Anda di halaman 1dari 16

TUGAS SUMMARY SUB-CPMK 13

PELAPORAN KORPORAT

TENTANG
“Pelaporan berkelanjutan dan pelaporan Terintegrasi :”

DISUSUN OLEH :

NAMA : IQBAL TRI HILMI


NIM : 55521120031
JURUSAN : MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS MERCUBUANA
TAHUN 2022

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 1


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pelaporan Berkelanjutan, Sustainability Growth, Business Ethic, dan
Pelaporan Terintegrasi............................................................................................. 3
2.2 Elemen Pelaporan Terintegrasi ............................................................................. 11
2.3 Tujuan dan Manfaat Sustainability Report dan Pelaporan Terintegrasi ............... 19
2.4 Aturan – aturan Sustainability Report ................................................................... 22
2.5 Elemen – elemen yang dinilai di Sustainability Report ........................................ 22
2.6 Pengertian Pelaporan Terintegrasi (Integrated Reporting).................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 32

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Isu mengenai sustainability report (laporan berkelanjutan) semakin berkembang
pesat seiring dengan banyaknya perusahaan yang menerbitkan sustainability report.
Sustainability report mulai diterapkan di perusahaan-perusahaan, terutama perusahaan
yang go public untuk dapat mengukur, mengungkapkan, dan menjadi perusahaan yang
akuntabel. Pengungkapan sustainability report di kebanyakan negara, termasuk Indonesia
masih bersifat voluntary, artinya tidak ada aturan yang mewajibkan seperti halnya pada
penerbitan financial reporting (Utama dalam Suryono dan Prastiwi, 2011). Walaupun
setiap tahun perusahaan yang menerbitkan sustainability report meningkat tapi
peningkatan tersebut tidak sebanding dengan seluruh jumlah perusahaan yang ada di
Indonesia. Laporan keberlanjutan yang bersifat sukarela adalah sebagai bentuk tanggung
jawab sosial dan lingkungan perusahaan terhadap para stakeholder dan masyarakat agar
perusahaan mengetahui tanggung jawabnya terhadap masyarakat dan lingkungan. Oleh
karena itu, tujuan bisnis sekarang ini tidak hanya mementingkan keuntungan (profit)
tetapi juga harus memperhatikan lingkungan dan masyarakat.
Pada awal kemunculannya sustainability report hanya memfokuskan pada
kerusakan masalah sumber lingkungan dan sumber daya alam yang diakibatkan oleh
pertumbuhan industri yang semakin pesat. Tetapi hal ini mendapatkan kritikan karena
hanya berfokus pada pengembangan lingkungan dan mengabaikan pertumbuhan
kesejahteraan dan ekonomi. Saat ini perusahaan dituntut oleh stakeholder, investor,
karyawan, pemerintah bahkan masyarakat agar lebih transparan dan akuntabilitas dalam
menerapkan sustainability report. Ada lima faktor yang membuat konsep keberlanjutan
menjadi sesuatu yang penting, yaitu ketersediaan dana, misi lingkungan, tanggung jawab
sosial, implementasi dalam kebijakan, dan mempunyai nilai manfaat. Perusahaan dituntut
melakukan aktivitas sosial dalam menanggapi isu-isu ekonomi dan sosial yang sedang
berkembang di masyarakat. Menurut Global Reporting Iniative (GRI) sustainability report
adalah praktik pengukuran, pengungkapan, dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi
dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan
baik internal maupun eksternal.
Mekanisme pelaporan berkelanjutan mempunyai berbagai fungsi, bagi perusahaan,
laporan ini dapat menjadi alat ukur bagi pencapaian kerja dalam isu triple bottom line.
Bagi investor, laporan ini berfungsi sebagai alat kontrol pencapaian kerja dan
pertimbangan investor dalam mengalokasikan sumber daya finansialnya. Dan bagi
2
pemangku kepentingan lainnya seperti pemerintah, media, konsumen, akademis menjadi
tolak ukur apakah perusahaan benar-benar melakukan tanggung jawab sosialnya terhadap
masyarakat dan lingkungan sekitar.
Isi dari sustainability report juga termasuk mengenai bagaimana praktik corporate
social responsbility yang telah dirancang sebelumnya. Corporate social responsbility
mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan yang dengan keunggulan-keunggulan
yang ditawarkan, nilai perusahaan ditimbulkan dari berbagai aktivitas perusahaan
terhadap lingkungan sosial dan media.
Pengungkapan sustainability report tidak bisa terlepas dari pelaksanaan corporate
governance karena tujuan utama penerapan corporate governance adalah untuk
mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan pada masyarakat
dan lingkungan. Karekteristik corporate governance yang mempengaruhi pengungkapan
sustainability report adalah komite audit, dewan direksi, governance committee, dan
komisaris independen.
Perkembangan sustainability report di Indonesia telah mengalami perkembangan.
Adanya aturan tegas yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan tanggung jawab
sosial dan lingkungan, mendorong manajer perusahaan melakukan pengungkapan
sustainability report. Namun adanya alasan tersebut tidak membuat semua perusahaan di
Indonesia melakukan pengungkapan sustainability report. Tidak adanya single definition
dari sustainability reporting yang mampu diterima secara global maupun bagaimana
seharusnya bentuk format dari sustainability report itu sendiri menjadi alasan utama tidak
setiap perusahaan mau melakukan pengungkapan Dilling dalam Suryono dan Prastiwi
(2011). Alasan lainnya adalah karena setiap manajer perusahaan memiliki tingkat inisiatif
yang berbeda-beda untuk melakukan pengungkapan sustainability report, serta
pengungkapan ini juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

3
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pelaporan Keberlanjutan, Sustainability Growth, Business Ethic, dan
Pelaporan Terintegrasi
A. Laporan Keberlanjutan
Keberlanjutan membahas dampak yang dipandang dari sisi pengertian dan
rumusan yang memperhatikan mengenai hubungan antara sistem ekonomi yang
dinamis, perubahan ekologi secara berlahan terhadap keberlanjutan kehidupan manusia
dimasa depan. Dalam World Commission on Environment and Development terkait
dengan keberlanjutan pada korporasi, mengartikan keberlanjutan adalah
perkembangan yang memenuhi kebutuhan sekarnag tanpa mengorbankan kebutuhan
generasi yang akan datang. Dalam melakukan proses keberlanjutan tersebut,
pembngunan dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari perusahaan dan
meningkatkan dampak positif untuk mencapai tujuan ekonomi, lingkungan dan
masyarakat yang lebih berkelanjutan.
Global Reporting Initiative sebagai lembaga pembuat pedoman pengungkapan
laporan keberlanjutan (sustainability Report), mendefinisikan laporan keberlanjutan
sebagai praktik dalam mengukur dan mengungkapkan aktivitas perusahaan sebagai
tanggung jawab kepada stakeholdernya baik internal maupun eksternal mengenai
kinerja perusahaan dalam mewujudkan tujuan pembangunan keberlanjutan.
Gray dan Bebbington (2001) menjelaskan bahwa laporan keberlanjutan adalah
laporan non keuangan yang terpisah dari laporan keuangan. Laporan ini berfokus pada
lingkungan yang didalamnya terdapat pernyataan, definisi, misi, pernyataan mengenai
kebijakan atau tujuan, dan perkembangan pencapaian terkait lingkungan yang
diterbitkan oleh perusahaan atau organisasi.
Konsep laporan keberlanjutan merupakan turunan dari konsep Triple-Bottom Line
yang dikemukakan oleh John Elkington (1988). Diindonesi sendiri laporan
keberlanjutan sendiri merupakan jenis laporan yang bersifat sukarela. Laporan ini
diungkapkan sebagai pelengkap laporan keuangan namun dalam penyampaianya
laporan ini terpisah dari laporan keuangan perusahaan. Pelaporan keberlanjutan itu
sendiri diatur dalam pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No.1 paragraf
sembilan, yaitu perusahaan dapat pula menyajikan laporn tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri dimana
faktor faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang
menganggap pegawai sebagai kelompok pengguan laporan yang memegang pernan
5
penting. Implementsi pelaporan keberlanutan diindonesia didukung dengan sejumlah
aturn seperti UU no. 23/1997 tentang manajemen lingkungan dan aturan yang
dikeluarkan bursa efek indonesia mengenai prosedur dan persyaratan listing dang juga
standar laporan keuangan (PSAK)
Selain itu, kesadaran masyarakat tentang lingkungan telah meningkat begitu pesat,
oleh karena itu peranan suatu perusahaan terhadap lingkungannya baik lingkungan
intern maupun ekstern menjadi perhatian masyarakat di sekitar perusahaan tersebut.
Perusahaan mempunyai peran selain memberi manfaat positif terhadap ekonomi juga
berperan terhadap menurunnya kondisi sosial masyarakat. Beberapa perusahaan
mendapat kritik karena telah menimbulkan masalah sosial seperti polusi, penyusutan
sumberdaya, limbah, mutu, keamanan produk, hak dan status karyawan, keselamatan
kerja dan lain-lain (Rinda Yuninda, 2010) dalam (Munsaidah, Andini, dan Supriyanto
2016)
Global Reporting Initiative sebagai organisasi internsional independen yang
membantu bisnsi, pemerintah dan organisasi lainnya untuk memahami dam
mengkomunikasika isu isu bisnis mengenai dampak bisnis seperti perubahan iklim,
hak asasi manusia, dan lingkungan hidup telah membuat suatu kerangka kerja untuk
pelaporan kinerja perusahaan secara keuangan, sosial dan lingkungan.
Global Reporting Initiatives (GRI) merupakan salah satu pedoman yang
digunakan mayoritas perusahaan atau organisasi di dunia. Dalam panduan pelaporan
keberlanjutan, GRI membuat dua konsep standar pengungkapan, yaitu pengungkapan
setandar umum dan pengungkapan standar umum.
Pengungkapan Standar Umum terdiri dari Strategi dan Analisis, Profil Organisasi,
Aspek Material dan Boundary Teridentifkasi, Hubungan dengan Pemangku
Kepentingan, Profil Laporan, Tata Kelola, Etika dan Integritas
Sementara pengungkapan standar khusus terdiri dari pengungkapan pendekatan
manajemen dan indikator. Kemudian indiktor diperdalam dengan mengkonsep tiga
katagori yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial yang masing masing memiliki sub-
katagori yang harus perusahaan laporkan
B. Sustainability Growth
Sustainable Growth Rate memainkan peran penting dalam perencanaan keuangan
dan penilaian kinerja perusahaan. Pada beberapa tahun terakhir hal ini telah menjadi
fokus utama dalam pembahasan kelangsungan hidup perusahaan. Penelitian
sebelumnya memberi gambaran bahwa manajer selalu berusaha memaksimalkan
pertumbuhan perusahaan karena hal ini dapat berdampak positif terhadap peningkatan
6
pasar yang dapat menyebabkan peningkatan laba dimana berkontribusi terhadap
kesehatan keuangan perusahaan. Ide pertumbuhan berkelanjutan dikembangkan oleh
Robert Higgins (Altahtamouni et al., 2022)
Sustainable Growth Rate merupakan tingkat maksimum di mana perusahaan dapat
meningkatkan penjualannya tanpa menggunakan semua sumber keuangan sebagai
peningkatan penjualan tahunan yang konsisten dengan kebijakan keuangan
perusahaan, tingkat pertumbuhan berkelanjutan berubah-ubah dari tahun ke tahun
karena perhitungan rasio-rasio keuangannya tergantung kondisi keuangan pada periode
yang bersangkutan(Altahtamouni et al., 2022). Pengambilan keputusan yang baik di
bidang keuangan khususnya yang berkaitan dengan kemampuan pendanaan di masa
yang akan datang dapat dilakukan dengan pendekatan Sustainable Growth Rate.
Pendekatan. Sustainable growth rate mempunyai keunggulan dibandingkan
pendekatan kinerja keuangan lainnya yang cenderung hanya membandingkan kondisi
keuangan saat ini dengan kondisi keuangan tahun sebelumnya. Konsep Sustainbale
growth rate mampu menggambarkan kondisi aliran kas yang berkaitan dengan
penggunaan dana dan memberikan manfaat maximal yang dapat diperoleh koperasi
melalui pertumbuhan yang mengacu kepada kemampuan memperoleh profitabilitas
koperasi. Tingkat pertumbuhan berkelanjutan ini tergantung kepada kharakteristik
masingmasing koperasi sehingga akan berbeda satu sama lain (Pandit & Tejani, 2011).
Sustainable Growth Rate mengkombinasikan efisiensi operasional dan efektifitas aset
merupakan pendekatan dengan ukuran yang lengkap,karena pengambil keputusan
dapat melakukan perencanaan pengukuran kinerja keuangan di masa yang akan datang
dengan lebih realistis karena berdasar data historis dan kinerja serta kebijakan yang
dilaksanakan masa kini.
Beberapa pakar keuangan memberikan pengertian yang berbeda tentang
Sustainable Growth Rate. Sustainable Growth Rate (Ross et al., 2013) merupakan
maximalisasi pertumbuhan tanpa meningkatkan rasio perbandingan antara hutang dan
equity,sementara menurut Horne adalah peningkatan penjualan maksimal yang dapat
dicapai,dengan pengukuran hasil operasional,penarikan utang dan pembagian
keuntungan yang diperoleh.(Horne, 2005) Sustainable Growth Rate adalah kondisi
dimana struktur permodalan tetap dipertahankan namun ada pertumbuhan nilai
perusahaan yang menjamin keberlanjutan usahanya(Platt, H. D., Platt, M. B., & Chen,
1995). Sustainable Growth Rate merupakan tingkat pertumbuhan maksimum yang
dapat dicapai tanpa melakukan penambahan pembiayaan modal tetapi dengan cara
menjaga kondisi hutang dan modal sendiri. Pendekatan Sustainable Growth Rate
7
sangat bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan keuangan di masa yang
akan datang. Fungsi Sustainable Growth Rate sebagai pedoman dalam penetapan
strategi dan kebijakan keuangan menjadikan Sustainable Growth Rate merupakan alat
pengendalian yang efektif ,dimana tujuan ini akan tercapai jika pengelola mempunyai
kemampuan dalam memahami fungsi keuangan dalam operasionalisasi perusahaan
untuk mencapai tujuannya. ( Nasiha, n.d.,2021).
Orientasi bisnis koperasi pada anggota yang bersifat pelayanan atau servis dan
bukan profit eriented (Dasuki, 2018) Koperasi merupakan organisasi non-profit yang
mempunyai misi memasimalkan manfaat yang diterima anggota, bukan untuk
memaksimalisasi keuntungan namun menganggap strategi minimasi biaya koperasi.
Maka hal ini memungkinkan pengukuranpengukuran rasio profitabilitas koperasi
didesain berbeda dengan nonkoperasi yang tujuan utamanya memaksimalkan
keuntungan. Oleh karena itu perhitungan kinerja koperasi tidak boleh berdasarkan
laporan keuangan saja, akan tetapi dari segi aspek manfaat langsung keanggotaan perlu
diperhitungkan dalam pengukuran kinerja keuangan koperasi.
C. Business Ethic
Etika kata Yunani “ethos”, berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika berkaitan
dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat. Etika adalah falsafat moral, ilmu yang membahas nilai dan norma yang
diberikan oleh moralitas dan etika dalam pengertian pertama di atas. Etika berkaitan
dengan nilai-nilai, tatacara hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan segala
kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi
ke generasi yang lain. Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis,
yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etik merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan
bertindaknya seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat
sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang.
Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Rudito dan Famiola (2007)
mengemukakan etika bisnis merupakan suatu normatif disiplin dimana standar-standar
tertentu sudah ditentukan dalam lingkungan bisnis yang haras diterapkan dalam
menjalankan aktivitas bisnis. Standar-standar dalam etika bisnis inilah yang dipakai
sebagai standar penilaian apakah aktivitas-aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan
dinilai sebagai bisnis yang baik atau burak.
8
Beberapa isu-isu utama etika bisnis khususnya di Indonesia yang marak terjadi
adalah isu korupsi, pemalsuan atau pembajakan hak cipta, deskriminasi dan perbedaan
gender, serta konflik sosial dan masalah lingkungan (Rudito dan Famiola, 2007).
Masalah korupsi merupakan permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia dan
sulit untuk dihindari dan tidak mudah untuk diberantas karena telah menguasai segala
lapisan aspek dalam kehidupan masyarakat, salah satu contohnya adalah jalur cepat
pengurusan KTP atau SIM dengan ongkos yang tentunya jauh lebih mahal
dibandingkan melalui jalur biasa, pada level yang lebih tinggi setiap hari media
menyuguhkan berita-berita tentang kasus suap, korupsi pada tubuh perbankan atau
perusahaan-perusahaan nasional. Semua merupakan bentuk isu pelanggaran etika
dalam bisnis dunia usaha dalam wujud korupsi.
Isu etika bisnis yaitu diskriminasi gender dalam dunia kerja seringkali terjadi baik
secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, ditunjukkan dengan adanya
pembedaan perlakuan secara terbuka baik disebabkan perilaku, sikap, norma, nilai,
maupun aturan yang berlaku, dan secara tidak langsung, misalnya penetapan aturan
yang sama tetapi pada realitasnya menguntungkan salaih satu gender, misalnya dalam
hal sistem upah seringkali perempuan mendapatkan upah yang lebih rendah dengan
alasan kemampuan kerja lebih rendah dan dapat diperkerjakan untuk pekerjaan-
pekerjaan tertentu saja (Rudito dan Famiola, 2007).
Etika Bisnis merupakan salah satu bentuk dari Etika Terapan. Dalam Etika Bisnis
diterapkan secara khusus prinsip-prinsip dan norma-norma moral di bidang
bisnis. Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya prilaku manusia
dan sering disebut sebagai filsafat praktis (K. Bertens, 2009).
Sebagai bagian dari komunitas masyarakat, perusahaan memiliki tanggung
jawab sosial yang sama dengan masyarakat. Namun pada kenyataannya, tidak dapat
dipungkiri peran peran perusahaan di Indonesia saat ini sebagian besar hanya sebatas
memberikan dukungan dana secara sukarela (voluntary) dan bersifat
kedermawanan (philanthropy) sehingga kegiatan yang dilaksanakan kurang
memberikan manfaat nyata bagi masyarakat yang menjadi target sasaran. Masih
minimnya peran perusahaan dalam kehidupan sosial memunculkan pendapat bahwa
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan belum maksimal. Beberapa prinsip
Etika Bisnis:
1) Otonomi; Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri.
2) Kejujuran; Kejujuran dalam memenuhi syarat-syarat perjanjian, kejujuran dalam
9
penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang sebanding, kejujuran
dalam hubungan kerja intern.
3) Keadilan; memperlakukan setiap orang sesuai dengan haknya masing-
masing, baik dalam relasi eksternal maupun internal perusahaan.
4) Saling menguntungkan, bisnis dijalankan sedemikian rupa agar semua pihak
menikmati keuntungan.
5) Integritas moral, tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis

D. Pelaporan Terintegrasi
Pelaporan terintegrasi adalah komunikasi ringkas tentang bagaimana
strategisebuah organisasi, pemerintahan, kemungkinan dan kinerja, dalam kontek
darilingkungan external, menuntun untuk membuat nilai akhir jangka
pendek,menengah dan jangka panjang. Pelaporan terintegrasi harus dipersiapkan
sesuai dengan kerangka konseptualnya.

2.2 Elemen Pelaporan Terintegrasi


Sebuah laporan yang terintegrasi mencakup delapan Elemen Konten yang pada
dasarnya berhubungan dengan satu sama lain dan tidak salingeksklusif:
a) Gambaran organisasi dan lingkungan eksternal: Apa organisasi yangdan apa situasi di
mana ia beroperasi?
b) Pemerintahan: Bagaimana struktur tata kelola organisasi mendukungkemampuannya
untuk menciptakan nilai dalam jangka pendek,menengah dan jangka panjang?
c) Model Bisnis: Apa model bisnis organisasi?
d) Risiko dan Peluang: Apa risiko spesifik dan peluang yangmempengaruhi kemampuan
organisasi untuk menciptakan nilai
dalam jangka pendek, menengah dan panjang, dan bagaimana organisasi berurusan
dengan mereka?
e) Strategi dan alokasi sumber daya: mana organisasi ingin pergi dan bagaimana cara
bermaksud untuk sampai ke sana?
f) Kinerja: Sejauh mana organisasi mencapai tujuan strategis untuk periode dan apa
yang hasil-hasil dalam hal efek pada Modal ?
g) Outlook: Apa tantangan dan ketidakpastian merupakan organisasimungkin
menghadapi dalam mengejar strategi, dan apa implikasi potensial untuk model bisnis
dan kinerja di masa mendatang?

10
h) Dasar presentasi: Bagaimana organisasi menentukan apa hal-hal yangakan disertakan
dalam laporan terpadu dan bagaimana hal-hal tersebutdiukur atau dievaluasi?

2.3 Tujuan dan Manfaat


A. Tujuan Sustainability Report
Tekanan dari pertumbuhan kepedulian pada lingkungan, perubahan iklim, sosial,
ketidaksetaraan, kemiskinan, krisis ekonomi menempatkan perusahaan disoroti.
Peraturan baik nasional dan internasional mendorong perusahaan untuk mengadopsi
prinsip-prinsip tanggungjawab sosial dan lingkungan berkaitan dengan strategi, struktur
dan sistem manajemen (Needles, Frigo, Powers, & Shigaev, 2016). Global Reporting
Initiative (GRI) dan International Integrated Reporting Committee (IIRC) menerbitkan
generasi ke empat pedoman penyusunan sustainability reporting (G4) pada “Global
Conference on Sustainability and Reporting” Mei 2013. Dalam G4 menekankan
pedoman menfokuskan pada materialitas. G4 mempromosikan bahwa perusahaan
berkonsentrasi dalam menyusun sustainability reporting berkaitan dengan bisnis
mereka. G4 juga mendukung pengembangan lebih lanjut pada integrated reporting
berkonsentarsi pada informasi non keuangan(“G4 Sustainability Reporting Guidlines,”
2017). Global Reporting Initiative (GRI) telah mengeluarkan pedoman penyusunan
sustainability reporting yang dapat diakses pada website www.globalreporting.org dan
www.ncsr-id.org.
Perusahaan menyusun sustainability reporting sebagai alat yang vital dalam
membantu mengkomunikasikan isu-isu berkaitan dengan keberlanjutan perusahaan
(Caron & Tucotte, 2009). Laporan ini membangun hubungan yang sehat dengan
stakeholder yang merupakan hal yang penting untuk kesuksesan dan keberlanjutan
(Cortez & Cudia, 2011). Kumar, (2014) menganalisa praktek sustainability reporting di
India. Penelitian mengindikasikan bahwa stakeholder internal dari perusahaan gagal
untuk memahami kegunaan sustainability reporting. Leszczynska (2012) mengevaluasi
mengenai kejelasan dan ketepatan waktu dari sustainability reporting. Stakeholders
menemukan kegunaan secara umum dari sustainability reporting namun masih kurang
mencukupi. Lozano, Nummert, & Ceulemans (2016) mengungkapkan bahwa
keputusan untuk menerbitkan sustainability reporting didorong oleh motivasi internal
dan eksternal. Perkembangan dan publikasi sustainability reporting mendorong
perubahan keberlanjutan dalam perusahaan, mengarah pada pengembangan laporan
berikutnya. Ini mengarah pada perubahan data dan indikator, strategi, perubahan
organisasi, reputasi dan validasi, stakeholder dan laporan itu sendiri.
11
Aras & Crowther (2007) berpendapat bahwa ini adalah aspek penting dari
keberlanjutan perusahaan dan karena itu menambah dimensi lebih lanjut untuk analisis
keberlanjutan. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa dimensi ketiga yang kadang-
kadang diakui sebagai perilaku organisasi harus benarbenar membentuk konsep budaya
perusahaan yang jauh lebih luas. Oleh karena itu, ada empat aspek keberlanjutan, yang
perlu diakui dan dianalisis, yaitu:
1) Pengaruh kemasyarakatan, yang kami definisikan sebagai ukuran dampak yang
dibuat masyarakat terhadap korporasi dalam hal kontrak sosial dan pengaruh
pemangku kepentingan;
2) Dampak lingkungan, yang kami definisikan sebagai efek tindakan korporasi
terhadap lingkungan geofisiknya;
3) Budaya organisasi, yang kami definisikan sebagai hubungan antara perusahaan dan
pemangku kepentingan internal, khususnya karyawan, dan semua aspek dari
hubungan itu dan 4. Keuangan, yang kami definisikan dalam hal pengembalian yang
memadai untuk tingkat risiko yang dilakukan. Keempat ini harus dianggap sebagai
dimensi kunci keberlanjutan, yang semuanya sama pentingnya. Analisis ini karena
itu jauh lebih luas - dan lebih lengkap - daripada yang lain dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

B. Manfaat Sustainability Report


Ada beberapa manfaat dari pengungkapan laporan berkelanjutan (Sustainability
Reporting) yaitu antara lain:
1) Untuk mengungkapkan semua bidang selain mengenai keuangan yaitu berkaitan
dengan bidang ekonomi, lingkungan sosial dan tata kelola perusahaan.
2) Untuk mengungkapkan kebijakan perusahaan dan menjaga kondisi lingkungan dan
alam sekitarnya.
3) Untuk meningkatkan citra dan nama baik dari perusahaan bagi pelanggan dan
masyarakat sekitarnya.
4) Untuk meningkatkan minat investor tidak saja investor dalam negeri tetapi juga
investor asing untuk berinvestasi di Indonesia dan dapat melihat tidak saja laporan
keuangan tetapi juga laporan berkelajutan (sustainability reporting).
Menurut Kurucz et. al., (2008) mengidentifikasi empat kategori manfaat yang dapat
diperoleh perusahaan dari keterlibatan dalam kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan yaitu laporan berkelanjutan (sustainability reporting):
1) pengurangan biaya;
12
2) keunggulan kompetitif;
3) mengembangkan reputasi dan legitimasi; dan
4) memperoleh win-win solution.

C. Tujuan Pelaporan Terintegrasi


Pelaporan terintegrasi bertujuan untuk menyediakan wawasan tentang:
1) Lingkungan external yang mempengaruhi organisasi
2) Sumberdaya dan hubungan yang digunakan dan dipengaruhi olehorganisasi, yang
disebutkan secara kolektif dalam kerangka konseptualsebagai modal dan
dikategorikan dalam bagian 2C sebagai keuangan,manufaktur, intelektual, manusia,
sosial, hubungan dan alam.
3) Bagaimana organisasi berinteraksi dengan lingkungan ekternal danuntuk modal
membentuk nilai jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

2.4 Aturan – aturan Sustainability Report


Di Indonesia, pelaksanaan sustainability reporting didukung oleh sejumlah peraturan
pemerintah, diantaranya UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
UU No. 40 Perseroan Terbatas tahun 2007 pasal 66 ayat 2 tentang kewajiban perusahaan
dalam menyampaikan laporan tahunan salah satunya Laporan Pelaksanaan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan, dan pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perusahaan. Selain itu, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
1 dalam IAI tentang tanggung jawab atas laporan keuangan paragraf 9 (sembilan) secara
implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan
dan sosial dalam laporan tambahan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah.
Walaupun demikian, pada faktanya tidak semua perusahaan di Indonesia, termasuk
perusahaan berskala besar atau yang telah go public telah melaksanakan praktik
sustainability reporting. Berdasarkan observasi awal atas perusahaan tambang masuk bursa
dalam penelitian ini, ditemukan bahwa hanya sekitar 20 persen dari 41 perusahaan tersebut
menyajikan sustainability reporting. Praktik pelaporan informasi non finansial di negara-
negara berkembang memang masih mendapatkan perhatian yang minim. Praktik
pengungkapan informasi non finansial, seperti sustainability reporting, tidak dilakukan
seluas di negara maju (Andrew, Gul, Guthrie, dan Teoh, 1989).

2.5 Elemen – elemen yang dinilai di Sustainability Report


Pengungkapan standar dalam Sustainability Report menurut Global Reporting Initiative
13
(GRI) -G4 terdiri dari:
1) Ekonomi Keprihatinan dimensi ekonomis keberlanjutan yang terjadi akibat dampak
organisasi terhadap kondisi ekonomi para pemegang kepentingan di tingkat sistem
ekonomi lokal, nasional, dan global.
2) Lingkungan Dimensi Lingkungan dari keberlanjutan yang mempengaruhi dampak
organisasi terhadap sistem alami hidup dan tidak hidup, termasuk ekosistem, tanah, air
dan udara. Indikator Lingkungan meliputi kinerja yang berhubungan dengan input
(misalnya material, energi, dan air) dan output (misalnya emisi, air limbah, dan limbah).
3) Hak Asasi Manusia Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia menentukan bahwa
organisasi harus melaporkan sejauh mana hak asasi manusia diperhitungkan dalam
investasi dan praktek pemilihan supplier/kontraktor.
4) Sosial Indikator Kinerja Masyarakat memperhatikan dampak organisasi terhadap
masyarakat di mana mereka beroperasi, dan menjelaskan risiko dari interaksi dengan
institusi social lainnya yang mereka kelola.
5) Tanggung jawab produk Indikator Kinerja Tanggung Jawab Produk membahas aspek
produk dari organisasi pelapor dan serta jasa yang diberikan yang mempengaruhi
pelanggan, terutama, kesehatan dan keselamatan, informasi dan pelabelan, pemasaran,
dan privasi
6) Tenaga Kerja dan Pekerjaan Layak Dimensi sosial dari keberlanjutan membahas sistem
sosial organisasi di mana dia beroperasi. Indikator Kinerja Sosial GRI menentukan
Aspek Kinerja penting yang berhubungan dengan ketenagakerjaan, hak asasi manusia,
masyarakat dan tanggung jawab produk.

14
DAFTAR PUSTAKA

Global Reporting Initiative. 2013. G4 Sustainability Reporting Guidelines. Retrieved from


www.globalreporting.org.
Global Reporting Initiative. 2000. G3 Sustainability Reporting Guidelines. Retrieved from
www.globalreporting.org.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2012. Standar Akuntansi Keuangan. PSAK. Cetakan Keempat,
Buku Satu. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai