Oleh
Fitrarena Widhi Rizkyana/ 12030116420034
ABSTRAK
PEMBAHASAN
Teori Stakeholder
Menurut Freeman (1983) istilah stakeholders awalnya diperkenalkan oleh Stanford
Research Institute (SRI) yang merujuk pada “those groups without whose support the
organization would cease to exist”. Freeman mendefinisikan stakeholders sebagai kelompok
yang secara siginifikan mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan sebuah organisasi.
Stakeholder dibagi menjadi dua, yakni primary stakeholder seperti investor, kreditor,
karyawan, pemerintah. Dimana sebagai yang primary memegang peran penting dalam
keterlibatan kelangsungan perusahaan terkait. Dimana pihak-pihak disini secara ekonomi
terhubung jelas dan juga sebagai penanggung resiko. Secondary stakeholder, mempunyai
hubungan dengan perusahaan namun tidak secara ekonomi seperti media massa, lembaga
sosial, masyarakat (Clarkson, 1995).
Menurut Ghozali dan Chariri (2007), perusahaan harus berupaya menjaga hubungan
dengan stakeholders dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan mereka, terutama
yang mempunyai kekuatan terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk
aktivitas operasional perusahaan, seperti tenaga kerja, pelanggan, dan pemilik. Beberapa
alasan yang mendorong perusahaan; perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, antara
lain: 1) isu lingkungan yang dapat mengganggu kualitas hidup masyarakat, 2) era globalisasi
yang mendorong perdagangan produk yang bersahabat dengan lingkungan, 3) investor
cenderung memilih perusahaan yang mengembangkan kebijakan dan program lingkungan,
dan 4) banyaknya kritik terhadap perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan oleh
masyarakat maupun LSM dan pecinta lingkungan.
Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja
perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 1984). Dalam mengembangkan teori ini, Freeman
memperkenalkan konsep stakeholder dalam dua model: (1) model kebijakan dan perencanaan
bisnis; dan (2) model tanggung jawab sosial perusahaan dari manajemen stakeholder. Pada
model pertama, fokusnya adalah mengembangkan dan mengevaluasi persetujuan keputusan
strategis perusahaan dengan kelompok-kelompok yang dukungannya diperlukan untuk
kelangsungan usaha perusahaan. Dapat dikatakan bahwa, dalam model ini, stakeholder
theory berfokus pada cara-cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengelola
hubungan perusahaan dengan stakeholder-nya. Sementara dalam model kedua, perencanaan
perusahaan dan analisis diperluas dengan memasukkan pengaruh eksternal yang mungkin
berlawanan bagi perusahaan.
Donaldson dan Preston (1995) juga berpendapat bahwa stakeholders theory
merupakan hal yang berkenaan dengan pengelolaan atau ketatalaksanaan (managerial) yang
merekomendasikan sikap, struktur, dan praktik yang apabila dilaksanakan secara bersama-
sama membentuk sebuah filosofi manajemen stakeholder. Menurut Donaldson dan Preston
(1995), teori stakeholder dibagi dalam tiga aspek, yaitu :
1. Descriptive/Empirical, yang menyatakan bahwa teori digunakan untuk menjelaskan
karakter khusus dan perilaku perusahaan.
2. Instrumental, sebagai tambahan dari data descriptive, digunakan untuk
mengidentifikasikan hubungan antara manajemen stakeholders dengan hasil yang
didapatkan (profitabilitas, pertumbuhan, dll).
3. Normative, yang menyatakan bahwa teori digunakan untuk mengintrepetasikan fungsi dari
perusahaan, termasuk mengidentifikasi pedoman moral dan filosofi pada operasi dan
manajemen perusahaan.
Budimanta et al (2008) menyatakan bahwa perkembangan stakeholders theory
diawali dengan berubahnya bentuk pendekatan perusahaan dalam melakukan aktivitas usaha
dari old corporate relation menjadi new corporate relation. Old corporate relation
menekankan pada pelaksanaan aktivitas perusahaan secara terpisah tanpa adanya kesatuan
diantara fungsi-fungsi pelaksananya, sedangkan new-corporate relation menekankan pada
kolaborasi antara perusahaan dengan seluruh stakeholder-nya sehingga perusahaan bukan
hanya menempatkan dirinya sebagai bagian yang bekerja sendiri dalam sistem sosial
masyarakat.
Aktivitas sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan memaksimalkan laba
untuk kepentingan pemegang saham (shareholder), namun lebih luas lagi bahwa
kesejahteraan yang diciptakan oleh perusahaan tidak terbatas kepada kepentingan pemegang
saham, tetapi juga untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai
keterkaitan terhadap perusahaan (Widianto, 2011). Dengan demikian, salah satu strategi yang
dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga hubungan dengan stakeholder dan shareholder
yaitu dengan menyusun dan mengungkapkan secara sukarela atas Sustainability Report.
Strategi yang dilakukan ini berguna untuk mebuktikan kepada masyarakat atas kepedulian
perusahaan tersebut dalam menjaga lingkungan dan memberikan nilai tambah serta manfaat
bagi masyarakat yang merupakan stakeholder-nya. Hubungan perusahaan dengan stakeholder
dibangun berdasarkan konsep kebermanfaatan yang membangun kerjasama untuk bisa
membangun kesinambungan usaha perusahaan. Pengungkapan Sustainability Report dapat
memenuhi keinginan dari stakeholder sehingga akan menghasilkan keadaan yang harmonis
antara perusahaan dengan stakeholder-nya sehingga perusahaan dapat mencapai
keberlanjutan perusahaan (Muallifin, 2016).
Teori Legitimasi
Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berusaha beroperasi dalam
bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan agar aktivitas mereka
diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang sah (Deegan, 2004). Guthrie dan Parker (1989)
menyatakan bahwa teori legitimasi berdasarkan pada gagasan “perusahaan beroperasi di
dalam masyarakat melalui suatu kontrak sosial, kemudian perusahaan tersebut akan membuat
kesepakatan untuk melaksanakan berbagai macam tindakan yang diinginkan oleh masyarakat
sebagai balasan atas diterimanya tujuan perusahaan, kelangsungan hidup perusahaan, dan
penghargaan lainnya”.
Suchman (1995) dalam Rosita Candra (2009) menyatakan bahwa legitimasi dapat
dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh
suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan
sistem norma, nilai kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial. Ghozali dan
Chariri (2007) pun menjelaskan bahwa hal yang melandasi teori legitimasi adalah kontrak
sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan
menggunakan sumber ekonomi. Ghozali dan Chariri (2007) memberikan penjelasan tentang
konsep kontrak sosial sebagai berikut: Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan
beroperasi di masyarakat melalui kontrak sosial-baik eksplisit maupun implisit-dimana
kelangsungan hidup dan pertumbuhannya didasarkan kepada : 1) hasil akhir (output) yang
secara sosial dapat diberikan kepada masyarakat yang luas; 2) distribusi manfaat ekonomi,
sosial atau politik kepada kelompok sesuai dengan power yang dimiliki.
Menurut teori ini suatu perusahaan beroperasi dengan ijin masyarakat, dimana ijin
dapat ditarik apabila masyarakat menilai jika perusahaan tidak melakukan hal-hal yang
diwajibkan kepadanya (Sari, 2013). Perusahaan dapat mengungkapkan informasi yang
berhubungan dengan organisasi sosial, komunitas masyarakat, dan lingkungan yang
diperlukan. Informasi tersebut dapat diungkapkan dalam Sustainability Report sebagai
akuntabilitas terhadap publik yang bertujuan untuk mendapat legitimasi masyarakat dan
menjelaskan bagaimana dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan.
Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut
keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai
yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan
perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh
masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan keberlanjutan mereka untuk menggambarkan
kesan tanggungjawab terhadap lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat
(Siregar, 2013).
Sustainability Report
a. Konsep Sustainability
Seorang ekonom, Solow (1991) dalam (Whitehead, 2006), mengemukakan
sustainability sebagai hasil masyarakat yang memungkinkan generasi mendatang setidaknya
tetap memiliki kekayaan alam yang sama dengan generasi yang ada pada saat ini. Pandangan
lain mengatakan sustainability merupakan suatu keadaan yang dapat dipertahankan dalam
jangka waktu yang tidak terbatas (Daly dalam Nugroho, 2000).
Definisi sustainability yang diadopsi dari United Nations yakni pembangunan yang
wawasan multidimensional dalam mencapai kualitas hidup yang lebih tinggi. Pembangunan
ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan terhadap lingkungan akan saling tergantung
dan memperkuat komponen-komponen yang ada pada pembangunan berkelanjutan
(Kuhlman, 2010).
Tabel 1
KESIMPULAN
Sustainability Reporting merupakan stategi yang dilakukan perusahaan untuk
publikasi informasi yang mencerminkan kinerja perusahaan dalam dimensi ekonomi, sosial,
dan lingkungan. Selain itu, Sustainability Report juga merupakan moral agent bagi
perusahaan. Perusahaan yang mengungkapkan Sustainability Report berarti ingin
menunjukkan komitmen perusahaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan kepada
stakeholder serta menunjukkan transparansi dan mendapatkan umpan balik pada kinerja
perusahaan dalam menanggapi tuntutan informasi dari stakeholder.
. Sustainability Reporting dipercaya dapat meningkatkan reputasi dan kepercayaan
bagi konsumen. Reputasi dan kepercayaan perusahaan yang tinggi di mata konsumen
berdampak pada loyalitas yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan.
Timbul berbagai guidelines atau pedoman yang dibuat oleh lembaga pembuat pedoman yaitu
Global Reporting Initiative (GRI). GRI merupakan sebuah organisasi non-profit yang
mempromosikan keberlanjutan ekonomi.
Motivasi pengungkapan Sustainability Reporting oleh manajer perusahaan didukung
dan dijelaskan dalam stakeholders theory maupun teori legitimasi. Jika stakeholders theory
dimotivasi oleh pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan, maka teori
legitimasi menggunakan motivasi untuk mendapatkan pengesahan atau penerimaan dari
masyarakat.
Manfaat yang didapat dari Sustainability Report antara lain:
1. memberikan informasi kepada stakeholder dan meningkatkan prospek perusahaan, serta
membantu mewujudkan transparansi;
2. membantu membangun reputasi;
3. menjadi cerminan bagaimana perusahaan dalam mengelola risikonya;
4. digunakan sebagai stimulasi leadership thinking dan performance yang didukung dengan
semangat kompetisi;
5. mengembangkan dan menfasilitasi pengimplementasian sistem manajemen yang lebih
baik dalam mengelola dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial;
6. mencerminkan secara langsung kemampuan dan kesiapan perusahaan untuk memenuhi
keinginan pemegang saham untuk jangka panjang; dan
7. membantu membangun ketertarikan para pemegang saham dengan visi jangka panjang
dan membantu mendemonstrasikan bagaimana meningkatkan nilai perusahaan yang
terkait dengan isu sosial dan lingkungan.
Prinsip-prinsip untuk menentukan konten laporan menurut GRI-G4 Guidelines antara
lain:
1. Pelibatan pemangku kepentingan
2. Konteks keberlanjutan
3. Meterialitas
4. Kelengkapan
Prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan keuangan yang tercantum dalam
GRI-G4 Guidelines antara lain:
1. Keseimbangan
2. Komparabilitas
3. Akurasi
4. Ketepatan waktu
5. Kejelasan
6. Keandalan
Sustainability reporting menurut GRI G4 Guidelines terdiri dari 3 dimensi berikut:
1. Ekonomi
2. Lingkungan
3. Sosial
Kategori sosial berisi sub-kategori:
a. Praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja
b. Hak asasi manusia
c. Masyarakat
d. Tanggung jawab atas produk
DAFTAR PUSTAKA
ACCA. The Association of Chartered Certified Accountants. 2013. The Business Benefits Of
Sustainability Reporting in Singapore. Singapore.
Ahmad, Fandi. 2014. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Profitabilitas terhadap
Pengungkapan Sustainability Report. Skripsi. Universitas Negeri Padang. Padang.
Astuti, Apri Dwi dan Juwenah. 2017. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report
terhadap Nilai Perusahaan yang Tergabung dalam LQ 45 Tahun 2012-2013. Jurnal Vol. 2
No. 01. 2017.
Ballou, Brian, L. Heitger, dan Charles E. Landes. 2006. The Future of Corporate
Sustainability Reporting: A Rapidly Growing Assurance Opportunity.
http://www.journalof accountancy.com/. Diunduh 7 Juli 2017.
Basalamah, A.S. & Jermias. 2005. Social and Environmental Reporting and Auditing in
Indonesia. Gadjah Mada International Journal of Business, Vol.7, pp.109–127.
Budimanta, A., et al. 2008. Corporate Social Responsibility Alternatif bagi Pembangunan
Indonesia (2nd ed.). Jakarta: ICSD.
Brundtland Report, 1987, Our Common Future. Oxford University Press, Oxford.
Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntani. Fakultas Ekonomi: Universitas
Diponegoro Semarang
Chariri, A dan A.J,Firman. 2009. Retorika Dalam Pelaporan Corporate Social
Responsibility: Analisis Semiotik Atas Sustainability reporting PT Aneka Tambang Tbk.
Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang. 4-6 November 2009.
Clarkson, M. B. 1995. A Stakeholders Framework for Analyzing and Evaluating Corporate
Social Performance. Academy of Management Review. 20, 1995.
Deegan, Craig. 2004. Financial Accounting Theory. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Donaldson, Thomas dan Lee E. Preston. 1995. The Stakeholder Theory of the Corporation:
Concepts, Evidence, and Implications. The Academy of Management Review, 20 (1).
Elkington, J. 1997. Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st Century Business.
Capstone. Oxford
Ernst & Young Global Limited. 2013. Value of Sustainability Reporting. A study by Ernst &
Young LLP and the Boston College Center for Corporate Citizenship.
Falk. 2007. Sustainability Reporting and Business Value. European CEO. Diakses 30
Oktober 2013.
Freeman, E.R. 1983. Strategic Management, A Stakeholder Approach. Massachusetts: Pitman
Publishing Inc.
Freeman, E.R. 1984. Strategic Management, A Stakeholder Approach. Massachusetts: Pitman
Publishing Inc.
Ghozali, Imam dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Global Reporting Initiative. (2006). Sustainability Reporting Guidelines. Retrieved July 8,
2017, from https://www.globalreporting.org/ resourcelibrary/G3.1-Sustainability-
Reporting-Guidelines.pdf
Global Reporting Initiative, 2011, G4 Sustainability Reporting Guideline.
http://www.globalreporting.org/information/about-gri/what-is-GRI/Pages/default.aspx
Gunawan, Wahyu. 2010. Kebut Sehari Menjadi Master PHP. Yogyakarta: Genius Publisher.
Guthrie, J. And Parker, L.D. 1989. Corporate Social Reporting: A Rebuttal of Legitimacy
Theory. Accounting and Business Research, Vol. 19 N0. 76, pp. 345-52.
Indonesia. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2006. Peraturan
Bapepam-LK nomor X.K.6. Retrieved July 7, 2017 from
http://www.bapepam.go.id/old/hukum/peraturan/X/X.K.6.pdf
Indonesia, Presiden Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia nomor
40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Retrieved July 7, 2017 from
http://prokum.esdm.go.id/uu/2007/uu-40-2007.pdf
Indonesia, Presiden Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang Republik Indonesia nomor
23 tahun 1997 tentang Lingkungan. Retrieved July 7, 2017.
Institute of Certified Manajement Accountants. (n.d.). Strategic Cost Management. Australia:
CMA House.
Kasali, R. 2005. Manajemen Public Relations. Grafiti, Jakarta.
Kirana, Rosita Candra, 2009. Studi Perbandingan Pengaturan Tentang Corporate Social
Responsibility di Beberapa Negara Dalam Upaya Perwujudan Prinsip Good Corporate
Gavernance. Tesis S2 Magister Ilmu Hukum Bisnis Universitas Sebelas Maret.
KPMG International Cooperative. 2008. Sustainability Reporting: A Guide.
http://www.group100.com.au/ publications/kpmg_g100_SustainabilityRep20 0805.pdf
Kuhlman, Tom. 2010.” What Is Sustainability ?”. dalam ISSN Journal. http//www.mdpi.com.
Diakses tanggal 7 Juli 2017.
Lean, S. 2009. The Role of Theory in Explaining Motivation for Corporate Social
Disclosures: Voluntary Disclosures vs Solicited Disclosures. Australasian Accounting
Business and Finance Journal, 3(4)
Lesmana. Yuliani dan Josua Tarigan. 2014. Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan Publik dari Sisi Asset Management Ratios. Business
Accounting Review, 2(1): h:101-110.
Muallifin, Ovi Rizki. 2016. Dampak Pengungkapan Sustainability Report terhadap Kinerja
Keuangan dan Kinerja Pasar. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 5 No. 5 (2016).
Nugroho, Firman Aji. 2009. ”Analisis Atas Narrative Text Pengungkapan Corporate Social
Responbility dalam Sustainability Report PT.Aneka Tambang,Tbk”. Skripsi S1 Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
Reddy, K. & Gordon, L.W. 2010. The Effect of Sustainability Reporting on Financial
Performance: An Empirical Study Using Listed Companies. Journal of Asia
Entrepreneurship and Sustainability, 6(2).
Safitri, Dian Anggraeni. 2015. Sustainability Report terhadap Kinerja Keuangan dan Pasar.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 4 (2015).
Sari, M. P. Y. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, dan Corporate
Governance terhadap Pengungkapan Sustainability Report. Thesis. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Schaltegger, Stefan, dkk. 2006. Sustainability Accounting and Reporting.Dordrecht: Springer.
Sejati, Bima Putranto. 2014. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Kinerja
dan Nilai Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Siregar, I. 2013. Hubungan Antara Kinerja Lingkungan Dan Kinerja Komite Audit Dengan
Kualitas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan
Manufaktur Di BEI. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Soelistyoningrum, Jenia Nur dan Andri Prastiwi. 2011. Pengaruh Pengungkapan
Sustainability report terhadap Kinerja Keuangan: Studi Empiris pada Perusahaan
yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro
Semarang.
Suryawijaya dan Setiawan. 1998. Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik
Dalam Negeri (Event Study pada Peristiwa 27 Juli 1996). Yogyakarta: Kelola Gajah
Mada University Business Review No. 18/VII/1998.
Susanto, Yohannes Kurniawan dan Josua Tarigan. 2013. Pengaruh Pengungkapan
Sustainability Report terhadap Profitabilitas Perusahaan. Business Accounting
Review, 4(1): h:6.
Tarigan, Josua dan Hatane Semuel. 2014. Pengungkapan Sustainability Report dan Kinerja
Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 16, No. 2. Hal 88-101
Utama, Sidharta, 2007. “Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan di Indonesia,” http://www.ui.ac.id
Weber, O., Koellner, T., Habegger, D., Steffensen, H., & Ohnemus, P. (2008). The Relation
Between Sustainability Performance and Financial
Whitehead, John. 2006. “ Global Warming and Sustainability”. http//www.enve con.net.
Diakses tanggal 12 Januari 2014.
Widianto, Hari Suryoni. (2011). “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas,
Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan
Sustainability Report”. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Wijayanti, Rita. 2016. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan. Jurnal. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Wulandari, Puspita Dewi. 2015. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap
Kinerja Keuangan Studi Empiris Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek
Indonesia. Skripsi. Universitas Trisakti. Jakarta
www.wbscd.org
www.ncsr-id.org