Initiative


Selain ISO 26000 standar pengungkapan yang berkembang di Indonesia merujuk pada
standar yang ditetapkan GRI (Global Reporting Initiative). Standar GRI dipilih karena lebih
memfokuskan pada standar pengungkapan sebagai kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan
perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan pemanfaatan sustainability reporting
Saat ini standar GRI versi terbaru, yaitu G4 telah banyak digunakan oleh perusahaan di
Indonesia. GRI-G4 menyediakan kerangka kerja yang relevan secara global untuk mendukung
pendekatan yang terstamdarisasi dalam pelaporan yang mendorong tingkat transparansi dan
konsistensi yang diperlukan untuk membuat informasi yang disampaikan menjadi berguna dan
dapat dipercaya oleh pasar dan masyarakat. Fitur yang ada di GRI-G4 menjadikan pedoman ini
lebih mudah digunakan baik bagi pelapor yang berpengalaman dan bagi ereka yang baru dalam
pelaporan berkelanjutan sektor apapun dan didukung oleh bahan-bahan dan layanan GRI lainnya.
GRI-G4 juga menyediakan panduan mengenai bagaimana menyajikan pengungkapan
keberlanjutan dalam format yang berbeda, baik itu laporan keberlanjutan mandiri, laporan terpadu,
laporan tahunan, laporan yang membahas norma-norma internasional tertentu atau pelaporan
online. Dalam standar GRI-G4, indikator kinerja dibagi menjadi tiga dimensi utama, yaitu ekonomi,
kelestarian lingkungan dan sosial. Dimensi sosial mencakup ketenagakerjaan, hak asasi manusia,
tanggung jawab produk dan kinerja masyarakat.

3. POJK No. 52 Tahun 2017


Otoritas Jasa Keuangan sendiri telah menerbitkan Peraturan terkait dengan Suistainability
Reporting. Peraturan tersebut tertera dalam POJK No. 52. Dalam peraturan tersebut tertulis bahwa
LJK, Emiten, dan Perusahaan Publik wajib menerapkan Keuangan Berkelanjutan dalam kegiatan
usaha LJK, Emiten, dan Perusahaan Publik.Penerapan Keuangan Berkelanjutan dilakukan dengan
menggunakan:
a. prinsip investasi bertanggung jawab;
b. prinsip strategi dan praktik bisnis berkelanjutan;
c. prinsip pengelolaan risiko sosial dan LingkunganHidup;
d. prinsip tata kelola;
e. prinsip komunikasi yang informatif;
f. prinsip inklusif;
g. prinsip pengembangan sektor unggulan prioritas;

3
h. prinsip koordinasi dan kolaborasi.
Maka, LJK wajib menyusun Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan yang disusun oleh Direksi dan
disetujui oleh Dewan Komisaris. Rencana tersebut harus dilakukan secara efektif dan
dikomunikasikan kepada pemegang sahan dan seluruh jenjang organisasi pada LJK. OJK dapat
memberikan insentif bagi LJK yang telah menjalankan Keuangan Berkelanjutan.

4
SUMBER REFERENSI
https://www.globalreporting.org/resourcelibrary/The-GRI-Guidelines-to-report-sustainability.pdf
http://www.saiplatform.org/uploads/Modules/Library/GRI-sustainability-reporting-guidelines.pdf
https://pwyp-indonesia.org/Download/Pembangunan%20Berkelanjutan.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/43203-ID-standarisasi-lingkungan-iso-26000-sebagai-
harmonisasi-tanggung-jawab-sosial-peru.pdf
http://www.trainingproper.com/all-about-kriteria-peringkat-proper-emas-hijau-biru-merah-dan-hitam/
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-ojk/Documents/Pages/POJK-
Penerapan-Keuangan-Berkelanjutan-bagi-Lembaga-Jasa-Keuangan,-Emiten,-dan-Perusahaan-
Publik/SAL%20POJK%2051%20-%20keuangan%20berkelanjutan.pdf

Anda mungkin juga menyukai