Anda di halaman 1dari 31

Kombinasi Bisnis dan Konsolidasi

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pelaporan korporat

Disusun Oleh:
Fitrarena Widhi Rizkyana
Shanti Pertiwi
Eva Nuryana

Pendidikan Profesi Akuntansi Angkatan 27


Universitas Diponegoro
2016
Pendahuluan
Pengertian Penggabungan Usaha Dunia usaha semakin lama semakin berkembang dan
persaingan dalam jenis produk, mutu produk, maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat
sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak sehat dan saling mengalahkan. Untuk
mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain,
perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk
kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau
lebih perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
Sebagai sebuah konsep akuntansi, kombinasi bisnis merupakan upaya menggabungkan dua atau
lebih entitas bisnis ke dalam satu entitas akuntansi. Kombinasi bisnis terjadi apabila satu entitas
mengakuisis aset bersih atau kepentingan ekuitas pada satu atau beberapa entitas dan
memperoleh pengendalian atas entitas tersebut. Berdasarkan GAAP terbaru, pengendalian
sederhananya terjadi ketika sebuah perusahaan memiliki mayoritas kepentingan ekuitas pada
perusahaan lain.
Dalam akuntansi untuk kombinasi bisnis, penting diketauhi bahwa pelaporan yang jujur
dari hasil kejadian ekonomi pada perusahaan tertentu adalah inti dari proses akuntansi. Laporan
ini seharusnya tidak bias terhadap kepentingan masing-maing pihak dan harus berdasarkan pada
substansi kejadian ekonomi yang melandasi.
1. Investasi pada Entitas Lain
1.1 Aset Keuangan
Secara sederhana aset keuangan (financial assets) didefinisikan sebagai kas, investasi ekuitas
dari entitas lain (misalnya saham biasa atau saham preferen), atau suatu hak kontraktual untuk
menerima kas dari entitas lain (misalnya piutang, pinjaman yang diberikan, dan obligasi). Aset
keuangan dikategorikan menjadi empat, yaitu:
1. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
2. Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo.
3. Pinjaman yang diberikan dan piutang, dan
4. Aset keuangan tersedia untuk dijual.
Pada saat pengakuan awal, entitas mengukur aset keuangan pada nilai wajar ditambah biaya
transaksi (fair value plus transaction costs), kecuali aset keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba rugi. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
pada awalnya hanya diakui pada nilai wajar (fair value). Setelah pengakuan awal, entitas
mengukur aset keuangan pada nilai wajarnya, tanpa harus dikurangi biaya transaksi yang
mungkin timbul pada penjualan atau pelepasan lainnya, kecuali untuk aset keuangan berupa
pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo diukur pada biaya
perolehan diamortisasi (amortized cost) dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
Sedangkan investasi dalam instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif
dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal diukur pada biaya perolehan (cost). Berikut
ini akan diuraikan akuntansi aset keuangan, yaitu akuntansi untuk investasi dalam instrumen
utang dan ekuitas yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan nilai wajar.

1.1.1 Akuntansi untuk Investasi dalam Instrumen Utang


Investasi utang (debt investments) dicirikan dengan pembayaran kontraktual atas pokok
pinjaman dan bunga atas jumlah pokok pinjaman yang masih beredar pada tanggal tertentu.
Entitas mengukur investasi utang pada biaya perolehan diamortisasi jika tujuan model bisnis
entitas adalah untuk memiliki aset keuangan untuk menerima arus kas kontraktual (dimiliki
hingga jatuh tempo). Jika kriteria pengukuran pada biaya perolehan diamortisasi tidak dapat
dipenuhi, maka investasi utang diukur dan dipertanggungjawabkan pada nilai wajar.
Untuk tujuan akuntansi dan pelaporan, investasi dalam instrumen utang dapat
diklasifikasikan ke dalam salah satu dari kategori berikut ini:

Klasifikasi Investasi Pengukuran Keuntungan atau Pengaruh Lainnya


Utang Kerugian Kepemilikan Terhadap Laba
yang Belum Direalisasi
Nilai wajar melalui Nilai wajar Diakui dalam laba Pendapatan bunga pada
laba rugi (Fair value bersih sebagai saat dihasilkan dan
through profit or loss penghasilan dalam keuntungan atau
FVTPL) laporan laba rugi kerugian dari penjualan
komprehensif
Dimiliki hingga jatuh Biaya Pendapatan bunga pada
tempo (Held-to perolehan Tidak diakui saat dihasilkan,
maturity HTM) diamortisasi amortisasi premi atau
dengan diskonto, dan
menggunakan keuntungan atau
metode suku kerugian dari penjualan
bunga efektif

Pinjaman yang Biaya


diberikan dan piutang perolehan Tidak diakui Pendapatan bunga pada
(Loan and receivable diamortisasi saat dihasilkan dan
- LR) dengan keuntungan atau
menggunakan kerugian dari penjualan
metode suku
bunga efektif

Tersedia untuk dijual Nilai wajar


(Availbale-for sale Diakui sebagai Pendapatan bunga pada
AFS) pendapatan saat dihasilkan dan
komprehensif lain keuntungan atau
dalam laporan laba rugi kerugian dari penjualan
komprehensif dan
sebagai komponen
terpisah dari ekuitas,
dan tidak boleh diakui
sebagai penghasilan
sampai saat keuntungan
atau kerugian tersebut
direalisasi

1. Investasi yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo


Jika entitas mempunyai maksud untuk memiliki investasi hingga jatuh tempo (held-to-
maturity investments), maka investasi utang tersebut harus diklasifikasikan dalam kelompok
dimiliki hingga jatuh tempo dan disajikan di laporan posisi keuangan sebesar biaya perolehan
diamortisasi, bukan pada nilai wajarnya. Biaya perolehan diamortisasi adalah biaya perolehan
atau akuisisi yang disesuaikan untuk memperhitungkan amortisasi premi atau diskonto.
Amortisasi premi atau diskonto adalah untuk memastikan bahwa nilai tercatat dari investasi yang
dimiliki hingga jatuh tempo sama dengan nilai jatuh tempo pada tanggal jatuh temponya. Premi
atau diskonto terjadi apabila terdapat perbedaan antara suku bunga kupon yang ditetapkan dan
suku bunga pasar atau suku bunga efektif pada tanggal perolehan. Jika suku bunga ditetapkan
lebih tinggi daripada suku bunga pasar, investor akan membayar harga yang lebih tinggi untuk
instrumen utang (premi). Sebaliknya, jika suku bunga pasar lebih tinggi dibanding suku bunga
ditetapkan, investor akan membayar harga yang lebih tinggi dari nilai nominal instrumen utang
(diskonto).
Entitas harus mengamortisasi premi atau diskonto dengan menggunakan metode suku bunga
efektif (effective-interest method) kecuali jika metode lainnya, seperti metode garis lurus
(straight-line method) memberikan hasil yang sama. Suku bunga efektif atau hasil (yield)
dihitung pada saat investasi dilakukan dan dikenakan pada jumlah tercatat awalnya atau nilai
buku (carrying value or book value) atas setiap periode bunga untuk menghitung pendapatan
bunga. Jumlah tercatat investasi akan bertambah dengan diskonto yang diamortisasi atau
berkurang dengan premi yang diamortisasi dalam setiap periode. Penjualan efek utang yang
dimiliki hingga jatuh tempo menjelang tanggal jatuh temponya, dapat dianggap sebagai
penjualan saat jatuh tempo sehingga perubahan suku bunga tidak akan memengaruhi nilai wajar
efek itu secara signifikan. Oleh karena itu, kadang-kadang suatu entitas dapat menjual investasi
obligasi sebelum jatuh tempo sebagai bagian dari strategi investasi.

2. Aset Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar melalui laporan laba Rugi
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, seperti investasi
(efek) perdagangan atau diperdagangkan (trading investment) dimiliki dengan maksud dibeli dan
untuk dijual kembali dalam waktu dekat. Instrumen keuangan dalam kelompok
diperdagangkan biasanya menunjukkan frekuensi pembelian dan penjualan yang sangat sering
dilakukan. Entitas mempertangggungjawabkan dan melaporkan investasi utang (aset keuangan)
pada nilai wajar mengikuti pencatatan yang sama dengan seperti investasi utang dimiliki hingga
jatuh tempo selama periode pelaporan. Yaitu, investasi dicatat pada biaya perolehan diamortisasi.
Namun, pada tiap tanggal pelaporan, entitas menyesuaikan biaya perolehan diamortisasi pada
nilai wajar, dengan keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum direalisasi (unrealized
holding gain or loss) dilaporkan sebagai bagian dari laba bersih (laba atau rugi profit or loss),
bukan sebagai bagian dari pendapatan komprehensif lain (other comprehensive income) dalam
laporan laba rugi komprehensif. Keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum direalisasi
adalah perubahan dalam nilai wajar dari investasi utang dari suatu periode ke periode lainnya,
tidak termasuk pendapatan bunga yang telah diakui tetapi belum diterima.

3. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang


Aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang diukur
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Pinjaman
yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau
telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi harga di pasar aktif (misalnya, aset pinjaman,
piutang usaha, investasi dalam instrumen utang). Perlakuan akuntansi pinjaman yang diberikan
dan piutang pada hakekatnya sama dengan investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo.

4. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual


Aset keuangan yang tidak diklasifikasikan dalam kelompok aset keuangan pada nilai
wajar melalui laba rugi (diperdagangkan), dimiliki hingga jatuh tempo, dan pinjaman
yang diberikan dan piutang harus diklasifikasikan dalam kelompok aset keuangan tersedia
untuk dijual. Aset keuangan tersedia untuk dijual meliputi jenis efek utang dan ekuitas.
Aset keuangan tersedia untuk dijual dilaporkan pada nilai wajar, dengan keuntungan atau
kerugian kepemilikan yang belum direalisasi yang berkaitan dengan perubahan nilai wajar efek
tersedia untuk dijual dilaporkan sebagai bagian dari pendapatan komprehensif lain (other
comprehensive income OCI) dalam laporan laba rugi komprehensif dan dimasukkan sebagai
komponen ekuitas. Jadi, entitas melaporkan dalam laporan posisi keuangan, efek tersedia untuk
dijual pada nilai wajar, tetapi tidak melaporkan perubahan nilai wajar sebagai bagian dari laba
bersih sampai efek tersebut dijual.

1.2 Investasi pada Entitas Asosiasi


PSAK no 15 Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi mengatur mengenai
investasi saham dalam perusahaan asosiasi. PSAK ini tidak mengatur mengenai investasi saham
dalam entitas anak (subsidiary), oraganisasi modal ventura, reksa dana, unit perwalian, dan
entitas sejenis termasuk dana asuransi.
Entitas asosiasi adalah suatu entitas termasuk entitas non korporasi seperti persekutuan,
dimana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun
bagian partisipasi dalam ventura bersama. Jika investor memiliki, secara langsung maupun tidak
langsung (misalnya melalui entitas anak), 20% atau lebih hak suara investee, maka investor
dianggap memiliki pengaruh signifikan, kecuali dapat dibuktikan dengan jelas bahwa entitas
tidak memiliki pengaruh signifikan. Sebaliknya jika kurang dari 20% hak suara investee, maka
investor dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan, kecuali pengaruh signifikan tersebut dapat
dibuktikan dengan jelas. Keberadaan pengaruh dibuktikan dengan satu atau lebih cara berikut :
- Keterwakilan dalam direksi dan dean komisaris atau organ setara di investee
- Partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan termasuk pengambilan keputusan
tentang deviden
- Transaksi material antara investor dan investee
- Pertukaran personel manajerial
Investasi pada entitas asosiasi dicatat dengan metode ekuitas sejak tanggal memenuhi definisi
entitas asosiasi. Metode ekuitas adalah investasi awal diakui sebesar biaya perolehan ditambah
atau dikurangi untuk mengakui laba atau rugi investee setelah tanggal perolehan. Pengakuan atas
pendapatan komprehensif investee diakui sebagai pendapatan komprehensif dan kenaikan
investasi pada pembukuan investor dan distribusi dari investee mengurangi nilai tercatat
investasi.
Jika laporan keungan entitas asosiasi digunakan dalam menerapkan metode ekuitas
disusun berbeda tanggal dengan investor, maka penyesuaian dilakukan terhadap dampak dari
setiap transaksi atau peristiwa signifikan yang terjadi diantara tanggal pelaporan keuangan
entitas asosiasi dengan tanggal laporan keuangan investor.

1.3 Ventura Bersama


Ventura bersama adalah perjanjian kontraktual dimana dua atau lebih pihak menjalannkan
aktivitas ekonomi yang tunduk pada pengendalian bersama. Venturer adalah pihak dalam ventura
bersama dan memiliki pengendalian bersama atas ventura bersama tersebut.
Bentuk Ventura Bersama
Terdapat tiga jenis umum ventura bersama, yaitu :
1. Pengendalian bersama operasi
2. Pengendalian bersama aset
3. Pengendalian bersama entitas
Karakteristik umum seluruh ventura bersama adalah :
(a) Dua atau lebih venturer terikat oleh suatu perjanjian kotraktual
(b) Perjanjian kontraktual tersebut membentuk pengendalian bersama
1. Pengendalian Bersama Operasi
Operasi melibatkan penggunaan aset dan sumber daya lainnya dari venturer bukan pendirian
suatu perseoran terbata, persekutuan, atau entitas lainnya, atau suatu struktur keuangan yang
terpisah dari venturer. Sehubungan dengan bagian partisipasi dalam pengendalian bersama
operasi venturer mengakui dalam laporan keuangannya :
a. Aset yang dikendalikan dan liabilitas yang ditanggung
b. Beban yang ditanggung dan bagian pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang dan
jasa ventura bersama
2. Pengendalian Bersama Aset
Aset digunakan untuk memperoleh manfaat bagi venturer. Setiap venturer dapat mengambil
suatu bagian output dari aset dan menanggung suatu bagian yang disetujui dari beban yang
terjadi. Sehubungan dengan bagian partisipasinya dalam pengendalian bersama aset,
venturer mengakui dalam laporan keuangannya :
1. Bagiannya diklasifikasikan sesuai dengan sifat aset
2. Setiap liabilitas yang telah terjadi
3. Bagiannya atas liabilitas yang terjadi bersama dengan venturer lain yang berkaitan
dengan ventura bersama
4. Setiap penghasilan dari penjualan atau penggunaan bagiannya atas output ventura
bersama
5. Setiap beban yang telah terjadi sehubungan dengan bagian partisipasinya dalam ventura
bersama
3. Pengendalian Bersama Entitas
Pengendalian bersama entitas adalah ventura bersama yang melibatkan pendirian suatu
perseoran terbatas, persekutuan atau entitas lainnya yang mana setiap venturer mempunyai
bagaian partisipasi. Pengendalian ini mengendalikan aset ventura bersama, menanggung
liabilitas dan beban, dan memperoleh penghasilan.
Laporan keuangan Venturer
Venturer mengakui bagian partisipasinya dalam pengendalian bersama entitas dengan
menggunakan metode ekuitas, atau sebagai alternatif, konsolidasi proporsional. Ketika
konsolidasi proporsional digunakan, maka salah satu dari dua format pelaporan di bawah ini
digunakan. Penerapan konsolidasi proposional berarti laporan posisi keuangan
venturer memasukan bagiannya atas aset yang dikendalikan bersama dan libailitas yang
ditanggung bersama. Laporan laba rugi komperhensif venturer mencakup bagiannya atas
penghasilan dan beban dari pengendalian bersama entitas. Banyak prosedur yang sesuai bagi
penerapan konsolidasi proporsional serupa dengan prosedur untuk konsolidasi investasi pada
entitas anak, sebagaimana diatur dalam PSAK 4 (laporan keuangan konsolidasian dan laporan
keuangan tersendiri). Venturer menghentikan penggunaan konsolidasian proporsional sejak
tanggal venturer kehilangan pengendalian bersama atas pengendalian bersama entitas.
Pengungkapan
Venturer mengungkapkan jumlah agregat dari liabilitas kontinjensi berikut secara terpisah dari
jumlah libilitas kontinjensi :
a) setiap liabilitas kontinjensi yang ditanggung oleh venturer terkait dengan bagian
partisipasinya dalam ventura bersama dan bagiannya dalam setiap libailitas kontinjensi
yang telah terjadi secara bersama dengan venturer lain.
b) bagian venturer atas liabilitas kontinjensi dari ventura bersama itu sendiri dimana ventura
bersama tersebur terutang secara kontinjen
c) liabilitas kontinjensi yang timbul akibat venturer terutang secara kontinjen untuk liabilitas
venturer lain dari ventura bersama.
Venturer mengungkapkan jumlah agregat dari komitmen berikut terkait dengan bagian
partisipasinya dalam venutra bersama secara terpisah dari komitmen lainnya :
a) setiap komitmen modal venturer yang terkait dengan bagian partisipasinya dalam ventura
bersama dan bagiannya dalam setiap komitmen modal yang telah terjadi secara bersama
dengan venturer lain
b) bagiannya atas komitmen modal dari ventura bersama itu sendiri
Venturer mengungkapkan daftar dan penjelasan bagian partisipasi dalam ventura bersama
yang signifikan dan bagian partisipasi kepemilikan dalam pengendalian bersama entitas. Venturer
yang mengakui bagian partisipasinya dalam pengendalian bersama entitas menggunakan format
pelaporan baris demi baris untuk konsolidasi proporsional atau metode ekuitas, mengungkapkan
jumlah agregat setiap aset lancar, aset tidak lancar, liablitas jangka panjang, penghasilan dan
beban yang terkait dengan bagian partisipasinya dalam ventura bersama. Venturer
mengungkapkan metode yang digunakan untuk mengakui bagian partisipasinya dalam
pengendalian bersama entitas.

1.4 Entitas Anak


SAK ETAP mendefinisikan entitas anak sebagai suatu entitas yang dikendalikan oleh
entitas induk. Pengendalian adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan keuangan dan
operasional dari suatu entitas sehingga mendapatkan manfaat dari aktivitas tersebut.
Pengendalian dianggap ada jika entitas induk memiliki baik secara langsung atau tidak langsung
melalui entitas anak lebih dari setengah hak suara dari suatu entitas, kecuali dapat ditunjukkan
secara jelas bahwa kepemilikan tersebut tidak menunjukkan adanya pengendalian.
Pengendalian dapat juga muncul ketika entitas induk memiliki setengah atau kurang hak suara
suatu entitas tetapi memiliki:
1. mempunyai hak suara lebih dari setengah berdasarkan suatu perjanjian dengan pemegang
saham lain
2. mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional berdasarkan
anggaran dasar atau perjanjian.
3. mempunyai hak untuk menunjuk atau memberhentikan mayoritas anggota dewan direksi
atau badan yang setara dan pengendalian entitas dilakukan oleh oleh dewan atau badan
tersebut.
4. mempunyai hak untuk bertindak sebagai suara mayoritas dalam rapat dewan direksi atau
badan yang setara dan pengendalian entitas dilakukan oleh dewan atau badan tersebut.

Investasi pada entitas anak dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. SAK ETAP tidak
menganjurkan dilakukannya konsolidasi laporan keuangan. Investasi pada entitas anak awalnya
diakui pada biaya perolehan (termasuk biaya transaksi) dan selanjutnya disesuaikan untuk
mencerminkan bagian investor atas laba atau rugi dan pendapatan dan beban dari entitas anak.

2. Kombinasi Bisnis
2.1 Definisi Kombinasi Bisnis
Menurut PSAK 22, kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau peristiwa lain dimana
pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih suatu bisnis. Transaksi yang kadangkala
disebut sebagai penggabungan sesungguhnya (true merger ) atau penggabungan setara ( merger of
equals ) juga merupakan kombinasi bisnis. Kombinasi bisnis bisa dilakukan dengan membeli aset neto
perusahaan, mengambil alih hutang, membeli sebagian aset neto perusahaan lain dan bersama-sama
membentuk satu atau lebih bisnis lainnya, atau membeli saham perusahaan di atas 50%
Penggabungan usaha dilakukan untuk memperoleh efisiensi operasi melalui integrasi secara horizontal atau
vertikal atau mendiversifikasikan risiko usaha melalui konglomerasi :
a. Integrasi horizontal
Penggabungan perusahaan-perusahaan dalam line- business atau pasar yang sama.
b. Integrasi Verical
Penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan operasi yang berbeda secara
berturut-turut, tahapan produksi dan/atau distribusi, misalnya penggabungan
usaha antara perusahaan kain dengan perusahaan pakaian jadi.
c. Konglomerasi
Penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk dan/atau jasa yang tidak saling
berhubungan, misalnya penggabungan usaha antara perusahaan minyak dengan
perusahaan komputer.

2.2 Alasan Kombinasi Bisnis


Secara umum, tujuan dari kombinasi bisnis adalah meningkatkan profitabilitas dan
efisiensi. Secara khusus, kombinasi bisnis dilakukan untuk :
a. Penghematan biaya
Dengan kombinasi bisnis, berbagai biaya bisa dihemat. Diantaranya biaya gaji
berbagai manajer, biaya penelitian produk baru (produk tersebut sudah ada di
perusahaan yang diakuisisi) dan biaya penelitian dan pengembangan.
b. Mengurangi risiko
Membeli perusahaan yang sudah mempunyai berbagai macam produk, dan juga
pasarnya, akan lebih kecil resikonya dibandingkan dengan mengembangkan dan
memasarkan produk baru.
c. Mengurangi penundaan beroperasinya perusahaan
Membeli perusahaan yang sudah mempunyai berbagai macam fasilitas dan sudah
memenuhi berbagai macam aturan pemerintah, akan lebih cepat dibandingkan
dengan mengembangkan sendiri atau mendirikan perusahaan baru.
d. Menghindari pengambilalihan oleh perusahaan lainnya
Salah satu cara untuk menghindari pengambilalihan oleh perusahaan lainadalah dengan
melakukan kombinasi bisnis
e. Memperoleh aset tidak berwujud

2.3 Bentuk penggabungan usaha


a. Akuisisi
Akuisisi terjadi ketika suatu perusahaan memperoleh aset produktif dari suatu entitas usaha lain dan
mengintegrasikan aset-aset tersebut ke dalam operasi miliknya.
Klasifikasi berdasarkan obyek yang diakuisisi dibedakan atas akuisisi sahamdan akuisisi asset,
yaitu :
1. Akuisisi Saham. Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual
beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkanberalihnya kepemilikan
perusahaan dari penjual kepada pembeli.Karena perusahaan didirikan atas saham-
saham, maka akuisisiterjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka
kepadapembeli/pengakuisisi.Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang
palingumum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisitersebut dapat
dilakukan dengan cara membeli seluruh atausebagian saham-saham yang telah
dikeluarkan oleh perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atas
sebagianmaupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkanperseroan yang
mengakibatkan penguasaan mayoritas atas sahamperseroan oleh perusahaan yang
melakukan akuisisi tersebut, yangakan membawa ke arah penguasaan manajemen dan
jalannyaperseroan.
2. Akuisisi Aset. Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lainmaka ia
dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau asetperusahaan lain tersebut. Jika
pembelian tersebut hanya sebagiandari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan
akusisi parsial.Akuisisi asset secara sederhana dapat dikatakan merupakan:
a. Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset(sebagai pihak
pembeli) dengan pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak penjual),
jika akuisisi dilakukan dengan pembayaran uang tunai. Dalam hal ini
segala formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus
diberlakukan, termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan
dihadapan Pejabat Pembuatan Akta Tanah.
b. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengansuatu
kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi
tidak dilakukan dengan cara tunai. Dan jikakebendaan yang dipertukarkan
dengan aset merupakan saham-saham, maka akuisisi tersebut dikenal
dengan nama assets for share exchange dengan akibat hukum bahwa
perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi pemegang saham dan
perseroanyang diakuisisi.
PSAK No. 22 (2010) penerapan metode akuisisi mensyaratkan:
a) Pengidentikasian pihak pengakuisisi;
b) Penentuan tanggal akuisisi;
c) Pengakuan dan pengukuran aset teridentikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil-
alih, dan kepentingan nonpengendali pihak yang diakuisisi; dan
d) Pengakuan dan pengukuran goodwill atau keuntungan dari pembelian dengan diskon.

b. Merger
Merger terjadi ketika suatu perusahaan mengambil alih semua operasi dari entitas usaha lain dan
entitas yang diambil alih tersebut dibubarkan.
Merger berdasarkan aktivitas ekonomik dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu:
1. Merger Horisontal. Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih
perusahaanyang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi mergerperusahaan-
perusahaan ini bersaing satu sama lain dalampasar/industri yang sama. Salah satu tujuan
utama merger danakuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau
untukmeningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi,pemasaran dan
distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitasadministrasi. Efek dari merger horisontal
ini adalah semakinterkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabilahanya
terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli,
bahkan akan mengarah padamonopoli.
2. Merger Vertikal. Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksiatau operasi. Merger
dan akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaanyang berada pada industri hulu memasuki
industri hilir atausebaliknya. Merger dan akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanyaterhadap pemasok
dan/atau pengguna produk dalam rangkastabilisasi pasokan dan pengguna.
Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkapmulai dari penyediaan
input sampai pemasaran. Untuk menjaminbahwa pasokan input berjalan dengan lancar
maka perusahaantersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Mergerdan
akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi kebelakang atau ke bawah
dan integrasi ke depan atau ke atas
3. Merger Konglemerat. Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan
yangmasing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Mergerdan akuisisi
konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaanberusaha mendiversifikasi bidang
bisnisnya dengan memasukibidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis
semula.Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini dilakukan secara terusmenerus oleh
perusahaan, maka terbentuklah sebuahkonglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki
bidang bisnis yangsangat beragam dalam industri yang berbeda.
4. Merger Ekstensi Pasar. Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua
ataulebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas areapasar. Tujuan merger
dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-
masing perusahaan.Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-
perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan penetrasipasar. Strategi ini
dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun
fasilitas produksi dari awaldi negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi
pasardilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurangmemberikan
fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumenluar negeri.
5. Merger Ekstensi Produk. Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh
duaatau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan.
Setelah merger perusahaan akan menawarkanlebih banyak jenis dan lini produk
sehingga akan menjangkaukonsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini dilakukan
denganmemanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembanganmasing-masing
untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas risetsehingga lebih produktif dalam
inovasi.
Pola adalah sistem bisnis yang diimplementasikan oleh sebuah perusahaandan dalam hal ini pola
merger adalah sistem bisnis yang akan diadopsi atauyang akan dijadikan acuan oleh perusahaan
hasil merger. Klasifikasiberdasarkan pola merger terbagi dalam dua kategori yaitu :
1. Mothership Merger. Mothership merger adalah pengadopsian satu pola atau
sistemuntuk dijadikan pola atau sistem pada perusahaan hasil merger.Biasanya
perusahaan yang dipertahankan hidup adalah perusahaanyang dominan dan sistem pola
bisnis perusahaan yang dominaninilah yang diadopsi.
2. Platform Merger. Jika dalam mothership merger hanya satu sistem yang diadopsi, maka
dalam platform merger hardware dan software yang menjadi kekuatan masing-masing
perusahaan tetap dipertahankan dan dioptimalkan. Artinya adalah semua system atau
pola bisnis,sepanjang itu baik, akan diadopsi oleh perusahaan hasil merger.

c. Konsolidasi
Konsolidasi terjadi ketika sebuah perusahaan baru dibentuk untuk mengambil alih aset-aset dan
operasi dari dua atau lebih entitas usaha yang terpisah, danakhirnya entitas yang terpisah tersebut
dibubarkan.

2.4 Metode Pencatatan


Metode pencatatan untuk kombinasi bisnis yang dipakai adalah metode pembelian atau
metode akuisisi. Penerapan metode akuisisi ini mensyaratkan :
a. Pengidentifikasian pihak pengakuisisi (entitas yang memperoleh pengendalian
atas pihak yang diakuisisi).
b. Penentuan tanggal akuisisi (tanggal pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian
atas pihak yang diakuisisi). Pengakuan dan pengukuran asset teridentifikasi yang
diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan non pengendali pihak yang
diakuisisi (dalam kombinasi bisnis dengan pembelian saham di atas 50%).
c. Pengakuan dan pengukuran goodwill atau keuntungan dari pembelian dengan diskon.

2.5 Pengidentifikasian Pihak pengakuisisi (entias yang memperoleh pengendalian atas


pihak yang diakuisisi)
Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan dengan cara membeli aset neto (total aset
dikurangi dengan total hutang) perusahaan, pihak pengakuisisi adalah pihak yang memberikan
imbalan berupa kas atau aset lain, atau memberikan imbalan dalam bentuk efek hutang atau efek
ekuitas.

2.6 Penentuan Imbalan yang diberikan


Imbalan yang diberikan kepada perusahaan yang diakuisisi adalah jumlah dari nilai wajar aset yang
ditransfer, hutang yang timbul dan efek ekuitas yang diterbitkan oleh pengakusisi. Imbalan juga
termasuk contingent consideration sepanjang imbalan tersebut besar kemungkinan akan terjadi dan
jumlahnya dapat diukur.

2.7 Biaya yang terkait dengan perolehan/akuisisi


Biaya yang terkait dengan perolehan akuisisi meliputi biaya makelar, (findersfee), advis,
hukum, akuntansi, penilaian, biaya profesional atau konsultansi lainnya,biaya administrasi umum
termasuk biaya pemeliharaan departemen akuisisi internal,dan biaya pendaftaran serta penerbitan
efek hutang dan efek ekuitas.Semua biaya tersebut, kecuali biaya pendaftaran dan penerbitan
efek hutangdan efek ekuitas, dibebankan pada periode berjalan.
Sesuai dengan PSAK 55, biaya pendaftaran serta penerbitan efek hutang akan menambah
diskon atas utang atau mengurangi premium (didebetkan ke discount atau premium efek hutang),
sedangkan biaya pendaftaran serta penerbitan efek ekuitas akan mengurangi (didebetkan) ke agio
saham (additional paid-in capital).
Jadi dapat disimpulkan, biaya-biaya yang terkait dengan investasi digolongkan menjadi tiga:
a. Biaya-biaya langsung, berupa harga yang dibayarkan kepada pihak yang dibeli (diakuisisi)
akan diakui sebagai harga perolehan investasi.
b. Biaya langsung lainnya seperti biaya akuntansi, hukum, konsultan, dan biaya-biaya
penemuan.Perlakuan akuntansinya, dimasukkan dalam beban berjalan pada saat
terjadinya
c. Biaya-biaya langsung seperti biaya pendaftaran dan penerbitan surat-suratberharga
ekuitas. Perlakuan akuntansinya, mengurangi tambahan modal disetor (additional paid in
capital).

2.8 Pengidentifikasian pihak pengakuisisi (entitas yang memperoleh pengendalian atas


pihak yang diakuisisi)
Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan dengan cara membeli aset netoperusahaan, pihak
pengakusisi adalah pihak yang memberikan imbalan berupa kas,atau aset lain atau memberikan imbalan
dalam bentuk efek hutang atau efek ekuitas.Pengidentifikasian pihak pengakuisisi akan dibahas
lebih lanjut dalam pembahasankonsolidasi.
2.9 Penentuan tanggal akuisisi (tanggal pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas
pihak yang diakuisisi)
Tanggal akuisisi adalah tanggal penutupan kontrak, yaitu tanggal penandatanganan kontrak di
notaris

2.10. Pengakuan dan pengukuran asset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang
diambil alih, dan kepentingan non pengendali pihak yang diakuisisi
Penerapan prinsip dan ketentuan pengakuan oleh pihak pengakuisisi, dapat menyebabkan pengakuan
atas suatu aset dan liabilitas yang sebelumnya tidak diakui oleh pihak yang diakuisisi dalam laporan
keuangannya. Contohnya: merk, paten, hubungan pelanggan mungkin tidak tercatat dalam
laporan keuangan suatu perusahaan. Akan tetapi ketika perusahaan tersebut diakuisisi, maka aset
tersebut akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Pengukuran aset teridentifikasi dan liabilitas yang diambil alih
menggunakan nilai wajar yang mengacu pada SAK yang mengatur maisng-masing aset dan liabilitas tersebut.
Sedangkan pengukuran kepentingan nonpengendali didasarkan pada nilai wajar atau berdasarkan
proporsi aset neto teridentifikasi.

2.11 Pengakuan da pengukuran goodwill atau keuntungan dari pembelian dengan diskon
Dalam suatu kombinasi bisnis, ada kalanya imbalan yang diberikan lebih besar daripada nilai wajar
aset neto (aset dikurangi liabilitas) yang diperoleh. Selisih tersebut diberikan karena pengakuisisi
menilai bahwa perusahaan yang diakuisisi mempunyai berbagai kelebihan (aset) yang tidak bisa
diidentifikasi. Aset demikian disebut goodwill. Sebaliknya bila imbalan yang diberikan lebih kecil
daripada nilai wajar asset neto (aset dikurangi liabilitas) yang diperoleh, maka akan terdapat
goodwill negatif. Goodwill negatif akan dicatat oleh pengakuisisi sebagai keuntungan pada tahun
berjalan. Perhitungan goodwill didapatkan dari setiap akhir periode dilakukan pengujian atas
Goodwill, apakah terjadi penurunan atau tidak. Bila nilainya turun, goodwill harus dikurangi.
Goodwill = biaya akuisisi jumlah asset netto teridentifikasi yang diambil alih

3. Kombinasi Bisnis Entitas Pengendali

3.1 Ruang lingkup


Restrukturisasi entitas sepengendali dalam PSAK 38 (revisi 2004) didefinisikan sebagai
transaksi pengalihan aset, kewajiban, saham atau bentuk instrumen kepemilikan lainnya antara
pihak-pihak (perorangan, perusahaan atau bentuk entitas lainnya) yang, secara langsung atau
tidak langsung (melalui satu atau lebih perantara), mengendalikan atau dikendalikan oleh atau
berada di bawah pengendalian yang sama. Definisi tersebut dianggap memberikan batasan yang
kurang jelas mengenai transaksi yang termasuk dalam PSAK 38 (revisi 2004). PSAK 22 (revisi
2010): Kombinasi Bisnis memberikan definisi dan pengertian dari bisnis, kombinasi bisnis,
dan kombinasi bisnis entitas sepengendali, tetapi tidak memberikan panduan perlakuan
akuntansi untuk kombinasi bisnis entitas sepengendali karena ruang lingkupnya mengecualikan
kombinasi bisnis entitas sepengendali.
Metode pooling interest
Metode yang dipertimbangkan oleh IASB ketika menyusun IFRS 3 Business Combinations
(diadopsi menjadi PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis) adalah acquisition method,
pooling of interest method, dan fresh start method dimana metode yang akhirnya digunakan
adalah acquisition method. ED PSAK 38 (revisi 2011) menggunakan metode pooling of
interest dengan pertimbangan sebagai berikut:
Metode pooling of interest telah digunakan dalam PSAK 38 sebelumnya dan masih
dianggap sebagai metode yang paling tepat untuk mencerminkan sifat transaksi
kombinasi bisnis entitas sepengendali yang pada dasarnya tidak mengakibatkan
perubahan substansi ekonomik yang signifikan. Metode ini juga masih digunakan dalam
SFAS 141 Business Combinations dan praktik di negara lain seperti Inggris, Hongkong,
dan Singapura.
Saat ini, IASB juga dalam proses memformulasikan metode akuntansi untuk transaksi
kombinasi bisnis entitas sepengendali sehingga IFRS 3 masih mengeluarkan hal ini dari
lingkup pengaturannya. Oleh karena itu, cukup beralasan jika metode pooling of interest
dipertahankan sementara menunggu hasil kajian IASB. Penerapan metode ini juga
tentunya tidak dianggap bertentangan dengan IFRS karena belum diatur spesifik dalam
IFRS.
3.2 Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali (SNTRES)
Dalam PSAK 38 (revisi 2004), SNTRES diakui dalam pos ekuitas tersendiri. ED PSAK 38
(revisi 2011) masih menggunakan konsep yang sama. Namun terdapat beberapa opsi lain untuk
pengakuan SNTRES yaitu:
mengakui SNTRES dalam pos tambahan modal disetor (additional paid in capital);
mengakui SNTRES dalam pos pendapatan komprehensif lain (other comprehensif
income);
mengakui SNTRES yang berjumlah positif di tambahan modal disetor dan jika negatif
dalam laba ditahan.
3.3 Hilang sepengendalian
Dalam PSAK 38 (revisi 2004), terdapat empat situasi yang menyebabkan berubahnya
Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali (SNTRES) yaitu:
a) Adanya transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang sama;
b) Adanya peristiwa kuasi reorganisasi (Catatan: Dengan keluarnya ED PPSAK 10:
Pencabutan PSAK 51: Akuntansi Kuasi-Reorganisasi maka hal ini akan hilang);
c) Hilangnya status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah bertransaksi;
d) Pelepasan aset, kewajiban, saham, atau instrumen kepemilikan lainnya yang
mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ke pihak
lain yang tidak sepengendali.
Jika perubahan dengan cara (c) dan (d), maka SNTRES diakui dalam laba rugi.
3.4 Laba persaham dari transaksi kas
Laba per saham (LPS) merupakan informasi yang penting dalam menilai kinerja
keuangan. Dalam kombinasi bisnis entitas sepengendali dengan imbalan yang diberikan dalam
bentuk kas dan setara kas (bukan saham) akan menimbulkan masalah terkait dengan LPS. Hal ini
disebabkan laba entitas sepengendali yang bertransaksi telah digabungkan (pembilang atau
nominator), sementara jumlah saham (penyebut atau denominator) tidak meningkat. Dalam kasus
tersebut akan menyebabkan terjadinya kenaikan LPS yang sangat signifikan, sehingga akan
memberikan informasi yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan dan karakteristik
kualitatif laporan keuangan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan. ED PSAK 38 (revisi 2011) mengatur, untuk kepentingan perhitungan LPS, entitas
harus memperhitungkan tambahan saham yang setara dengan imbalan yang diberikan. Sehingga
jumlah saham (penyebut atau denominator) akan mengalami peningkatan yang setara dengan
peningkatan jumlah laba yang digabungkan (pembilang atau nominator).

4. Laporan Keuangan Konsolidasi Dan Laporan Keuangan Tersendiri


4.1 laporan Keuangan Konsolidasi
1. Definisi
Berdasarkan PSAK No.4 (Revisi 2009), laporan keuangan konsolidasi adalah laporan
keuangan suatu kelompok usaha yang disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal. Dengan
kata lain menyatakan bahwa semua perusahaan induk (kecuali ada pengaturan khusus) harus
mengkonsolidasikan semua anak perusahaannya baik yang ada di dalam negeri maupun di luar
negeri:
1. Pemilikan baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan > 50% saham
berhak suara pada perusahaan lain.
2. Pemilikan 50% atau kurang saham berhak suara pada perusahaan lain yang dapat
dibuktikan bahwa pengendalian tetap ada.
Berdasarkan PSAK No. 4, alasan perusahaan anak tidak dilakukan konsolidasi adalah:
1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham perusahaan anak dibeli
dengan tujuan untuk dijual atau dialihkan dalam jangka pendek.
2. Perusahaan anak di batas oleh suatu retriksi jangka panjang, sehinggamempengaruhi
secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer danakepada perusahaan induk.
Perusahaan anak yang tidak dikonsolidasikantersebut harus dipertanggungjawabkan
oleh perusahaan induk sebagaimana perusahaan anak lainnya.

Berikut beberapa pernyataan mengenai konsolidasian menurut Accounting Principle


Board (APB) opinion No.16:
1. Kepemilikan saham minoritas (kecil), persentase kepemilikan saham dibawah 20%,
pencatatan metode akuntansi dengan Cost Method.
2. Kepemilikan saham dengan jumlah cukup besar (dapat mempengaruhi secaraberarti),
persentase kepemilikan saham antara 20% sampai dengan 50%, pencatatan metode
akuntansi dengan Equity Method.
3. Kepemilikan saham mayoritas (dapat mengendalikan perusahaan anak), persentase
kepemilikan saham diatas 50%, pencatatan metode akuntansi dengan Cost Method dan
Equity Method, namun dianjurkan Equity Method. Perusahaan induk diharuskan
menyusun Laporan Konsolidasi.
Jika seluruh saham 100% dibeli, maka laporan konsolidasi sangat mudah untuk dibuat
hanya dengan menggabungkan kedua atau lebih laporan hasil operasi perusahaan untuk
menghasilkan satu laporan keuangan saja. Namun, permasalahan akan timbul ketika acquirer
membeli perusahaan investee kurang dari 100% yang berarti masih menyisakan hak bagi
perusahaan investee walaupun mungkin sangat kecil. Permasalahan seperti ini membuat
munculnya berbagai teori dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Beberikut teori-teori
tersebut:
1. Proprietary Theory (Teori Perusahaan Induk). Teori ini adalah yang paling pertama
digunakan dalam sejarah teori penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Teeori ini
didasari oleh satu asumsi, bahwa: Laporan keuangan Konsolidasi adalah perluasan dari
laporan keuangan perusahaan induk, oleh karenanya harus dibuat dari sudut pandang
pemegang saham perusahaan induk. Artinya: laporan keuangan konsolidasi dibuat
semata-mata hanya untuk kepentingan stockholder perusahaan induk, dan laba bersih
pada laporan keuangan konsolidasi merupakan ukuran laba bagi perusahaan induk saja.
Theory ini menjadi tidak applicable ketika kepemilikan perusahaan induk pada
perusahaan investee tidak mencapai 100%. Timbul ketidak-konsisten-an atas perlakuan
akuntansinya. Misalnya:
Kepemilikan minoritas merupakan kewajiban dari sudut pandang stockholder
perusahaan induk (kemepilikan minoritas dimasukkan ke dalam kelompok
kewajiban), kenyataannya kewajiban yang dimaksudkan disini bukan kewajiban
yang berdasarkan pada konsep kewajiban yang pada umumnya.
Laba kepemilikan minoritas dianggap sebagai beban dari sudut pandang
stockholder perusahaan induk, beban yang dimaksudkan tidak memenuhi criteria
beban yang umumnya.

2. Entity Theory (Teori Entitas). Teori ini mencoba memberikan solusi atas persoalan-
persoalan yang timbul pada proprietary theory:
Entity theory merefleksikan sudut pandang keseluruhan entitas usaha.
Laba kepemilikan minoritas merupakan distribusi total laba konsilidasi.
Kepemilikan minoritas merupakan bagian dari equitas pemegang saham
konsolidasi.
Laba dan ekuitas subsididiary (perusahaan anak) ditentukan terhadap seluruh
pemegang saham, sehingga total laba dapat di distribusikan secara consisten
kepada seluruh stockholder mayoritas dan minoritas.
Seluruh aktiva bersih preusan anak dikonsolidasikan pada nilai wajarnya,
berdasarkan harga yang dibayarkan oleh preusan induk untuk kepemilikannya.
Hal ini untuk menjamin konsistensi penilaian atas aktiva bersih kepemilikan
both mayoritas dan minoritas.

3. Contemporary Theory (Teori Kontemporer). Contemporary berada diantara kedua teori


yang sudah ada sebelumnya (entity dan proprietary), hal itu tercermin dari pendekatan
yang dipakai dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi:
Pada dasarnya bagi teori ini, laporan keuangan konsolidasi menyajikan posisi
keuangan sebagai hasil operasi usaha perusahaan tunggal, tetapi dibuat terutama
untuk kepentingan stockholder dan creditor perusahaan induk.
Laba bersih konsolidasi adalah laba bersih untuk pemegang saham perusahaan
induk.
Laba kepemilikan minoritas adalah pengurang dalam menentukan laba bersih
konsolidasi (tetapi bukan beban seperti pada proprietary theory). Ini dianggap
sebagai alokasi atas realisasi laba entitas keseluruhan kepada seluruh mayoritas
dan minoritas.
Ekuitas kepemilikan minoritas dianggap bagian dari ekuitas konsolidasi,
dilaporkan dalam jumlah tunggal karena kepemilikan minoritas tidak akan
mengambil manfaat dari disclosure (pengungkapan/pelaporan) konsolidasi.
Aktiva bersih perusahaan anak dikonsolidasikan pada nilai buku ditambah
kelebihan biaya investasi perusahaan induk atas nilai bukunya.
2. Prosedur Akuntansi Konsolidasi
Melakukan eliminasi atas transaksi dan saldo resiprokal (Reciprocal Account) antara
induk perusahaan dan anak perusahaan, serta mengeliminasi keuntungan dan kerugian
yang belum direalisasi yang timbul antara anak perusahaan dan Induk perusahaan.
Tanggal pelaporan keuangan antara anak perusahaan dan induk perusahaan pada
dasarnya harus sama.
Hak minoritas disajikan tersendiri dalam Neraca Konsolidasi antara perkiraan
Kewajiban dan Modal.
Hak minoritas dalam Laba disajikan tersendiri dalam Laporan laba Rugi Konsolidasi.
Prosedur konsolidasi menurut PSAK No. 4:
1) Mengeliminasi transaksi dan saldo resiprokal (Reciprocal Account) antara Induk
Perusahaan dan Anak perusahaan.
2) Mengeliminasi keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi (Unrealized
Profit & Loss) yang timbul dari transaksi antara Induk perusahaan dan
AnakPerusahaan.
3) Tanggal pelaporan keuangan Anak Perusahaan sama dengan tanggalpelaporan
Perusahaan Induk, jika tanggal pelaporan keuangan Anakperusahaan berbeda,
dapat digunakan:
Perbedaan tanggal pelaporan tidak lebih dari 3 bulan.
Peristiwa/transaksi material yang terjadi diantara tanggal pelaporan
tersebut diungkapkan (Didisclosure) dalam catatan atas lapora keuangan
konsolidasi.
4) Menggunakan kebijakan akuntansi yang sama transaksi, peristiwa dan keadaan
yang sama. Jika tidak maka harus diungkapkan:
Penggunaan kebijakan akuntansi yang berbeda.
Proporsi unsur yang terkait dengan kebijakan akuntansi tersebut terhadap
unsur sejenis dalam laporan keuangan konsolidasi.
5) Menyajikan sendiri hak minoritas:
Pada neraca konsolidasi antara kewajiban dan Modal.
Pada laporan laba Rugi Konsolidasi: Hak minoritas dalam laba.
6) Investasi pada Anak perusahaan harus dipertanggungjawabkan. Sesuai PSAK
No.13 (Akuntansi Untuk Investasi) terhitung sejak investasi tersebut tidak
memenuhi persyaratan sebagai Anak perusahaan danbukan perusahaan asosiasi
berdasarkan PSAK No.15 (Akuntansi untukInvestasi pada Perusahaan Asosiasi).
Induk Perusahaan yang memenuhi kriteria konsolidasi tidak boleh menyajikan tersendiri
laporan keuangan (tanpa konsolidasi) sebagai laporan keuangan untuk tujuan laporan keuangan
(General Purpose Financial Statement), hanya dapat disajikan sebagai informasi tambahan dalam
laporan keuangan konsolidasi.
3. Laporan Keuangan Konsolidasi Saat Akuisisi
Contoh: Pengambilan alih aktiva bersih
(P) mengambil alih net asset (aktiva bersih) (S) dengan cash $500,000. Asumsi: Nilai Buku
sama dengan nilai wajarnya/Harga pasarnya (Fair/Market Value). Neraca kedua perusahan
sebelum proses akuisi nampak seperti dibawah ini:

Atas akuisi ini, pada buku PT. P (Parent Company) di masukkan jurnal:
[Debit]. Account Receivable = $200.000
[Debit]. Inventory = $100.000
[Debit]. Equipment = $300.000
[Credit]. Current Liabilities = $100.000
[Credit]. Cash = $500.000
Karena fair value (nilai wajar) sama dengan nilai bukunya, maka tidak diperlukan re-valuation,
dan tidak ada goodwill yang perlu diakui.
Sehingga, Neraca setelah konsolidasi PT.(P) dan Subsidiary akan seperti di bawah ini:
4. Konsolidasi atas Akuisisi Saham (Consolidating Stock Acquisition)
Dalam akuisi saham, perusahaan pengakuisisi hanya akan berurusan dengan pemegang
saham (shareholder) dan sama sekali tidak akan berurusan dengan perusahaan investee.
Contoh: Akuisisi Saham
Sama dengan contoh yang diatas, namun yang dibeli hanya sahamnya saja dan $ 500.000
dibayarkan kepada pemegang sahamnya.
Atas Akuisisi saham tersebut, PT. P akan mencatat dengan jurnal sebagai berikut:
[Debit]. Investment In Subsidiary S = $ 500,000
[Credit]. Cash = $ 500,000
Jika kita perhatikan, di sini sama sekali tidak mencatat adanya penambahan asset (aktiva)
maupun liabilities, melainkan dicatat sebagai investasi saja. Hal ini dikarenakan yang diakuisisi
hanya sahamnya saja, dimana nilai saham sebesar $500.000 adalah cerminan dari nilai net
assetnya juga. Dalam hal ini hak kendali diperoleh dengan membeli saham PT. S.
Untuk membuat Neraca Konsolidasinya, maka kita perlu buatkan kertas kerja seperti dibawah
ini:
Dengan memperhatikan kertas kerja konsolidasi tersebut, maka muncul pertanyaan mengapa
ada eliminasi?
Telah diketahui bahwa, PT.S telah menjadi subsidiary PT.P Dan neraca konsolidasi ini dibuat
oleh PT.P (Bukunya PT.P) adalah untuk menyatukan laporan keuangan dua entitas yang tadinya
terpisah-pisah, mungkinkah PT.P berinvestasi pada perusahaannya sendiri? Tentu tidak, oleh
karena itu perlu dilakukan jurnal eliminasi.
Begitu juga dengan ekuitas pemegang saham perusahaan subsidiary, perlu di eliminasi karena
aktiva maupun liabilities nya adalah milik perusahaan PT.P itu sendiri selaku parent company
(bukan ekuitas pihak luar, seperti pada pengambil alihan aktiva bersih).
Maka jurnal eliminasinya akan seperti ini:
[Debit]. Common stock Company S = $ 200,000
[Debit]. Retained Earning Company S = $ 300,000
[Credit]. Investment in Company S = $ 500,000
Dalam kasus akuisisi aktiva bersih, tentunya perusahaan investee akan memberikan
laporan keuangan dengan nilai asset yang sesuai dengan nilai buku-nya, tanpa memperhitungkan
apakah nilai bukunya sesuai dengan harga pasar atau belum. Akan tetapi pihak investor pastinya
tidak akan percaya begitu. Disinilah perlunya menggunakan jasa appraisal independent untuk
melakukan penilaian (revaluation), guna memperoleh nilai yang wajar (Fair Value). Nilai wajar
yang dimaksudkan disini adalah sesuai dengan harga pasarnya. Itulah sebabnya mengapa nilai
wajar kadang juga disebut dengan Nilai Pasar (Market Value). Walaupun revaluation telah
dilakukan oleh appraisal independent, tetap saja nilai wajar yang dihasilkan masih berupa
estimasi.
Jadi, apakah hasil revaluation sudah mencerminkan nilai wajar atau belum, akhirnya
yang menjadi penentu jadi atau tidaknya transaksi kembali kepada calon investor yang akan
melakukan pengambilan keputusan. Namun, dari begitu banyaknya kasus akuisi yang telah
terjadi, tidak sedikit acquirer (investor) yang bersedia membayar lebih dari fair value.
Dalam kasus akuisisi aktiva bersih, jika nilai wajar aktiva bersih perusahaan
investee (terakuisisi) tidak sama dengan nilai bukunya, maka aktiva dan kewajiban perusahaan
investee yang dapat diidentifikasi di catat sebesar fair value-nya. Selisih antara fair value aktiva
bersih dengan harga beli (yang dibayarkan) di akui sebagai Goodwill
4. Eliminasi Jurnal
a. Investasi
Akun investasi dieliminasi dengan ekuitas entitas anak
Jika kepemilikan pada entitas anak tidak 100% akan muncul kepentingan non
pengendali.
Perbedaan nilai wajar dan nilai buku harus diperhitungkan dalam konsolidasi
(nilai wajar yang dikonsolidasi)
Goodwiil muncul jika nilai perolehan tidak sama dengan nilai wajar
b. Akun. Utang Piutang yang muncul antara anak dan induk harus dihapuskan.
c. Transaksi. Transaksi yang boleh diakui adalah transaksi kepada pihak ketiga, transaksi
anak dan induk harus dieliminasi.
a) Persediaan.
Penjualan dan harga pokok penjualan.
Jika barang terjual maka laba yang belum direalisasi harus dikurangkan dari nilai
inventori dan mempengaruhi laba yang telah diakui.
b) Aset Tetap
Pada tahun terjadi transaksi tidak boleh diakui keuntungan/kerugian dari transaksi
tersebut
Laba yang ada dalam aset tersebut harus dieliminasi
Nilai penyusutan akan disesuaikan
c) Obligasi
Obligasi hanya boleh diakui sebesar obligasi pada pihak eksternal.
Pendapatan / beban bunga harus dieliminasi
5. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan Konsolidasi
Pengungkapan berikut dibuat dalam laporan keuangan konsolidasian:
a) Sifat hubungan antara entitas induk dan suatu entitas anak jika entitas induk tidak
memiliki (secara langsung maupun tidak langsung melalui entitas anak) lebih dari
setengah kekuasaan suara;
b) Alasan mengapa kepemilikan (secara langsung maupun tidak langsung melalui entitas
anak) lebih dari setengah kekuasaan suara atau kekuasaan suara potensial atas investee
tidak diikuti dengan pengendalian;
c) Akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitas anak jika laporan keuangan
tersebut digunakan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasian dan tanggal atau
periode berbeda dari tanggal laporan keuangan entitas induk, dan alasan menggunakan
tanggal atau periode yang berbeda;
d) Sifat dan luas setiap restriksi signifikan (misalnya akibat dari perjanjian pinjaman yang
diterima atau persyaratan regulator) dalam kemampuan entitas anak untuk mentransfer
dana ke entitas induk dalam bentuk deviden tunai, atau pembayaran kembali pinjaman
atau uang muka;
e) Suatu rincian yang menunjukan dampak setiap perubahan bagian kepemilikan entitas
induk pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian atas ekuitas
yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk; dan
f) Jika pengendalian atas entitas anak hilang, maka entitas induk mengungkapkan
keuntungan atau kerugian (jika ada) yang diakui sesuai dengan paragraf 31, dan:
porsi dari keuntungan atau kerugian yang dapat didistribusikan pada pengakuan
sisa investasi pada entitas anak terdahulu dengan nilai wajar pada tanggal
hilangnya pengendalian, dan
pos keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laha rugi komprehensif
jika tidak disajikan secara terpisah dalam laporan laha rugi komprehensif.

Ketika entitas induk menyusun laporan keuangan tersendiri, maka laporan keuangan tersendiri
tersebut mengungkapkan:
a) laporan keuangan tersebut adalah laporan keuangan tersendiri yang merupakan
informasi tamhahan dalam laporan keuangan konsolidasian;
b) daftar investasi yang signiftkan dalam entitas anak, pengendalian bersama entitas, dan
entitas asosiasi, termasuk nama, negara atau tempat kedudukan, proporsi kepemilikan,
dan proporsi hak suara yang dimiliki.

4.2 Laporan Keuangan Tersendiri


Laporan keuangan tersendiri adalah laporan keuangan yang disajikan oleh entitas induk
yang mencatat investasi pada entitas anak, entitas asosiasi dan ventura bersama berdasarkan
biaya perolehan. Laporan keuangan tersendiri hanya dapat disajikan sebagai informasi tambahan
dalam laporan keuangan konsolidasian. Entitas induk tidak menyajikan laporan keuangan
tersendiri sebagai laporan keuangan bertujuan umum. Laporan keuangan tersendiri terdiri dari
laporan posisi keuanga, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan perubahan
ekuitas dan laporan arus kas.
Tambahan penyusunan laporan keuangan tersendiri:
1. Entitas induk menerapkan akuntansi yang sama untuk investasi yang dicatat pada biaya
perolehan sesuai PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi
yang dihentikan ketika investasi tersebut diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual
sedangkan pengukuran investasi dicatat sesuai PSAK 55.
2. Entitas induk mengakui dividen dari entitas anak, ventura bersama, entitas asosiasi yang
telah diakuinya atau kerugian dalam laporan tersenduri ketika hak menerima dividen
diterapkan.

Anda mungkin juga menyukai