Sustainability Reporting
14.1 Latar Belakang
Akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan, sehingga
output dari akuntansi adalah laporan keuangan (Financial Report). Pada awal berkembangnya,
akuntansi hanya menyajikan informasi mengenai keuangan, sedangkan informasi mengenai
kegiatan-kegiatan sosial, lingkungan, pemberdayaan, dan yang lainnya diabaikan dalam
pelaporan keuangan (Financial Reporting). Jika didasarkan pada realitas tersebut, maka
perusahaan hanya berorientasi pada pemegang kepentingan (stakeholders) saja dengan cara
memaksimalkan laba bagaimanapun caranya, tanpa memandang dampak yang ditimbulkan dari
proses maksimalisasi laba tersebut.
Berdasarkan kelemahan yang dimiliki oleh Financial Reporting, kemudian muncul suatu
laporan manajemen (Management Reporting) yang menyajikan informasi keuangan dan
informasi lain yang terkait dengan tata kelola perusahaan. Kelemahan dari laporan manajemen
ini adalah tidak menyajikan komitmen perusahaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan yang
menjadi salah satu pondasi dalam keberlangsungan perusahaan tersebut. Selain itu, penerapan
laporan manajemen ini dapat meningkatkan eskalasi krisis sosial dan lingkungan dan dapat
merugikan kepentingan stakeholders.
Namun seiring perkembangan zaman, keilmuan turut mengalami perkembangan tak
terkecuali ilmu akuntansi. Perkembangan ilmu akuntansi terlihat pada perubahan sudut pandang
bisnis bahwa tujuan akhir organisasi telah berubah bukan hanya melakukan maksimalisasi laba,
melainkan juga mulai memandang outcomes yang ditimbulkan dalam proses maksimalisasi laba
tersebut melalui Tanggungjawab Sosial Perusahaan / Corporate Social Responsibility (CSR).
Penerapan program CSR ini bertujuan untuk melakukan perubahan rencana strategis (renstra)
yang dilakukan oleh organisasi agar mampu bertahan dimasa mendatang. Program CSR
diungkapkan dalam sebuah laporan keberlanjutan (sustainability report).
Tren pelaporan berkelanjutan (sustainability reporting) terbentuk karena adanya
kesadaran organisasi tentang manfaat dan kegunaan dari laporan tersebut, seperti mendorong
perusahaan untuk bersikap transparan mengenai rincian operasi perusahaan tersebut. Dalam
perspektif perusahaan, transparansi tersebut dapat meningkatkan kepercayaan kepada kreditur,
calon kreditur, investor dan calon investor. Selain itu, pelaporan berkelanjutan dapat digunakan
sebagai pembeda bagi stakeholders yang berinvestasi diperusahaan tersebut. Namun, pelaporan
berkelanjutan yang digagas tersebut memiliki kelemahan karena tidak menyajikan informasi
strategi, tata kelola dan remunerasi, kinerja dan prospek suatu organisasi sehingga menimbulkan
penciptaan nilai jangka pendek, menengah dan panjang. Selain itu, pelaporan berkelanjutan
menyajikan informasi yang tidak lengkap sehingga menyulitkan stakeholders dalam
pengambilan keputusan.
Mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh pelaporan berkelanjutan, maka
diperlukan suatu inovasi dalam pelaporan yang mampu mengintegrasikan semua jenis laporan
baik laporan keuangan, laporan manajemen dan laporan berkelanjutan sehingga terbentuk suatu
laporan yang bernama laporan terintegrasi (integrated reporting). Penerapan pelaporan
terintegrasi menyajikan secara bersama informasi material tentang strategi, tata kelola dan
remunasi, kinerja, resiko dan prospek perusahaan sehingga mencerminkan konteks komersial,
sosial dan lingkungan.
Dalam perkembangan akuntansi di Indonesia, pelaporan yang diterapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia adalah pelaporan berkelanjutan (sustainability reporting). Namun, penerapan
pelaporan tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh dari setiap perusahaan, hanya beberapa
perusahaan yang telah melakukan pelaporan berkelanjutan khususnya perusahaan yang dimiliki
oleh negara (BUMN). Hal tersebut berbeda dengan perusahaan-perusahaan lain di luar negeri
khususnya di eropa yang mulai meninggalkan pelaporan berkelanjutan dan beralih pada
pelaporan terintegrasi bahkan turki mulai bersiap-siap beralih pada pelaporan terintegrasi karena
telah terbukti memberikan manfaat yang lebih banyak bagi perusahaan (Mondovision, 2017).
Profit
People
Planet
Gambar 1. Triple Bottom-line of Business (3P)
Penerapan pelaporan berkelanjutan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan karena
dengan menggunakan laporan berkelanjutan dapat membantu perusahaan untuk menetapkan
tujuan, mengukur kinerja dan mengelola perubahan sehingga kegiatan operasionalnya bias
berkelanjutan. Melalui penerapan ini diharapkan perusahaan dapat berkembang secara
berkelanjutan (sustainable growth) yang didasarkan atas etika bisnis (business ethics).
Berbagai peraturan ditetapkan untuk membuat organisasi atau perusahaan menjalankan
kegiatan operasionalnya tanpa mengorbankan lingkungan hidup. Aturan-aturan tersebut meliputi :
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU ini
mengatur tentang kewajiban setiap orang yang berusaha atau berkegiatan untuk menjaga,
mengelola, dan memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai lingkungan hidup.
Akibat hukum juga telah ditentukan bagi pelanggaran yang menyebabkan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
2. Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam UU ini diatur
kewajiban bagi setiap penanam modal berbentuk badan usaha atau perorangan untuk
melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar. Pelanggaran terhadap kewajiban tersebut
dapat dikenai sanksi berupa peringatan tertulis, pembatasan, pembekuan, dan pencabutan
kegiatan dan/atau fasilitas penanaman modal.
3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. UU ini mewajibkan bagi
perseroan yang terkait dengan sumber daya alam untuk memasukkan perhitungan
tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagai biaya yang dianggarkan secara patut dan
wajar. Pelanggaran terhadap hal tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No: KEP-
134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau
Perusahaan Publik. UU ini mengatur mengenai kewajiban laporan tahunan yang memuat
Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) harus menguraikan aktivitas dan biaya
yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat
dan lingkungan.
5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi Kehutanan) dan No. 33
(Akuntansi Pertambangan Umum). Kedua PSAK ini mengatur tentang kewajiban
perusahaan dari sektor pertambangan dan pemilik Hak Pengusaha Hutan (HPH) untuk
melaporkan item-item lingkungannya dalam laporan keuangan.
Selain memiliki kelebihan, penerapan pelaporan berkelanjutan juga memiliki kelemahan
atau tantangan. Menurut Schaltegger, Bennet, dan Burrit, 2006:308 mengemukakan beberapa
tantangan dalam pembuatan laporan berkelanjutan, sebagai berikut :
1. Kesepakatan mengenai keberlanjutan keberlanjutan atau pembangunan yang berkelanjutan
sulit untuk didefinisikan secara eksplisit. Konsekuensinya, fokus laporan keberlanjutan
biasanya berubah-ubah dengan cepat. Ini merupakan tantangan buat manajemen untuk
mengindentifikasi prioritas dalam laporan keberlanjutan dan bagaiman mengkomunikasikan
pemahaman mengenai keberlanjutan perusahaan.
2. Terkadang sulit untuk mengidentifikasi dan menganalisa issu mengenai keberlanjutan.
Manajemen memiliki tantangan untuk menghubungkan analisa strategi dan manajemen
dengan infomarsi manajemen, akunting, dan laporan keberlanjutan.
3. Kompleksitas dari keberlanjutan perusahaan sebagai kumpulan tujuan-tujuan yang saling
berhubungan seringkali menimbulkan masalah, pengukuran, dan komnukasi. Laporan
keberlanjutan harus didukung oleh akunting yang sistematis dan sistem informasi
manajemen yang berhubungan dengan masalah atau isu keberlanjutan.
4. Pengembangan solusi mengenai keberlanjutan memerlukan kerjasama dari berbagai orang
didalam organisasi. Hal ini memerlukan komunikasi yang efektif didalam organisasi tersebut.
Selain itu, terdapat prinsip pelaporan untuk menentukan kualitas laporan, meliputi
1. Akurasi
Informasi yang dilaporkan harus akurat dan terperinci bagi stakeholders untuk menilai
kinerja organisasi pelapor.
2. Keseimbangan
Informasi yang dilaporkan harus mencerminkan aspek positif dan negatif dari kinerja
organisasi pelapor untuk memungkinkan penilaian yang beralasan atas kinerja secara
keseluruhan.
3. Kejelasan
Organisasi pelapor harus membuat informasi tersedia dengan cara yang dapat dimengerti
dan dapat diakses oleh stakeholders yang menggunakan informasi tersebut.
4. Keterbandingan
Organisasi pelapor harus memilih, menyusun, dan melaporkan informasi secara konsisten.
Informasi yang dilaporkan harus disajikan dengan cara yang memungkinkan stakeholders
untuk menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu dan yang bisa
mendukung analisis relatif terhadap organisasi lainnya.
5. Keandalan
Organisasi pelapor harus mengumpulkan, mencatat, menyusun, menganalisis, dan
melaporkan informasi serta proses yang digunakan dalam persiapan laporan dengan cara
yang dapat diperiksa dan memiliki kualitas dan materialitas informasi.
6. Ketepatan Waktu
Organisasi pelapor harus melapor secara rutin sehingga informasi tersedia tepat waktu bagi
stakeholders
14.8 Kesimpulan
Pelaporan berkelanjutan (Sustainable Reporting) adalah pelaporan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mengukur, mengungkapkan (disclose), serta upaya perusahaan untuk menjadi
perusahaan yang akuntabel bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk tujuan
kinerja perusahaan menuju pembangunan keberlanjutan yang terdapat prinsip dan standar
pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan terkait dengan aspek
ekonomi, lingkungan dan sosial. Di Indonesia, perusahaan yang listing di bursa mempunyai
kewajiban dalam membuat pelaporan dan pengungkapan yang terbuka pada publik (investor
atau calon investor). Kewajiban pelaporan seperti laporan tahunan (annual report) dan laporan
keuangan (financial statement) yang dipublikasikan baik melalui Bursa Efek Indonesia maupun
pada website perusahaan masing-masing. Dalam laporan tahunan ini pun seringkali mencakup
pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility – CSR).
Menurut The International Integrated Reporting Committe (IIRC), Integrated Reporting (IR)
adalah suatu proses komunikasi informasi suatu organisasi kepada stakeholder tentang
penciptaan nilai dari waktu ke waktu dan juga berperan sebagai komunikasi yang ringkas dan
terintegrasi tentang bagaimana strategi, tata kelola, kinerja dan prosepek suatu organisasi
menghasilkan penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
ACCA. 2017. Insights into Integrated Reporting : challenges and best practice responses.
ACCA
Daizy, Nilandri Das. 2014. Sustainability Reporting Framework: Comparative Analysis Of
Global Reporting Initiatives And Dow Jones Sustainability Index. International Journal
of Science, Environment and Technology, Vol. 3, No 1, 2014, 55 – 66
Elkington, J. (1997). Cannibals with forks, the triple bottom line of 21st century business.
Oxford: Capstone Publishing Limited.
Global Reporting Initiative (2013) : Pedoman Pelaporan Keberlajutan
GRI. (2013). GRI Financial Sector Disclosures. Amsterdam: Global Reporting Initiative.
International Integrated Reporting Council. 2013. The International <IR> Framework
KPMG (2011) : Integrated Rpeorting “Performance Insight Through Better Business Repoting
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No: KEP-134/BL/2006
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik
NN. 2017. Borsa İstanbul’s Bell Rings For Companies That Prepare Integrated Reports-
Integrated Reporting Experience Sharing Meeting Was Held. Online. Diakses pada 24
November 2017 dari http://www.mondovisione.com/media-and-resources/news/borsa-
istanbuls-bell-rings-for-companies-that-prepare-integrated-reports-inte/
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi Kehutanan) dan No. 33
(Akuntansi Pertambangan Umum
Schaltegger S., Bennet M., & Burrit R. (2006). Sustainability Accounting & Reporting.
Netherlands: Springer
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas