Anda di halaman 1dari 21

SUSTAINABILITY REPORT

Disusun guna memenuhi tugas Teori Akuntansi

Oleh
Fitrarena Widhi Rizkyana/ 12030116420034

Magister Akuntansi Angkatan 36


Universitas Diponegoro
2017
ABSTRACT

Sustainability Report is a form of corporate responsibility in maintaining a balance


between profit-people-planet. The Sustainability Report contains information on financial
performance and non-financial information. Sustainability Report disclosure is considered as
a form of accountability, reponsibility, and transparency of the company to its stakeholders
who are believed to increase the value of the company. Many companies have begun to
disclose this Sustainability Report because of the encouragement of the National Center For
Sustainability Reporting (NCSR) agency by providing an annual award for the disclosed
Sustainability Report. Motivation of disclosure Sustainability Reporting by corporate
managers is supported and explained in stakeholders theory and theory of legitimacy.

ABSTRAK

Sustainability Report merupakan bentuk tanggungjawab perusahaan dalam menjaga


keseimbangan antara profit-people-planet. Sustainability Report berisi informasi kinerja
keuangan dan informasi non keuangan. Pengungkapan Sustainability Report dinilai sebagai
bentuk akuntabilitas, reponsibilitas, dan transparansi perusahaan kepada stakeholders-nya
yang dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Banyak perusahaan telah mulai
mengungkapkan Sustainability Report ini dikarenakan mendapat dorongan dari lembaga
National Center For Sustainability Reporting (NCSR) dengan memberikan penghargaan
tahunan atas Sustainability Report yang diungkapkan. Motivasi pengungkapan Sustainability
Reporting oleh manajer perusahaan didukung dan dijelaskan dalam stakeholders theory
maupun teori legitimasi.
PENDAHULUAN
Dewasa ini perusahaan mulai memperhatikan kegiatan organisasinya guna
pembangunan jangka panjang. Pembangunan jangka panjang yang dilakukan perusahaan
yaitu dengan menjaga keseimbangan antara profit-people-planet yang dikenal dengan konsep
Triple Bottom Line (TBL). Konsep ini telah diperkenalkan oleh Elkington (1997) yang
kemudian memberikan pernyataan bahwa perusahan harus bertanggung-jawab atas dampak
positif maupun negatif yang ditimbulkan terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan
hidup. Hal ini juga di dukung oleh De klerk et al (2015), jika dulu perusahaan hanya
memfokuskan perhatian pada aspek finansial, kini perusahaan juga dituntut untuk
bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
Semua kegiatan organisasi dalam ketiga aspek yang dilakukan perusahaan dapat
dicukupi dengan mengungkapkan Sustainability Report. Susanto dan Tarigan (2013)
menyatakan bahwa Sustainability Reporting memuat tidak saja informasi kinerja keuangan
tetapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari informasi aktivitas sosial dan lingkungan
yang memungkinkan perusahaan bisa bertumbuh secara berkesinambungan (sustainable
performance). Sementara Sustainable performance, menurut Tarigan dan Samuel (2014),
merupakan kinerja yang dihasilkan dengan menyeimbangkan ketiga aspek dalam konsep
TBL yang terletak pada pertemuan antara, people-sosial; planet-environment; dan profit-
economic.
Informasi kinerja keuangan dan informasi non keuangan yang terdapat dalam
Sustainability Report berguna bagi pemangku kepentingan dalam mempertimbangkan
keputusannya. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Ballou et al (2006) bahwa Sustainability
Reporting dapat dipahami sebagai cara perusahaan untuk menjawab permintaan stakeholders
(pemangku kepentingan) terhadap informasi kinerja perusahaan dan manajemen risiko. The
Association of Chartered Certified Accountants (2013) menyatakan bahwa Sustainability
Reporting merupakan publikasi informasi yang mencerminkan kinerja organisasi dalam
dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Selain itu, Sustainability Report juga merupakan
moral agent bagi perusahaan yaitu dengan melakukan “aktivitas” serta “interaksi” dengan
masyarakat, sehingga memiliki tanggung jawab terhadap lingkungannya. Tanggung jawab
moral ini mengharuskan perusahaan untuk mempertimbangkan kepentingan pihak lain yang
berhubungan dengan aktivitas perusahaan (stakeholders).
Perusahaan yang mengungkapkan Sustainability Report berarti ingin menunjukkan
komitmen perusahaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan kepada stakeholder serta
menunjukkan transparansi dan mendapatkan umpan balik pada kinerja perusahaan dalam
menanggapi tuntutan informasi dari stakeholder (Weber et al, 2008). Chariri (2009) juga
menyatakan bahwa Sustainability Report kian menjadi tren dan kebutuhan bagi perusahaan
progresif untuk menginformasikan perihal kinerja ekonomi, sosial dan lingkungannya
sekaligus kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) perusahaan.
Stakeholders menurut Kasali (2005) terdiri dari stakeholders internal dan stakeholders
eksternal. Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada dalam lingkungan
organisasi, misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholders). Sedangkan,
stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti
pemasok, konsumen, masyarakat dan pemerintah. Pemegang saham menginginkan agar
investasi yang telah ditanamkannya dapat berkembang, pihak pemerintah menginginkan agar
perusahaan mengikuti aturan yang telah ditetapkan, sementara masyarakat umum
menginginkan perusahaan mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitarnya,
dan perusahaan mampu melakukan proses produksi yang ramah lingkungan tidak merusak
lingkungan (Safitri, 2015).
Seiring dengan berkembangnya kesadaran, kepekaan, dan keinginan, serta harapan
dari stakeholders terhadap kegiatan perusahaan maka konsep tanggung jawab sosial muncul
dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan di
masa yang akan datang. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Suryawijaya dan Setiawan
(1998) bahwa perusahaan sebagai suatu instrumen ekonomi, maka tidak akan lepas dari
berbagai pengaruh lingkungan, terutama lingkungan ekonomi dan lingkungan politik.
Praktik dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan konsekuensi
logis dari implementasi konsep Corporate Governance, yang menyatakan bahwa perusahaan
perlu memperhatikan kepentingan stakeholders-nya, sesuai dengan aturan yang ada dan
menjalin kerja sama yang aktif dengan stakeholders-nya demi kelangsungan hidup jangka
panjang perusahaan (Utama, 2007). Selain itu, praktik dan pengungkapan tanggung jawab
sosial merupakan ketentuan yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas yang ada pada Pasal 66 Ayat 2b dan 2c serta Pasal 74 Ayat
1, dan diamanatkan juga dalam Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) Nomor X.K.6.
Menurut Reddy dan Gordon (2010) bahwa tidak seperti financial reporting yang
sudah memiliki regulasi dan panduan yang konsisten, sustainability reporting belum
memiliki regulasi dan panduan yang konsisten yang dapat mengatur struktur dan kualitas
sustainability reporting tersebut. Hal ini menyebabkan praktik sustainability reporting dalam
berbagai perusahaan menghasilkan banyak variasi tipe laporan yang berbeda-beda, beberapa
diantaranya adalah sustainability report dan corporate social responsibility report
(Schaltegger, 2006).
Sustainability Report sulit dibedakan dari CSR, keduanya merupakan bentuk
pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Salah satu hal yang
dapat membedakan antara Sustainability Report dengan CSR adalah cara pengungkapannya.
Menurut Soelistyoningrum (2011), pengungkapan CSR terintegrasi dengan laporan tahunan
perusahaan, sedangkan pengungkapan Sustainability Report lebih terperinci dan berdiri
sendiri. Sustainability Report merupakan praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya
akuntabilitas dari Sustainability Activities yang bertujuan untuk tercapainya Sustainable
Development. Pengembangan yang berkelanjutan (Sustainable Development) yang dilakukan
oleh perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan karena adanya dukungan dari
stakeholder. Sustainability Development menurut Bruntaland Report (1987) adalah
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa harus mengorbankan
kemampuan generasi masa depan dalam memenuhi kebutuhannya.
Bagi perusahaan, Sustainability Report merupakan alat ukur pencapaian target kerja
dalam isu TBL. Bagi investor, Sustainability Report berfungsi sebagai alat kontrol atas
capaian kinerja perusahaan sekaligus sebagai media pertimbangan investor dalam
mengalokasikan sumberdaya finansialnya. Sementara bagi pemangku kepentingan lainnya
(media, pemerintah, konsumen, akademis dan lain-lain) Sustainability Report menjadi tolak
ukur untuk menilai kesungguhan komitmen perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan
(Safitri, 2015).
Chariri (2009) menyatakan bahwa walaupun masih bersifat sukarela (voluntary
disclosure), jumlah perusahaan yang mengungkapkan Sustainability Report meningkat dari
waktu ke waktu, baik menjadi satu dalam laporan keuangannya maupun dilaporkan secara
tersendiri sebagai laporan yang terpisah. Hal tersebut dapat dilihat di Indonesia bahwa telah
banyak perusahaan yang mulai mengungkapkan Sustainability Report demi memenuhi
kebutuhan stakehoder-nya dan tanggungjawabnya pada lingkungan sekitar.
Meningkatnya jumlah perusahaan yang mengungkapkan Sustainability Report ini
dikarenakan mendapat dorongan dari lembaga National Center For Sustainability Reporting
(NCSR) dengan memberikan penghargaan tahunan atas Sustainability Report yang
diungkapkan oleh perusahaan (Muallifin, 2016). Selain itu, KPMG (2008), menyatakan
bahwa kemampuan perusahaan untuk mengkomunikasikan kegiatan dan kinerja sosial dan
lingkungan secara efektif dalam Sustainability Report dinilai penting untuk keberhasilan
jangka panjang, kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisasi.
Kemampuan perusahaan untuk mengkomunikasikan kegiatan dan kinerjanya secara
efektif melalui Sustainability Report dinilai sebagai bentuk akuntabilitas, reponsibilitas, dan
transparansi perusahaan kepada stakeholders-nya yang dipercaya dapat meningkatkan nilai
perusahaan (Wijayanti, 2016). Para stakeholder tertarik untuk memahami bagaimana
pendekatan dan kinerja perusahaan secara berkelanjutan dalam berbagai aspek dan potensi
dalam menciptakan nilai perusahaan melalui pengelolaan secara berkelanjutan (Sejati, 2014).
Menurut Ernst & Young (2013), investor lebih memilih untuk berinvestasi pada
perusahaan yang transparan karena adanya kepercayaan yang tinggi kepada pihak manajemen
akan keakuratan peramalan analisis dan informasi yang lebih rendah asimetri. Sustainability
Reporting juga dipercaya dapat meningkatkan reputasi dan kepercayaan bagi konsumen.
Reputasi dan kepercayaan perusahaan yang tinggi di mata konsumen berdampak pada
loyalitas yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan.
Hal tersebut menurut Basalamah et al. (2005), memicu timbulnya berbagai guidelines
atau pedoman yang diberikan oleh permerintah maupun lembaga internasional untuk
membuat pedoman mengenai Sustainability Reporting. Salah satu lembaga yang membuat
pedoman adalah Global Reporting Initiative (GRI). GRI merupakan sebuah organisasi non-
profit yang mempromosikan keberlanjutan ekonomi. GRI menghasilkan standar yang umum
digunakan perusahaan di dunia untuk pelaporan keberlanjutan seperti Enviromental Social
Governance (ESG) Reporting, Triple Bottom-Line (TBL) Reporting, dan Corporate Social
Responsibilities (CSR) Reporting. GRI berusaha untuk terus mengembangkan “framework
for Sustainability Reporting”, dan G4 Guidelines resmi dirilis pada Mei 2013 (Sejati, 2014).
Dalam pedoman penyusunan Sustainability Report yang dikeluarkan oleh GRI, telah
disediakan seperangkat indikator untuk menilai kinerja keberlanjutan perusahaan, yaitu: 9
indikator kinerja ekonomi, 30 indikator kinerja lingkungan, dan 40 indikator kinerja sosial.
Menurut Institute of Certified Manajement Accountants, n.d, indikator yang akurat berguna
dan dapat dipercaya dapat mengelola masing-masing aspek secara efektif dan efisien,
sehingga akuntan tidak harus mengurai aspek-aspek tersebut dalam nilai mata uang. Dengan
demikian, akuntan tidak lagi fokus hanya pada aspek ekonomi (keuangan jangka pendek)
belaka, tetapi juga pada aspek sosial dan lingkungan yang berdampak pada jangka panjang
(Lesmana dan Tarigan, 2014). Penyusunan dan pengungkapan Sustainability Report
dilakukan sebagai salah satu upaya perusahaan untuk membuktikan akuntabilitas pelaksanaan
tanggung jawabnya telah dilakukan secara benar dan terukur (Ahmad, 2014).
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dinyatakan bahwa pengungkapan
Sustainability Report berguna untuk membuktikan akuntabiitas pelaksanaan tanggung
jawabnya yang diharapka para stakeholders. Selain itu, pengungkapan Sustainability Report
dapat meningkatkan nilai perusahaan.

PEMBAHASAN
Teori Stakeholder
Menurut Freeman (1983) istilah stakeholders awalnya diperkenalkan oleh Stanford
Research Institute (SRI) yang merujuk pada “those groups without whose support the
organization would cease to exist”. Freeman mendefinisikan stakeholders sebagai kelompok
yang secara siginifikan mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan sebuah organisasi.
Stakeholder dibagi menjadi dua, yakni primary stakeholder seperti investor, kreditor,
karyawan, pemerintah. Dimana sebagai yang primary memegang peran penting dalam
keterlibatan kelangsungan perusahaan terkait. Dimana pihak-pihak disini secara ekonomi
terhubung jelas dan juga sebagai penanggung resiko. Secondary stakeholder, mempunyai
hubungan dengan perusahaan namun tidak secara ekonomi seperti media massa, lembaga
sosial, masyarakat (Clarkson, 1995).
Menurut Ghozali dan Chariri (2007), perusahaan harus berupaya menjaga hubungan
dengan stakeholders dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan mereka, terutama
yang mempunyai kekuatan terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk
aktivitas operasional perusahaan, seperti tenaga kerja, pelanggan, dan pemilik. Beberapa
alasan yang mendorong perusahaan; perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, antara
lain: 1) isu lingkungan yang dapat mengganggu kualitas hidup masyarakat, 2) era globalisasi
yang mendorong perdagangan produk yang bersahabat dengan lingkungan, 3) investor
cenderung memilih perusahaan yang mengembangkan kebijakan dan program lingkungan,
dan 4) banyaknya kritik terhadap perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan oleh
masyarakat maupun LSM dan pecinta lingkungan.
Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja
perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 1984). Dalam mengembangkan teori ini, Freeman
memperkenalkan konsep stakeholder dalam dua model: (1) model kebijakan dan perencanaan
bisnis; dan (2) model tanggung jawab sosial perusahaan dari manajemen stakeholder. Pada
model pertama, fokusnya adalah mengembangkan dan mengevaluasi persetujuan keputusan
strategis perusahaan dengan kelompok-kelompok yang dukungannya diperlukan untuk
kelangsungan usaha perusahaan. Dapat dikatakan bahwa, dalam model ini, stakeholder
theory berfokus pada cara-cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengelola
hubungan perusahaan dengan stakeholder-nya. Sementara dalam model kedua, perencanaan
perusahaan dan analisis diperluas dengan memasukkan pengaruh eksternal yang mungkin
berlawanan bagi perusahaan.
Donaldson dan Preston (1995) juga berpendapat bahwa stakeholders theory
merupakan hal yang berkenaan dengan pengelolaan atau ketatalaksanaan (managerial) yang
merekomendasikan sikap, struktur, dan praktik yang apabila dilaksanakan secara bersama-
sama membentuk sebuah filosofi manajemen stakeholder. Menurut Donaldson dan Preston
(1995), teori stakeholder dibagi dalam tiga aspek, yaitu :
1. Descriptive/Empirical, yang menyatakan bahwa teori digunakan untuk menjelaskan
karakter khusus dan perilaku perusahaan.
2. Instrumental, sebagai tambahan dari data descriptive, digunakan untuk
mengidentifikasikan hubungan antara manajemen stakeholders dengan hasil yang
didapatkan (profitabilitas, pertumbuhan, dll).
3. Normative, yang menyatakan bahwa teori digunakan untuk mengintrepetasikan fungsi dari
perusahaan, termasuk mengidentifikasi pedoman moral dan filosofi pada operasi dan
manajemen perusahaan.
Budimanta et al (2008) menyatakan bahwa perkembangan stakeholders theory
diawali dengan berubahnya bentuk pendekatan perusahaan dalam melakukan aktivitas usaha
dari old corporate relation menjadi new corporate relation. Old corporate relation
menekankan pada pelaksanaan aktivitas perusahaan secara terpisah tanpa adanya kesatuan
diantara fungsi-fungsi pelaksananya, sedangkan new-corporate relation menekankan pada
kolaborasi antara perusahaan dengan seluruh stakeholder-nya sehingga perusahaan bukan
hanya menempatkan dirinya sebagai bagian yang bekerja sendiri dalam sistem sosial
masyarakat.
Aktivitas sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan memaksimalkan laba
untuk kepentingan pemegang saham (shareholder), namun lebih luas lagi bahwa
kesejahteraan yang diciptakan oleh perusahaan tidak terbatas kepada kepentingan pemegang
saham, tetapi juga untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai
keterkaitan terhadap perusahaan (Widianto, 2011). Dengan demikian, salah satu strategi yang
dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga hubungan dengan stakeholder dan shareholder
yaitu dengan menyusun dan mengungkapkan secara sukarela atas Sustainability Report.
Strategi yang dilakukan ini berguna untuk mebuktikan kepada masyarakat atas kepedulian
perusahaan tersebut dalam menjaga lingkungan dan memberikan nilai tambah serta manfaat
bagi masyarakat yang merupakan stakeholder-nya. Hubungan perusahaan dengan stakeholder
dibangun berdasarkan konsep kebermanfaatan yang membangun kerjasama untuk bisa
membangun kesinambungan usaha perusahaan. Pengungkapan Sustainability Report dapat
memenuhi keinginan dari stakeholder sehingga akan menghasilkan keadaan yang harmonis
antara perusahaan dengan stakeholder-nya sehingga perusahaan dapat mencapai
keberlanjutan perusahaan (Muallifin, 2016).

Teori Legitimasi
Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berusaha beroperasi dalam
bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan agar aktivitas mereka
diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang sah (Deegan, 2004). Guthrie dan Parker (1989)
menyatakan bahwa teori legitimasi berdasarkan pada gagasan “perusahaan beroperasi di
dalam masyarakat melalui suatu kontrak sosial, kemudian perusahaan tersebut akan membuat
kesepakatan untuk melaksanakan berbagai macam tindakan yang diinginkan oleh masyarakat
sebagai balasan atas diterimanya tujuan perusahaan, kelangsungan hidup perusahaan, dan
penghargaan lainnya”.
Suchman (1995) dalam Rosita Candra (2009) menyatakan bahwa legitimasi dapat
dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh
suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan
sistem norma, nilai kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial. Ghozali dan
Chariri (2007) pun menjelaskan bahwa hal yang melandasi teori legitimasi adalah kontrak
sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan
menggunakan sumber ekonomi. Ghozali dan Chariri (2007) memberikan penjelasan tentang
konsep kontrak sosial sebagai berikut: Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan
beroperasi di masyarakat melalui kontrak sosial-baik eksplisit maupun implisit-dimana
kelangsungan hidup dan pertumbuhannya didasarkan kepada : 1) hasil akhir (output) yang
secara sosial dapat diberikan kepada masyarakat yang luas; 2) distribusi manfaat ekonomi,
sosial atau politik kepada kelompok sesuai dengan power yang dimiliki.
Menurut teori ini suatu perusahaan beroperasi dengan ijin masyarakat, dimana ijin
dapat ditarik apabila masyarakat menilai jika perusahaan tidak melakukan hal-hal yang
diwajibkan kepadanya (Sari, 2013). Perusahaan dapat mengungkapkan informasi yang
berhubungan dengan organisasi sosial, komunitas masyarakat, dan lingkungan yang
diperlukan. Informasi tersebut dapat diungkapkan dalam Sustainability Report sebagai
akuntabilitas terhadap publik yang bertujuan untuk mendapat legitimasi masyarakat dan
menjelaskan bagaimana dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan.
Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut
keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai
yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan
perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh
masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan keberlanjutan mereka untuk menggambarkan
kesan tanggungjawab terhadap lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat
(Siregar, 2013).

Sustainability Report
a. Konsep Sustainability
Seorang ekonom, Solow (1991) dalam (Whitehead, 2006), mengemukakan
sustainability sebagai hasil masyarakat yang memungkinkan generasi mendatang setidaknya
tetap memiliki kekayaan alam yang sama dengan generasi yang ada pada saat ini. Pandangan
lain mengatakan sustainability merupakan suatu keadaan yang dapat dipertahankan dalam
jangka waktu yang tidak terbatas (Daly dalam Nugroho, 2000).
Definisi sustainability yang diadopsi dari United Nations yakni pembangunan yang
wawasan multidimensional dalam mencapai kualitas hidup yang lebih tinggi. Pembangunan
ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan terhadap lingkungan akan saling tergantung
dan memperkuat komponen-komponen yang ada pada pembangunan berkelanjutan
(Kuhlman, 2010).

b. Definisi Sustainability Report


Baik stakeholders theory maupun teori legitimasi sama-sama merupakan teori yang
menjelaskan motivasi para manajer atau organisasi untuk mengungkapkan Sustainability
Reporting. Jika stakeholders theory dimotivasi oleh pertanggungjawaban kepada para
pemangku kepentingan, maka teori legitimasi menggunakan motivasi untuk mendapatkan
pengesahan atau penerimaan dari masyarakat (Lean, 2009).
Sustainability Report merupakan laporan yang memuat tidak saja informasi kinerja
keuangan tetapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari informasi aktivitas sosial dan
lingkungan yang memungkinkan perusahaan bisa bertumbuh secara berkesinambungan
(Elkington, 1997). Sustainability Report merupakan istilah umum yang dianggap sama
dengan istilah triple bottom line report. Istilah ini dipopulerkan pertama kali oleh John
Elkington (1997) di dalam bukunya “Cannibals with forks, The Triple Bottom Line of
Twentieth Century Business”. Di dalam buku ini, Elkington menjelaskan bahwa perusahaan
yang ingin berkelanjutan haruslah memperhatikan 3P. Selain mengejar keuntungan (profit),
perusahaan harus terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan turut
berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).
Global Reporting Initiative (GRI) merupakan salah satu organisasi internasional yang
aktivitas utamanya difokuskan pada pencapaian tranparansi dan pelaporan suatu perusahaan
melalui pengembangan stándar dan pedoman pengungkapan sustainability. Sustainability
Report akan menjadi salah satu media untuk mendeskripsikan pelaporan ekonomi,
lingkungan, dan dampak sosial (seperti halnya konsep triple bottom line dan pelaporan
Corporate Social Responsibility). Sustainability Report merupakan laporan yang berdiri
sendiri, meskipun masih banyak pengimplementasian sustainability report yang diungkapkan
bersamaan dengan laporan tahunan suatu perusahaan (Gunawan, 2010). Permintaan terhadap
perusahaan akan pengungkapan yang lebih transparan meningkatkan tekanan bagi perusahaan
untuk mengumpulkan, mengendalikan, dan mempublikasikan tentang informasi sustainability
yang mereka miliki. Hasilnya Sustainability Report menjadi strategi komunikasi kunci bagi
para manajer dalam menyampaikan aktivitasnya. Pelaporan sustainability akan menjadi
perhatian utama dalam pelaporan non keuangan, pelaporan ini memuat lima kategori utama
yaitu : business landscape, strategi, kompetensi, sumber daya, dan kinerja (Falk, 2007).
Implementasi pelaporan berkelanjutan di Indonesia didukung oleh sejumlah aturan
UU No. 23/1997 tentang manajemen lingkungan dan aturan yang dikeluarkan Bursa Efek
Indonesia mengenai prosedur dan persyaratan listing dan juga Pernyataan Standar Akuntansi
(PSAK). Sustainability Report perusahaan membutuhkan pedoman pelaporan berkelanjutan
yang diterima secara nasional. Untuk tujuan tersebut, dibutuhkan sebuah Badan Nasional
yaitu National Center for Sustainability Report (NCSR). NCSR adalah sebuah Badan
Nasional yang terdiri dari perusahaan, organisasi, dan individu profesional yang memiliki
komitmen dalam mengimplementasikan laporan berkelanjutan dan mengembangkan
pembangunan di Indonesia. Tujuan dari NCSR adalah untuk membantu, mengembangkan,
dan melaporkan program keberlanjutan dalam sebuah organisasi independen atau dalam
sebuah perusahaan.
Pengguna utama dari Sustainability Report (SR) antara lain; masyarakat atau
komunitas, investor tanggung jawab sosial, institusi pemerintah, manajemen, dan karyawan.
Manfaat dari SR yang berdasarkan pada kerangka Global Reporting Initiative (GRI), yaitu;
1. sebagai benchmark kinerja organisasional dengan memperhatikan hukum, norma,
undang-undang, standar kinerja, dan prakarsa sukarela
2. mendemonstrasikan komitmen organisasional untuk sustainable development, dan
3. membandingkan kinerja organisasional setiap waktu. GRI sendiri adalah organisasi
nirlaba berbasis jaringan. Kegiatannya melibatkan ribuan tenaga kerja professional dan
organisasi dari beragam sektor, konsistuen, dan wilayah.
Misi dari GRI adalah untuk membuat pelaporan berkelanjutan menjadi praktik standar. Agar
semua perusahaan dan organisasi dapat melaporkan kinerja dan dampak ekonomi,
lingkungan, sosial serta tata kelola mereka. GRI membuat Pedoman Pelaporan Keberlanjutan
tidak berbayar.
Menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD, 2002),
manfaat yang didapat dari Sustainability Report antara lain:
1. memberikan informasi kepada stakeholder (pemegang saham, anggota komunitas lokal,
pemerintah) dan meningkatkan prospek perusahaan, serta membantu mewujudkan
transparansi;
2. membantu membangun reputasi sebagai alat yang memberikan kontribusi untuk
meningkatkan brand value, market share, dan loyalitas konsumen jangka panjang;
3. menjadi cerminan bagaimana perusahaan dalam mengelola risikonya;
4. digunakan sebagai stimulasi leadership thinking dan performance yang didukung dengan
semangat kompetisi;
5. mengembangkan dan menfasilitasi pengimplementasian sistem manajemen yang lebih
baik dalam mengelola dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial;
6. mencerminkan secara langsung kemampuan dan kesiapan perusahaan untuk memenuhi
keinginan pemegang saham untuk jangka panjang; dan
7. membantu membangun ketertarikan para pemegang saham dengan visi jangka panjang
dan membantu mendemonstrasikan bagaimana meningkatkan nilai perusahaan yang
terkait dengan isu sosial dan lingkungan.
G3 Guidelines digunakan sebagai suatu standar pengungkapan pelaporan mengenai
tindakan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan, meliputi ekonomi, lingkungan,
praktek tenaga kerja, hak asasi manusia, sosial, dan tanggung jawab produk. Berikut adalah
gambar yang bersumber dari NCSR (2008). Gambar 1 menunjukan arus kerja dari
Sustainability Report dari masukan input berupa Sustainable Development, Corporate
Sustainability, Corporate Responsibility dan Mandated by Law kemudian diproses secara
manual ataupun komputerisasi sampai dengan keluarannya atau outputnya berupa
Sustainability Report ini.
Gambar 1

c. Prinsip-prinsip Pengungkapan Sustainability Reporting


Prinsip pelaporan berperan penting untuk mencapai transparansi dan oleh karenanya
harus diterapkan oleh semua organisasi ketika menyusun laporan keberlanjutan. Prinsip-
prinsip tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu prinsip-prinsip untuk menentukan
konten laporan dan prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan. Prinsip-prinsip untuk
menentukan konten laporan menjelaskan proses yang harus diterapkan untuk
mengidentifikasi konten laporan apa yang harus dibahas dengan mempertimbangkan
aktivitas, dampak, dan harapan serta kepentingan yang substantif dari para pemangku
kepentingannya.
Prinsip-prinsip untuk menentukan konten laporan menurut GRI-G4 Guidelines antara
lain:
1. Pelibatan pemangku kepentingan
Organisasi harus mengidentifikasi para pemangku kepentingannya, dan menjelaskan
bagaimana organisasi telah menanggapi harapan dan kepentingan wajar dari mereka.
2. Konteks keberlanjutan
Laporan harus menyajikan kinerja organisasi dalam konteks keberlanjutan yang lebih
luas.
3. Meterialitas
Laporan harus mencakup aspek yang mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan,
dan sosial yang signifikan dari organisasi atau secara substantial memengaruhi asesmen
dan keputusan pemangku kepentingan.
4. Kelengkapan
Laporan harus berisi cakupan aspek material dan boundary, cukup untuk
mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan, serta
memungkinkan pemangku kepentingan dapat menilai kinerja organisasi dalam periode
pelaporan.
Prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan memberikan arahan berupa
pilihan-pilihan untuk memastikan kualitas informasi dalam laporan keberlanjutan, termasuk
penyajiannya yang tepat. Prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan keuangan yang
tercantum dalam GRI-G4 Guidelines antara lain:
1. Keseimbangan
Laporan harus mencerminkan aspek-aspek positif dan negatif dari kinerja organisasi
untuk memungkinkan dilakukannya asesmen yang beralasan atas kinerja organisasi
secara keseluruhan.
2. Komparabilitas
Organisasi harus memilih, mengumpulkan, dan melaporkan informasi secara
konsisten. Informasi yang dilaporkan harus disajikan dengan cara yang memungkinkan
para pemangku kepentingan menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke
waktu, dan yang dapat mendukung analisis relatif terhadap organisasi lain.
3. Akurasi
Informasi yang dilaporkan harus cukup akurat dan terperinci bagi para pemangku
kepentingan untuk dapat menilai kinerja organisasi.
4. Ketepatan waktu
Organisasi harus membuat laporan dengan jadwal yang teratur sehingga informasi
tersedia tepat waktu bagi para pemangku kepentingan untuk membuat keputusan yang
tepat.
5. Kejelasan
Organisasi harus membuat informasi tersedia dengan cara yang dapat dimengerti dan
dapat diakses oleh pemangku kepentingan yang menggunakan laporan.
6. Keandalan
Organisasi harus mengumpulkan, mencatat, menyusun, menganalisis, dan
mengungkapkan informasi serta proses yang digunakan untuk menyiapkan laporan agar
dapat diuji, dan hal itu akan menentukan kualitas serta materialitas informasi.

d. Kategori Pengungkapan Sustainability Reporting


Laporan keberlanjutan organisasi menyajikan informasi terkait aspek material, yaitu
aspek yang mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial organisasi atau yang
secara nyata memengaruhi asesmen dan pengambilan keputusan para pemangku kepentingan.
Sustainability reporting menurut GRI G4 Guidelines terdiri dari 3 dimensi berikut:
1. Ekonomi
Dimensi keberlanjutan ekonomi berkaitan dengan dampak organisasi terhadap
keadaan ekonomi bagi pemangku kepentingannya, dan terhadap sistem ekonomi di
tingkat lokal, nasional, dan global.
2. Lingkungan
Dimensi keberlanjutan lingkungan berkaitan dengan dampak organisasi pada sistem
alam yang hidup dan tidak hidup, termasuk tanah, udara, air, dan ekosistem. Kategori
lingkungan meliputi dampak yang terkait dengan input (seperti energi dan air) dan output
(seperti emisi, efluen, dan limbah), termasuk juga keanekaragaman hayati, transportasi,
dan dampak yang berkaitan dengan produk dan jasa, serta kepatuhan dan biaya
lingkungan.
3. Sosial
Dimensi keberlanjutan sosial membahas dampak yang dimiliki organisasi terhadap
sistem sosial dimana organisasi beroperasi. Kategori sosial berisi sub-kategori:
a. Praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja
Indikator praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan kerja meliputi lapangan
pekerjaan, kondisi pekerja (jumlah, komposisi gender, pekerja purna waktu dan paruh
waktu), relasi buruh dengan manajemen, keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan,
pendidikan, pengembangan karyawan, serta keberagaman dan peluang.
b. Hak asasi manusia
Indikator kinerja hak asasi manusia menentukan bahwa organisasi harus selalu
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepantingan lainnya
dengan memperhatikan asas kesetaraan yang meliputi praktik investasi dan
pengadaan, praktik manajemen, penerapan prinsip nondiskriminasi, kebebasan
mengikuti perkumpulan, tenaga kerja anak, pemaksaan untuk bekerja, praktik
pendisiplinan, praktik pengamanan, dan hak-hak masyarakat adat.
c. Masyarakat
Indikator kinerja masyarakat memperhatikan dampak organisasi terhadap
masyarakat dimana mereka beroperasi, dan reaksi dari institusi sosial kaitannya
dengan kepedulian dan pengelolaan isu-isu seperti komunitas, korupsi, kebijakan
publik, serta perilaku anti kompetitif seperti anti-trust dan monopoli.
d. Tanggung jawab atas produk
Indikator kinerja tanggung jawab atas produk mencakup aspek seperti kesehatan
keselamatan dari pengguna produk dan pelanggan pada umumnya, produk dan jasa,
komunikasi untuk pemasaran, serta customer privacy.
GRI-G4 Guidelines yang aspek dan indikatornya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

KESIMPULAN
Sustainability Reporting merupakan stategi yang dilakukan perusahaan untuk
publikasi informasi yang mencerminkan kinerja perusahaan dalam dimensi ekonomi, sosial,
dan lingkungan. Selain itu, Sustainability Report juga merupakan moral agent bagi
perusahaan. Perusahaan yang mengungkapkan Sustainability Report berarti ingin
menunjukkan komitmen perusahaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan kepada
stakeholder serta menunjukkan transparansi dan mendapatkan umpan balik pada kinerja
perusahaan dalam menanggapi tuntutan informasi dari stakeholder.
. Sustainability Reporting dipercaya dapat meningkatkan reputasi dan kepercayaan
bagi konsumen. Reputasi dan kepercayaan perusahaan yang tinggi di mata konsumen
berdampak pada loyalitas yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan.
Timbul berbagai guidelines atau pedoman yang dibuat oleh lembaga pembuat pedoman yaitu
Global Reporting Initiative (GRI). GRI merupakan sebuah organisasi non-profit yang
mempromosikan keberlanjutan ekonomi.
Motivasi pengungkapan Sustainability Reporting oleh manajer perusahaan didukung
dan dijelaskan dalam stakeholders theory maupun teori legitimasi. Jika stakeholders theory
dimotivasi oleh pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan, maka teori
legitimasi menggunakan motivasi untuk mendapatkan pengesahan atau penerimaan dari
masyarakat.
Manfaat yang didapat dari Sustainability Report antara lain:
1. memberikan informasi kepada stakeholder dan meningkatkan prospek perusahaan, serta
membantu mewujudkan transparansi;
2. membantu membangun reputasi;
3. menjadi cerminan bagaimana perusahaan dalam mengelola risikonya;
4. digunakan sebagai stimulasi leadership thinking dan performance yang didukung dengan
semangat kompetisi;
5. mengembangkan dan menfasilitasi pengimplementasian sistem manajemen yang lebih
baik dalam mengelola dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial;
6. mencerminkan secara langsung kemampuan dan kesiapan perusahaan untuk memenuhi
keinginan pemegang saham untuk jangka panjang; dan
7. membantu membangun ketertarikan para pemegang saham dengan visi jangka panjang
dan membantu mendemonstrasikan bagaimana meningkatkan nilai perusahaan yang
terkait dengan isu sosial dan lingkungan.
Prinsip-prinsip untuk menentukan konten laporan menurut GRI-G4 Guidelines antara
lain:
1. Pelibatan pemangku kepentingan
2. Konteks keberlanjutan
3. Meterialitas
4. Kelengkapan
Prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan keuangan yang tercantum dalam
GRI-G4 Guidelines antara lain:
1. Keseimbangan
2. Komparabilitas
3. Akurasi
4. Ketepatan waktu
5. Kejelasan
6. Keandalan
Sustainability reporting menurut GRI G4 Guidelines terdiri dari 3 dimensi berikut:
1. Ekonomi
2. Lingkungan
3. Sosial
Kategori sosial berisi sub-kategori:
a. Praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja
b. Hak asasi manusia
c. Masyarakat
d. Tanggung jawab atas produk
DAFTAR PUSTAKA

ACCA. The Association of Chartered Certified Accountants. 2013. The Business Benefits Of
Sustainability Reporting in Singapore. Singapore.
Ahmad, Fandi. 2014. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Profitabilitas terhadap
Pengungkapan Sustainability Report. Skripsi. Universitas Negeri Padang. Padang.
Astuti, Apri Dwi dan Juwenah. 2017. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report
terhadap Nilai Perusahaan yang Tergabung dalam LQ 45 Tahun 2012-2013. Jurnal Vol. 2
No. 01. 2017.
Ballou, Brian, L. Heitger, dan Charles E. Landes. 2006. The Future of Corporate
Sustainability Reporting: A Rapidly Growing Assurance Opportunity.
http://www.journalof accountancy.com/. Diunduh 7 Juli 2017.
Basalamah, A.S. & Jermias. 2005. Social and Environmental Reporting and Auditing in
Indonesia. Gadjah Mada International Journal of Business, Vol.7, pp.109–127.
Budimanta, A., et al. 2008. Corporate Social Responsibility Alternatif bagi Pembangunan
Indonesia (2nd ed.). Jakarta: ICSD.
Brundtland Report, 1987, Our Common Future. Oxford University Press, Oxford.
Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntani. Fakultas Ekonomi: Universitas
Diponegoro Semarang
Chariri, A dan A.J,Firman. 2009. Retorika Dalam Pelaporan Corporate Social
Responsibility: Analisis Semiotik Atas Sustainability reporting PT Aneka Tambang Tbk.
Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang. 4-6 November 2009.
Clarkson, M. B. 1995. A Stakeholders Framework for Analyzing and Evaluating Corporate
Social Performance. Academy of Management Review. 20, 1995.
Deegan, Craig. 2004. Financial Accounting Theory. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Donaldson, Thomas dan Lee E. Preston. 1995. The Stakeholder Theory of the Corporation:
Concepts, Evidence, and Implications. The Academy of Management Review, 20 (1).
Elkington, J. 1997. Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st Century Business.
Capstone. Oxford
Ernst & Young Global Limited. 2013. Value of Sustainability Reporting. A study by Ernst &
Young LLP and the Boston College Center for Corporate Citizenship.
Falk. 2007. Sustainability Reporting and Business Value. European CEO. Diakses 30
Oktober 2013.
Freeman, E.R. 1983. Strategic Management, A Stakeholder Approach. Massachusetts: Pitman
Publishing Inc.
Freeman, E.R. 1984. Strategic Management, A Stakeholder Approach. Massachusetts: Pitman
Publishing Inc.
Ghozali, Imam dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Global Reporting Initiative. (2006). Sustainability Reporting Guidelines. Retrieved July 8,
2017, from https://www.globalreporting.org/ resourcelibrary/G3.1-Sustainability-
Reporting-Guidelines.pdf
Global Reporting Initiative, 2011, G4 Sustainability Reporting Guideline.
http://www.globalreporting.org/information/about-gri/what-is-GRI/Pages/default.aspx
Gunawan, Wahyu. 2010. Kebut Sehari Menjadi Master PHP. Yogyakarta: Genius Publisher.
Guthrie, J. And Parker, L.D. 1989. Corporate Social Reporting: A Rebuttal of Legitimacy
Theory. Accounting and Business Research, Vol. 19 N0. 76, pp. 345-52.
Indonesia. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2006. Peraturan
Bapepam-LK nomor X.K.6. Retrieved July 7, 2017 from
http://www.bapepam.go.id/old/hukum/peraturan/X/X.K.6.pdf
Indonesia, Presiden Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia nomor
40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Retrieved July 7, 2017 from
http://prokum.esdm.go.id/uu/2007/uu-40-2007.pdf
Indonesia, Presiden Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang Republik Indonesia nomor
23 tahun 1997 tentang Lingkungan. Retrieved July 7, 2017.
Institute of Certified Manajement Accountants. (n.d.). Strategic Cost Management. Australia:
CMA House.
Kasali, R. 2005. Manajemen Public Relations. Grafiti, Jakarta.
Kirana, Rosita Candra, 2009. Studi Perbandingan Pengaturan Tentang Corporate Social
Responsibility di Beberapa Negara Dalam Upaya Perwujudan Prinsip Good Corporate
Gavernance. Tesis S2 Magister Ilmu Hukum Bisnis Universitas Sebelas Maret.
KPMG International Cooperative. 2008. Sustainability Reporting: A Guide.
http://www.group100.com.au/ publications/kpmg_g100_SustainabilityRep20 0805.pdf
Kuhlman, Tom. 2010.” What Is Sustainability ?”. dalam ISSN Journal. http//www.mdpi.com.
Diakses tanggal 7 Juli 2017.
Lean, S. 2009. The Role of Theory in Explaining Motivation for Corporate Social
Disclosures: Voluntary Disclosures vs Solicited Disclosures. Australasian Accounting
Business and Finance Journal, 3(4)
Lesmana. Yuliani dan Josua Tarigan. 2014. Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan Publik dari Sisi Asset Management Ratios. Business
Accounting Review, 2(1): h:101-110.
Muallifin, Ovi Rizki. 2016. Dampak Pengungkapan Sustainability Report terhadap Kinerja
Keuangan dan Kinerja Pasar. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 5 No. 5 (2016).
Nugroho, Firman Aji. 2009. ”Analisis Atas Narrative Text Pengungkapan Corporate Social
Responbility dalam Sustainability Report PT.Aneka Tambang,Tbk”. Skripsi S1 Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
Reddy, K. & Gordon, L.W. 2010. The Effect of Sustainability Reporting on Financial
Performance: An Empirical Study Using Listed Companies. Journal of Asia
Entrepreneurship and Sustainability, 6(2).
Safitri, Dian Anggraeni. 2015. Sustainability Report terhadap Kinerja Keuangan dan Pasar.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 4 (2015).
Sari, M. P. Y. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, dan Corporate
Governance terhadap Pengungkapan Sustainability Report. Thesis. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Schaltegger, Stefan, dkk. 2006. Sustainability Accounting and Reporting.Dordrecht: Springer.
Sejati, Bima Putranto. 2014. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Kinerja
dan Nilai Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Siregar, I. 2013. Hubungan Antara Kinerja Lingkungan Dan Kinerja Komite Audit Dengan
Kualitas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan
Manufaktur Di BEI. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Soelistyoningrum, Jenia Nur dan Andri Prastiwi. 2011. Pengaruh Pengungkapan
Sustainability report terhadap Kinerja Keuangan: Studi Empiris pada Perusahaan
yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro
Semarang.
Suryawijaya dan Setiawan. 1998. Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik
Dalam Negeri (Event Study pada Peristiwa 27 Juli 1996). Yogyakarta: Kelola Gajah
Mada University Business Review No. 18/VII/1998.
Susanto, Yohannes Kurniawan dan Josua Tarigan. 2013. Pengaruh Pengungkapan
Sustainability Report terhadap Profitabilitas Perusahaan. Business Accounting
Review, 4(1): h:6.
Tarigan, Josua dan Hatane Semuel. 2014. Pengungkapan Sustainability Report dan Kinerja
Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 16, No. 2. Hal 88-101
Utama, Sidharta, 2007. “Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan di Indonesia,” http://www.ui.ac.id
Weber, O., Koellner, T., Habegger, D., Steffensen, H., & Ohnemus, P. (2008). The Relation
Between Sustainability Performance and Financial
Whitehead, John. 2006. “ Global Warming and Sustainability”. http//www.enve con.net.
Diakses tanggal 12 Januari 2014.
Widianto, Hari Suryoni. (2011). “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas,
Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan
Sustainability Report”. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Wijayanti, Rita. 2016. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan. Jurnal. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Wulandari, Puspita Dewi. 2015. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap
Kinerja Keuangan Studi Empiris Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek
Indonesia. Skripsi. Universitas Trisakti. Jakarta
www.wbscd.org
www.ncsr-id.org

Anda mungkin juga menyukai