Anda di halaman 1dari 32

Syntomatic Fraud Investigation

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit Forensik

Disusun Oleh:
Alviano Renoldy Saputra 12030116210001
Zahara Ayuningtyas Manggiasih 12030116210002
Fitrarena Widhi Rizkyana 12030116210003

Pendidikan Profesi Akuntansi Angkatan 27


Universitas Diponegoro
2017
BAB 1 PENGERTIAN KECURANGAN (FRAUD)

1.1. PENDAHULUAN
Setiap aktivitas pasti ada ketidakpastian yang identic dengan risiko, diantaranya
adalah risiko kecurangan. Kecurangan adalah tindakan melawan hokum yang merugikan
entitas/organisasi dan menguntungkan pelakunya. Tindakan kecurangan itu berupa
pengambilan atau pencurian harta milik atau asset organisasi, menyembunyikan dan
mengalihkan atau membelanjakan asset tersebut.

Kecurangan (fraud) bukan hanya saja berakibat berkurangnya asset organisasi tetapi
dapat juga mengurangi reputasi. Tindakan fraud dapat dikurangi melalui langkah-langkah
pencegahan atau penangkalan, pendektesian, dan investigasi. Fraud sulit terdeteksi karena
pada hakekatnya fraud tersembunyi dan pelakunya pada umumnya cerdas, pekerja keras, dan
mempunyai profil seperti orang jujur serta sedikit catatan kriminalnya.

Untuk mencegah, mendeteksi, dan menginvestigasi fraud harus meningkatkan


pemahaman dan mempelajari terlebih dahulu tentang teori dan pengertian fraud antara lain
mengenai jenis, bentuk faktor-faktor pendorong dan penyebab fraud.

Perlu digaris-bawahi bahwa penyebab utama masalah fraud (kecurangan)


berhubungan dengan moral dan mental, sehingga dalam menangani fraud, masalah tersebut
menjadi kunci keberhasilan.

Pencegahan fraud merupakan aktivitas memerangi fraud dengan biaya yang murah.
Upaya pencegahan fraud akan memberi penghematan yang bersar karena biaya deteksi,
investigasi dan proses peradilan dapat ditekan, bahkan dapat ditiadakan. Tindak fraud
cenderung meningkat, oleh karena itu upaya pencegahan harus didukung oleh seluruh pelaku
organisasi baik para manajer maupun seluruh karyawan.

1.2. DEFINISI FRAUD (KECURANGAN)


Menurut kamus Inggris-Indonesia, fraud diterjemahkan sebagai penipuan, kecurangan
atau penggelapan, sedangkan menurutmu Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai
Pustaka, kecurangan berarti ketidakjujuran dan keculasan.

2 | Page
Banyak pakar dan organisasi profesi memberi definisi fraud yang sedikit berbeda
karena cara melakukan fraud juga berbeda, sehingga definisi fraud juga berbeda. Meskipun
demikian, berbagai definisi fraud tersebut secara prinsip tidak berbeda. Definisi fraud lebih
ditekankan pada konsekuensi hokum seperti penggelapan, pencurian dengan tipu muslihat,
penyalahgunaan wewenang, kecurangan laporan keuangan, dan bentuk kecurangan lain yang
dapat merugikan orang lain dan menguntungkan pelakunya.

Berikut ini dikutip beberapa definisi mengenai fraud:

Menurut W. steve Albrecht dan Chad D. Albrecht dalam buku mereka, Fraud
Examination, fraud mendefinisikan sebagai:

Fraud adalah suatu pengertian umum dan mencakup beragam cara yang dapat
digunakan dengan cara kekerasan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungn dari orang
lain melalui perbuatan yang tidak benar. Tidak terdapat definisi atau aturan yang dapat
digunakan sebagai suatu pengertian umum dalam mengartikan fraud yang meliputi cara yang
mengandung sifat mendadak, menipu, cerdik dan tidak jujur yang digunakan untuk
mengelabuhi seseorang. Satu-satunya batasan untuk mengetahui pengertian di atas adalah
yang membatasi sifat ketidakjujuran manusia.

Menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) dalam Fraud Examiners


Manual 2006:

Fraud (kecurangan) berkenaan dengan adanya keuntungan yang diperoleh seseorang


dengan menghadirkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Di
dalamnya termasuk unsur-unsur surprise/tak terduga, tipu daya, licik dan tidak jujur yang
merugikan orang lain.

Menurut Blaks Law Dictionary yang merupakan kamus hokum di Amerika Serikat:

Kecurangan mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia dan yang
diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran
yang salah atau memaksakan kebenaran dan mencakup semua cara yang tak terduga, penuh
siasat, licik, tersembunyi dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain
tertipu.

Menurut The Institute of Internal Auditor (IIA) suatu organisasi auditor internal di
Amerika Serikat:

3 | Page
Kecurangan adalah sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hokum
yang ditandai dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, fraud dapat juga diistilahkan sebagai


kecurangan yang mengandung makna suatu penyimpangan dan perbuatan melanggar hokum
(illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu misalnya menipu atau
memberikan gambaran keliru (mislead) kepada pihak-pihak lain, yang dilakukan oleh orang-
orang baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Kecurangan dirancang untuk
mendapatkan keuntungan baik pribadi maupun kelompok yang memanfaatkan peluang-
peluang secara tidak jujur, yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak
lain.

Dengan demikian unsur-unsur fraud adalah:

a. Adanya perbuatan yang melanggar hokum


b. Dilakukan oleh orang dari dalam dan dari luar organisasi
c. Untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompok
d. Langsung dan atau tidak langsung merugikan pihak lain

Batasan /Aksioma Kecurangan (Fraud)

Menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) dalam manual edisi ketiga,
aksioma fraud adalah:

a. Tersembunyi; kecurangan ini dilakukan secara tersembunyi dan berusaha untuk


menutupi perbuatannya.
b. Bukti sebalik; untuk membuktikan bahwa kecurangan tersebut terjadi, harus
diusahakan bahwa kecurangan tersebut tidak terjadi, demikian pula sebaliknya. Jenis-
jenis fraud. Fraud menurut jenisnya terdiri dari intern fraud dan system control fraud:
a. Intern fraud terjadi secara alamiah yang melekat dalam setiap bentuk kegiatan dimana
seseorang dimungkinkan untuk melakukan fraud.
b. System control fraud terjadi karena lemahnya system pengendalian intern dan
biasanya pelaku mempunyai pengetahuan tentang bagaimana suatu system
pengendalian intern bekerja.

Penyebab perilaku criminal

Perilaku menyimpang merupakan akar dari suatu kejahatan. Banyak psikolog ahli
criminal dan peneliti membeberkan penyebab perilaku criminal. Tindakan fraud juga

4 | Page
merupakan tindakan criminal meskipun fraud tidak persis sama dengan criminal secara
umum seperti pembunuhan.

- Individu

Beberapa teori tindak criminal yang dikenal luas dikalangan kriminologi,


menyimpulkan bahwa perilaku pribadi adalah:

a. Manusia dalam melaksanakan criminal pada dasarnya bertindak rasional dan


penuh perhitungan untuk menghindari hukuman dan mencapai keberhasilan.
b. Tindakan criminal didorong oleh kondisi tersedianya kesempatan yang cocok,
pengawasan yang lemah, dan terdapat motivasi pendorong.
c. Perilaku criminal juga ditentukan oleh factor biologis dan bawaan sejak lahir.
d. Perkembangan moral, intelektualitas, factor kegagalan, dan frustasi merupakan
factor pendorong.
e. Perilaku criminal dapat berupa hasil dari proses mental kepribadian sejak masa
kanak-kanak.
f. Factor lingkungan berpengaruh pada tingkat kriminalitas di suatu daerah.
g. Pengaruh struktur social yaitu struktur social individu dan interaksi social
psikologis.
h. Semua orang berpotensi berperilaku criminal jika keadaan mendukung.
- Organisasi

Penyebab kejahatan organisasi pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga jenis


yaitu:

Patologi individu yang menurut kata hati yang bermotivasi mengejar kesenangan
pribadi.
Patologi organisasi yaitu organisasinya kondusif untuk tindakan criminal yang
berakibat memprioritaskan keuntungan dan moral rendah.
Patologi social budaya yaitu menganut budaya konsumerisme dan materialism
sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
1.3. INDIKATOR PENYEBAB KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM
PENELITIAN
Dalam penelitian tersebut, Cressey (1953) menyatakan bahwa fraudmempunyai tiga
kondisi (fraud triangle) yang mendukung terjadinya fraud, yaitu insentif atau
tekanan (pressure), peluang atau kesempatan (opportunity), dan dalih untuk
membenarkan (rationalization).

Berikut penjelasan masing- masing indicator dengan variable yang digunakan, yaitu :

5 | Page
A. Tekanan

Tekanan adalah dorongan seseorang untuk melakukan fraud, biasanya muncul


karena kebutuhan financial, tetapi dapat juga karena keserakahan, seperti penggelapan
uang perusahaan yang bermula dari kebutuhan ekonomi mendesak yang tidak dapat
diceritakan oleh orang lain. Adapun variable yang digunakan meliputi :

1. Financial stability pressure atau tekanan stabilitas keuangan merupakan kondisi


perusahaan yang tidak stabil sehingga menjadi tekanan bagi manajemen karena
dipandang dapat menghambat aliran dana investasi di tahun mendatang.
2. Financial targets atau target keuangan merupakan suatu target yang ditentukan oleh
para pemegang saham agar manajemen perusahaan melakukan kinerja semaksimal
mungkin.
B. Kesempatan atau Peluang

Fraud juga terjadi karena adanya peluang seperti pengendalian yang lemah, tata
kelola organisasi yang buruk, sikap manajemen yang lalai, apatis, acuh tak acuh dan gagal
mendisiplinkan atau memberi sanksi pada pelaku. Adapun variable yang digunakan
meliputi :

1. Effective monitoring atau pengawasan yang efektif merupakan usaha manajemen


yang dilakukan secara sistematis untuk membandingkan realisasi kinerja dengan
standar, rencana, atau tujuan yang telah ditetapkan.
2. Organizational structure atau struktur organisasi adalah susunan dan hubungan
antar tiap bagian yang menggambarkan pemisahan posisi atau tugas dalam
melakukan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan suatu organisasi
(perusahaan).

C. Rasionalisasi

Rasionalisasi adalah pembenaran atas perbuatan pelaku. Adapun variable yang digunakan
meliputi:

1. Auditor opinion atau opini audit adalah suatu pernyataan auditor mengenai kesimpulan yang
diperoleh atas laporan keuangan auditan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Auditor change atau pergantian KAP adalah suatu perilaku dimana klien berpindah kantor
akuntan publik secara sukarela maupun wajib.

1.4. TEORI PENYEBAB KECURANGAN

6 | Page
Dalam jurnal, penelitian yang berjudul Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan dalam
Perspektif Fraud Triangle menggunakan teori keagenan dan teori triange fraud sebagai
landasan teorinya. Namun, selain itu ada beberapa teori lain yang dapat digunakan oleh
peneliti dalam mengkaji mengenai penyebab terjadinya kecurangan, diantaranya adalah:

a. Teori GONE (GONE Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Jack Balogna yang diungkap pula dalam bukuStrategi
Pemberantasan Korupsi Nasional oleh BPKP Tahun 1999. Terdapat empat faktor
pendorong seorang untuk melakukan tindak kecurangan, yang dikenal dengan teori
GONE, yaitu: Greed (keserakahan), Opportunity(kesempatan), Need (Kebutuhan), dan
Exposure (pengungkapan).

b. Teori Monopoli (Klinggard Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Robert Klinggard dalam cleaning up and invigorating
the civil cervice. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya fraud yaitu:
C=M+D-A.

Menurut teori ini korupsi (corrupt=C) diartikan sama dengan monopoly (M) ditambah
kebijakan (decretism=D) dikurangi pertanggungjawaban (Acountability). Fraud sangat
bergantung pada monopoli kekuasaan yang dipegang oleh yang bersangkutan dan
kebijakan yang dibuatnya. Namun, kedua faktor itu dipengaruhi pula oleh kondisi
akuntabilitas.

c. Teori C=N+K

Teori ini dikenal di jajaran atau profesi kepolisian yang menyatakan bahwa Kriminal
(C) sama dengan Niat (N) dan Kesempatan (K). Teori ini sangat sederhana dan gamblang
karena meskipun ada niat melakukan fraud, bila tidak ada kesempatan tidak akan terjadi.

d. Teori French dan Raven

Menurut French dan Raven, ternyata setelah seseorang menjadi pelaku fraud, orang
tersebut akan mempengaruhi orang lain untuk berpartisipasi dalam
kegiatan fraud. Pelaku fraud akan memengaruhi orang lain dalam melakukan

7 | Page
kekuasaan. French dan raven dalam bukunya The Basis of Social Powermembagi
kekuasaan menjadi 5 variabel, yaitu:

1. Reward power, yaitu kemampuan dari pelaku fraud untuk meyakinkan korban
bahwa ia akan dapat keuntungan tertentu jika berpartisipasi dalam
skema fraud yang dilakukan.
2. Coercive power merupakan kemampuan dari pelaku fraud untuk membuat
seseorang menerima hukuman jika mereka tidak mau berpartisipasi dalam
kegiatan fraud.
3. Expert power, yaitu kemampuan dari pelaku fraud untuk memengaruhi orang lain
karena keahlian atau pengetahuan yang dimilikinya.
4. Legitimate power, yaitu kemampuan dari pelaku fraud untuk meyakinkan calon
pelaku bahwa pelaku fraud memiliki kekuasaan yang sesungguhnya atas diri calon
pelaku.
5. Referent power, yaitu kemampuan pelaku fraud untuk menghubungkan dirinya
dengan calon co-conspirator.
e. Teori Dr. Steve Albrecht

Dr. Steve menyatakan ada dua spek yang sangat mempengaruhi orang untuk
melakukan fraud, yakni aspek personal (personal integrity and situational pressure) dan
aspek sistem lingkungan perusahaan (opportunity). Fraud akan rendah ketika integritas
personal seseorang tinggi, kemudian sistem perusahaan baik (opportunity) dan tekanan
dari lingkungan untuk melakukanfraud rendah.

f. Teori Ramirez Torres

Menurut Torres suatu tindak korupsi (kecurangan) akan terjadi jika memenuhi
persamaan berikut:

(Rc > Pty x Prob, yang dimana Rc = Reward, Pty = Penalty, Prob = Probability).

Seseorang akan melakukan korupsi (kecurangan) jika hasil (Rc=Reward) yang


didapat dari korupsi lebih tinggi dari hukuman (Pty=Penalty) yang didapatkan dengan
kemungkinan (Prob=Probability) tertangkapnya yang kecil.

g. Teori Richard C. Hollingger dan Jonh P. Clark

8 | Page
Hollingger dan John P. Clark dalam buku Theft by Employeemenyimpulkan bahwa
pegawai melakukan fraud di tempat kerjanya semata-mata karena kondisi lingkungan
kerja yang tidak memadai dan adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan mereka.

1.5. BENTUK-BENTUK FRAUD


Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), internal fraud (tindakan
penyelewengan di dalam perusahaan atau lembaga) dikelompokan menjadi 4 (empat) jenis,
yaitu:

1. Fraud Terhadap Aset (Asset Misappropriation) Singkatnya, penyalahgunaan aset


perusahaan/lembaga, entah itu dicuri atau digunakan untuk keperluan pribaditanpa ijin
dari perusahaan/lembaga. Seperti kita ketahui, aset perusahaan/lembaga bisa berbentuk
kas (uang tunai) dan non-kas. Sehingga, asset misappropriation dikelompokan menjadi 2
macam:
Cash Misappropriation Penyelewengan terhadap aset yang berupa kas (Misalnya:
penggelapan kas, nilep cek dari pelanggan, menahan cek pembayaran untuk vendor)
Non-cash Misappropriation Penyelewengan terhadap aset yang berupa non-kas
(Misalnya: menggunakan fasilitas perusahaan/lembaga untuk kepentingan pribadi).
2. Fraud Terhadap Laporan Keuangan (Fraudulent Statements) ACFE membagi jenis fraud
ini menjadi 2 macam, yaitu: (a) financial; dan (b) non-financial. Saya lebih suka
mengatakan: segala tindakan yang membuat Laporan Keuangan menjadi tidak seperti
yang seharusnya (tidak mewakili kenyataan), tergolong kelompok fraud terhadap laporan
keuangan. Misalnya:
Memalsukan bukti transaksi
Mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya,
Menerapkan metode akuntansi tertentu secara tidak konsisten untuk menaikan atau
menurunkan laba
Menerapkan metode pangakuan aset sedemikian rupa sehingga aset menjadi nampak
lebih besar dibandingkan yang seharusnya.
Menerapkan metode pangakuan liabilitas sedemikian rupa sehingga liabiliats menjadi
nampak lebih kecil dibandingkan yang seharusnya.
3. Korupsi (Corruption) ACFE membagi jenis tindakan korupsi menjadi 2 kelompok,
yaitu:

Konflik kepentingan (conflict of interest) Saya mengalami kesulitan mencari


kalimat yang paling tepat untuk mendeskripsikan. Contoh sederhananya begini: Seseorang
atau kelompok orang di dalam perusahaan/lembaga (biasanya manajemen level) memiliki

9 | Page
hubungan istimewa dengan pihak luar (entah itu orang atau badan usaha). Dikatakan
memiliki hubungan istimewa karena memiliki kepentingan tertentu (misal: punya saham,
anggota keluarga, sahabat dekat, dll). Ketika perusahaan/lembaga bertransaksi dengan pihak
luar ini, apabila seorang manajer/eksekutif mengambil keputusan tertentu untuk melindungi
kepentingannya itu, sehingga mengakibatkan kerugian bagi perusahaan/lembaga, maka ini
termasuk tindakan fraud. Kita di Indonesia menyebut ini dengan istilah: kolusi dan
nepotisme.

Menyuap atau Menerima Suap, Imbal-Balik (briberies and excoriation) Suap,


apapun jenisnya dan kepada siapapun, adalah tindakan fraud. Menyupa dan menerima suap,
merupakan tindakan fraud. Tindakan lain yang masuk dalam kelompok fraud ini adalah:
menerima komisi, membocorkan rahasia perusahaan/lembaga (baik berupa data atau
dokumen) apapun bentuknya, kolusi dalam tender tertentu.

4. Kecurangan yang berkaitan dengan computer

Terjadi perkembangan kejahatan di bidang computer dan contoh tidak kejahatan yang
dilakukan sekarang antara lain:

Menambah, menghilangkan, atau mengubah masukan atau memasukkan data palsu.


Salah mem-posting atau mem-posting sebagian transaksi saja.
Memproduksi keluaran palsu, menahan, menghancurkan, atau mencuri keluaran.
Merusak program misalnya mengambil uang dari banyak rekening dalam jumlah
kecil-kecil.
Mengubah dan menghilangkan master file.
Mengabaikan pengendalian intern untuk memperoleh akses ke informasi rahasia.
Melakukan sabotase.
Mencuri waktu penggunaan computer.

1.6. AKTIVITAS MEMERANGI FRAUD


Setiap pimpinan unit organisasi baik organisasi privat maupun public harus aktif
melawan atau memerangi fraud.

Menurut W. Steve Albrecht dalam bukunya Fraud Examination, ada 4 aktivitas dalam
memerangi fraud yaitu:

Pencegahan fraud (fraud prevention)


Pendeteksian fraud secara dini (early fraud detection)
Audit Investigasi (audit investigation)

10 | P a g e
Tindak lanjut ke tindakan hukum (follow-up legal action)

Pencegahan dan pendeteksian merupakan aktivitas memerangi fraud yang biayanya


paling murah karena:

Semakin lama fraud tidak terungkap akan memberi peluang bagi pelaku untuk
menutupi perbuatannya.
Bila terjadi fraud, terjadi kerugian keuangan yang cukup besar dan pengembalian
uangnya akan mengalami kesulitan.
Proses litigasi atau tindakan hokum akan memakan waktu lama.

BAB 2 MENCEGAH FRAUD

2.1. PENDAHULUAN
Mencegah fraud merupakan segala upaya untuk menangkal pelaku potensial,
mempersempit ruang gerak, dan mengidentifikasi kegiatan yang berisiko tinggi terjadinya
kecurangan. Pencegahan fraud bertujuan untuk:

Prevention: mencegah terjadinya fraud


Deference: menangkal pelaku potensial
Description: mempersulit gerak langkah pelaku fraud
Recertification: mengidentifikasikan kegiatan berisiko tinggi dan kelemahan
pengendalian intern
Civil action prosecution: tuntutan kepada pelaku

Pencegahan fraud lain dilakukan dengan mengeliminasi factor-faktor pendorong dan


penyebabnya dan menerapkan good corporate governance serta penerapan manajemen risiko.
Pencegahan kecurangan (fraud) juga dilakukan dengan mengeliminasi factor-faktor
pendorongnya, dengan mengurangi kesempatan, tekanan, perbaikan moral dan ibadah agama
serta penerapan aturan sanksi yang tegas terhadap pelakunya.

11 | P a g e
2.2. MENCEGAH FRAUD DENGAN MENERAPKAN KENDALI INTERN YANG
ANDAL
Adanya kemajuan dibidang ekonomi dan bisnis berakibat pula pada kemajuan
pemahaman atas pengendalian intern. American Institute of Certified Public Accountant
mendefinisikan pengendalian intern sebagai internal control:

Pengendalian intern mencakup rencana organisasi dan seluruh metode terkoordinasi


dan ukuran yang diadopsi dalam suatu usaha atau bisnis untuk melindungi harta
kekayaannya, memeriksa akurasi dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi kegiatan
dan kepatuhan pada aturan yang ditetapkan.

Sistem Pengendalian Internal adalah suatu sistem usaha atau sistem sosial yang
dilakukan perusahaan yang terdiri dari struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran untuk
menjaga dan mengarahkan jalan perusahaan agar bergerak sesuai dengan tujuan dan program
perusahaan dan mendorong efisiensi serta dipatuhinya kebijakan manajemen.

Sistem Pengendalian Internal yang handal dan efektif dapat memberikan informasi
yang tepat bagi manajer maupun dewan direksi yang bagus untuk mengambil keputusan
maupun kebijakan yang tepat untuk pencapaian tujuan perusahaan yang lebih efektif pula.

Sistem Pengendalian Internal berfungsi sebagai pengatur sumberdaya yang telah ada
untuk dapat difungsikan secara maksimal guna memperoleh pengembalian (gains) yang
maksimal pula dengan pendekatan perancangan yang menggunakan asas Cost-Benefit.

Tujuan penerapan SPI dalam perusahaan adalah untuk menghindari adanya


penyimpangan dari prosedur, laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya
dan kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan terutama manajemen berusaha untuk menghindari resiko
dari adanya penerapan suatu sistem.

Secara struktural pihak-pihak yang bertanggung jawab dan terlibat langsung dalam
perancangan dan pengawasan Sistem Pengendalian Internal meliputi :

Chief Executive Officer (CEO)


Chief Financial Officer (CFO)
Controller / Director Of Accounting & Financial
Internal Audit Comitee

12 | P a g e
Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal
a. Struktur Organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas.
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang
cukup terhadap Aktiva, Utang, pendapatan dan biaya.
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit.
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Tujuan Sistem Pengendalian Internal


1. Menjaga kekayaaan dan catatan organisasi.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
3. Mendorong efisiensi dengan menggunakan sumber daya dan sarana. Secara berdaya
guna dan berhasil guna.
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Keterbatasan Sistem Pengendalian Internal


1. Kesalahan dalam pertimbangan.
2. Pengendalian tak mengarah pada seluruh transaksi.

Istilah-istilah penting Sistem Pengendalian Internal


a. Kondisi Terlaporkan (Reportable Condition)
b. Kelemahan Material (Material Weakness)
c. Kompensasi Pengendalian (Compensating Control)

Jenis-jenis Sistem Pengendalian Internal

1. Pengendalian Akuntansi

Pengendalian akuntansi (accounting control) adalah suatu pengendalian yang


termasuk dalam unsur pengendalian internal poin 1 dan 2 yang meliputi rencana, prosedur
dan pencatatan untuk mencegah terjadinya inefisiensi. Pengendalian ini menjamin bahwa
semua transaksi dilaksanakan sesuai otorisasi manajemen. Transaksi dicatat sesuai dengan
Standar Akuntansi.

Contoh : adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi.

Pengendalian akuntansi mencakup semua aspek dari transaksi-transaksi keuangan seperti


misalnya pembayaran kas, penerimaan kas, arus dana, investasi yang bijaksana dan
pengamanan dana dari penggunaan yang tidak sah.

Tujuan utama dari pengendalian akuntansi adalah:

a. Menjaga keamanan harta kekayaan milik perusahaan.


b. Memeriksa ketepatan dan kebenaran data akuntansi.

