Anda di halaman 1dari 15

BAB 14

Sustainability Reporting
14.1 Latar Belakang
Akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan, sehingga
output dari akuntansi adalah laporan keuangan (Financial Report). Pada awal berkembangnya,
akuntansi hanya menyajikan informasi mengenai keuangan, sedangkan informasi mengenai
kegiatan-kegiatan sosial, lingkungan, pemberdayaan, dan yang lainnya diabaikan dalam
pelaporan keuangan (Financial Reporting). Jika didasarkan pada realitas tersebut, maka
perusahaan hanya berorientasi pada pemegang kepentingan (stakeholders) saja dengan cara
memaksimalkan laba bagaimanapun caranya, tanpa memandang dampak yang ditimbulkan dari
proses maksimalisasi laba tersebut.
Berdasarkan kelemahan yang dimiliki oleh Financial Reporting, kemudian muncul suatu
laporan manajemen (Management Reporting) yang menyajikan informasi keuangan dan
informasi lain yang terkait dengan tata kelola perusahaan. Kelemahan dari laporan manajemen
ini adalah tidak menyajikan komitmen perusahaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan yang
menjadi salah satu pondasi dalam keberlangsungan perusahaan tersebut. Selain itu, penerapan
laporan manajemen ini dapat meningkatkan eskalasi krisis sosial dan lingkungan dan dapat
merugikan kepentingan stakeholders.
Namun seiring perkembangan zaman, keilmuan turut mengalami perkembangan tak
terkecuali ilmu akuntansi. Perkembangan ilmu akuntansi terlihat pada perubahan sudut pandang
bisnis bahwa tujuan akhir organisasi telah berubah bukan hanya melakukan maksimalisasi laba,
melainkan juga mulai memandang outcomes yang ditimbulkan dalam proses maksimalisasi laba
tersebut melalui Tanggungjawab Sosial Perusahaan / Corporate Social Responsibility (CSR).
Penerapan program CSR ini bertujuan untuk melakukan perubahan rencana strategis (renstra)
yang dilakukan oleh organisasi agar mampu bertahan dimasa mendatang. Program CSR
diungkapkan dalam sebuah laporan keberlanjutan (sustainability report).
Tren pelaporan berkelanjutan (sustainability reporting) terbentuk karena adanya
kesadaran organisasi tentang manfaat dan kegunaan dari laporan tersebut, seperti mendorong
perusahaan untuk bersikap transparan mengenai rincian operasi perusahaan tersebut. Dalam
perspektif perusahaan, transparansi tersebut dapat meningkatkan kepercayaan kepada kreditur,
calon kreditur, investor dan calon investor. Selain itu, pelaporan berkelanjutan dapat digunakan
sebagai pembeda bagi stakeholders yang berinvestasi diperusahaan tersebut. Namun, pelaporan
berkelanjutan yang digagas tersebut memiliki kelemahan karena tidak menyajikan informasi
strategi, tata kelola dan remunerasi, kinerja dan prospek suatu organisasi sehingga menimbulkan
penciptaan nilai jangka pendek, menengah dan panjang. Selain itu, pelaporan berkelanjutan
menyajikan informasi yang tidak lengkap sehingga menyulitkan stakeholders dalam
pengambilan keputusan.
Mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh pelaporan berkelanjutan, maka
diperlukan suatu inovasi dalam pelaporan yang mampu mengintegrasikan semua jenis laporan
baik laporan keuangan, laporan manajemen dan laporan berkelanjutan sehingga terbentuk suatu
laporan yang bernama laporan terintegrasi (integrated reporting). Penerapan pelaporan
terintegrasi menyajikan secara bersama informasi material tentang strategi, tata kelola dan
remunasi, kinerja, resiko dan prospek perusahaan sehingga mencerminkan konteks komersial,
sosial dan lingkungan.
Dalam perkembangan akuntansi di Indonesia, pelaporan yang diterapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia adalah pelaporan berkelanjutan (sustainability reporting). Namun, penerapan
pelaporan tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh dari setiap perusahaan, hanya beberapa
perusahaan yang telah melakukan pelaporan berkelanjutan khususnya perusahaan yang dimiliki
oleh negara (BUMN). Hal tersebut berbeda dengan perusahaan-perusahaan lain di luar negeri
khususnya di eropa yang mulai meninggalkan pelaporan berkelanjutan dan beralih pada
pelaporan terintegrasi bahkan turki mulai bersiap-siap beralih pada pelaporan terintegrasi karena
telah terbukti memberikan manfaat yang lebih banyak bagi perusahaan (Mondovision, 2017).

14.2 Pelaporan Berkelanjutan (Sustainability Reporting)


Akuntansi merupakan suatu disiplin ilmu yang tidak dapat dilepaskan dari lingkungan,
karena secara prinsip ilmu akuntansi dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Kompleksitas dunia bisnis dan non-bisnis memaksa akuntansi untuk berbenah diri dan
menyesuaikan dengan lingkungan yang ada, sehingga metode pencatatan hingga output
akuntansi berupa laporan keuangan senantiasa berkembang.
Pelaporan berkelanjutan (Sustainable Reporting) adalah pelaporan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mengukur, mengungkapkan (disclose), serta upaya perusahaan untuk menjadi
perusahaan yang akuntabel bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk tujuan
kinerja perusahaan menuju pembangunan keberlanjutan yang terdapat prinsip dan standar
pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan terkait dengan aspek
ekonomi, lingkungan dan sosial.
Sustainability report atau laporan keberlanjutan adalah laporan berkala (biasanya
tahunan) yang diterbitkan oleh perusahaan dengan tujuan berbagi tindakan dan hasil tanggung
jawab sosial perusahaan mereka.
Laporan ini mensintesis dan mempublikasikan informasi organisasi memutuskan untuk
berkomunikasi mengenai komitmen dan tindakan mereka di bidang sosial dan lingkungan.
Dengan demikian, organisasi membiarkan para pemangku kepentingan (yaitu, semua pihak yang
tertarik dengan aktivitas mereka) menyadari bagaimana mereka mengintegrasikan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan ke dalam operasi sehari-hari mereka.
Ingin mengetahui sustainability report secara mendalam? Baca terus artikel ini sampai selesai
untuk pembahassan lebih lanjut.
Sustainability report memungkinkan organisasi untuk mempertimbangkan dampak
mereka pada berbagai masalah keberlanjutan. Ini memungkinkan mereka untuk lebih transparan
tentang risiko dan peluang yang mereka hadapi. Pelaporan keberlanjutan adalah platform utama
untuk mengkomunikasikan kinerja dan dampak keberlanjutan. Laporan keberlanjutan dalam
bentuk dasarnya adalah laporan tentang kinerja lingkungan dan sosial organisasi. Untuk
membuat pelaporan ini menjadi berguna bagi manajer, eksekutif, analis, pemegang saham, dan
pemangku kepentingan dibuatlah standar terpadu yang memungkinkan laporan dinilai dengan
cepat, dinilai secara adil, dan dibandingkan dengan sederhana adalah aset penting. Karena
perusahaan di seluruh dunia telah menerapkan sustainability report, kerangka kerja yang paling
banyak diadopsi adalah Kerangka Pelaporan Keberlanjutan Global Reporting Initiative (GRI).
Ini dapat dianggap sebagai sinonim dengan istilah lain untuk pelaporan non-keuangan; pelaporan
triple bottom line dan pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Membangun dan mempertahankan kepercayaan dalam bisnis dan pemerintah adalah hal
mendasar untuk mencapai ekonomi dan dunia yang berkelanjutan. Setiap hari, keputusan dibuat
oleh bisnis dan pemerintah yang berdampak langsung pada pemangku kepentingan mereka,
seperti lembaga keuangan, organisasi buruh, masyarakat sipil dan warga negara, dan tingkat
kepercayaan yang mereka miliki dengan mereka. Keputusan ini jarang didasarkan pada informasi
keuangan saja. Mereka didasarkan pada penilaian risiko dan peluang dengan menggunakan
informasi tentang berbagai masalah yang segera dan yang akan datang.
Nilai dari proses sustainability report adalah memastikan organisasi mempertimbangkan
dampaknya terhadap masalah keberlanjutan ini, dan memungkinkan mereka untuk transparan
tentang risiko dan peluang yang mereka hadapi. Pemangku kepentingan juga memainkan peran
penting dalam mengidentifikasi risiko dan peluang ini bagi organisasi, terutama yang non-
finansial. Transparansi yang meningkat ini mengarah pada pengambilan keputusan yang lebih
baik, yang membantu membangun dan mempertahankan kepercayaan pada bisnis dan
pemerintah.
Menurut Slater and Gilbert & et al dalam Daizy and Nilandri Pengembangan model
sustainability reporting didasarkan pada teori Triple Bottom-line of Business (3P) yang
dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang mengatakan bahwa apabila suatu korporasi ingin
tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan maka korporasi itu harus peduli dan
bertanggungjawab terhadap alam semesta (planet), masyarakat (people) dan pertumbuhan
keuntungan bisnis itu sendiri (profits).

