Anda di halaman 1dari 9

Nama Anggota Kelompok 2:

1. Livahtul Masruroh (126403202111)


2. Noer Masidha Siti Saliha (126403202116)
3. M. Arifudin (126403202138)
4. Auliya Maulida (126403202147)
Kelas : AKS 6C
Mata Kuliah : Akuntansi Forensik

Deteksi Fraud dan Mengenali Gejalanya


1. Symptoms of People Conducting Fraud (Gejala Orang Melakukan Fraud)
A. Fraud Triangle Theory
Teori ini dikemukakan oleh Donald R. Cressey pada tahun 1953. Berdasarkan teori
yang dikemukan oleh Cressey terdapat 3 faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan kecurangan (fraud), yaitu pressure (tekanan), opportunity (kesempatan),
dan rationalization (rasionalisasi).

Sumber (Albrecht et al., 2012)

a) Pressure (Tekanan) merupakan motivasi seseorang untuk melakukan kecurangan


disebabkan oleh kondisi ekonomi, gaya hidup konsumtif, serta tekanan internal
yang berkaitan dengan lingkungan pribadi dan lingkungan organisasi yang
menyebabkan seseorang melakukan tindakan kecurangan (fraud). Cressey
mengatakan bahwa seseorang yang melakukan kecurangan biasanya memiliki
masalah keuangan yang menghimpit hidupnya sehingga membuat nyamerasa
tertekan (Tuanakotta, 2018:207).
b) Opportunity (Peluang) adalah salah satu situasi atau kondisi yang menyebabkan
terjadinya kecurangan (fraud). Peluang bisa terjadi apabila terdapat kelemahan
dalam sistem pengendalian organisasi yang menyebabkan seseorang
memanfaatkan situasi tersebut untuk melakukan kecurangan. Cressey
berpendapat, ada dua komponen dari presepsi tentang peluang ini. Pertama,
general information, yang merupakan pengetahuan bahwa kedudukan yang
mengandung trust atau kepercayaan, dapat dilanggar tanpa konsekuensi.
Pengetahuan ini diperoleh dari apa yang ia dengar atau lihat, misalnya dari
pengalaman orang lain yang melakukan fraud dan tidak ketahuan atau tidak
dihukum atau kena sanksi. Kedua technical skill atau keahlian yang dibutuhkan
untuk melaksanakan kejahatan tersebut. Misalnya, orang yang dipercaya untuk
mengisi cek yang akan ditandatangani atasannya, membuat fraud yang berkaitan
dengan pengisian cek (Tuanakotta, 2018:211).
c) Rationalization (rasionalisasi) merupakan keadaan dimana individu atau
kelompok yang melakukan fraud sering kali mencari pembenaran atas
tindakannya yang berhubungan dengan kecurangan (Tuanakotta, 2018:212). Pada
umumnya, seseorang yang melakukan kecurangan, merasa tindakannya bukan
termasuk kecurangan, tetapi hal itu merupakan haknya atau biasanya orang
tersebut melakukan fraud karena mengikuti orang-orang sekitar yang melakukan
hal itu. Contohnya berbohong dianggap bukan fraud karena banyak orang
berbohong tidak diberi hukuman apapun.

B. Faktor Pemicu Fraud


Dalam bukunya yang berjudul Fraud Examination, Steve Albrecht (dalam Miyosi
Ariefiansyah) mengatakan bahwa ada 3 hal yang menyebabkan seseorang melakukan
fraud, yaitu:
a) Tekanan atau Pressure
b) Kesempatan atau Opportunity
c) Rasional

C. Menurut Amin Widjaja Tunggal, 2001: 3, tekanan keuangan mungkin bias terjadi
karena sifat :
a) Tamak,
b) Besar pasak dari pada tiang,
c) Terlilit utang,
d) Kebutuhan biaya pengobatan,
e) Kebutuhan uang mendesak,
f) Kerugian keuangan/aktiva pribadi.
g) Penyakit mental mungkin karena : berjudi, menggunakan obat-obatan terlarang,
dan perilaku seksual yang mahal.
h) Tekanan beban pekerjaan mungkin karena lembur jam kerja yang terlalu lama,
merasa kurang dihargai sesuai prestasi, jenjang karir (career path) yang tidak jelas
dan lain-lain.

Beberapa contoh fraud yang disebabkan karena adanya tekanan, adalah:


a) Salah seorang karyawan bagian keuangan memanipulasi laporan keuangan dengan
me-mark up laba menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya karena tekanan pihak
manajemen. Mark up laba tersebut dipergunakan untuk menaikkan citra
perusahaan di mata investor dan pemegang saham. Dengan begitu secara tidak
langsung, kinerja karyawan tersebut juga dianggap baik.
b) Seorang pegawai di suatu perusahaan melakukan tindak korupsi karena tekanan
dari sang istri yang memilikI gaya hidup mewah.
c) Pegawai bagian pemasaran melakukan manipulasi penjualan karena
tekanan dari perusahaan untuk mendapatkan omzet yang tinggi.
d) Kebiasaan buruk seorang karyawan (judi, mabuk-mabukan, dan narkoba) telah
menyeretnya untuk melakukan fraud yaitu dengan menyelewengkan uang
perusahaan yang dipercayakan kepadanya.

Bentuk-bentuk tekanan atau pressure yang menyebabkan seseorang melakukan fraud


ada 4 ( empat), yaitu:
a) Financial Pressure
Masalah keuangan memang bisa membuat seseorang melakukan tindakan yang
tidak jujur (fraud). Tekanan-tekanan karena masalah keuangan tersebut bisa
dipicu karena gaya hidup yang berlebihan, tidak puas dengan apa yang didapat
sekarang ini (rakus), banyak hutang atau tanggungan, dll. Alasan-alasan
tersebutlah yang PHPEXDW VHVHRUDQJ ³WHUSDNVD´ PHODNXNDQ
WLQGDNDQ IUDXG. Penyebab Fraudulent Financial Reporting menurut
Imam Sarwoko dll (2005), kecurangan dalam laporan keuangan dapat
menyangkut tindakan yang disajikan berikut ini :
1) Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
2) Representasi yang dalam atau penghilangan dari laporan keuangan, peristiwa,
transaksi, atau informasi signifikan.
3) Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan
jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.
Fraudulent financial reporting juga dapat disebabkan karena adanya kolusi antara
manajemen perusahaan dengan akuntan publik.
b) Vice
Kebiasaan buruk yang sudah mendarah daging dan tak bisa dihilangkan begitu
saja, juga membuat seseorang bisa terdorong untuk melakukan tindakan fraud,
terlebih bila kebiasaan-kebiasaan tersebut memerlukan dana yang cukup banyak,
seperti: berjudi, minuman keras, dan prostitusi. Semua kebiasaan-kebiasaan
tersebut memerlukan dana yang cukup besar untuk memenuhinya. Itu sebabnya,
mengapa seseorang yang sudah kecanduan dengan salah satu hal yang telah
disebutkan sebelumnya bisa melakukan fraud.
c) Work- related pressure
Hubungan yang tidak baik dengan salah satu pihak perusahaan juga bisa membuat
seseorang melakukan fraud. Ketidakpuasan dalam pekerjaan yang disebabkan
karena pihak lain yang ada dalam perusahaan bisa mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan yang tidak baik berupa fraud.
d) Other pressure
Tekanan lainnya yang bisa membuat seseorang melakukan fraud misalnya:
tekanan dari pihak istri atau tunangan yang disertai ancaman yang menyatakan
bahwa bila tidak bisa memenuhi semua keinginannya maka ia akan minta cerai
atau putus, persaingan dengan teman seangkatan yang membuat seseorang merasa
harus melakukan fraud agar tidak merasa malu dengan teman seangkatan yang
mungkin dinilai lebih sukses, dll. Bila tidak kuat dengan tekanan-tekanan
tersebut, seseorang akan memilih untuk melakukan fraud demi adanya sebuah
pengakuan baik dari istri/ tunangan maupun dari teman. Memang mungkin
tindakan tersebut dirasa tidak rasional, namun itulah manusia yang kadang-
kadang bisa melakukan sesuatu yang tidak rasional. Hanya karena ingin diakui
sebagai orang yang telah sukses dan kaya, seseorang dapat melakukan apa saja
termasuk fraud. Atau hanya karena tidak ingin istrinya minta cerai atau
tunangannya minta putus, seseorang juga rela untuk menjebloskan dirinya ke
dalam tindakan yang nista, yaitu fraud.

Ada ungkapan yang secara mudah ingin menjelaskan penyebab atau akar
permasalahan dari fraud ini, yaitu fraud by need, fraud by greed and fraud by
opportunity. Menurut teori GONE terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk
melakukan kecurangan, yaitu: Greed (keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need
(kebutuhan), Exposure (pengungkapan)
Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu
pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan
Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban
perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum).
Faktor generik
1) Kesempatan (opportunity) untuk melakukan kecurangan tergantung pada
kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan. Kesempatan untuk melakukan
kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada yang mempunyai
kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum manajemen suatu
organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan
kecurangan daripada karyawan.
2) Pengungkapan (exposure) suatu kecurangan belum menjamin tidak terulangnya
kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh pelaku yang
lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya dikenakan sanksi
apabila perbuatannya terungkap.
Faktor individu
Faktor ini melekat pada diri seseorang dan dibagi dalam dua kategori:
1) Moral, faktor ini berhubungan dengan keserakahan (greed). Beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan untuk mengurangi risiko tersebut adalah:
a) Misi/tujuan organisasi/perusahaan, ditetapkan dan dicapai dengan
melibatkan seluruh pihak (manajemen dan karyawan).
b) Aturan perilaku pegawai, dikaitkan dengan lingkungan dan budaya
organisasi/perusahaan.
c) Gaya manajemen, memberikan contoh bekerja sesuai dengan misi dan
aturan perilaku yang ditetapkan organisasi/perusahaan.
d) Praktik penerimaan pegawai, dicegah diterimanya karyawan yang bermoral
tidak baik.
2) Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need). Beberapa cara
mengurangi kemungkinan keterlibatan dalam kecurangan:
a) Menciptakan lingkungan yang menyenangkan, misalnya:
memperlakukan pegawai secara wajar, berkomunikasi secara terbuka,
dan adanya mekanisme agar setiap keluhan dapat didiskusikan dan
diselesaikan.
b) Sistem pengukuran kinerja dan penghargaan, yang wajar sehingga
karyawan merasa diperlakukan secara adil.
c) Bantuan konsultasi pegawai, untuk mengetahui masalah secara dini.
d) Proses penerimaan karyawan, untuk mengidentifikasi calon karyawan yang
berisiko tinggi dan sekaligus mendiskualifikasinya.
e) Kehati-hatian, mengingat motivasi seseorang tidak dapat diamati mata
telanjang, sebaliknya produk motivasi tersebut tidak dapat disembunyikan.

D. Penyebab terjadinya fraud


Menurut Robert Cockerall (auditor Ernst & Young) dalam makalahnya "Forensic
Accounting fundamental : Introduction to the investigations" dinyatakan bahwa
lingkungan profil fraud mencakup beberapa hal yaitu motivasi, kesempatan,
tujuan/objek fraud, indikator, metode dan konsekuensi fraud. Motivasi dan
kesempatan memiliki pengertian yang sama dengan definisi sebelumnya.
Tujuan/objek fraud adalah sarana yang digunakan untuk mencapai motivasi
kecurangan di atas. Indikator fraud mengandung pengertian adanya gejala-gejala yang
merujuk kepada pembuktian kecurangan. Metode fraud adalah cara-cara yang
dilakukan untuk melakukan kecurangan. Sedangkan konsekuensi fraud adalah
dampak kecurangan yang terjadi pada organisasi tersebut.
1) Motivasi : adalah mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan atau suaru
organisasi. Alasan pribadi seperti masalah keuangan dapat menjadi motivasi untuk
melakukan kecurangan. Untuk suatu organisasi, fraud pun dapat dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan atau untuk mendapatkan apresiasi yang positif
walaupun pekerjaan yang dilakukan tidak baik, misalnya kolusi antara
kontraktor/konsultan dengan panitia pengadaan barang/jasa.
2) Sarana : mencakup seluruh media yang dapat digunakan untuk melakukan
kecurangan, misalnya dokumen kontrak/lelang yang diatur, transaksi keuangan
dilakukan secara tunai dan tidak menggunakan pencatatan yang baik, dan lain
sebagainya.
3) Kesempatan : karena kurangnya pengawasan internal dan pemahaman tentang
aturan dapatmenjadi ruang terjadinya kecurangan.

E. Gejala-gejala Fraud (Kecurangan)


Gejala Fraud terbagi atas gejala pada manajemen dan gejala pada karyawan/
pegawai. Pelaku kecurangan diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu
manajemen dan karyawan/ pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan
biasanya untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena
kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial
reporting). Sedangkan karyawan/pegawai melakukan kecurangan bertujuan untuk
keuntungan individu, misalnya salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva
(misstatements arising from misappropriation of assets). Pelaku kecurangan di atas
dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu: manajemen dan karyawan.
Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan
dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu, perlu diketahui
gejala yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut.
Gejala kecurangan manajemen:
1) Ketidakcocokan diantara manajemen puncak
2) Moral dan motivasi karyawan rendah
3) Departemen akuntansi kekurangan staf
4) Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak
konsumen, pemasok, atau badan otoritas
5) Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
6) Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningkat
7) Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang
lama
8) Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
9) Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku.
Gejala kecurangan karyawan:
1) Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa
perincian/penjelasan pendukung
2) Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
3) Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
4) Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran
5) Kekurangan barang yang diterima
6) Kemahalan harga barang yang dibeli
7) Faktur ganda
8) Penggantian mutu barang.
(https://media.neliti.com/media/publications/4473-ID-kajian-fraud-kecurangan-laporan-
keuangan.pdf)

2. Jenis-Jenis Anomali Akuntansi


Anomali Akuntansi merupakan kegiatan yang melanggar ekspektasi normal untuk
sistem akuntansi, misalnya yaitu auditor mungkin melihat transaksi dicatat dengan cara
yang aneh atau berbeda pada waktu tertentu. Auditor harus memastikan pencatatan
tersebut sesuai dengan standar yang berlaku, atau pencatatan yang mengarah kepada
fraud.
(Anggit Chandra dan Tarmizzi Achmad, “Pengaruh Kualitas Fraud Brainstorming Sessions
Terhadap Kemampun Auditor Dalam Mendeteksi Fraud di Laporan Keuangan (Studi
Empirirs pada KAP di Semarang)”, Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 9 No. 4 (2020),
hlm. 6)
Gejala fraud yang umum dalam anomali akuntansi adalah sebagai berikut:
1) Kesalahan dalam Sumber Dokumen
Gejala fraud yang umum yang melibatkan sumber dokumen baik elektronik
maupun non elektronik misalnya cek, faktur penjualan, pesanan pembelian,
permintaan pembelian, dan laporan penerimaan, termasuk hal-hal dibawah ini:
a. Dokumen yang hilang
b. Stale items pada rekonsiliasi bank
c. Kekosongan atau kredit berlebihan
d. Nama atau alamat umum penerima pembaaran atau pelanggan
e. Peningkatan akun lewat jatuh tempo
f. Peningkatan items rekonsiliasi
g. Perubahan pada dokumen
h. Pembaaran rangkap
i. Pengesahan kedua pada cek
j. Urutan dokumen yang tidak masuk akal
k. Tulisan tangan yang dipertanyakan pada dokumen
l. Dokumen yang di fotokopi

2) Masuk Jurnal yang Salah


Di dalam Bahasa Inggris, berbuni “pengacara dibayar tunai $5.000”
sedangkan dalam bahasa akuntansi, “ beban hukum debet, kas kredit”. Orang yang
mengerti bahasa akuntansi dan Bahasa Inggris akan memahami jika makna dari kedua
kata tersebut adalah sama. Masalah dengan bahasa akuntansi ini dapat dimanipulasi
untuk berbohong. Misalnya contoh diatas, apakah seseorang tahu bahwa pengacara
benar-benar dibayar sejumlah $5.000? Sebaliknya, mungkin seorang karyawan
menggelapkan $ 5.000 dalam bentuk tunai dan berusaha untuk menyembunyikan
penipuan dengan memberi label pencurian sebagai biaya hukum. Penggelapan yang
cerdas terkadang menyembunyikan tindakan dengan cara yang tepat, dengan
menyadari bahwa penipuan biaya hukum akan ditutup ke laba ditahan pda akhir
tahun periode akuntansi, membuat jejak audit sulit mengikuti.
Penggelapan biasanya mencuri aset, seperti uang dan inventaris. Untuk
menyembunyikan pencurian, penggelapan juga harus menemukan cara untuk
mengurangi kewajiban atau ekuitas organisasi korban. Jika tidak, catatan akuntansi
tidak akan seimbang, dan penggelapan akan cepat terdeteksi. Pemeriksa Fraud harus
dapat mengenal sinyal bahwa entri jurnal telah dibuat untuk menutupi penipuan.

3) Ketidakakuratan dalam Buku Besar


Buku besar didefinisikan sebagai “buku akun”. Dengan kata lain, semua
transaksi dengan akun yang spesifik, seperti kas atau persediaan, diringkas dalam
buku besar. Keakuratan saldo akun dalam buku besar sering dibuktikan dengan
memastikan bahwa total semua akun aset sama dengan total semua keajiban dan
ekuitas atau jika pendapatan dan beban belum ditutup, total semua saldo debit sama
dengan total semua saldo kredit. Banyak fraud melibatkan manipulasi piutang dari
pelanggan atau hutang kepada vendor. Dua gejala fraud yang umum berkaitan dengan
buku besar adalah sebagi berikut:
a. Buku besar yang tidak seimbang
Dimana total saldo debet tidak seimbang dengan total saldo kredit
b. Master (kontrol)
Dimana saldo akun yang tidak sama dengan jumlah pelanggan pelanggan atau
saldo vendor secara individual.
Gejala awal adalah indikasi fraud dimana catatan akuntansi tidak lengkap ditutupi-
tutupi. Seperti misalnya, pelaku mungkin menggelaapkan inventaris (aset). Tetapi, tidak
menuliskan pengurangan persediaan dicatatan akuntansi. Dalam hal ini, persediaan
nampak seimbangan, sebagaimana ditentukan oleh hitungan fisik, lebih rendah dari
jumlah tercatat persediaan, dan buku besar tidak seimbang adalah pencurian uang tunai
yang disertai dengan kegagalan untuk mencatat biaya. Dalam hal ini, total aset akan lebih
kecil dari total kewajiban ditambah ekuitas pemilik.
Gejala yang kedua adalah manipulasi buku besar pelanggan individu atau vendor
tanpa mengubah piutang induk atau akun utang dalam buku besar. Dalam hal ini, jumlah
dari saldo pelanggan atau vendor individu tidak setara dengan saldo akun utama. Dari
contoh yang kedua ini menunjukkan gejala buku besar dapat mengungkapkan fraud
yang dilakukan oleh pemegang buku oleh sebuah bank kecil.
(W. Steve Albrecht,et. All., (ed.), Fraud Examination 3rd edition, (USA: South-Western
Cengage Learning, 2009),hlm. 136-140)

3. Jenis Anomali Analitik


Anomali analitik (analytical anomalies) adalah hubungan transaksi atau laporan
keuangan yang tidak masuk akal. Sebagai contoh, transaksi yang terlalu kecil atau terlalu
besar jika dibandingkan dengan aktivitas normal. Auditor penting untuk melakukan
pemeriksaan terhadap komponen laporan keuangan untuk memastikan tidak terjadi
anomali analitik.
(https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiJ3aviteT9AhWHTmwGHaKxB
lAQFnoECCEQAQ&url=https%3A%2F%2Fejournal3.undip.ac.id%2Findex.php
%2Faccounting%2Farticle%2Fdownload
%2F29087%2F24596&usg=AOvVaw2nBKwJ3hVP_MXVIXKp46Ke)
Gejala kecurangan analitik adalah prosedur atau hubungan yang tidak biasa atau
terlalu tidak realistis untuk dapat dipercaya. Mereka termasuk transaksi atau peristiwa
yang terjadi pada waktu atau tempat yang aneh, yang dilakukan oleh atau melibatkan
orang yang biasanya tidak berpartisipasi, atau yang mencakup prosedur, kebijakan, atau
praktik yang aneh. Mereka juga mencakup transaksi dan jumlah yang terlalu besar atau
terlalu kecil, yang dilakukan atau terjadi terlalu sering atau terlalu jarang, terlalu tinggi
atau terlalu rendah, atau menghasilkan sesuatu yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Pada dasarnya, gejala analitik mewakili sesuatu yang tidak biasa. Mereka adalah yang tak
terduga. Contoh umum gejala analitik adalah sebagai berikut:
a. Kekurangan atau penyesuaian persediaan yang tidak dapat dijelaskan
b. Penyimpangan dari spesifikasi
c. Peningkatan memo
d. Kelebihan pembelian
e. Terlalu banyak memo debit atau kredit
f. Kenaikan atau penurunan yang signifikan dalam akun keseimbangan, rasio, atau
hubungan
g. Kelainan fisik
h. Kekurangan atau kelebihan uang tunai
i. Biaya keterlambatan yang berlebihan
j. Pengeluaran atau penggantian biaya yang tidak wajar
k. Pergantian eksekutif yang berlebihan
l. Hubungan laporan keuangan yang aneh, seperti:
a) Peningkatan pendapatan dengan penurunan persediaan
b) Peningkatan pendapatan dengan penurunan piutang
c) Peningkatan pendapatan dengan penurunan arus kas
d) Peningkatan persediaan dengan penurunan hutang
e) Peningkatan volume dengan peningkatan biaya per unit
f) Peningkatan volume dengan penurunan memo
g) Peningkatan inventaris dengan penurunan biaya gudang.
(W. Steve Albrecht ,et.all., (ed.), Fraud Examination 3rd edition, (USA: South-Western
Cengage Learning, 2009), hal. 142)

4. Studi Kasus
“Studi Kasus Mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah”
Ratu Atut Chosiyah merupakan mantan Gubernur Banten yang tersandung kasus korupsi.
Diketahui bahwa Ratu Atut tersandung dua kasus, yang pertama yaitu kasus tindak pidana
korupsi (Tipikor) kasus suap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar. Dimana
pada awalnya KPK menangkap lima orang terkait kasus suap sengketa pilkada lebak di
Mk senilai 2-3 miliar. Dua dari kelima tesangka yaitu mantan ketua MK dan Wawan yang
merupakan adik kandung Ratu Atur. Awalnya Ratu Atut dipanggil untuk memberikan
saksi atas adik kandunya. Namun, ternyata setelah diperiksa, Ratu Atut ikut andil dalam
kasus suap tersebut. Dan kasus yang kedua adalah pengadaan alat kesehatan di Provinsi
Banten yang berhasil merugikan negara dengan total Rp 79 miliar. Penyelidikan kasus
dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di Tangerang Selatan dan Provinsi Banten
bermula dari pengembangan kasus suap pengurusan sengketa Pilkada Lebak.
a. Modus : Penggelembungan Harga Perkiraan Sementara (HPS) alat kesehatan
b. Faktor Terjadinya fraud :
1. Gaya hidup mewah Ratu Atut yang diketahui memiliki sejumlah barang mewah
yang dalam sekali transaksi ada yang mencapai angka miliayaran.
2. Sistem pengendalian internal yang buruk, terbukti dengan adanya indikasi
intervensi terhadap pihak-pihak yang berani melawan atau mengkritisi kinerja dan
pelaksanaan program yang dilakukan dibawah pemerintahan Ratu Atut dengan
melakukan terror, atau bentuk intervensi lainnya.
3. Pelaksanaan review atas kinerja instansi pemerintahan Banten pun cenderung
dilakukan untuk formalitas saja. Kecurangan atau prsedur yang tidak eektif
maupun tidak efisien, tidak ditampilkan dalam review untuk menutupi kecurangan
yang sudah dilakukan.
4. Ratu Atut secara jelas malah mendorong terjadinya tindak kecurangan dengan
memberikan hadiah kepada anggota dewan maupun pihak yang terkait dengan
proyek pengadaan alat kesehatan.
c. Vonis : 4 tahun penjara dan denda 200jt subsider 5 bulan kurungan untuk kasus suap
pilkada lebak dan 5 tahun 6 bulan dan denda 250jt subsider 3 bulan kurungan
d. Cara mencegah kasus : Perlu dilakukan pengendalian internal yang lebih ketat dan
mencegah dinasti politik di pemerintahan untuk mencegah tindak kecurangan. Selain
itu, ketegasan hakim dalam menjatuhkan vonis juga sangat dibutuhkan untuk
memberikan efek jera.

Anda mungkin juga menyukai