What Is Fraud?
Definisi fraud dapat berbeda-beda t e rg a n t u n g dari siapa yang
m e n d e f i n i s i k a n n y a d a n bagaimana keadaan orang yang mendefinisikanya. Seseorang
dapat mengartikan fraud dalam bentuk dari kecurangan yang disengaja (termasuk
berbohong dan berbuat curang) adalah kebalikan dari kebenaran, keadilan,
kejujuran, dan equity. Fraud juga dapat diartikan sebagai cedera. Seseorang dapat
mengakibatkan orang lain cedera karena kekuatan atau melalui fraud.
Fraud merupakan satu kata yang memiliki banyak definisi, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Fraud sebagai tindak kriminal. Fraud (kecurangan) merupakan kata yang
menggambarkan segala perbuatan tidak jujur (curang) yang dirancang/ dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh keuntungan, baik dengan cara mendiamkan,
memperdaya, licik dan cara-cara tidak adil untuk mencurangi orang lain.
Corporate Fraud adalah fraud yang dilakukan oleh, untuk, dan terhadap suatu korporasi
bisinis.
Management Fraud adalah kesalahan penyajian yang disengaja oleh perusahaan
atau unit-unit kerja didalamnya yang dilakukan oleh karyawan dalam lingkungan
manajemen perusahaan dengan tujuan promosi, bonus atau keuntungan ekonomis lainnya
serta simbol status.
Definisi Fraud menurut Layperson adalah ketidakjujuran dalam bentuk kecurangan yang
disengaja atau kesalahan penyajian yang disengaja dari suatu fakta yang material.
Definisi F r a u d m e n u r u t A C F E d a p a t b e r u p a f r a u d p a d a p e k e r j a a n d a n
penyalahgunaannya (penipuan karyawan), yaitu seseorang yan g
m e n g g u n a k a n p e k e r j a a n n y a u n t u k m e m p e r o l e h keuntungan personal dengan
cara penyalahgunaan atau mencuri sumber daya atau aset perusahaan; fraud atas laporan
keuangan yaitu kesalahan penyajian yang disengaja dari keadaan keuangan
perusahaan melalui kesalahan dan kelalaian dalam menyajikan jumlah atau pengungkapan
dalam laporan keuangan untuk mengelabui pengguna laporan keuangan.
F r a u d sebagai kerugian. Pada Tahun 1887 US Supreme Court mendefinisikan
fraud dari sisi masyarakat sipil sebagai:
Pertama : Terdakwa merepresentasikan sebuah fakta material.
Kedua : Representasi tersebut salah.
Ketiga : Representasi tersebut tidak sepenuhnya dipercaya oleh terdakwa
dengan dasar yang rasional untuk menyatakan bahwa hal tersebut adalah
benar.
Keempat : Representasi tersebut dibuat dan dilakukan dengan sengaja.
Kelima : Hal tersebut dilakukan oleh complainant atas kerugian yang ditimbulkannya.
Keenam : Hal yang dilakukan oleh complainant tersebut merupakan pengalihan atas
kesalahannya, dan dipercaya sebagai kebenaran olehnya.
Dari sisi hukum, bagian terpenting apabila telah terjadi fraud adalah pembuktian
kesengajaan dari tindakan fraud tersebut. Apabila terdapat kejadian/ kecurangan atas transaksi
atau aktivitas yang merugikan perusahaan dan dilakukan dengan pola tertentu yang telah
dirancang secara memadai maka hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesengajaan dalam
kejadian tersebut dan kejadian tersebut dapat dinyatakan sebagai fraud.
Kecurangan, pencurian, penyalahgunaan wewenang, ketidakwajaran,
kejahatan kerah putih dan penggelapan merupakan jenis kata-kata yang sering digunakan
secara bergantian. Walaupun seluruhnya memiliki kesamaan, namun dari sisi hukum
sama sekali tidak sama. Misalnya, dalam hukum Inggris, pencurian diartikan
sebagai mengambil dan membawa hak milik orang lain dengan maksud untuk
memilikinya, dalam pencurian tersebut pencurinya memiliki barang yang secara hukum bukan
miliknya. Sedangkan dalam penggelapan, pelaku secara sah merupakan pemilik barang/ properti
namun digunakan oleh orang lain.
Fraud secara substansial sangat merugikan baik bagi masyarakat maupun dari segi
bisnis secara individual, namun hanya sedikit orang yang mengerti tentang fraud tersebut. Untuk
mengerti falsafah fraud serta ruang lingkup dan bagaimana fraud tersebut, maka
diperlukan literatur-literatur terkait dengan fraud. Fraud biasanya
d i p e r s a m a k a n d e n g a n k e j a h a t a n k e r a h p u t i h , h a l i n i a n t a r a l a i n disampaikan
oleh Edwin H. Sutherland dalam White Collar Crime; Donald R. Cressey dalam Other People’s
Money; Norman Jaspan dan Hillel Black dalam The Thief in The White Collar; dan Frank E.
Hartung dalam Crime, Law, and Society.
Fraud Triangle
Untuk mencegah, mendeteksi dan merespon adanya fraud, maka kita harus mengerti
mengapa seseorang melakukan fraud. Salah satu model untuk mengerti perilaku fraud adalah
Segitiga Cressey. P a d a Ta h u n 1 9 5 0 C r e s s e y d a l a m d i s e r t a s i n y a , b e r s a m a - s a m a
d e n g a n S u t h e r l a n d m e l a k u k a n wawancara kepada 200 narapidana yang melakukan
penggelapan, dan menyimpulkan bahwa dalam setiap fraud terdapat tiga hal yang sama
yaitu (1) tekanan (dapat berupa motivasi dan biasanya kebutuhan sendiri); (2) rasionalisasi
( d a r i e t i k a ) ; d a n ( 3 ) pengetahuan dan kesempatan untuk melakukan kejahatan.
1. Tekanan
Tekanan atau motivasi merupakan kejadian yang terjadi dalam kehidupan pribadi seseorang
sehingga m e n g a k i b a t k a n o r a n g t e r s e b u t m e m i l i k i k e b u t u h a n y a n g s a n g a t
m e n d e s a k y a n g p a d a a k h i r n y a mendorong sesorang tersebut untuk melakukan
pencurian. Kebutuhan tersebut biasanya dalam bentuk kebutuhan keuangan, misalnya
seorang penjudi akan sangat membutuhkan uang yang banyak untuk memenuhi
kebiasaannya tersebut sehingga melakukan pencurian untuk memenuhinya. Namun selain
karena kebutuhan, dapat juga karena keserakahan yang mendorong orang-orang
yang telah berkecukupan untuk melakukan fraud. Selain tekanan finansial, fraud juga
dapat terjadi karena tekanan sosial dan politik. Seseorang dapat melakukan fraud agar
posisinya dalam kekuasaan dapat diamankan, maka acapkali dia berbohong
mengenai pandangannya terhadap sesuatu atau hal yang dilakukannya di masa lalu, atau
fraud yang dilakukan untuk memenuhi status sosialnya sebagai orang kaya.
2. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan alasan-alasan yang diungkapkan oleh pelaku fraud sebagai
pembenaran atas tindakan yang dilakukannya. Misalnya: karena gajinya kecil
sedangkan tugasnya berat maka dia mengambil sesuatau dari perusahaan, ketika
ketahuan mencuri maka akan beralasan bahwa dia hanya meminjam dan akan dikembalikan
nanti, dan lain sebagainya.
3. Kesempatan
Dalam penelitiannya Cressy menyatakan bahwa tindakan fraud dapat
t e r j a d i k a r e n a a d a n y a pengetahuan dan kesempatan yang dimiliki oleh pelaku fraud.
Pelaku biasanya memiliki pengetahuan atas kelemahan dari perusahaan dan
kesempatan diperoleh karena pelaku berada dalam posisi yang sangat dipercaya di
perusahaan tersebut. Faktor utama dari kesempatan seseorang dapat melakukan fraud
adalah pengendalian intern dari perusahaan tersebut. Kesempatan tersebut akan
membesar ketika pengawasan dari manajemen perusahaan sangat longgar dan
pengendalian internal perusahaan tidak memadai sehingga menimbulkan motivasi seseorang
untuk melakukan fraud.
Scope of Fraud
Lingkup terjadinya fraud adalah di hampir seluruh perusahaan
m e n e n g a h s a m p a i d e n g a n perusahaan yang besar. Dari hasil penelitian yang dilakukan
ACFE selama tahun 1996 – 2008 pada perusahaan-perusahaan di Amerika menunjukkan bahwa
fraud yang terjadi mencapai 6% dari pendapatan per tahun. Terkait dengan financial fraud,
terdapat penelitian yang dilakukan oleh COSO dan hasilnya diterbitkan pada tahun
1998. Dalam penelitian tersebut, dilakukan analisa atas kasus-kasus yang d i t a n g a n i
SEC pada tahun 1987-1997 dengan hasil yang menarik yaitu kebanyakan
f r a u d p a d a perusahaan publik dilakukan oleh perusahaan kecil, dewan direktur didominasi
oleh orang dalam dan berpengalaman, sekitar 83% dari kasus yang ada mengidentifikasikan
fraud atas laporan keuangan dilakukan oleh eksekutif perusahaan, rata-rata fraud dilakukan
diatas periode 23,7 bulan. Pada Tahun 2009 KPMG menerbitkan hasil survey yang
dilakukan pada 204 orang eksekutif perusahaan dengan pendapatan perusahaan diatas $250
juta. Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa resiko fraud meningkat ketika pengendalian atau
program kepatuhan dalam perusahaan tidak memadai. Wilayah yang sangat perlu
ditingkatkan adalah komunikasi dan pelatihan karyawan, pemeriksaan dan teknik
monitoring secara kontinyu dengan berdasarkan teknologi, dan assessment resiko fraud.
Berdasarkan laporan dari survey yang dilakukan oleh ACFE menunjukkan bahwa
kerugian yang diderita akibat fraud selama 1996 s.d 2008 adalah 6% dari
pendapatan yang dilaporkan pada tahun 1996, 2002 dan 2004, 5% pada Tahun 2006,
dan 7% pada Tahun 2008. Dengan demikian lingkup dari fraud adalah rata-rata sebesar 6%
dari ekonomi Amerika Serikat.
Profile of Fraudsters
Aspek kunci dari pencegahan dan pendektesian fraud adalah dengan
memahami ciri pelaku k e c u r a n g a n ( fraudsters) b e r d a s a r k a n j e n i s fraud y a n g
d i l a k u k a n . P e l a k u b i a s a n y a a d a l a h orang yang sama sekali tidak dicurigai,
sehingga menyebabkan fraud semakin sulit untuk dicegah ataupun dideteksi.
Beberapa pandangan menyatakan bahwa fraud t e r j a d i k a r e n a a d a n y a
d o r o n g a n d a r i l u a r kepada sang pelaku, seperti ekonomi, persaingan, faktor
politik dan sosial, serta kemiskinan. Namun pada kenyataannya, beberapa orang cenderung
melakukan fraud walaupun tidak ada faktor eksternal. Menurut Gwynn Nettler (Lying,
Cheating, and Stealing), pelaku kecurangan dan penipuan adalah sebagai berikut:
a. Orang yang pernah mengalami kegagalan lebih mungkin untuk melakukan
kecurangan
b. Orang yang tidak disukai dan tidak menyukai dirinya sendiri lebih mungkin
untuk menipu (licik)
c. Orang yang impulsif, mudah digoda, dan tidak sabar dalam memperoleh sesuatu
lebih mungkin terlibat didalam penipuan.
d. Orang yang memiliki perasaan takut akan ditangkap dan dihukum, lebih tahan
terhadap godaan untuk melakukan penipuan.
e. Orang cerdas cenderung lebih jujur daripada orang tidak tahu. Orang kelas
menengah keatas cenderung lebih jujur daripada orang kelas bawah .
f. Semakin mudah untuk melakukan kecurangan dan pencurian, semakin banyak
orang yang akan melakukannya.
g. Masing-masing orang memiliki tingkat kebutuhan berbeda yang akan mendorong
untuk berbohong, berbuat curang, atau mencuri .
h. Kebohongan, Kecurangan, dan Pencurian meningkat ketika seseorang memiliki
tekanan yang tinggi untuk mencapai suatu tujuan .
i. Perjuangan untuk bertahan dapat menyebabkan ketidakjujuran.
Perbuatan kebohongan, kecurangan, dan pencurian di tempat kerja dalam
berbagai situasidiikuti dengan:
a ) Va r i a b e l P e r s o n a l
Bakat/ Kemampuan
Sikap/ Pilihan
Kebutuhan/ Keinginan Pribadi
Nilai/ Keyakinan
b ) Va r i a b e l O r g a n i s a s i
Ruang lingkup pekerjaan
Peralatan/ Pelatihan yang disediakan
Sistem pemberian penghargaan
Kualitas manajemen dan supervisi
Kejelasan tanggung jawab peran
Kejelasan tujuan pekerjaan
Kepercayaan antar pribadi
Motivasi dan iklim etika kerja (nilai dan etika dari atasan dan rekan kerja)
c ) Va r i a b e l E k s t e r n a l
Tingkat kompetisi di dalam industri
Kondisi perekonomian
Nilai-nilai di dalam masyarakat (etika persaingan, sosial, dan model politik)
Terdapat 25 alasan atas kejahatan karyawan yang sering ditemukan, antara lain:
1. Karyawan percaya bahwa dia bisa lolos.
2. Karyawan berpikir bahwa dia sangat membutuhkan atau menginginkan uang
tersebut.
3. Karyawan merasa frustasi atau tidak puas dengan bebrapa aspek pekerjaannya.
4. Karyawan merasa frustasi atau tidak puas dengan beberapa aspek kehidupan
pribadi yang tidak terkait dengan pekerjaannya.
5. Karyawan merasa tertekan oleh atasan dan ingin melakukan pembalasan.
6. Karyawan berpikir “semua orang melakukannya, kenapa saya tidak?”
7. Karyawan berpikir “keuntungan perusahaan sangat banyak, mencuri sedikit
tidak akan menyakiti siapapun.”
8. Karyawan tidak tahu bagaimana mengatur keuangannya sendiri, sehingga selalu
bangkrut dan bersiap untuk mncuri.
9. Karyawan merasa bahwab perbuatan tersebut adalah tantangan bukan hanya
untuk keuntungan ekonomi.
10. Karyawan kehilangan masa kecil karena masalah ekonomi, sosial, maupun
budaya.
11. Karyawan merasakan kekosongan dalam kehidupan pribadinya dan
membutuhkan cinta, perhatian, dan persahabatan.
12. Karyawan tidak memiliki pengendalian diri dan mencuri diluar dari
keterpaksaan.
13. Karyawan percaya temannya ditempat kerja telah mengalami penghinaan,
penganiayaan atau diperlakukan secara tidak adil.
14. Karyawan malas yang tidak mau bekerja keras untuk mendapatkan apa yang dia
inginkan.
15. Pengendalian internal organisasi yang sangat longgar sehingga membuat setiap
orang tergoda untuk mencuri.
16. Tidak pernah ada yang dituntut karena mencuri dari organisasi.
17. Sebagan besar karyawan yang mencuri tertangkap secara tidak sengaja karena
adanya audit atau sistem. Karena itu rasa takut tertangkap bukan menjadi
halangan untuk terjadinya pencurian.
18. Karyawan tidak didorong untuk mendiskusikan masalah pribadi atau keuangan
ditempat kerja atau untuk mencari saran dan nasihat dari manajemen mengenai
hal-hal tersebut.
19. Pencurian oleh karyawan merupakan situasi yang situasional. Setiap penurian
terjadi pada kondisi tertentu dan setiap pelaku mempunyai motifnya masing-
masing.
20. Karyawan menucuri untuk alasan apapun yang muncul yang dapat dipikirkan
dan dibayangkan.
21. Karyawan tidak pernah masuk peenjara atau tuntutan yang keras untuk dipenjara
karena melakukan pencurian, penipuan, atau penggelapan dari pemberi kerja
mereka.
22. Manusia adalah makhluk yang lemah dan rentan terhadap dosa.
23. Karywan masa sekarang memiliki moral, etika, dan kerohanian yang buruk.
24. Karyawan cenderung untuk mengikuti atasan mereka , kalau atasan mereka
mencuri atau bebuat curang, maka meraka juga cenderung untuk melakukannya.
Agar dapat menghindari hal-hal tersebut, maka hukum harus dilakukan
dengan baik, yaitu hukum harus rasional, adil dalam penerapannya, dan diterapkan
secarra cepat dan efisien. Kebijakan perusahaan terkait hal tersebut harus rasional,
adil dan ditunjukkan sepenuhnya untuk kepentingan ekonomi perusahaan. Perbuatan
yang menyebakan kehilangan, kerusakan atau kehancuran yang substansial atas aset
perusahaan cukup serius untuk dilarang dan dihukum. Hukuman yang diberikan
harus setimpal dan dapat menyebabkan efek jera, karena pada kenyataannya,
kejahatan kerah putih masih terus terjadi karena hukuman yang diberikan atau
konsekuensi atas perbuatan yang dilakukan masih dibawah ambang batas yang dapat
diterima.
Persentase yang lebih 100% pada grafik, disebabkan oleh responden yang diperbolehkan untuk
memilih lebih dari satu jawaban pada poin kuesioner.
Fraud Taxonomy
Hampir setiap survei penipuan dan penulis penipuan besar memiliki sistem yang berbeda untuk
mengklasifikasikan penipuan. Sementara beberapa serupa, beberapa masalah juga hadir di
menerapkan taksonomi untuk kegiatan antifraud. Untuk keperluan buku ini, kami fokus pada
penipuan dalam laporan keuangan dan transaksi bisnis. Pengikut adalah beberapa cara penipuan
telah diklasifikasikan.
Penipuan perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori besar: (1) penipuan diarahkan
terhadap perusahaan, dan (2) penipuan yang menguntungkan perusahaan. Di yang pertama,
perusahaan adalah korban; di yang terakhir, perusahaan, melalui tindakan curang dari
petugasnya, adalah penerima manfaat yang dituju. Dalam konteks itu, seseorang dapat
membedakan antara penipuan organisasi yang dimaksudkan untuk menguntungkan entitas
organisasi dan mereka yang dimaksudkan untuk merusak entitas. Ini Klasifikasi juga dapat
memperjelas maksud penipuan, yang seperti yang disebutkan sebelumnya bisa sulit untuk
dibedakan atau dibuktikan. Misalnya, penetapan harga, penggelapan pajak perusahaan,
pelanggaran lingkungan undang-undang, iklan palsu, dan penghitungan pendek dan bobot pada
umumnya dimaksudkan untuk membantu kinerja keuangan organisasi. Memanipulasi catatan
akuntansi untuk melebih-lebihkan keuntungan adalah ilustrasi lain dari penipuan yang ditujukan
untuk menguntungkan perusahaan tetapi itu dapat menguntungkan manajemen melalui bonus
berdasarkan profitabilitas atau harga saham di pasar. Dalam penipuan untuk organisasi,
manajemen mungkin terlibat dalam konspirasi untuk menipu. Hanya satu orang yang terlibat
penipuan terhadap organisasi, seperti pegawai yang bertanggung jawab membuat faktur dari
vendor yang tidak ada, memiliki cek yang dikeluarkan untuk vendor itu, dan mengubah cek
untuk digunakan sendiri. Penipuan untuk perusahaan dilakukan terutama oleh manajer senior
yang ingin meningkatkan posisi keuangan atau kondisi perusahaan dengan cara seperti itu
sebagai melebih-lebihkan pendapatan, penjualan, atau aset atau dengan mengecilkan biaya dan
kewajiban.
Intinya, salah saji yang disengaja atas fakta keuangan dibuat, dan itu dapat merupakan penipuan
perdata atau pidana. Tetapi penghasilan, misalnya, mungkin juga sengaja dikecilkan untuk
menghindari pajak, dan biaya dapat dibesar-besarkan untuk alasan serupa. Manajer puncak
menggunakan penipuan untuk menipu pemegang saham, kreditur, dan pihak berwenang.
Kecurangan serupa oleh manajer pusat-laba tingkat rendah mungkin digunakan untuk menipu
atasan mereka di organisasi, untuk membuat mereka percaya unit lebih menguntungkan atau
produktif daripada itu, dan dengan demikian mungkin untuk mendapatkan penghargaan bonus
lebih tinggi atau promosi. Di acara terakhir, terlepas dari fakta itu kelebihan pendapatan,
penjualan, atau produktivitas bawahan bawahan seolah-olah membantu perusahaan terlihat lebih
baik, itu benar-benar penipuan terhadap perusahaan. Penipuan terhadap perusahaan dimaksudkan
untuk menguntungkan hanya pelaku, seperti dalam kasus pencurian aset perusahaan atau
penggelapan. Yang terakhir spesifik kategori penipuan sering disebut sebagai penyalahgunaan
aset. Penipuan terhadap perusahaan mungkin juga termasuk vendor, pemasok, kontraktor, dan
pesaing menyuap karyawan. Kasus-kasus suap pegawai sulit untuk dilihat atau temukan dengan
audit, karena catatan akuntansi perusahaan secara umum tidak dimanipulasi, diubah, atau
dihancurkan. Pembayaran suap untuk mendukung satu produk vendor di atas yang lain dibuat di
bawah meja atau, seperti yang dikatakan pengacara, ‘‘ Sub rosa. ’’ Petunjuk pertama suap
mungkin datang dari vendor yang marah produk ditolak secara konsisten meskipun kualitas,
harga, dan kinerjanya. Suap juga bisa menjadi nyata jika karyawan mulai hidup di luar dirinya
berarti, jauh melebihi gaji dan sumber daya keluarga. Satu proses pemikiran logis harus
ditunjukkan. Dalam penipuan untuk perusahaan yang melibatkan manajemen eksekutif yang
memanipulasi buku, penipuan akhirnya akan melawan perusahaan. Mengambil salah satu
skandal publik terbaru Enron, WorldCom, atau HealthSouth dan mengikuti perusahaan setelah
penipuan itu ditemukan. Semua dari mereka mengalami kesulitan untuk pulih dari penipuan.
Beberapa perusahaan tidak pulih tetapi menutup pintu mereka. Jadi meskipun kami
mengklasifikasikan penipuan laporan keuangan seperti untuk perusahaan, klasifikasi itu hanya
sementara penipuan tidak terdeteksi. Begitu terdeteksi, itu menjadi sesuatu yang melawan
kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup. Beberapa kejahatan keuangan lainnya tidak cocok
dengan skema di sini tetapi juga patut dicatat: pembakaran untuk keuntungan, kebangkrutan
yang direncanakan, dan penipuan klaim asuransi.
Fraud Tree
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) melakukan fraud taxonomy/ fraud tree untuk
mempermudah penggolongan fraud. Fraud tree ini telah teruji digunakan sebagai acuan
organisasi profesi lain seperti American Institute ofCertified Public Accountant (AICPA),
Institute of Internal Auditors (IIA), dan Information Systems Audit and Control Association
(ISACA). Penggolongan dan jenis-jenis fraud dapat dilihat secara jelas pada gambar berikut ini.
1. Corruption (Korupsi)
Penyuapan didefinisikan sebagai menawarkan, memberi, menerima sesuatu yang berharga
untuk memengaruhi keputusan resmi yang diambil. Penyuapan tidak hanya berlaku di sector
pemerintahan tetapi juga di sektor swasta. Pemberian illegal hampir sama dengan
penyuapan, tetapi dalam skema ini pemberian dilakukan bukan untuk memengaruhi
keputusan melainkan sebagai hadiah atas keputusan yang diambil. Apabila dalam skema
suap dan pemberian illegal yang berperan adalah orang lain di luar pelaku fraud, namun
dalam skema perluasan ekonomi berlaku sebaliknya.
a. Analisis Vertikal
Merupakan analisis antara item-item laporan keuangan (neraca, laporan laba-rugi,
dan laporan arus kas) dan membandingkannya dengan tahun lalu dan digambarkan
dalam persentase. Bila hasilnya terjadi perbedaan yang tidak wajar menunjukkan
adanya tanda-tanda fraud.
b. Analisis Horizontal
Merupakan analisis perubahan item-item laporan keuangan selama beberapa
periode pelaporan yang digambarkan dalam persentase. Bila hasil analisisnya
terjadi perbedaan yang mencolok, menunjukkan adanya tanda-tanda fraud.
c. Analisis Rasio
Merupakan analisis dengan menbandingkan item-item dalam laporan keuangan.
Pelaku dijerat pasal 49 ayat 1 dan 2 UU No. 7 tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No.
10 tahun 1998 tentang perbankan dan atau pasal 6 UU No. 15 tahun 2002 sebagaimana diubah
dengan UU No. 25 tahun 2003 sebagaimana diubah dengan UU No. 8 tahun 2010 tentang tindak
pidana pencucian uang dan pastinya pelaku dikenakan sanksi berupa denda dan hukuman
penjara.