Profit
People
Planet
Gambar 1. Triple Bottom-line of Business (3P)
Penerapan pelaporan berkelanjutan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan karena
dengan menggunakan laporan berkelanjutan dapat membantu perusahaan untuk menetapkan
tujuan, mengukur kinerja dan mengelola perubahan sehingga kegiatan operasionalnya bias
berkelanjutan. Melalui penerapan ini diharapkan perusahaan dapat berkembang secara
berkelanjutan (sustainable growth) yang didasarkan atas etika bisnis (business ethics).
Berbagai peraturan ditetapkan untuk membuat organisasi atau perusahaan menjalankan
kegiatan operasionalnya tanpa mengorbankan lingkungan hidup. Aturan-aturan tersebut meliputi :
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU ini
mengatur tentang kewajiban setiap orang yang berusaha atau berkegiatan untuk menjaga,
mengelola, dan memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai lingkungan hidup.
Akibat hukum juga telah ditentukan bagi pelanggaran yang menyebabkan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
2. Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam UU ini diatur
kewajiban bagi setiap penanam modal berbentuk badan usaha atau perorangan untuk
melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar. Pelanggaran terhadap kewajiban tersebut
dapat dikenai sanksi berupa peringatan tertulis, pembatasan, pembekuan, dan pencabutan
kegiatan dan/atau fasilitas penanaman modal.
3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. UU ini mewajibkan bagi
perseroan yang terkait dengan sumber daya alam untuk memasukkan perhitungan
tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagai biaya yang dianggarkan secara patut dan
wajar. Pelanggaran terhadap hal tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No: KEP-
134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau
Perusahaan Publik. UU ini mengatur mengenai kewajiban laporan tahunan yang memuat
Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) harus menguraikan aktivitas dan biaya
yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat
dan lingkungan.
5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi Kehutanan) dan No. 33
(Akuntansi Pertambangan Umum). Kedua PSAK ini mengatur tentang kewajiban
perusahaan dari sektor pertambangan dan pemilik Hak Pengusaha Hutan (HPH) untuk
melaporkan item-item lingkungannya dalam laporan keuangan.
Selain memiliki kelebihan, penerapan pelaporan berkelanjutan juga memiliki kelemahan
atau tantangan. Menurut Schaltegger, Bennet, dan Burrit, 2006:308 mengemukakan beberapa
tantangan dalam pembuatan laporan berkelanjutan, sebagai berikut :
1. Kesepakatan mengenai keberlanjutan keberlanjutan atau pembangunan yang berkelanjutan
sulit untuk didefinisikan secara eksplisit. Konsekuensinya, fokus laporan keberlanjutan
biasanya berubah-ubah dengan cepat. Ini merupakan tantangan buat manajemen untuk
mengindentifikasi prioritas dalam laporan keberlanjutan dan bagaiman mengkomunikasikan
pemahaman mengenai keberlanjutan perusahaan.
2. Terkadang sulit untuk mengidentifikasi dan menganalisa issu mengenai keberlanjutan.
Manajemen memiliki tantangan untuk menghubungkan analisa strategi dan manajemen
dengan infomarsi manajemen, akunting, dan laporan keberlanjutan.
3. Kompleksitas dari keberlanjutan perusahaan sebagai kumpulan tujuan-tujuan yang saling
berhubungan seringkali menimbulkan masalah, pengukuran, dan komnukasi. Laporan
keberlanjutan harus didukung oleh akunting yang sistematis dan sistem informasi
manajemen yang berhubungan dengan masalah atau isu keberlanjutan.
4. Pengembangan solusi mengenai keberlanjutan memerlukan kerjasama dari berbagai orang
didalam organisasi. Hal ini memerlukan komunikasi yang efektif didalam organisasi tersebut.

Beberapa tantangan eksternal yang berhubungan dengan pemangku kepentingan :


1. Informasi mengenai keberlanjutan tidak selalu dapat diakses secara mudah oleh pemangku
kepentingan. Hal ini menimbulkan informasi asimetri antara perusahaan dan pemangku
kepentingan. Situtasi dari informasi asimetri inilah yang membuat kredibilitas perusahaan
ditanyakan, maka perusahaan diharapkan mampu mengkomunikasikan, verifikasi, dan
menjaminnya.
2. Perusahaan tidak selalu memiliki pengetahuan yang cukup tentang informasi yang
dibutuhkan oleh pemangku kepentingan. Akibatnya, terkadang laporan keberlanjutan tidak
selalu mengandung informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan.
3. Kebanyakan laporan keberlanjutan dibuat tidak spesifik, cenderung pembaca dipenuhi
banyak informasi dan ditargetkan kepada pembaca yang cakupannya terlalu luas. Untuk
menghindari hal ini, perusahaan mengkomunikasikan kepada pembaca yang yang tepat.
Oleh karena itu, hubungan antara ekonomi, sosial, dan ekologikal bisnis sangat penting
untuk dijelaskan.
4. Penyempurnaan standar dari laporan keberlanjutan harus dilakukan secara terus menerus.
Salah satu kritik pada laporan keberlanjutan mengenai komparabilitas yang rendah atau
format mengenai informasi standar yang diberlakukan secara umum. GRI adalah salah satu
pionir yang membuat panduan dalam laporan keberlanjutan. Indikator kinerja yand dapat
diaplikasikan dalam berbagai organisasi dalam berbagai industri. Penyempurnaan kualitas
data dan kualitas prosedur pengumpulan data untuk mendapatkan informasi keberlanjutan
yang berkualitas dan komparabilitas.

14.3 Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia


Sustainability reporting yang telah dikembangkan oleh Global Reporting
Initiative (GRI) sejak tahun 1999 hingga saat ini telah mendapatkan respon yang luar biasa dari
perusahaan dan telah diterapkan sekitar 1000an perusahaan global. Di ASEAN, banyak
perusahaan yang telah menggunakan sustainability reporting dalam menyajikan laporan kepada
pihak berkepentingan. Berikut adalah data penggunaan sustainability reporting di ASEAN :
Table 1. perbandingan organisasi pengguna SR di kawasan ASEAN
Di Indonesia, implementasi SR lebih banyak diterapkan di Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Berdasarkan data yang dihimpun dari situs BUMN terdapat 119 BUMN yang
terdaftar, namun hanya sebanyak 28 BUMN yang telah melakukan publikasi SR atau secara
prosentasi dibawah 30% BUMN yang telah menggunakan sustainability reporting.

Gambar 2. Daftar BUMN yang publikasi SR


Di Indonesia, perusahaan yang listing di bursa mempunyai kewajiban dalam membuat
pelaporan dan pengungkapan yang terbuka pada publik (investor atau calon investor). Kewajiban
pelaporan seperti laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan (financial statement)
yang dipublikasikan baik melalui Bursa Efek Indonesia maupun pada website perusahaan
masing-masing. Dalam laporan tahunan ini pun seringkali mencakup pelaporan
pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility – CSR).
Pada tahun 2011, dari 438 perusahaan yang saat ini tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI), baru ada sekitar 25 perusahaan yang membuat sustainability report (laporan
keberlanjutan). Hal tersebut diungkapkan oleh Ali Darwin, Chairman National Center for
Sustainability Report (NSCR). Berdasarkan pantauan penulis, sampai dengan tahun 2015, total
perusahaan publik Indonesia yang melakukan pelaporan berkelanjutan adalah sebanyak 41
emiten. Perkembangan yang cukup lumayan jika dibandingkan sejak tahun 2011.
Keengganan perusahaan publik dalam membuat laporan ini bisa disebabkan beberapa hal,
seperti tambahan biaya dan usaha dalam pembuatan laporan. Selain itu dengan belum adanya
kewajiban dari regulator pasar modal terkait pelaporan ini juga membuat para emiten merasa
belum butuh untuk menyiapkan laporan terkait.

14.4 Pelaporan Terintegrasi (Integrated Reporting)


Sustainbability reporting merupakan sebuah laporan yang membahas tentang
aktivitas perusahaan terkait dengan ekonomi, lingkungan, dan sosialnya yang penyajiannya
terpisah dengan annual report. Laporan yang terpisah tersebut dapat membingungkan
stakeholders dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, International Integrated Reporting
Council (IIRC) merilis rerangka pelaporan yang terintegrasi atau integrated reporting (IR) yang
memberikan informasi secara sistematis dan terpadu sehingga memberikan kemudahan bagi
stakeholders dalam pengambilan keputusan ekonomik perusahaan.
Menurut The International Integrated Reporting Committe (IIRC), Integrated Reporting
(IR) adalah suatu proses komunikasi informasi suatu organisasi kepada stakeholder tentang
penciptaan nilai dari waktu ke waktu dan juga berperan sebagai komunikasi yang ringkas dan
terintegrasi tentang bagaimana strategi, tata kelola, kinerja dan prosepek suatu organisasi
menghasilkan penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Konsep
inti dari integrated reporting adalah menyediakan satu laporan yang sepenuhnya
mengintegrasikan informasi keuangan perusahaan dan non keuangan seperti masalah
environmental, governance, social issues.
Dalam merumuskan integrated report, IIRC menjabarkan tujuan dibentuknya pelaporan
yang terintegrasi antara lain :
1. Meningkatkan kualitas dari informasi yang tersedia untuk penyedia modal sehingga
memungkinkan alokasi yang lebih efisien dan produktif terhadap modal.
2. Mempromosikan pendekatan yang lebih kohesif dan efisien untuk pelaporan perusahaan
pada pelaporan yang berbeda dan mengkomunikasikan berbagai faktor secara material yang
mempengaruhi organisasi untuk menciptakan nilai dari waktu ke waktu.
3. Meningkatkan akuntabilitas dan menetapkan dasar untuk modal ( finansial, manufaktur,
intelektual, manusia, hubungan sosial, dan alam) dan mempromosikan pehamanan mengenai
saling ketergantungannya.
4. Mendukung pemikiran terintegrasi, pengambilan keputusan, dan aksi yang mengarah pada
penciptaan nilai jangka pendek, menengah, dan panjang.

International Integrated Reporting Council (IIRC) memiliki prinsip-prinsip panduan


tentang integrated reporting. Berikut adalah prinsip-prinsip tersebut:
1. Fokus strategi. Integrated report menghubungkan tujuan dan sumber daya organisasi dengan
kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan nilai organisasi. Integrated Report
mengkomunikasikan apa yang penting bagi organisasi dari perspektif strategis. Hal tersebut
berarti menjelaskan mengenai (1) tujuan strategis organisasi; (2) yang telah digunakan
beserta rencana implementasi; (3) hubungan keduanya dengan komponen lainnya dari model
bisnis.
2. Konektivitas informasi. Integrated report menunjukkan hubungan komponen yang berbeda
di dalam organisasi bisnis diantaranya adalah faktor eksternal yang mempengaruhi
organisasi. Konektivitas adalah pusat untuk memastikan bahwa integrated report dapat
menjelaskan tentang perubahan di dalam pengambilan keputusan bisnis serta hubungannya
dengan pemikiran bisnis dan aktivitas bisnis. Contoh konektivitas termasuk:
a. Informasi tentang pengaruh dampak perubahan di lingkungan pasar terhadap strategi
organisasi.
b. Hubungan antara strategi dengan key performance indicators (KPIs), key risk indicators
(KRIs) dan remunerasi.
3. Orientasi Masa Depan. Integrated report menyajikan informasi harapan manajemen tentang
masa depan. Informasi tersebut bermanfaat membantu pengguna laporan untuk memahami
dan menilai prospek organisasi beserta risiko yang dihadapi. Orientasi ke masa depan
meliputi: (1) keseimbangan kepentingan organisasi pada jangka pendek dan jangka panjang;
(2) harapan organisasi kedepan; (3) rencana masa depan suatu organisasi; (4) kemungkinan
tantangan dan hambatan.
4. Tanggapan terhadap stakeholder. Integrated report memberikan pengetahuan mengenai
relasi antara organisasi dengan stakeholder. Integrated report juga memberi pandangan
tentang bagaimana serta sejauh mana organisasi memahami, memperhitungkan dan
menanggapi kebutuhan para stakeholder. Hal ini membantu organisasi untuk: (1)
mengidentifikasi isu-isu material; (2) mengembangkan dan mengevaluasi strategi organisasi;
(3) mengelola kegiatan termasuk tanggapan dan strategi terhadap masalah yang material.
5. Keringkasan, keandalan, dan materialitas. Sebuah integrated report menyediakan informasi
material ringkas yang dapat dipercaya untuk menilai kemampuan organisasi dalam
menciptakan dan mempertahankan nilai jangka pendek, menengah dan panjang. Dengan
begitu informasi menjadi relevan, reliable, dan material.
The Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) mengungkapkan beberapa
keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan apabila mengimplemntasikan integrated reporting
dalam memberikan informasi kepada stakeholders. Kelebihan tersebut antara lain :
1. More integrated thinking and management
2. Greater clarity on business issues and performance
3. Improved corporate reputation and stakeholder relationships
4. More efficient reporting
5. Employee engagement
6. Improved gross margins
7. Cost of capital impact?
Integrated reporting hadir dengan tampilan sempurna. Semua unsur-unsur yang tidak
terasji dalam sustainability reporting tersaji dalam integrated reporting sesuai dengan prinsip-
prinsip panduan model pelaporan ini. Di atas telah dipaparkan secara detail konsep dari
integrated reporting. Evolusi model pelaporan sangat menentukan masa depan perusahaan
karena Investor cenderung melirik entitas yang mengikuti tren pasar global.
Pernyataan dibawah ini sebagai gambaran mengapa Integrated reporting penting untuk
diterapkan.
“The development of IR was given impetus by the global financial crisis (GFC) and
driven by a perceived need for an improved method of reporting that incorporates a
range of financial and non-financial information necessary for effective decision-making
and risk management in the current business and financial environment (see, for
example, Abeysekera, 2012). Also, there is a growing awareness on the part of both
corporates and investors of the interconnectedness between financial stability and
environmental and social sustainability, and the need for greater integration between
financial and nonfinancial information, and present and future-oriented data, in
reporting to stakeholders”(Hanks and Gardiner, 2013)
Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa informasi keuangan dan non keuangan
sangat urgen adanya untuk mendukung keefektifan pengambilan keputusan dan juga menjaga
stabilitas keuangan, lingkungan, dan sosial serta menjadikan laporan terintegrasi sebagai media
komunikasi yang sempurna kepada stakeholders utamanya investor.

14.5 Komponen-komponen pada Sustainability Report


Tidak ada pendekatan satu ukuran untuk semua dalam merancang laporan ini. Sementara
beberapa organisasi (menengah-besar) memilih untuk menulis laporan standar yang digabungkan
dengan sertifikasi, yang lain memilih untuk membuat laporan keberlanjutan gaya bebas. Apa pun
itu, yang sering dimasukkan dalam laporan keberlanjutan adalah:
1. Pernyataan CEO yang secara singkat memperkenalkan visi dan pendorong di balik
sustainability report;
2. Presentasi struktur tata kelola organisasi dan model bisnis;
3. Konteks keberlanjutan, yaitu jenis analisis SWOT yang menjelaskan apa yang terjadi di
tingkat pasar dan industri;
4. Terinspirasi oleh analisis SWOT, penilaian dampak dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi dampak negatif utama organisasi dan risiko bisnis (di mana indikator untuk
mengukur kemajuan juga diidentifikasi);
5. Identifikasi pemangku kepentingan utama organisasi dan masalah yang paling
mengkhawatirkan mereka;
6. Analisis materialitas di mana kekhawatiran utama organisasi (4) dan pemangku
kepentingan (5) diidentifikasi sebagai prioritas;
7. Tinjauan kinerja dari waktu ke waktu di mana kemajuan dari waktu ke waktu dibagikan-
melalui indikator dan metrik utama
8. Beberapa cerita dan gambar menarik tentang bagaimana strategi keberlanjutan membuat
karyawan lebih termotivasi untuk bekerja, investor lebih bersedia untuk berinvestasi atau
LSM berkolaborasi dalam proyek strategis;

14.6 Manfaat Sustainability Report


CSR dan laporan keberlanjutan dapat digunakan untuk mencapai tujuan internal dan atau
eksternal.

14.6.1 Manfaat laporan ini bagi pihak internal

Secara internal, sustainability report penting karena memungkinkan perusahaan


memperkirakan dampak operasi mereka terhadap lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Melalui
data (yang seharusnya) terperinci dan bermakna yang dikumpulkan untuk laporan keberlanjutan,
perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan operasi mereka dan mengurangi biaya
operasional.
Mereka tidak hanya menjadi lebih siap untuk mengoptimalkan dan mengurangi konsumsi
energi; sebagai hasil dari peninjauan strategi inovasi produk siklus limbah atau peluang ekonomi
sirkular dapat ditemukan. Pada saat yang sama, pengumpulan data ini membutuhkan upaya
bersama dari berbagai departemen. Sebagai hasil dari data yang dibuat, karyawan sering kali
menjadi lebih sadar bahwa perusahaan berfokus pada CSR dan keberlanjutan, yang membuat
mereka bangga – meningkatkan retensi karyawan dan menurunkan turnover (dan biayanya) dan
pada akhirnya meningkatkan branding perusahaan.
Jadi pada intinya manfaat laporan keberlanjutan bagi pihak internal adalah:
1. Peningkatan pemahaman tentang risiko dan peluang
2. Menekankan keterkaitan antara kinerja keuangan dan non keuangan
3. Mempengaruhi strategi dan kebijakan manajemen jangka panjang, dan rencana bisnis
4. Memperlancar proses, mengurangi biaya, dan meningkatkan efisiensi
5. Tolok ukur dan penilaian kinerja keberlanjutan sehubungan dengan hukum, norma, kode,
standar kinerja, dan inisiatif sukarela
6. Menghindari terlibat dalam kegagalan lingkungan, sosial dan tata kelola yang dipublikasikan
7. Membandingkan kinerja secara internal, dan antara organisasi dan sektor

14.6.2 Manfaat laporan ini bagi pihak eksternal


Dalam hal manfaat eksternal, sustainability report dapat membantu perusahaan terlibat
lebih baik dengan pihak yang berkepentingan. Dengan memberi tahu pemangku kepentingan
mereka tentang keputusan proyek jangka pendek, menengah, dan panjang organisasi, perusahaan
dapat lebih memahami mana yang mungkin memiliki keluaran keuangan yang positif. Misalnya,
sustainability report membantu pemangku kepentingan untuk menyadari apakah perusahaan
berkontribusi positif untuk meminimalkan dampak negatif dari bahaya lingkungan atau hanya
berfokus pada peningkatan keuntungan bagi manajer dan investornya. Dengan cara ini,
konsumen dapat memutuskan apakah mereka ingin membeli dari merek yang misalnya
melindungi orangutan dengan menggunakan minyak sawit berkelanjutan atau yang memproduksi
pakaian secara lokal dengan sedikit kerusakan lingkungan dan membayar upah yang adil.
Investor dapat mengantisipasi jika perusahaan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi
konsekuensi perubahan iklim dan memutuskan apakah akan berinvestasi di dalamnya atau tidak.
Jurnalis dapat berbagi berita terbaik dari perusahaan terkemuka pada topik seperti polusi
mikroplastik atau pengasaman laut. LSM dapat memberikan tekanan dan mengekspos praktik
yang tidak bertanggung jawab.
Jadi pada intinya manfaat laporan keberlanjutan bagi pihak eksternal adalah:
1. Mengurangi dampak lingkungan, sosial dan tata kelola yang negatif
2. Meningkatkan reputasi dan loyalitas merek
3. Memungkinkan pemangku kepentingan eksternal untuk memahami nilai sebenarnya
organisasi, serta aset berwujud dan tidak berwujud
4. Menunjukkan bagaimana organisasi mempengaruhi, dan dipengaruhi oleh, ekspektasi
tentang pembangunan berkelanjutan.

14.7 Prinsip Sustainability Report


Standar GRI menjadi standar yang paling banyak digunakan oleh organisasi dalam
pelaporan keberlanjutan. Pelaporan keberlanjutan merupakan praktik terbaik secara global dalam
hal pelaporan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial kepada publik. Selain itu, termasuk
kontribusi positif dan negatif terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan. Dalam mencapai
pelaporan keberlanjutan yang berkualitas tinggi, terdapat prinsip-prinsip pelaporan untuk
menentukan isi laporan dan kualitas laporan.
Pada prinsip pelaporan untuk menentukan isi laporan, meliputi
1. Inklusivitas Pemangku Kepentingan
Organisasi harus mengidentifikasi para pemangku kepentingan (stakeholders) dan
menjelaskan bagaimana organisasi telah menanggapi harapan dan kepentingan
2. Konteks Keberlanjutan
Laporan harus menyajikan kinerja organisasi dalam konteks keberlanjutan yang lebih luas
3. Materialitas
Laporan harus mencakup topik-topik yang mencerminkan dampak sosial, lingkungan,
ekonomi yang signifikan organisasi pelapor atau secara substansial memengaruhi penilaian
dan keputusan dari stakeholders
4. Kelengkapan
Laporan harus menyertakan cakupan topik material dan batasannya yang cukup untuk
mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan, dan untuk
memungkinkan stakeholders menilai kinerja organisasi pelapor dalam periode pelaporan.

Selain itu, terdapat prinsip pelaporan untuk menentukan kualitas laporan, meliputi

1. Akurasi
Informasi yang dilaporkan harus akurat dan terperinci bagi stakeholders untuk menilai
kinerja organisasi pelapor.
2. Keseimbangan
Informasi yang dilaporkan harus mencerminkan aspek positif dan negatif dari kinerja
organisasi pelapor untuk memungkinkan penilaian yang beralasan atas kinerja secara
keseluruhan.
3. Kejelasan
Organisasi pelapor harus membuat informasi tersedia dengan cara yang dapat dimengerti
dan dapat diakses oleh stakeholders yang menggunakan informasi tersebut.
4. Keterbandingan
Organisasi pelapor harus memilih, menyusun, dan melaporkan informasi secara konsisten.
Informasi yang dilaporkan harus disajikan dengan cara yang memungkinkan stakeholders
untuk menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu dan yang bisa
mendukung analisis relatif terhadap organisasi lainnya.
5. Keandalan
Organisasi pelapor harus mengumpulkan, mencatat, menyusun, menganalisis, dan
melaporkan informasi serta proses yang digunakan dalam persiapan laporan dengan cara
yang dapat diperiksa dan memiliki kualitas dan materialitas informasi.
6. Ketepatan Waktu
Organisasi pelapor harus melapor secara rutin sehingga informasi tersedia tepat waktu bagi
stakeholders

14.8 Kesimpulan
Pelaporan berkelanjutan (Sustainable Reporting) adalah pelaporan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mengukur, mengungkapkan (disclose), serta upaya perusahaan untuk menjadi
perusahaan yang akuntabel bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk tujuan
kinerja perusahaan menuju pembangunan keberlanjutan yang terdapat prinsip dan standar
pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan terkait dengan aspek
ekonomi, lingkungan dan sosial. Di Indonesia, perusahaan yang listing di bursa mempunyai
kewajiban dalam membuat pelaporan dan pengungkapan yang terbuka pada publik (investor
atau calon investor). Kewajiban pelaporan seperti laporan tahunan (annual report) dan laporan
keuangan (financial statement) yang dipublikasikan baik melalui Bursa Efek Indonesia maupun
pada website perusahaan masing-masing. Dalam laporan tahunan ini pun seringkali mencakup
pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility – CSR).
Menurut The International Integrated Reporting Committe (IIRC), Integrated Reporting (IR)
adalah suatu proses komunikasi informasi suatu organisasi kepada stakeholder tentang
penciptaan nilai dari waktu ke waktu dan juga berperan sebagai komunikasi yang ringkas dan
terintegrasi tentang bagaimana strategi, tata kelola, kinerja dan prosepek suatu organisasi
menghasilkan penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
ACCA. 2017. Insights into Integrated Reporting : challenges and best practice responses.
ACCA
Daizy, Nilandri Das. 2014. Sustainability Reporting Framework: Comparative Analysis Of
Global Reporting Initiatives And Dow Jones Sustainability Index. International Journal
of Science, Environment and Technology, Vol. 3, No 1, 2014, 55 – 66
Elkington, J. (1997). Cannibals with forks, the triple bottom line of 21st century business.
Oxford: Capstone Publishing Limited.
Global Reporting Initiative (2013) : Pedoman Pelaporan Keberlajutan
GRI. (2013). GRI Financial Sector Disclosures. Amsterdam: Global Reporting Initiative.
International Integrated Reporting Council. 2013. The International <IR> Framework
KPMG (2011) : Integrated Rpeorting “Performance Insight Through Better Business Repoting
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No: KEP-134/BL/2006
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik
NN. 2017. Borsa İstanbul’s Bell Rings For Companies That Prepare Integrated Reports-
Integrated Reporting Experience Sharing Meeting Was Held. Online. Diakses pada 24
November 2017 dari http://www.mondovisione.com/media-and-resources/news/borsa-
istanbuls-bell-rings-for-companies-that-prepare-integrated-reports-inte/
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi Kehutanan) dan No. 33
(Akuntansi Pertambangan Umum
Schaltegger S., Bennet M., & Burrit R. (2006). Sustainability Accounting & Reporting.
Netherlands: Springer
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Anda mungkin juga menyukai