13 | P a g e
Pengendalian akuntansi perlu dirancang sedemikian rupa, sehingga memberikan
jaminan yang cukup beralasan atau meyakinkan terhadap:

a. Transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai dengan wewenang manajemen, baik yang


sifatnya umum maupun yang sifatnya khusus
b. Transaksi-transaksi perlu dicatat untuk :
Penyusunan laporan keuangan
Menjaga pertanggungjawaban atas kekayaan
Pemakaian harta kekayaan perusahaan hanya diijinkan bila ada wewenang dari
manajemen
c. Bahwa harta kekayaan perusahaan menurut catatan sama besarnya dengan kekayaan
riil

Bentuk-bentuk Pengendalian Akuntansi


a. Pengendalian Umum

Pengendalian umum adalah suatu pengendalian terhadap semua aktivitas


pemrosesan data dengan komputer, hal ini meliputi pemisahan tanggung jawab dan
fungsi pengolahan data.

Pengendalian umum merupakan standart dan panduan yang digunakan oleh


karyawan untuk melakukan fungsinya. Unsur pengendalian umum ini meliputi:
Organisasi, prosedur dan standar untuk perubahan program, pengembangan sistem
dan pengoperasian fasilitas pengolahan data.

Yang termasuk dalam pengendalian umum diantaranya :

- Pengendalian organisasi dan operasi


- Pengendalian dalam pengembangan sistem
- Pengendalian atas Dokumentasi
- Pengendalian perangkat keras, perangkat lunak sistem operasi dan perangkat
lunak sistem lainnya
- Pengendalian penggunaan komputer, fasilitas dan datanya

b. Pengendalian Aplikasi

Pengendalian aplikasi adalah suatu pengendalian yang mencakup semua,


pengawasan transaksi dan penggunaan program- program aplikasi dikomputer. Untuk
menjaga agar setiap transaksi mendapat otorisasi serta dicatat, diklasifikasikan,
diproses, dan dilaporkan dengan benar.

14 | P a g e
Tujuan dari pengendalian aplikasi adalah untuk mencegah atau mendeteksi adanya
penyelewengan akan aplikasi program yang diterapkan pada sistem perusahaan.

2. Pengendalian Administrasi

Pengendalian administrasi (administrative control) adalah suatu pengendalian yang


termasuk dalam unsur pengendalian internal pada poin 3 dan 4 yang meliputi rencana,
prosedur dan pencatatan yang mendorong efisiensi dan ditaatinya kebijakan manajemen
yang ditetapkan.

Pengendalian administrasi dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan


mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen (dikerjakan setelah adanya pengendalian
akuntansi). Pengendalian administratif mendukung pengendalian akuntansi yang
berorientasi pada manajemen.

Contoh : pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk


kemudian diambil tindakan.

Yang termasuk dalam pengendalian administratif, yaitu:

a. Pengendalian perencanaan, yang terdiri dari anggaran penjualan (sales budget),


perencanaan induk (master plan), perennaan jaga-jaga (contingency plan), peramalan
arus kas (cash flow forecast) dan pengendalian perediaan (inventory control)
b. Pengendalian personil, yang terdiri dari recruitment, pelatihan, evaluasi
pekerjaan, administrasi gaji, promosi dan transfer
c. Pengendalian standar operasi, yang terdiri dari standar yang harus dikerjakan dan
system untuk melaporkan penyimpangan

Pengendalian administratif memiliki tujuan utama:

1) Meningkatkan efisiensi operasi kegiatan


2) Mendorong ditaatinya kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan

Bentuk-bentuk Pengendalian Administrasi


a. Pengendalian umpan balik

Pengendalian umpan balik adalah suatu proses mengukur keluaran (output) dari
sistem yang membandingkan dengan suatu terstandar tertentu. Bilamana terjadi
perbedaan-perbedaan atau penyimpangan maka akan dikoreksi untuk memperbaiki

15 | P a g e
masukan (input) sistem selanjutnya. Pada sistem ini keluaran (output) tidak ikut andil
dalam aksi pengendalian. Di sini kinerja kontroler tidak bisa dipengaruhi oleh input atau
masukan referensi.

b. Pengendalian umpan maju

Pengendalian umpan maju atau disebut juga dengan istilah umpan balik positif adalah
mendorong proses dari sistem supaya menghasilkan hasil balik yang positif. Sistem
pengendalian umpan maju merupakan perkembangan dari sistem umpan balik. Supaya
suatu keluaran (output) dapat menghasilkan umpan balik yang positif maka pengendalian
tidak boleh diukur dari keluarannya tetapi diukur dan dikendalikan dari prosesnya. Dan
selama proses terjadi didalam sistem maka selalu dilakukan pengamatan dan cepat-cepat
diatasi bila mulai terjadi penyimpangan, sebelum terlanjur fatal pada keluarannya.
Pengendalian jenis ini adalah suatu sistem pengaturan dimana sistem keluaran
pengendalian ikut andil dalam aksi kendali.

16 | P a g e
BAB 3 MENDETEKSI FRAUD

3.1. PENDAHULUAN
Deteksi fraud adalah suatu tindakan untuk mengetahui bahwa fraud terjadi, siapa pelaku,
siapa korbannya, dan apa penyebabnya. Kunci pada pendeteksian fraud adalah untuk dapat
melihat adanya kesalahan dan ketidakberesan.
Fraud (kecurangan) pada hakekatnya tersembunyi dan pelakunya pada umumnya juga
menyembunyikan jejaknya. Oleh karena itu, pendeteksian fraud juga tidak dapat dilakukan
langsung dengan melihat jejak yang ditinggalkannya. Pendeteksian fraud dilakukan dengan
mengidentifikasi tanda-tanda atau gejala terjadinya, kemudian dianalisis apakah tanda-tanda
itu dapat menunjukkan identifikasi awal terjadinya fraud. Meskipun ada tanda-tanda atau
gejala tidak pasti terjadi fraud, tetapi setiap terjadi fraud selalu diikuti dengan adanya tanda-
tanda atau gejala fraud. Oleh karena itu, dengan mengenali gejala dapat mengenali sinyal atau
mengenal adanya indikasi fraud.
Gejala-gejala atau tanda-tanda terjadinya fraud dapat ditunjukkan dari individu pelaku,
dari organisasi, dan dari luar organisasi. Tanda-tanda dari pelaku tampak dari perubahan gaya
hidup dan tindak tanduknya atau perilaku yang mencurigakan. Organisasi yang ada
menunjukkan berbagai kondisi yang kondusif terjadinya fraud, terutama sebagai akibat
lemahnya pengendalian internal baik dalam rancangan struktur pengendalian maupun dalam
pelaksanaan. Kondisi lain adalah adanya keganjilan-keganjilan dalam akuntansinya dan pada
hasil berbagai analisis atas pertanggungjawaban keuangan dan aktivitasnya. Disamping itu,
banyak pengaduan dari luar organisasi seperti dari pelanggan, rekanan, atau dari pemasok.

3.2. LANGKAH-LANGKAH MENDETEKSI FRAUD


Langkah awal dari pendeteksian fraud adalah memahami aktivitas organisasi dan
mengenal serta memahami seluruh sekor usaha. Pada pemahaman aktivitas organisasi ini,
sertakan personel yang berpengalaman dalam tim deteksi dan lakukan wawancara dengan
personel kunci dari organisasi. Pada pemahaman ini diidentifikasi apakah organisasi telah
menerapkan pengendalian internal yang andal baik dalam rancangan struktur pengendalian
maupun dalam pelaksanaan. Pengendalian intern bukan saja untuk mencegah fraud, tetapi
dirancang pula untuk dapat mendeteksi fraud secara dini. Sebagaimana masuk dalam salah
satu klasifikasi pengendalian intern adalah sebagai pengendalian detektif. Berbagai sarana
kendali yang ada, dirancang untuk dapat mencegah fraud secara otomatis sehingga setiap
tindak fraud dapat terdeteksi tanpa menunggu hasil audit.
Langkah untuk mendeteksi fraud selanjutnya adalah dengan memahami tanda-tanda
penyebab terjadinya fraud. Tanda-tanda penyebab terjadinya fraud berupa berbagai keanehan,

17 | P a g e
keganjilan, dan penyimpangan dari keadaan yang seharusnya serta kelemahan dalam
pengendalian intern. Tanda-tanda tersebut diperoleh dari berbagai informasi, tetapi hasilnya
masih merupakan tanda-tanda umum yang masih harus dianalisis dan dievaluasi. Bila ada
indikasi kuat, dilakukan investigasi terhadp gejala tersebut.
Pendeteksian fraud terhadap gejala dan tanda-tanda fraud dapat pula dilakukan terhadap
kondisi atau situasi tertentu yang disebut bendera merah (red flags) yaitu suatu kondisi yang
memberi isyarat dini terjadinya fraud (fraud warning signs).
Seperti halnya pada gejala, tidak semua bendera merah dipastikan terjadi fraud, tetapi
setiap fraud selalu tampak adanya kondisi yang memberi isyarat adanya fraud baik dari
pelaku, organisasi, maupun jenis fraudnya.
Pendeteksian selanjutnya dilakukan dengan critical point of auditing dan teknik analisis
kepekaan (job sensitivity analysis). Critical point of auditing adalah teknik pendeteksian
fraud melalui audit atas catatan akuntansi yang mengarah pada gejala atau kemungkinan
terjadinya. Teknik analisis kepekaan adalah teknik pendeteksian fraud didasarkan pada
analisis dengan memandang pelaku potensial. Analisisnya ditujukan pada posisi tertentu
apakah ada peluang tindakan fraud dan apa saja yang dapat dilakukan.
Banyak teknik pendeteksian fraud sesuai dengan jenis fraud. Secara umum, upaya
mendeteksi fraud antara lain dilakukan dengan:
1. Pengujian pengendalian intern.
2. Dengan audit keuangan atau audit operasional.
3. Pengumpulan data intelijen dengan teknik elisitasi terhadap gaya hidup dan kebiasaan
pribadi.
4. Penggunaan prinsip pengecualian (exception) dalam pengendalian dan prosedur.
5. Dilakukan kaji ulang terhadap penyimpangan dalam kinerja operasi.
6. Pendekatan reaktif meliputi adanya pengaduan dan keluhan karyawan, kecurigaan, dan
intuisi atasan.
Salah satu elemen penting dalam pendeteksian fraud adalah kemampuan untuk mengenal
dan mengidentifikasi secara cepat potensi terjadinya dan penyebab terjadinya.

3.3. MENDETEKSI FRAUD DENGAN IDENTIFIKASI GEJALA FRAUD


Tindak fraud (kecurangan) selalu disertai gejala dan tanda-tanda terjadinya yang disebut
red flags, meskipun tidak semua gejala dan tanda-tanda yang ada pasti ada tindakan fraud.
Red flags merupakan tanda-tanda kecurangan (fraud) yang tercermin melalui karakteristik
tertentu yang bersifat kondisi atau situasi tertentu yang merupakan peringatan dini terjadinya
fraud.

18 | P a g e
Menurut W. Steve Albrecht, ada 6 jenis tanda-tanda fraud yaitu keganjilan akuntansi,
kelemahan pengendalian intern, penyimpangan/keganjilan analisis, gaya hidup berlebihan,
kelakuan tidak biasa, dan pengaduan.
1. Keganjilan Akuntansi
Keganjilan akuntansi atau penyimpangan akuntansi karena adanya rekayasa dari
pelaku, sehingga penyimpangan yang terjadi tidak dapat terdeteksi dari akuntansinya.
Keganjilan akuntansi tersebut antara lain ketidakberesan dokumen pendukung akuntansi
dan kesalahan jurnal.
2. Kelemahan Pengendalian Intern
Pengendalian intern antara lain dirancang untuk dapat mengamankan harta milik
organisasi. Bila pengendalian intern tidak dapat berfungsi efektif sebagai sarana kendali,
kemungkinan besar terjadi fraud. Kelemahan pengendalian intern berupa tidak
diterapkannya kunci pengendalian yaitu pemisahan fungsi, persetujuan transaksi yang
layak, pendokumentasian dan pencatatan yang layak, pengendalian fisik terhadap aset,
dan pencatatan serta pengecekan independen dalam pelaksanaan tugas.
3. Penyimpangan/Keganjilan Analisis
Memahami tanda-tanda fraud dapat dilakukan dengan melakukan berbagai analisis
berupa analisis vertikal, analisis horizontal, analisis rasio, analisis rendemen, dan analisis
lainnya. Ditemukannya penyimpangan dari hasil analisis dapat dipergunakan untuk
mendeteksi adanya kecurangan (fraud). Hasil analisis perbandingan dua kegiatan yang
berhubungan seharusanya menunjukkan hal yang sama atau bila ada perbedaan,
perbedaanya tidak mencolok.
4. Gaya Hidup Berlebihan
Tekanan ekonomi merupakan salah satu penyebab timbulnya niat melakukan tindakan
fraud. Setelah fraud berhasil, gaya hidup pelaku berubah menjadi berlebihan
(extravagant lifestyle). Gaya hidup berlebihan yang dilakukan pelaku yaitu seperti
hidupnya sangat boros dan hidupnya konsumtif. Oleh karena itu, gaya hidup berlebihan
merupakan tanda adanya fraud yang perlu diwaspadai dan ditindaklanjuti.
5. Kelakuan Tidak Biasa
Kelakuan tidak biasa (unusual behaviour) atau perilaku menyimpang sebagai akibat
rasa bersalh dan adanya rasa takut, sehigga kelakuan tidak biasa ini merupakan gejala
terjadinya fraud.
6. Pengaduan
Pengaduan (tip or complain) atau adanya keluhan atas kegiatan atau pelayanan oleh
organisasi atau pegawai hanya dianggap sebagai gejala karena pengaduan tersebut belum
tentu benar. Pihak ketiga yang mengadu mungkin untuk memperoleh keuntungan
individu semata, sedangkan karyawan yang mengadu karena iri hati atau masalah pribadi
lain.

19 | P a g e
3.4. MENDETEKSI FRAUD DENGAN IDENTIFIKASI BENDERA MERAH
Deteksi fraud dilakukan pula dengan melakukan identifikasi karakteristik tertentu yang
merupakan peringatan dini atau bendera merah (red flags). Seperti halnya terhadap gejala
fraud, bendera merah harus segera ditelaah, diuji, dan dianalisis. Bila terindikasi kuat ada
tindakan fraud, maka hal itu ditindaklanjuti dengan investigasi.
Pelaku kecurangan (fraud) bisa dilakukan oleh manajemen, oleh tingkatan yang lebih
rendah, dan oleh pihak ketiga.
1. Tanda-tanda Kecurangan Manajemen Puncak:
a) Manajemen cenderung untuk meraih keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya.
Keberhasilan mereka berarti sukses finansial, bukan karena profesional.
b) Cenderung memperlakukan orang sebagai objek, bukan pribadi, bahkan seringkali
sebagai objek eksploitasi.
c) Seringkali melakukan cara-cara eksentrik untuk memamerkan kekayaannya.
d) Sangat egois dan lebih banyak membual tentang prestasi dan keunggulan yang mereka
raih secara licik daripada kegagalan mereka.
e) Tampak sebagai pekerja keras tetapi sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk
mereka-rek atau merancang jalan pintas agar bisa mendahului atau mengalahkan
pesaingnya.
2. Tanda-tanda Kecurangan di Tingkat yang Lebih Rendah:
a) Bonus-bonus bergantung pada tingkat kinerja jangka pendek, dan tidak
mempertimbangkan kenyataan keadaan ekonomi maupun persaingan yang terjadi.
Akibatnya timbul rasa tidak puas yang memicu tindak fraud.
b) Pengendalian intern tidak ada atau tidak dilaksanakan sehingga membuka peluang
bagi karyawan untuk melakukan fraud.
c) Pengendalian manajemen terutama berupa penekanan pada kinerja Penuhi targetmu
atau kami akan mencari orang lain.
d) Kepentingan ekonomi lebih diutamakan daripada etika bisnis sehingga karyawan
merasa tidak dihargai.
e) Tingkat permusuhan yang tinggi antara bawahan dan antara manajer di tingkat yang
lebih rendah dengan atasan, staf, dan lini mereka.
3. Tanda-tanda Kecurangan pada Proses Kegiatan:
a) Tidak adanya mekanisme pengujian kegiatan.
b) Prosedur otorisasi transaksi tidak memadai.
c) Tidak ada pemisahan yang tegas antara penguasaan fisik aset dengan pencatatannya.
d) Pengawasan dan pengamanan fisik yang tidak memadai.
e) Garis wewenang dan tanggung jawab yang tidak jelas.
4. Tanda-tanda Kecurangan pada Pendanaan/Pembiayaan:
a) Penyesuaian atau koreksi yang penting atas kewajiban yang ditangguhkan, pitang
dagang, kewajiban bersyarat dan rekening lain pada periode utama dari sebelumnya
untuk diakuisisi ke pembiayaan yang baru.

20 | P a g e
b) Perubahan yang dramatis pada operasi dan rasio laba sebelumnya guna memperoleh
pendanaan/pembiayaan.
c) Mengadopsi suatu perubahan prinsip akuntansi dasar atau merevisi estimasi akuntansi
periode sebelumnya untuk memperoleh pendanaan/pembiayaan.
5. Tanda-tanda Kecurangan pada Produksi:
a) Produksi tinggi tidak sesuai dengan permintaan pasar dan adanya penundaan pesanan.
b) Banyaknya produk sisa atau produk cacat atau banyak bahan baku yang hilang.
c) Penempatan kembali fisik barang jadi di dalam area produksi di luar suatu periode
waktu yang layak.
d) Akses yang tidak terbatas pada dokumen pengirim dan ke gudang penyimpanan bagi
personel yang tidak terkait produksi.
e) Secara sistematis memberi label yang tidak sesuai dengan persediaan barang jadi dan
bahan baku.

6. Tanda-tanda Kecurangan pada Pendapatan:


a) Peningkatan tidak lazim pada penjualan, pada saat industri sedang cenderung
mengalami penurunan, kekurangn material dan barang dagangan atau karena
pengaruh terjadinya koflik tenaga kerja.
b) Penurunan tidak normal pada penjualan, padahal biaya pengiriman cukup tinggi, jam
kerja yang tinggi atau industri sedang naik tajam.
c) Perputaran piutang dagang rendah.
d) Volume memo penjualan kredit yang tinggi atau terjadi kesimpang-siuran pada proses
pemberian kredit.
e) Peningkatan yang dramatis di dalam penyisihan piutang ragu-ragu dan piutang tak
tertagih pada kondisi ekonomi yang positif.
7. Tanda-tanda Kecurangan pada Pembelian:
a) Perputara secara signifikan antar pembeli di bagian pembelian melebihi pergeseran
dalam organisasi.
b) Perubahan signifikan dalam rata-rata permintaan pembelian di antara pembeli dalam
kondisi normal.
c) Peningkatan yang dramatis volume pembelian per penjual tertentu yang tidak
didukung penawaran kompetitif atau adanya perubahan spesifikasi produksi.
d) Tidak dihitung nomor pesanan atau hilangnya pesanan pembelian.
e) Kenaikan ongkos pembelian rutin yang tidak sesuai dengan laju inflasi.
8. Tanda-tanda Kecurangan pada Hutang Dagang:
a) Banyak alamat penjual produk yang sama yang tidak sesuai dengan almat yang telah
disetujui penjual.
b) Pembayaran yang tidak biasa atau tingginya pembayaran rutin dalam kondisi
rendahnya volume pembelian.

21 | P a g e
c) Kenaikan pembayaran yang dramatis ke penjual tertentu dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
d) Koreksi sistematis tentang penyesuaian hutang dagang untuk pengembalian barang.
e) Hilangny blangko cek atau akses yang tidak mudah ke blangko cek ke mesin
penyiapan cek.
9. Tanda-tanda Kecurangan berupa Penyuapan (Bribery):
a) Penerima suap merupakan pembelanja besar, pelaku membelanjakan uangnya untuk
beli aktiva tidak bergerak.
b) Penerima suap mengabaikan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan untuk
menguntungkan pemberi suap.
c) Penerima suap sering tampil dalam hubungan sosial pertemanan.

3.5. TEKNIK MENDETEKSI FRAUD


Menurut Sudarwan DR dalam audit kecurangan, pendeteksian fraud dapat dilakukan
dengan (1) teknik critical point auditing dan (2) job sensitivity analysis. Pada teknik critical
point auditing, deteksi fraud dilakukan dengan analisis tren dan pengujian khusus, sedangkan
teknik job sensitivity analysis, deteksi fraud dilakukan dengan mengidentifikasi posisi
pekerjaan yang rawan kecurangan dan dengan mempertimbangkan analisis.
1. Mendeteksi Fraud dengan Critical Point Auditing
Pendeteksian fraud dengan critical point auditing ialah teknik pendeteksian fraud
melalui audit atas catatan akuntansi yang mengarah pada gejala atau kemungkinan
terjadinya kecurangan yang mengarah pada penyelidikan yang lebih rinci.
Keberhasilan dalam mendeteksi fraud dengan cara ini bergantung pada besar
organisasi, jumlah transaksi, catatan yang tersedia untuk diaudit, jumlah item-item yang
diaudit dan jumlah fraud yang terjadi. Pada teknik ini, deteksi fraud dilakukan dengan
analisis tren dan pengujian khusus.
a) Mendeteksi fraud dengan analisis tren
Pengujian ini terutama ditujukan untuk menilai kewajaran akuntansi dalam
rekening buku besar dan menyangkut pola perbandingan dengan data sejenis pada
periode sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gejala kecurangan yang
dilakukan oleh pihak intern organisasi dan untuk mendeteksi kemungkinan adanya
kecurangan yang baru terjadi.
b) Mendeteksi fraud dengan pengujian khusus
Pengujian khusus terutama dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam organisasi
yang memiliki risiko tinggi terhadap kecurangan, seperti aktivitas
pembelian/pengadaan barang, aktivitas pelayanan masyarakat, transaksi yang
mempunyai hubungan istimewa, aktivitas penjualan, dan pejabat baru yang memilih

22 | P a g e
rekanan baru. Mengingat aktivitas tersebut berisiko tinggi untuk terjadinya
kecurangan, maka pendeteksiannya harus dilakukan lebih intensif.

2. Mendeteksi Fraud dengan Teknik Analisis Kepekaan


Teknik pendeteksian kecurangan ini pada prinsipnya didasarkan pada analisis jika
karyawan bekerja pada posisi tertentu, peluang apa saja yang dapat dilakukannya,
dengan kata lain teknik ini merupakan analisis dengan memandang pelaku potensial.
Pendeteksian fraud cara ini dilakukan dengan:
a) Memperketat audit internal.
b) Pendeteksian fraud dengan pengawasan rutin.
c) Pendeteksian fraud dengan mempertimbangkan karakter pribadi.
d) Tindak lanjut hasil analisis.

3.6. MENDETEKSI BEBERAPA BENTUK FRAUD


Berikut ini diuraikan upaya mendeteksi beberap bentuk fraud, antara lain:
1. Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Deteksi ini dilakukan dengan membandingkan hasil analisis atas laporan tersebut
dengan laporan periode sebelumnya. Perbandingan tersebut dapat juga berupa
perbandingan data keuangan dengan data non-keuangan pendukung laporan keuangan.
Deteksi atas kecurangan laporan keuangan antara lain dengan melakukan:
a) Analisis Vertikal
Merupakan analisis antara item-item laporan keuangan dan membandingkannya
dengan tahun lalu dan digambarkan dengan persentase. Bila hasilnya terjadi
perbedaan yang tidak wajar menunjukkan adanya tanda-tanda fraud.
b) Analisis Horizontal
Merupakan analisis perubahan item-item laporan keuangan selama beberapa
periode pelaporan yang digambarkan dalam persentase. Bila hasil analisisnya terjadi
perbedaan mencolok, menunjukkan adanya gejala atau tanda-tanda kecurangan
(fraud).
c) Analisis Rasio
Merupakan analisis dengan membandingkan item-item dalam laporan keuangan,
antara lain:
Rasio kas
Rasio cepat
Rasio lancar
Rasio perputaran piutang
Rasio perputaran persediaan
Rasio rata-rata penjualan
Rasio hutang terhadap ekuitas

23 | P a g e
2. Kaji Ulang Analisis
Merupakan perbandingan antara berbagai data yang berhubungan, antara lain
mencakup:
a) Analisis perbandingan antara berbagai data keuangan dan non-keuangan.
b) Membandingkan informasi dari periode atau tahun terakhir dengan data pembanding
lain.
c) Membandingkan data aktual dan prediksi.
d) Investigasi hal-hal yang tidak jelas, diidentifikasi perbandingan untuk memperoleh
kejelasan.
e) Mengevaluasi hasil analisis perbandingan tersebut.
Analisis hubungan antara berbagai rasio dan hasil kaji ulang analisis tersebut
seharusnya menunjukkan kewajaran. Bila hasil analisisnya tidak wajar atau ada
penyimpangan yang material, menunjukkan adanya gejala atau tanda-tanda kecurangan;
contoh current ratio turun drastis berarti ada indikasi penggelapan.
Disamping itu, deteksi kecurangan laporan keuangan yang disajikan lebih baik dari
yang sebenarnya (over stated) dilakukan dengan:
a) Melakukan pisah batas (cut off) atas biaya dan pendapatan untuk mendeteksi adanya
kecurangan laporan keuangan dengan mencatat biaya atau pendapatan pada periode
yang tidak tepat.
b) Melakukan kontrol hubungan antara rekening persediaan dengan rekening penjualan
untuk mendeteksi adanya penjualan fiktif.
c) Melakukan verifikasi atas notulen rapat, peraturan peundang-undangan baru, da
keterkaitan dengn perkara pengadilan untuk mendeteksi kecurangan pengungkapan
laporan keuangan atau pengungkapan lapoan keuangan yang tidak tepat.
3. Deteksi Kecurangan Penerimaan Kas Sebelum Dicatat
a) Melakukan analisis perkiraan persediaan, penjualan, dan penerimaan kas untuk
mendeteksi adanya kecurangan penerimaan uang hasil penjualan.
b) Melakukan verifikasi permintaan barang, pengiriman barang, catatan persediaan dan
analisis trend untuk mendeteksi persediaan dikaitkan dengan penjualan dan
penerimaan uangnya.
4. Deteksi Kecurangan Penerimaan Kas yang Sudah Dicatat di Pembukuan
a) Melakukan kontrol hubungan antara penjualan harga pokok penjualan, retur penjualan
dan diskon penjualan.
b) Melakukan kaji ulang atau review atas pengendalian penerimaan uang, mencakup
pengendalian atas kelengkapan, keabsahan pencatatan, keamanan fisik, dan verifikasi
intern oleh pihak independen.
5. Deteksi Kecurangan Pengeluaran Kas
a) Pada pola mengubah cek
b) Deteksi kecurangan pembayaran pada pola penyimpangan tagihan.
6. Deteksi Kecurangan Penyalahgunaan Aset
a) Melakukan pengujian dokumen dasar.

24 | P a g e
b) Melakukan stock opname atas persediaan atau inventarisasi fisik secara periodic.
c) Melakukan kaji ulang analisis.

3.7. TANGGUNG JAWAB AUDITOR INDEPENDEN UNTUK MENDETEKSI


FRAUD
Setiap auditor baik auditor independen, auditor intern, maupun auditor pemerintah punya
tanggung jawab untuk mendeteksi fraud. Tanggung jawab auditor independen untuk
mendeteksi fraud diatur dalam standar profesinya. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik
diatur tentang tanggung jawab auditor independen untuk mendeteksi kekeliruan (error),
ketidakberesan (irregularities), dan pelanggaran hukum (illegal act).
Didalam standar tersebut, tidak ada jaminan penuh bahwa hasil auditor independen akan
dapat mendeteksi kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran hukum, tetapi diatur
keharusan bagi auditor untuk menentukan risiko bahwa suatu kekeliruan, ketidakberesan, dan
pelanggaran hukum yang mungkin menyebabkan laporan keuangan berisi salah satu material.
Oleh karena itu, auditor harus merancang auditnya untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa pendeteksian kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran hukum yang material telah
dilakukan.
Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan mengharuskan
auditor untuk memahami karakteristik dan kerumitan yang terkait dengan berbagai
karakteristik tersebut, kemudian dirancang prosedur audit yang cocok dan hasilnya
dievaluasi.

BAB 4 INVESTIGASI FRAUD

4.1. PENDAHULUAN
Tujuan audit investigasi adalah untuk membuktikan bahwa fraud benar terjadi, kapan
dan dimana terjadinya, apa penyebabnya, siapa pelakunya, siapa yang dirugikan dan berapa
kerugiannya, cara melakukan atau modus operandinya, dan bukti yang diperoleh sebagai
pendukung pembuktian. Audit invstigasi berhubungan dengan pengujian dan analisis forensik
dalam pengumpulan bukti degan menggunkan teknik investigasi dan teknik-teknik audit yang
kemudian akan digunakan dalam perkara pengadilan. Pada audit investigasi tidak ada
prosedur audit baku seperti pada audit keuangan. Oleh karena itu, perencanaan audit
investigasi didasarkan pada penelaah analisis dan evaluasi informasi awal untuk kemudia

25 | P a g e
disusun hipotesa atau taksiran sementara yang dalat diterima untuk menerangkan fakta atau
kondisi dugaan kecurangan (fraud).

4.2. PENGERTIAN INVESTIGASI DAN AUDIT INVESTIGASI


Pengertian Audit

Menurut Alvin A. Arens dan Randal J. Elder dalam buku Auditing and Assurance
Services and Integrated Approach (2005) menyebutkan audit adalah kegiatan pengumpulan
dan penilaian bukti-bukti yang menjadi pendukung informasi kuantitatif suatu entitas untuk
menentuka dan melaporkan sejauh mana kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan audit harus dilakukan oleh institusi atau orang yang kompeten dan
independen. Penggolongan jenis audit yang sering digunakan antara lain audit investigasi,
audit keuangan, auadit operasional dan audit investigasi.

Pengertian Investigasi

Berdasarkan sudut pandang profesi akuntan atau auditor investigasi meliputi kaji
ulang atas bidang operasional untuk mencatat kecurangan transaksi keuangan. Berdasarkan
sudut pandang hukum investigasi diartikan sebagai suatu kegiatan yang diakukan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk mendengarkan dan menanyai seseorang
mengenai suatu kejadian/peristiwa tertentu yang bersangkutan paut dengan masalah fraud
atau masalah hukum.

Meskipun kedua pengertian tersebut berbeda, namun dari segi tujuannya sama yaitu
menyangkut masalah hukum yaitu pada proses investigasi dilakukan kegiata-kegiatan untuk
mengungkap kebenaran suatu fakta. Investigasi merupakan metode atau teknik yang dapat
digunakan dalam audit investigasi.

Audit Investigasi

Audit investigasi berhubungan dengan tugas auditor untuk mengungkap kecurangan


bahwa kegiatan ini selalu ditandai dengan kurangnya informasi yang aktual tentang fraud
beserta pelakunya. Tiga elemen yang dapat membantu melengkapi informasi yaitu dimana
fraud itu terjadi, kemampuan auditor untuk merekonstruksi jalannya peristiwa kecurangan,
dan pengetahuan dari orang yang melihat atau mengetahui jalannya kecurangan.

Sasaran dan Target Audit Investigasi

26 | P a g e
Sasaran audit investigasi adalah subjek (pelaku, saksi dan ahli), objek (hasil
kecurangan dan sarana yang dipakai untuk melakukan tidak kecurangan, dan modus operandi
(cara melakukan kecurangan yang mengungkap urutan atau proses kecurangannya, unsur
hukum/aturan, kapan dan dimana terjadinya. Target audit investigasi antara lain
mengamankan kekayaan organisasi atau entitas yang menjadi korbban kecurangan,
mengamankan aset hasil kecurangan, menindak para pelaku nya

Prinsip Audit Investigasi

1. Mencari kebenaran berdasarkan peraturan perundang-undangan


2. Pemanfaatan sumber bukti pendukung fakta yang dipermasalahkan
3. Selang waktu kejadian dengan respon, semakin cepat merespon, maka semakin cepat
pula mengungkap tindak fraud besar
4. Dikumpulkan fakta terjadinya sedemikian rupa sehingga bukti-bukti yang diperoleh
dapat mengungkapkan terjadinya fraud dan menunjuk pelakunya
5. Tenaga ahli hanya bantuan bagi pelaksanaan audit investigasii, bukan pengganti audit
investigasi
6. Bukti fisik merupakan bukti nyata dan akan selalu mengungkap hal yang sama
7. Keterangan saksi perlu dikonfirmasi karena hasil wawancara dengan saksi
dipengaruhi oleh faktor kelemahan manusia
8. Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan bagian penting dalam audit
investigasi
9. Pelaku penyimpangan adalah manusia, jika diperlakukan dengan bijak dan
sebagaimana layaknya ia akan merespon sebagaimana manusia

Aksioma Audit Investigasi

Aksioma adalah asumsi dasar yang jelas sehingga tidak memerlukan pembuktian atas
kebenarannya. Aksioma audit investigasi adalah:

1. Kecurangan pada hakekatnya tersembunyi, tidak adal keyakinan absolut yang dapat
diberikan bahwa kecurangan pada umumnya selalu menyembunyikan jejaknya
2. Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan tidak terjadi, auditor harus juga
berupaya membuktikan kecurangan yangtelah terjadi
3. Dalam melakukan pembuktian, aduitor harus mempertimbangkan kemungkinan
adanya penyangkalan dari pihak pelaku dan pihak lain yang terkait
4. Dengan asumsi bahwa kasus tersebut akan dilimpahkan ke tingkat litigasi, maka
dalam melakukan pembuktian seorag auditor harus mempertimbangkan kemungkinan
yang terjadi dipengadilan

27 | P a g e
Prasyarat sebagai Auditor Investigasi atau Akuntan Forensik

1. Pengetahuan tentang kecurangan (fraud knowledge)


2. Pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan (knowlede of law) terutama
tentang perundang-undangan yang terkait dengan aktivitas yang diaudit dan peraturan
perundang-undangan tentang sanksi hukum atas kecurangan yang ditemukan
3. Kompeten dalam investigasi (investigation competency); auditor forensik
dipersyaratkan untuk dapat melakukan berbagai teknik investigasi dan cara-cara yang
baik dalam melakukannya seperti bagaimana sikap perilaku dan cara yang dipakai
dalam melakukan wawancara
4. Mengerti tentang teori psikologi (understanding of psycology theory) terutama yang
berkaitan dengan kecurangan (fraud) seperti cognition thepry, integratedtheory dan
teori kondisional
5. Mengerti toeri penting lain tentang perilaku kriminal (understanding of other
importance theory of criminal behavior) seperti teori respons dan stimulus, teori
segitiga (fraud triangle) dan gone theory.
6. Mengerti teoi pengendalian (control theroy) seperti jenis pengendalian sarana,
pemgendalian intern yang efektif dan teknik evaluasi atau penilaian pengendalian
7. Kemampuan berkomunikasi (communication skill) berupa kemampuan hubungan
antar pribadi, kecakapan mengurai atau menggabungkan dan kemampuan
mengidentifikasi masalah
8. Formulasi tentang profesionalise, independensi, objektifitas (PIO Formulation)
9. Personel yang tepat dalam mengkaji ulang (right person under review)

Tahapan Audit Investigasi

1. Tahap perencanaan mencakup pembahasan pengenalan dan evaluasi informasi awal,


menyusun hipotesa, perencanaan sumber daya, dan menyusun program kerja audit
2. Tahap pelaksanaan mencakup pengumpulan bukti dan ecaluasi bukti dan pemberkasan
3. Pelporan hasil audit invetigasi termasuk ekspose hasil audit

4.3. PERENCANAAN AUDIT INVESTIGASI


Sumber Informasi Dugaan Tindak Fraud

1. Pengembangan audit ketaatan, audit kecurangan, audit operasional dan audit


lainnya. Hasil pengembangan dari indikasi penyimpangan atau kecurangan
tersebut merupakan informasi awal yang dipakai sebagai bahan audit investigasi.
2. Hasil deteksi kecurangan dari auditor intern atau dari petugas yang berwenang
3. Pengaduan masyarakat
4. Media masa

28 | P a g e
Identifikasi Masalah

Analisis informasi awal dilakukan dengan menguraikan seluruh informasi awal


kedalam unsur-unsur 5W + 1 H atau apakah informasi awal tersebut dapat menjawab 5W +
1H

1. What (apa). Mempertanyakan kecurangan atau penyimpangan apa yang terjadi atau
indikasi berupa penyimpangan apa yang dapat diungkap dari informasi awal tersebut
2. Who (siapa). Untuk mengindentifikasi siapa pelakunya dan menentukan posisi pelaku
dalam struktur organisasi apa tugas dan wewenang sesuai deskripsi kerja
3. When (kapan). Diidentifikasi kapan terjadinya kecurangan
4. Where (dimana). Untuk menentukan tempat terjadinya penyimpangan atau
kecurangan guna menentukan lingkup aditnya dan menentukan pihak-pihak yang
terkait.
5. Why (mengapa). Diidentifikasi penyebab terjadinya penyimpangan atau kecurngan
6. How (bagaimana). Dipetanyakan bagaimana cara atau modus operandi penyimpangan
atau kecurangan tersebut dan tindakan pihak-pihak yang telibat.

Identifikasi Risiko

Auditor harus mengidentifikasi risiko untuk kemudian diatur strategi untuk


memperkecil, mengendalikan, atau melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi risiko
yang terjadi.

Langkah Kerja Perencanaan Audit Investigasi

1. Penentuan tujuan audit investigasi


2. Penentuan ruang lingkup
3. Penentuan model perencanaan terstruktur
- Situasi
- Misi
- Eksekusi
- Dukungan tenaga ahli dan peralatan yang digunakan untuk identifikasi risiko
- Komunikasi
4. Matriks perencanaan audit investigasi
- Matriks bukti
- Matriks sumber daya
- Matriks penugasan
- Matriks penilaian risiko
5. Penyusunan hipotesa secara rinci

Menentukan Kebutuhan Sumber Daya

Penentukan sumber daya harus memperhatikan efektivitas, efisiensi dan kehematan

29 | P a g e
Menyusun Program Kerja Audit (PKA) Investigasi

Program kerja audit investigasi memuat prosedur audit, teknik audit dan teknik
investigasi. Teknik audit adalah cara-cara yang ditempuh oleh auditor untuk mendapatkan
bukti yang diperlukan. Teknik investigasi terdiri dari pemetaan (memahami kejadian dari
awal sampai akhir atau membantu merekonstruksi kejadian), analisis dokumen (memperoleh
keyakinan bahwa dokumen yang relevan telah disajikan dalam kegiatan audit untuk
memperjelas kasus yang diungkapkan, wawancara (tanya jawab untuk memperoleh informasi
dalam bentuk terstruktur dan memiliki tujuan).

4.4. PELAKSANAAN AUDIT INVESTIGASI


Pelaksanaan audit investigasi dengan mengacu pada program kerja audit investigasi
yang disusun berdasarkan hipotesa rinci yang diperoleh tahap awal perencanaan yang
langkah-langkah kerjanya terarah. Kegiatan pelaksanaan program kerja audit investigasi
mencakup pengumpulan dan pengujian bukti, pengujian catatan akuntansi, pengamatan dan
inspeksi lapangan.

Bukti Audit Investigasi

Pada audit investigasi, bukti audit merupakan alat atau media untuk mengungkap
perubuatan fraud, mengungkap pelaku, menggambarkan cara melakukan dan untuk
menghitung akibat atau kerugian yang ditimbulkan. Jenis bukti audit investigasi:

- Bukti utama, bukti asli yang menunjang secara langsung transaksi


- Bukti tambahan, merupakan copy atau salinan dari bukti utama atau cerminan
yang layak dari bukti utama
- Bukti tak langsung, merupakan bukti yang secara tidak langsung mengungkap
suatu tindak pelanggaran atau fakta seseorang yang mempunyai niat melakukan
pelanggaran
- Bukti komparatif, merupakan bukti yang mengidentifikasi adalanya perbedaan
sehingga menunjukan adanya kecurangan
- Bukti statistik, merupakan bukti yang dapat digunakan untuk membantu
membuktikan adanya kecurangan

Sumber bukti:
- Saksi, merupakan sumber paling penting dan dari saksi ini auditor dapat
mengembangkan auditnya untuk memperoleh dokumen atau bukti lain yang dapat
mengungkap fakta atau kejadian.

30 | P a g e
- Client agent
- Isntansi pemerintah terkait
- Badan usaha swasta
- Informasi elektronik
- Bukti forensik
- Alat komunikasi elektronik
- Tersangka
- Kepolisian atau penegak hukum lainnya

Sumber informasi yang tersedia untuk umum

Kelemahan dan kekuatan bukti audit dapat digambarkan sebagai berikut:

- Bukti yang objektif dan berupa dokumen merupakan bukti kuat sedangkan bukti
yang subjektif dan berupa opini yang lemah
- Opini dari ahli (expert) merupakan bukti yang kuat sedangkan opnini orang awam
lemah
- Bukti yang berasal dari sistem pengendalian internal yang kuat adalah bukti yang
kuat, begitupun sebaliknya
- Bukti yang diperoleh dari pihak independen operasi organisasi merupakan bukti
yang kuat
- Bukti yang diperoleh dengan statistical sasmpling yang kuat
- Bukti yang didukung bukti lain merupakan bukti kuat
- Bukti yang berasal dari catatan yang dibuat tepat waktu merupakan bukti yang
kuat

Pengumpulan Bukti

Pengumpulan bukti dilakukan dengan melaksanakan berbagai teknik audit dan teknik
investigasi yang telah diperintahkan dalam program kerja auditnya. Teknik investigasi
meliputi pemetaan, analisis dokumentasi dan wawancara.

31 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Karyono, 2013. Forensic Audit. Yogyakarta: Andi.

32 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai