1
POKOK BAHASAN
3
NUSANTAR A SAKTI GR OUP
LATAR BELAKANG
1. Banyak terjadi kasus penyimpangan operasional dan keuangan, yang dikenal dengan
istilah Fraud pada perusahaan, yang merugikan perusahaan, sehingga perlu ada upaya
meminimalisasi risiko Fraud dengan cara menerapkan Strategi Anti Fraud
2. Selama ini, pengawasan oleh pengawas internal, dalam hal ini Internal Audit, belum
berfungsi maksimal dan belum benar-benar efektif, sehingga perlu ada penguatan yang
signifikan dengan membentuk internal control yang efektif dalam rangka penguatan
Sistem Pengendalian Internal (SPI)
3. Untuk itu, salah satu fokus internal control adalah peningkatan pencegahan Fraud dengan
menerapkan strategi anti fraud dan menjadikan anti fraud sebagai perhatian dan budaya pada
seluruh aspek organisasi, baik oleh manajemen maupun karyawan. Berdasarkan penelitian,
lemahnya internal control bertanggungjawab pada hampir 50% aktivitas fraud
4 NUSANTAR A SAKTI GR OUP
II. TUJUAN
• Sebagai reminder untuk para pelaksana operasional Perusahaan agar mematuhi prosedur dan ketentuan
yang berlaku
Kedua istilah ini, fraud dan error merupakan dua jenis kesalahan yang sering terjadi dalam proses
akuntansi, meski dinilai sama, keduanya memiliki sedikit perbedaan, yaitu terlihat dari ada dan
tidak adanya unsur kesengajaan. Di mana, error terjadi karena tidak ada unsur kesengajaan, dan
fraud terjadi karena ada unsur kesengajaan.
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia, Fraud atau kecurangan merupakan suatu tindakan
yang disengaja oleh satu individu atau lebih dalam manajemen atau pihak yang bertanggungjawab
atas tata kelola, karyawan, dan pihak ketiga yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk
memperoleh satu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum. Pada dasarnya, fraud
merupakan serangkaian ketidakberesan (irregularities) dan perbuatan melawan hukum (illegal act)
yang dilakukan oleh orang luar maupun dalam perusahaan, untuk mendapatkan keuntungan dan
merugikan orang lain.
Teori ini digagas oleh Cressey (1953) setelah mewawancarai 250 orang terpidana korupsi. Wawancara tersebut dilakukan dalam
waktu 5 bulan. Dari hasil wawancara tersebut, Cressey menyimpulkan bahwa faktor pendukung terjadinya fraud adalah :
A. Adanya Tekanan
Terjadinya dorongan yang menyebabkan seseorang untuk melakukan kecurangan yang dipicu oleh beberapa alasan, mulai dari
dorongan seseorang untuk melakukan kecurangan yang dipicu oleh alasan ekonomi, emosional, atau nilai (target)
B. Adanya Peluang
Ketika terdapat peluang, maka disitulah ada kesempatan yang dilakukan oleh pelaku kecurangan. Faktor ini biasanya didorong
karena lemahnya internal control atau penyalahgunaan wewenang dalam perusahaan.
C. Rasionalisasi
Faktor ini terjadi ketika seseorang melakukan rasionalisasi atau mencari pembenaran atas terjadinya kecurangan. Hal ini biasanya
terjadi karena pelaku mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya, sehingga ia akan mencari pembenaran atas
tindakannya tersebut.
FDT (2004) pada dasarnya adalah pengembangan dari FTT. Tambahan unsur penyebab terjadinya korupsi menurut Wolfe dan Hermanson
adalah capability atau kemampuan. Seseorang harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk bisa melakukan korupsi. Meskipun
seseorang telah mengalami tekanan atau tergoda insentif, punya kesempatan, dan telah memiliki alasan rasional untuk korupsi, tanpa
kemampuan yang memadai, korupsi tidak akan terjadi.
Kemampuan di sini sangat terkait dengan posisi, kecerdasan/kreatifitas, dan kemampuan persuasi. Tiga hal ini sangat menentukan mampu
tidaknya seseorang melakukan korupsi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
• Seseorang dengan posisi yang rendah, meskipun menyadari adanya kesempatan melakukan korupsi, tetap tidak dapat melakukannya
jika terus ada dalam pengawasan atasan yang jujur. Makin tinggi posisi seseorang, makin tinggi kemampuannya melihat dan
memanfaatkan kesempatan untuk melakukan korupsi.
• Belakangan banyak riset yang menghubungkan antara korupsi dan tingkat pendidikan. Hal ini sangat wajar karena untuk korupsi,
diperlukan kecerdasan dan kreatifitas. Kecerdasan di sini diperlukan untuk melihat peluang, sedangkan kreatifitas diperlukan untuk
memanfaatkan peluang tersebut, dan gabungan keduanya digunakan untuk menutupi perbuatan yang telah dilakukan.
• Kemampuan persuasi di sini terkait kemampuan memaksa, menipu, dan menekan orang lain untuk memuluskan rencananya. Minimal
salah satu kemampuan ini dimiliki seseorang agar dapat melakukan korupsi.
FPT merupakan pengembangan dari FTT oleh Cressey di 1953, kemudian FDT yang dikembangkan oleh Wolf & Hermanson di tahun
2004). Lalu di tahun 2011, Crowe mengembangkan FTT dan FDT dengan merubah risk factor fraud berupa capability menjadi competence
yang memiliki makna istilah yang sama. Selain itu ada penambahan risk factor berupa arrogance (arogansi).
a. Kompetensi
Adalah keahlian karyawan untuk mengabaikan kontrol internal, mengembangkan strategi penyembunyian, dan mengamati kondisi sosial
untuk memenuhi kepentingan pribadinya
b. Arogansi
Merupakan sifat superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa pengendalian internal dan kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk
dirinya.
1. Penyimpangan aset
Kelompok ini melakukan kecurangan dalam penyalahgunaan aset perusahaan. Kelompok ini mudah dideteksi karena dapat
diukur/dihitung dengan mudah
2. Pernyataan palsu
Kecurangan ini sering dilakukan oleh pihak manajemen untuk menutupi kondisi keuangan yang sesungguhnya dengan membuat
rekayasa keuangan dalam laporan keuangan perusahaan
3. Korupsi
Bukan hanya sering terjadi di sebuah perusahaan, ini juga sering ditemukan di beberapa negara yang sedang berkembang dan
kurangnya tata kelola yang baik. Kelompok fraud ini sulit dideteksi karena banyaknya pihak yang bekerja sama dalam menikmati
keuntungan. Didalamnya termasuk konflik kepentingan, penyuapan, pemerasan ekonomi, dan penerimaan yang ilegal.
5. Penipuan
Perbuatan atau perkataan yang tidak jujur dengan maksud menyesatkan, mengakali, dan/atau mencari untung yang mengakibatkan
kerugian pihak lain
Perbuatan penipuan yang tergolong tindakan Fraud termasuk tapi tidak terbatas pada Fraud terhadap laporan keuangan (Fraudulent
Statements) misalnya :
b. Mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya
6. Pembocoran Informasi
Pengungkapan informasi, data, dan/atau dokumen perusahaan dengan sengaja yang menyebabkan kerugian bagi Perusahaan
1. Prinsip Integrity
a. Jujur (Bersikap & berperilaku jujur terhadap setiap ketentuan yang berlaku di perusahaan, tidak merugikan perusahaan,
berani untuk melaporkan segala bentuk ketidakjujuran, kecurangan, fraud yang dilihatnya, serta mendukung sepenuhnya
terhadap tercapainya visi dan misi perusahaan)
Merupakan prinsip yang dilaksanakan Perusahaan untuk tidak memberikan toleransi terhadap Fraud
Untuk menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap Fraud, maka harus memenuhi 5 (lima) unsur
sebagai berikut:
• Penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Perusahaan atau
pihak lain
• Dilakukan oleh karyawan Perusahaan
• Terjadi di lingkungan Perusahaan dan/atau menggunakan sarana Perusahaan
• Mengakibatkan kerugian yang diderita oleh Perusahaan
• Pelaku Fraud memperoleh keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung
1. Pencegahan Fraud
Pilar pencegahan memuat perangkat-perangkat yang ditujukan untuk mengurangi potensi terjadinya Fraud, yang paling kurang
mencakup:
• Pelaksanaan know your employee melalui pengendalian sistem rekrutmen dengan menggunakan
mekanismepemeriksaan latar belakang calon karyawan dan pemeriksaan historis kredit Pefindo. Bentuk penerapan
terhadap karyawan yang sudah aktif bekerja adalah melalui rotasi berkala untuk karyawan yang menempati posisi-
posisi tertentu seperti Branch Manager, Branch Operational Manager, Area Opertional Manager dan Area Regional
Manager
B. Identifikasi Kerawanan
• Melakukan proses identifikasi, analisis dan menilai setiap aktivitas operasional Perusahaan Pembiayaan
yang berpotensi merugikan Perusahaan Pembiayaan
• Melakukan pengkinian informasi terutama terhadap aktivitas yang dinilai berisiko tinggi terjadinya
fraud
• Sistem seleksi yang dilengkapi kualifikasi yang tepat dengan mempertimbangkan risiko, serta ditetapkan secara objektif dan transparan.
Sistem tersebut harus menjangkau pelaksanaan promosi maupun mutasi, termasuk penempatan posisi yang memiliki risiko tinggi terhadap
fraud
• Kebijakan mengenali karyawan (know your employee), antara lain pengenalan dan pemantauan karakter, perilaku dan gaya hidup karyawan.
Pada penerapan tindakan pencegahan Fraud, masing-masing atasan dituntut untuk mengenali karakter, perilaku dan gaya hidup masing-
masing bawahan (minimal 1 level dibawahnya). Hal-hal tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi gejala Fraud yang kemungkinan besar
akan terjadi atau telah terjadi.
Berikut adalah gejala Fraud yang dapat dikenali dari perubahan pola hidup karyawan :
a. Karyawan memiliki banyak permasalahan hidup yang belum terselesaikan, terutama masalah keuangan
b. Memiliki banyak hutang, sering ditagih collector
c. Mengalami sakit yang berkepanjangan
d. Pola gaya hidup mewah
Catatan : apabila menemukan gejala-gejala yang dijelaskan sebagai dimaksud diatas pada karyawan, maka atasan perlu melakukan
pemantauan yang intensif pada proses kerja yang dilakukan oleh karyawan tersebut guna membuktikan kebenaran dari indikasi Fraud tersebut
A. Whistleblowing
Tujuan sistem Whistleblowing (Peniup Peluit) adalah sebagai sarana bagi karyawan untuk melaporkan tindak kecurangan, pelanggaran terhadap
hukum, Peraturan Perusahaan, Kode Etik, kebijakan internal lainnya dan/atau benturan kepentingan, tanpa rasa takut atau khawatir karena dijamin
kerahasiaanya. Selain itu, Whistleblowing juga ditujukan agar kecurangan yang terjadi dapat dideteksi dan dicegah sedini mungkin
Bentuk penerapan Whistleblowing dimulai dari penyusunan kebijakan dan mekanisme Whistleblowing dan perangkat kerja yang dirumuskan secara
jelas, mudah dimengerti dan dapat diimplementasikan secara efektif yang paling sedikit meliputi :
• Perlindungan kepada Whistleblower serta menjamin kerahasiaan indentitas pelapor dan laporan Fraud yang disampaikan
• Menyusun ketentuan internal terkait pengaduan Fraud dan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan
• Menyusun sistem pelaporan Fraud yang memuat paling sedikit :
- Cara pelaporan
- Sarana
- Pihak yang bertanggung jawab untuk menangani pelaporan
- Mekanisme tindak lanjut terhadap kejadian Fraud yang dilaporkan
• Media Pengaduan
Pelapor atau Whistleblower dapat melaporkan pengaduan dugaan pelanggaran melalui media komunikasi Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing
System) sebagai berikut :
-Layar 848 Whistleblowing System
-Nomor 08112702900 (telepon & whatsapp)
Kebijakan dan mekanisme Surprise Audit perlu dilakukan terutama pada unit bisnis yang berisiko tinggi atau rawan terhadap terjadinya
Fraud. Pelaksanaan Surprise Audit ditujukan untuk meningkatkan kewaspadaan karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Ketentuan lebih
lanjut akan diatur dalam kebijakan terpisah oleh Internal Audit Division.
C. Surveillance System
Surveillance System merupakan kegiatan untuk memantau dan menguji efetivitas kebijakan anti Fraud yang dilakukan tanpa diketahui
atau disadari oleh pihak yang diuji atau diperiksa. Surveillance adalah salah satu teknik investigasi yang didasarkan pada pengamatan dan
perekaman fakta-fakta fisik, kegiatan dan gerakan, yang diduga merupakan bagian dari Fraud. Surveillance merupakan operasi
terselubung (undercover operation) yang pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus, dimana memiliki risiko yang tinggi bagi
keamanan pelaksanaan operasi, kasus yang sedang ditangani dan rentan terjadi pelanggaran hukum atas pelaksanaan Surveillance itu
sendiri. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan jenis kasus Fraud dan materialitas potensi kerugian yang dihadapi, maka jika
pengungkapan suatu dugaan Fraud memerlukan proses Surveillance ditetapkan menggunakan alih daya pihak ketiga yang menguasi
aspek teknis dan memiliki legalitas melakukan kegiatan surveillance.
Surveillance System dilakukan oleh pihak independen dan/atau pihak internal Perusahaan Pembiayaan.
a. Standar Investigasi
• Kegiatan investigasi merupakan kegiatan penelitian dan pengujian secara mendalam dengan maksud untuk mencari
kebenaran untuk menentukan bahwa kecurigaan atau dugaan terbukti atau tidak terbukti
• Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang didapat mendukung fakta yang
dipermasalahkan
• Mengumpulkan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga bukti-bukti yang diperoleh tersebut dapat memberikan
kesimpulan (bahwa telah terjadi tindak kejahatan dan pelaku kejahatan tersebut terindentifikasi)
• Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa menghormatinya
• Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan pengumpulan bukti dan barang bukti,
wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikut tata cara atau
protokol, dokumentasi dan penyelenggara catatan, melibatkan dan/atau melapor ke polisi, kewajiban hukum, dan
persyaratan mengenai pelaporan
Mekanisme pelaporan kejadian Fraud kepada internal Perusahaan maupun kepada Otoritas Jasa Keuangan meliputi :
• Pelaporan Fraud secara berkala kepada Komisaris dan Otoritas Jasa Keuangan
• Laporan Strategi Anti Fraud kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagai berikut :
-Laporan penerapan Strategi Anti Fraud sebagai bagian dalam pelaporan penerapan tata kelola perusahaan yang baik bagi Perusahaan
-Laporan setiap Fraud yang diperkirakan berdampak negatif secara signifikan terhadap Perusahaan
• Fraud yang dikategorikan memiliki dampak negatif dan signifikan terhadap Perusahaan adalah tindakan kecurangan yang bersifat :
-Tindakan kecurangan yang menimbulkan kerugian Perusahaan dengan estimasi kerugian diatas 1 Milyar rupiah per kejadian Fraud
-Tindakan Fraud yang dapat menyebabkan salah satu parameter tingkat risiko Perusahaan mengalami pemburukan
-Tindakan lainnya yang dinilai oleh Komite Anti Fraud dan Dewan Komisaris memiliki dampak negatif yang signifikan bagi Perusahaan
• Laporan setiap Fraud yang diperkirakan berdampak signifikan paling sedikit memuat :
- Nama pelaku
- Bentuk atau jenis penyimpangan
- Tempat kejadian
- Informasi singkat mengenai modus
- Indikasi kerugian
-pelaporan kejadian Fraud secara berkala dilakukan setiap triwulan kepada Direksi dan Komisaris Perusahaan
-pelaporan kejadian Fraud merupakan tanggung jawab dari Komite Anti Fraud dengan fungsi dibawahnya
-tindak lanjut atas setiap pelaporan kejadia Fraud diawasi dan dipantau oleh Komite Anti Fraud
sampai pada penyelesaian laporan/pelaksanaan sanksi
C. Sanksi
Penerapan kebijakan sanksi untuk memberikan efek jera bagi pelaku Fraud Perusahaan harus diterapkan secara transparan dan
konsisten, meliputi :
• Unit kerja yang melakukan pemeriksaan seperti Internal Audit Departement dan unit lain yang berwenang akan menerbitkan
hasil laporan investigasinya sesuai dengan sistem dan prosedur kerjanya masing-masing
• Bila pelaku terbukti melakukan Fraud, maka Komite Anti Fraud merekomendasikan sanksi kepada pihak yang terlibat sesuai
dengan Peraturan Perusahaan dan ketentuan dibawahnya yang telah ditetapkan
• Apabila Fraud disebabkan oleh kelemahan sistem dan prosedur kerja, maka dalam laporan hasil pemeriksaan harus memberikan
rekomendasi untuk perbaikan sistem dan prosedur kerja terkait
• Setiap rekomendasi yang diberikan oleh Komite Anti Fraud, baik berupa pemberian sanksi maupun perbaikan sistem kerja,
maka rekomendasi tersebut harus dikomunikasikan kepada unit kerja terkait untuk dapat ditindaklanjuti
Melakukan pemantauan terhadap tindak lanjut kejadian Fraud dengan memperhatikan ketentuan internal Perusahaan Pembiayaan
dan ketentuan peraturan perundang-undangan
a. Pemantauan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan Fraud dilaksanakan oleh Komite Anti Fraud
b. Mekanisme pemantauan tindak lanjut disesuaikan dengan sistem dan prosedur kerja yang berlaku
c. Setiap triwulan Komite Anti Fraud wajib menyampaikan hasil pemantauan tindak lanjut kepada Direksi dan Komisaris
a. Seluruh pengurus dan karyawan Perusahaan menyadari, bahwa sesungguhnya tindakan Fraud adalah tindakan yang
menyalahi norma-norma agama serta melanggar aturan perundang-undangan, termasuk Peraturan Perusahaan
b. Seluruh pengurus dan karyawan Perusahaan menyadari, bahwa melakukan tindakan fraud berarti mengkhianati
kepercayaan atau amanah yang diberikan Perusahaan
c. Seluruh pengurus dan karyawan Perusahaan menyadari, bahwa akibat tindakan Fraud tidak hanya merugikan Perusahaan,
namun diri sendiri dan keluarga
d. Seluruh Pengurus dan karyawan Perusahaan berkomitmen untuk tidak akan melakukan atau terlibat dalam segala tindakan
Fraud, serta menghindari diri dari perbuatan yang dapat mempermudah atau memberikan kesempatan kepada orang lain
atau pihak ketiga untuk melakukan tindakan fraud
e. Seluruh pengurus dan karyawa Perusahaan berkomitmen untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan penerapan
Strategi Anti Fraud yang ditetapkan secara menyeluruh dan konsisten