Anda di halaman 1dari 31

FRAUD PRINCIPLES

DEFINISI FRAUD
D e fi n i s i f r a u d d a p a t b e r b e d a - b e d a t e r g a n t u n g d a r i s i a p a y a n g
m e n d e fi n i s i k a n n y a d a n bagaimana keadaan orang yang mendefinisikanya. Seseorang
dapat mengartikan fraud dalam bentuk dari kecurangan yang disengaja (termasuk
berbohong dan berbuat curang) adalah kebalikan dari kebenaran, keadilan,
kejujuran, dan equity. Fraud juga dapat diarti kan sebagai cedera. Seseorang dapat
mengakibatkan orang lain cedera karena kekuatan atau melalui fraud.
Fraud merupakan satu kata yang memiliki banyak definisi, diantaranya adalah sebagai
berikut :
 Fraud sebagai ti ndak kriminal. Fraud (kecurangan) mencakup semua yang
dirancang oleh manusia yang dilakukan oleh suatu individu untuk mendapatkan
keuntungan dengan cara yang salah dengan cara memperdaya/ti pu daya,
kelicikan dan cara-cara ti dak adil untuk mencurangi orang lain.
 Corporate Fraud adalah setiap fraud yang dilakukan oleh, untuk, atau terhadap suatu
korporasi bisinis.
 Management Fraud adalah kesalahan penyajian yang disengaja oleh perusahaan
atau unit-unit kerja didalamnya yang dilakukan oleh karyawan dalam lingkungan
manajemen perusahaan yang mencari keuntungan dari penipuan dalam hal promosi, bonus
atau keuntungan ekonomis lainnya serta simbol status.
 Defi nisi Fraud menurut Layperson adalah ketidakjujuran dalam bentuk kecurangan yang
disengaja atau kesalahan penyajian yang disengaja dari suatu fakta yang material.
Berbohong, keinginan yang disengaja tentang ketidakbenaran, dan kecurangan dalam
mendapatkan keuntungan serta adanya niat atau keinginan untuk menipu.
 Defi nisi F r a u d m e n u r u t A C F E ( C e r ti fi e d F r a u d E xa m i n e r s ) d a p a t b e r u p a
fraud pada p e ke r j a a n dan p e ny a l a h g u n a a n p e ke r j a a n (penipuan
k a r y a w a n ) , y a i t u s e s e o r a n g y a n g m e n g g u n a k a n p e ke r j a a n n y a u n t u k
m e m p e r o l e h keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan yang disengaja atau mencuri
sumber daya atau aset perusahaan; fraud atas laporan keuangan yaitu kesalahan
penyajian yang disengaja dari keadaan keuangan perusahaan melalui kesalahan dan
kelalaian dalam menyajikan jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk
mengelabui pengguna laporan keuangan.
 F r a u d sebagai kerugian. Pada Tahun 1887 US Supreme Court mendefi nisikan
fraud dari sisi masyarakat sipil sebagai:
Pertama : Terdakwa merepresentasikan sebuah fakta material.
Kedua : Representasi tersebut salah.
Ketiga : Representasi tersebut ti dak sepenuhnya dipercaya oleh terdakwa
dengan dasar yang rasional untuk menyatakan bahwa hal tersebut adalah
benar.
Keempat : Representasi tersebut dibuat dan dilakukan dengan sengaja.
Kelima : Tindak lanjut pengadu atas kerugian yang ditimbulkannya.
Keenam : Hal yang dilakukan oleh pengadu tersebut merupakan pengalihan atas
kesalahannya, dan dipercaya sebagai kebenaran olehnya.

Dari sisi hukum, bagian terpenting apabila telah terjadi fraud adalah pembuktian
kesengajaan dari tindakan fraud tersebut. Apabila terdapat kejadian/ kecurangan atas transaksi
atau aktivitas yang merugikan perusahaan dan dilakukan dengan pola tertentu yang telah
dirancang secara memadai maka hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesengajaan dalam
kejadian tersebut dan kejadian tersebut dapat dinyatakan sebagai fraud.
Kecurangan, pencurian, penyangkalan, penyalahgunaan wewenang,
keti dakwajaran, kejahatan kerah puti h dan penggelapan merupakan istilah yang sering
digunakan secara bergantian. Walaupun memiliki beberapa memiliki kesamaan, namun
dari sisi hukum pidana sama sekali ti dak sama. Misalnya, dalam hukum Inggris,
pencurian diarti kan sebagai mengambil dan membawa hak milik orang lain dengan
maksud untuk memilikinya secara permanen, dalam pelaku memperoleh barang yang dicuri
secara ilegal. Sedangkan dalam penggelapan, pelaku secara sah merupakan pemilik barang/
properti namun digunakan oleh orang lain.
F r a u d b i a s a n y a d i p e r s a m a k a n d e n ga n ke j a h a t a n ke r a h p u ti h , h a l
i n i a n t a r a l a i n disampaikan oleh Edwin H. Sutherland dalam White Collar Crime; Donald R.
Cressey dalam Other People’s Money; Norman Jaspan dan Hillel Black dalam The Thief in The
White Collar; dan Frank E. Hartung dalam Crime, Law, and Society.

FRAUD Dalam KUHP (THEODORUS M. TUANAKOTTA;2010)


Kitab Hukum Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP), menyebutkan beberapa pasal yang
mencakup pengertian Fraud
1. Pasal 362 tentang pencurian (definisi KUHP : Mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya
atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum)
2. Pasal 368 tentang Pemerasan dan Pengancaman (definisi KUHP : dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lai secara melawan hukum, memaksa seseorang
dengan kekerasan atau ancaman untuk memeberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian aadalah kepunyaan orang itu atau orang lain atau supaya membuat hutan
maupun menghapuskan piutang.
3. Pasal 372 tentang penggelapan (definisi KUHP : Dengan sengaja atau tindakan melawan
hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatannya)
4. Pasal 378 tentang perbuatan curang (definisi KUHP : dengan maksud untuk
menggantungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai
nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, atau pun rangkaian kebohongan,
menggreakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya
memberi hutang maupun menghapuskan piutang.
5. Pasal 396 tentang Merugikan Piutang Daalam keadaan pailit
6. Pasal 406 tentang menghancurkan atau merusakkan barang (Definisi KUHP: dengan sengaja
melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai atau
menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain.
7. Pasal 209,210,387,415,417,418,419,420,423,425,435 yang secara khusus diatur dalam
Undang – Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU No.31 Tahun 1999)
Fraud Triangle
Untuk mencegah, mendeteksi dan merespon adanya fraud, maka kita harus mengerti
mengapa seseorang melakukan fraud. Salah satu model untuk mengerti perilaku fraud adalah
Segitiga Cressey. Pa d a Ta h u n 1 9 5 0 C r e s s e y d a l a m d i s e r t a s i ny a , b e r s a m a - s a m a
d e n ga n S u t h e r l a n d m e l a k u k a n wawancara kepada 200 narapidana yang melakukan
penggelapan, dan menyimpulkan bahwa dalam seti ap fraud terdapat ti ga hal yang sama
yaitu (1) tekanan (dapat berupa motivasi dan biasanya kebutuhan sendiri); (2) rasionalisasi
( d a r i e ti k a ) ; d a n ( 3 ) pengetahuan dan kesempatan untuk melakukan kejahatan.
1. Tekanan
Tekanan atau motivasi merupakan kejadian yang terjadi dalam kehidupan pribadi seseorang
sehingga m e n ga k i b a t k a n o r a n g t e r s e b u t m e m i l i k i ke b u t u h a n y a n g s a n g a t
mendesak yang pada a k h i r ny a mendorong sesorang tersebut untuk
melakukan pencurian. Kebutuhan tersebut biasanya dalam bentuk kebutuhan
keuangan, misalnya seorang penjudi akan sangat membutuhkan uang yang banyak untuk
memenuhi kebiasaannya tersebut sehingga melakukan pencurian untuk memenuhinya.
Namun selain karena kebutuhan, dapat juga karena keserakahan yang
mendorong orang-orang yang telah berkecukupan untuk melakukan fraud. Selain
tekanan finansial, fraud juga dapat terjadi karena tekanan sosial dan politik. Seseorang
dapat melakukan fraud agar posisinya dalam kekuasaan dapat diamankan, maka
acapkali dia berbohong mengenai pandangannya terhadap sesuatu atau hal yang
dilakukannya di masa lalu, atau fraud yang dilakukan untuk memenuhi status sosialnya
sebagai orang kaya.
2. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan alasan-alasan yang diungkapkan oleh pelaku fraud sebagai
pembenaran atas ti ndakan yang dilakukannya. Misalnya: karena gajinya kecil
sedangkan tugasnya berat maka dia mengambil sesuatau dari perusahaan, ketika
ketahuan mencuri maka akan beralasan bahwa dia hanya meminjam dan akan dikembalikan
nanti, dan lain sebagainya.
3. Kesempatan
D a l a m p e n e l i ti a n n y a C r e s sy m e ny a t a k a n b a h w a ti n d a k a n f r a u d d a p a t
t e r j a d i k a r e n a a d a ny a pengetahuan dan kesempatan yang dimiliki oleh pelaku fraud.
Pelaku biasanya memiliki pengetahuan atas kelemahan dari perusahaan dan
kesempatan diperoleh karena pelaku berada dalam posisi yang sangat dipercaya di
perusahaan tersebut. Faktor utama dari kesempatan seseorang dapat melakukan fraud
adalah pengendalian intern dari perusahaan tersebut. Kesempatan tersebut
akan membesar ketika pengawasan dari manajemen perusahaan sangat longgar dan
pengendalian internal perusahaan tidak memadai sehingga menimbulkan motivasi
seseorang untuk melakukan fraud.

Scope of Fraud
L i n g k u p t e r j a d i ny a f r a u d a d a l a h d i h a m p i r s e l u r u h p e r u s a h a a n
m e n e n ga h s a m p a i d e n ga n perusahaan yang besar. Dari hasil penelitian yang dilakukan
ACFE selama tahun 1996 – 2008 pada perusahaan-perusahaan di Amerika menunjukkan bahwa
fraud yang terjadi mencapai 6% dari pendapatan per tahun. Terkait dengan fi nancial fraud,
terdapat peneliti an yang dilakukan oleh COSO dan hasilnya diterbitkan pada tahun
1998. Dalam peneliti an tersebut, dilakukan analisa atas kasus-kasus yang
d i t a n g a n i S E C p a d a t a h u n 1 9 8 7 - 1 9 9 7 d e n ga n h a s i l y a n g m e n a r i k y a i t u
ke b a ny a k a n f r a u d p a d a perusahaan publik dilakukan oleh perusahaan kecil, dewan
direktur didominasi oleh orang dalam dan berpengalaman, sekitar 83% dari kasus yang ada
mengidentifikasikan fraud atas laporan keuangan dilakukan oleh eksekutif perusahaan, rata-rata
fraud dilakukan diatas periode 23,7 bulan. Pada Tahun 2009 KPMG menerbitkan hasil
survey yang dilakukan pada 204 orang eksekuti f perusahaan dengan pendapatan
perusahaan diatas $250 juta. Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa resiko fraud meningkat
ketika pengendalian atau program kepatuhan dalam perusahaan tidak memadai. Wilayah
yang sangat perlu diti ngkatkan adalah komunikasi dan pelati han karyawan,
pemeriksaan dan teknik monitoring secara kontinyu dengan berdasarkan teknologi, dan
assessment resiko fraud. Berdasarkan laporan dari survey yang dilakukan oleh ACFE
menunjukkan bahwa kerugian yang diderita akibat fraud selama 1996 s.d 2008
adalah 6% dari pendapatan yang dilaporkan pada tahun 1996, 2002 dan 2004, 5%
pada Tahun 2006, dan 7% pada Tahun 2008. Dengan demikian lingkup dari fraud
adalah rata-rata sebesar 6% dari ekonomi Amerika Serikat.

Profile of Fraudsters
Aspek kunci dari pencegahan dan pendektesian fraud adalah dengan
memahami ciri pelaku ke c u r a n ga n ( fraudsters) b e r d a s a r k a n j e n i s fraud y a n g
d i l a k u k a n . Pe l a k u b i a s a ny a a d a l a h orang yang sama sekali ti dak dicurigai,
sehingga menyebabkan fraud semakin sulit untuk dicegah ataupun dideteksi.
Beberapa pandangan menyatakan bahwa fraud t e r j a d i k a r e n a a d a ny a
d o r o n ga n d a r i l u a r kepada sang pelaku, seperti ekonomi, persaingan, faktor
politi k dan sosial, serta kemiskinan. Namun pada kenyataannya, beberapa orang
cenderung melakukan fraud walaupun ti dak ada faktor eksternal. Menurut Gwynn Nett ler
(Lying, Cheating, and Stealing), pelaku kecurangan dan penipuan adalah sebagai berikut:
a. Orang yang pernah mengalami kegagalan lebih mungkin untuk melakukan
kecurangan
b. Orang yang ti dak disukai dan ti dak menyukai dirinya sendiri lebih mungkin
untuk menipu (licik)
c. Orang yang impulsif, mudah digoda, dan ti dak sabar dalam memperoleh sesuatu
lebih mungkin terlibat didalam penipuan.
d. Orang yang memiliki perasaan takut akan ditangkap dan dihukum, lebih tahan
terhadap godaan untuk melakukan penipuan.
e. Orang cerdas cenderung lebih jujur daripada orang ti dak tahu. Orang kelas
menengah keatas cenderung lebih jujur daripada orang kelas bawah .
f. Semakin mudah untuk melakukan kecurangan dan pencurian, semakin banyak
orang yang akan melakukannya.
g. Masing-masing orang memiliki ti ngkat kebutuhan berbeda yang akan
mendorong untuk berbohong, berbuat curang, atau mencuri .
h. Kebohongan, Kecurangan, dan Pencurian meningkat keti ka seseorang memiliki
tekanan yang ti nggi untuk mencapai suatu tujuan .
i. Perjuangan untuk bertahan dapat menyebabkan keti dakjujuran.
Perbuatan kebohongan, kecurangan, dan pencurian di tempat kerja dalam
berbagai situasidiikuti dengan:
a) Va r i a b e l P e r s o n a l
 Bakat/ Kemampuan
 Sikap/ Pilihan
 Kebutuhan/ Keinginan Pribadi
 Nilai/ Keyakinan
b ) V a r i a b e l O r ga n i s a s i
 Ruang lingkup pekerjaan
 Peralatan/ Pelatihan yang disediakan
 Sistem pemberian penghargaan
 Kualitas manajemen dan supervisi
 Kejelasan tanggung jawab peran
 Kejelasan tujuan pekerjaan
 Kepercayaan antar pribadi
 Motivasi dan iklim etika kerja (nilai dan etika dari atasan dan rekan kerja)
c) Va r i a b e l Eksternal
 Tingkat kompetisi di dalam industri
 Kondisi perekonomian
 Nilai-nilai di dalam masyarakat (etika persaingan, sosial, dan model politik)
Terdapat 25 alasan atas kejahatan karyawan yang sering ditemukan, antara lain:
1. Karyawan percaya bahwa dia bisa lolos.
2. Karyawan berpikir bahwa dia sangat membutuhkan atau menginginkan uang
tersebut.
3. Karyawan merasa frustasi atau ti dak puas dengan bebrapa aspek pekerjaannya.
4. Karyawan merasa frustasi atau ti dak puas dengan beberapa aspek kehidupan
pribadi yang ti dak terkait dengan pekerjaannya.
5. Karyawan merasa tertekan oleh atasan dan ingin melakukan pembalasan.
6. Karyawan berpikir “semua orang melakukannya, kenapa saya ti dak?”
7. Karyawan berpikir “keuntungan perusahaan sangat banyak, mencuri sedikit
ti dak akan menyakiti siapapun.”
8. Karyawan ti dak tahu bagaimana mengatur keuangannya sendiri, sehingga selalu
bangkrut dan bersiap untuk mncuri.
9. Karyawan merasa bahwab perbuatan tersebut adalah tantangan bukan hanya
untuk keuntungan ekonomi.
10. Karyawan kehilangan masa kecil karena masalah ekonomi, sosial, maupun
budaya.
11. Karyawan merasakan kekosongan dalam kehidupan pribadinya dan
membutuhkan cinta, perhati an, dan persahabatan.
12. Karyawan ti dak memiliki pengendalian diri dan mencuri diluar dari
keterpaksaan.
13. Karyawan percaya temannya ditempat kerja telah mengalami penghinaan,
penganiayaan atau diperlakukan secara ti dak adil.
14. Karyawan malas yang ti dak mau bekerja keras untuk mendapatkan apa yang dia
inginkan.
15. Pengendalian internal organisasi yang sangat longgar sehingga membuat seti ap
orang tergoda untuk mencuri.
16. Tidak pernah ada yang dituntut karena mencuri dari organisasi.
17. Sebagan besar karyawan yang mencuri tertangkap secara ti dak sengaja karena
adanya audit atau sistem. Karena itu rasa takut tertangkap bukan menjadi
halangan untuk terjadinya pencurian.
18. Karyawan ti dak didorong untuk mendiskusikan masalah pribadi atau keuangan
ditempat kerja atau untuk mencari saran dan nasihat dari manajemen mengenai
hal-hal tersebut.
19. Pencurian oleh karyawan merupakan situasi yang situasional. Seti ap penurian
terjadi pada kondisi tertentu dan seti ap pelaku mempunyai moti fnya masing-
masing.
20. Karyawan menucuri untuk alasan apapun yang muncul yang dapat dipikirkan
dan dibayangkan.
21. Karyawan ti dak pernah masuk peenjara atau tuntutan yang keras untuk
dipenjara karena melakukan pencurian, penipuan, atau penggelapan dari
pemberi kerja mereka.
22. Manusia adalah makhluk yang lemah dan rentan terhadap dosa.
23. Karywan masa sekarang memiliki moral, eti ka, dan kerohanian yang buruk.
24. Karyawan cenderung untuk mengikuti atasan mereka , kalau atasan mereka
mencuri atau bebuat curang, maka meraka juga cenderung untuk
melakukannya.
Agar dapat menghindari hal-hal tersebut, maka hukum harus dilakukan
dengan baik, yaitu hukum harus rasional, adil dalam penerapannya, dan diterapkan
secarra cepat dan efi sien. Kebijakan perusahaan terkait hal tersebut harus rasional,
adil dan ditunjukkan sepenuhnya untuk kepenti ngan ekonomi perusahaan.
Perbuatan yang menyebakan kehilangan, kerusakan atau kehancuran yang
substansial atas aset perusahaan cukup serius untuk dilarang dan dihukum.
Hukuman yang diberikan harus seti mpal dan dapat menyebabkan efek jera, karena
pada kenyataannya, kejahatan kerah puti h masih terus terjadi karena hukuman
yang diberikan atau konsekuensi atas perbuatan yang dilakukan masih dibawah
ambang batas yang dapat diterima.

Pencuri Level Tinggi dan Level Rendah


Pencurian pada ti ngkat yang lebih ti nggi pada organisasi lebih mudah
dilakukan karena dapat melewati kontrol perusahaan. Pencurian yang dilakukan
oleh manajer cenderung lebih banyak daripada yang dilakukan oleh personel kelas
rendah. Associati on of Certi fi ed Fraud Examiner (ACFE) Report To The Nati on (RTTN)
telah mengumpulkan ciri-ciri pelaku kecurangan berdasarkan survey yang dilakukan
oleh CFE’s. Semakin besar fraud dalam segi biaya dan kehilangan, dilakukan oleh
fraudster yang (a) telah lama bekerja diperusahaan; (b) memiliki penghasilan yang
ti nggi; (c) biasanya pria; (d) usia diatas 60 tahun, (e) berpendidikan ti nggi; (f) ti dak
bekerja sendiri; dan (g) ti dak memiliki catatan kriminal. Sedangkan fraud yang lebih
sering terjadi adalah fraud yang dilakukan oleh fraudster dengan ciri-ciri yang
berbeda, yaitu (a) telah lama bekerja diperusahaan; (b) memiliki penghasilan yang
rendah; (c) bisa pria atau wanita; (d) usia antara 41 sampai dengan 50 tahun; (e)
lulusan sekolah menengah/ kejuruan; (f) bekerja sendiri; dan (g) biasanya ti dak
memiliki catatan kriminal.
Hall and Singleton juga memberikan ciri-ciri yang hampir sama secara
general mengenai fraudster, yaitu (a) memiliki peran penti ng diperusahaan; (b)
biasanya pria; (c) usia diatas 50 tahun; (d) telah menikah; dan (e) berpendidikan
yang ti nggi. Ciri-ciri tersebut hampir sama dengan yang ditemukan oleh ACFE RTTN,
sehingga dapat disimpulkan bahwa penjahat kerah puti h ti dak terlihat sperti
kriminal.

Who Is Victimized by Fraud Most Often?


Pada survei ini didapatkan informasi bahwa pemerintah dianggap sebagai organisasi yang
‘mutlak’ dirugikan atas terjadinya fraud. Mayoritas responden sebanyak 81.2% memilih
pemerintah sebagai jenis/ lembaga yang dirugikan akibat fraud. Kemudian diikuti oleh
perusahaan negara/ BUMN sebanyak 8.1% serta perusahaan swasta 7.2%. Pada poin lainnya
yang mendapat respon dari responden (2.2%) sering diwakilkan dengan masyarakat atau rakyat
Indonesia sendiri.

Organisasi/Lembaga yang Dirugikan Akibat Fraud


Sumber : data diolah, 2016

Kerugian akibat Fraud berdasarkan Jenis Organisasi/Lembaga


Sumber: data diolah, 2016

Persentase yang lebih 100% pada grafik, disebabkan oleh responden yang diperbolehkan untuk
memilih lebih dari satu jawaban pada poin kuesioner.
Fraud Taxonomy
Hampir setiap survei penipuan dan penulis penipuan besar memiliki sistem yang berbeda untuk
mengklasifikasikan penipuan. Sementara beberapa serupa, beberapa masalah juga hadir di
menerapkan taksonomi untuk kegiatan antifraud. Untuk keperluan buku ini, kami fokus pada
penipuan dalam laporan keuangan dan transaksi bisnis. Pengikut adalah beberapa cara
penipuan telah diklasifikasikan.

Dichotomies of Frauds Umum


Ada banyak dikotomi penipuan dan cara-cara untuk mengkategorikan penipuan. Kunci adalah
untuk menemukan taksonomi penipuan yang dapat diterapkan secara efektif pada antifraud
program, investigasi penipuan, dan kontrol anti penipuan.

Penipuan Konsumen dan Investor


Penipuan, secara singkat, adalah penipuan yang disengaja, umumnya digambarkan sebagai
berbohong, curang, dan mencuri. Penipuan dapat dilakukan terhadap pelanggan, kreditor,
investor, pemasok, bankir, asuransi, atau otoritas pemerintah (misalnya, pajak penipuan).
Penipuan konsumen dan investor memiliki literatur mereka sendiri.

Penipuan Pidana dan Sipil


Tindakan kecurangan tertentu dapat berupa pelanggaran pidana, kesalahan perdata, atau
alasan untuk pembatalan kontrak. Penipuan kriminal membutuhkan bukti yang disengaja
penipuan. Penipuan sipil mensyaratkan bahwa korban mengalami kerusakan. Penipuan dalam
pancingan suatu kontrak dapat melemahkan persetujuan dan membuat kontrak menjadi batal.

Definisi penipuan kriminal menurut ACFE adalah:


Penipuan kriminal menunjukkan representasi palsu dari fakta material yang dibuat oleh satu
pihak ke pihak lain dengan maksud untuk menipu dan menginduksi pihak lain dengan benar
bergantung pada fakta atas kerugiannya (yaitu, dia cedera atau kerugian).
Penipuan untuk dan terhadap Perusahaan
Penipuan dapat dilihat dari perspektif lain. Ketika seseorang berpikir tentang penipuan suatu
konteks perusahaan atau manajemen, orang mungkin bisa mengembangkan yang lebih berarti
dan taksonomi yang relevan sebagai kerangka kerja untuk audit penipuan.

Penipuan perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori besar: (1) penipuan diarahkan
terhadap perusahaan, dan (2) penipuan yang menguntungkan perusahaan. Di yang pertama,
perusahaan adalah korban; di yang terakhir, perusahaan, melalui tindakan curang dari
petugasnya, adalah penerima manfaat yang dituju. Dalam konteks itu, seseorang dapat
membedakan antara penipuan organisasi yang dimaksudkan untuk menguntungkan entitas
organisasi dan mereka yang dimaksudkan untuk merusak entitas. Ini Klasifikasi juga dapat
memperjelas maksud penipuan, yang seperti yang disebutkan sebelumnya bisa sulit untuk
dibedakan atau dibuktikan. Misalnya, penetapan harga, penggelapan pajak perusahaan,
pelanggaran lingkungan undang-undang, iklan palsu, dan penghitungan pendek dan bobot pada
umumnya dimaksudkan untuk membantu kinerja keuangan organisasi. Memanipulasi catatan
akuntansi untuk melebih-lebihkan keuntungan adalah ilustrasi lain dari penipuan yang ditujukan
untuk menguntungkan perusahaan tetapi itu dapat menguntungkan manajemen melalui bonus
berdasarkan profitabilitas atau harga saham di pasar. Dalam penipuan untuk organisasi,
manajemen mungkin terlibat dalam konspirasi untuk menipu. Hanya satu orang yang terlibat
penipuan terhadap organisasi, seperti pegawai yang bertanggung jawab membuat faktur dari
vendor yang tidak ada, memiliki cek yang dikeluarkan untuk vendor itu, dan mengubah cek
untuk digunakan sendiri. Penipuan untuk perusahaan dilakukan terutama oleh manajer senior
yang ingin meningkatkan posisi keuangan atau kondisi perusahaan dengan cara seperti itu
sebagai melebih-lebihkan pendapatan, penjualan, atau aset atau dengan mengecilkan biaya dan
kewajiban.
Intinya, salah saji yang disengaja atas fakta keuangan dibuat, dan itu dapat merupakan penipuan
perdata atau pidana. Tetapi penghasilan, misalnya, mungkin juga sengaja dikecilkan untuk
menghindari pajak, dan biaya dapat dibesar-besarkan untuk alasan serupa. Manajer puncak
menggunakan penipuan untuk menipu pemegang saham, kreditur, dan pihak berwenang.
Kecurangan serupa oleh manajer pusat-laba tingkat rendah mungkin digunakan untuk menipu
atasan mereka di organisasi, untuk membuat mereka percaya unit lebih menguntungkan atau
produktif daripada itu, dan dengan demikian mungkin untuk mendapatkan penghargaan bonus
lebih tinggi atau promosi. Di acara terakhir, terlepas dari fakta itu kelebihan pendapatan,
penjualan, atau produktivitas bawahan bawahan seolah-olah membantu perusahaan terlihat
lebih baik, itu benar-benar penipuan terhadap perusahaan. Penipuan terhadap perusahaan
dimaksudkan untuk menguntungkan hanya pelaku, seperti dalam kasus pencurian aset
perusahaan atau penggelapan. Yang terakhir spesifik kategori penipuan sering disebut sebagai
penyalahgunaan aset. Penipuan terhadap perusahaan mungkin juga termasuk vendor, pemasok,
kontraktor, dan pesaing menyuap karyawan. Kasus-kasus suap pegawai sulit untuk dilihat atau
temukan dengan audit, karena catatan akuntansi perusahaan secara umum tidak dimanipulasi,
diubah, atau dihancurkan. Pembayaran suap untuk mendukung satu produk vendor di atas yang
lain dibuat di bawah meja atau, seperti yang dikatakan pengacara, ‘‘ Sub rosa. ’’ Petunjuk
pertama suap mungkin datang dari vendor yang marah produk ditolak secara konsisten
meskipun kualitas, harga, dan kinerjanya. Suap juga bisa menjadi nyata jika karyawan mulai
hidup di luar dirinya
berarti, jauh melebihi gaji dan sumber daya keluarga. Satu proses pemikiran logis harus
ditunjukkan. Dalam penipuan untuk perusahaan yang melibatkan manajemen eksekutif yang
memanipulasi buku, penipuan akhirnya akan melawan perusahaan. Mengambil salah satu
skandal publik terbaru Enron, WorldCom, atau HealthSouth dan mengikuti perusahaan setelah
penipuan itu ditemukan. Semua dari mereka mengalami kesulitan untuk pulih dari penipuan.
Beberapa perusahaan tidak pulih tetapi menutup pintu mereka. Jadi meskipun kami
mengklasifikasikan penipuan laporan keuangan seperti untuk perusahaan, klasifikasi itu hanya
sementara penipuan tidak terdeteksi. Begitu terdeteksi, itu menjadi sesuatu yang melawan
kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup. Beberapa kejahatan keuangan lainnya tidak
cocok dengan skema di sini tetapi juga patut dicatat: pembakaran untuk keuntungan,
kebangkrutan yang direncanakan, dan penipuan klaim asuransi.

Penipuan Internal dan Eksternal


Penipuan yang disebut sebagai penipuan perusahaan atau manajemen dapat dikategorikan
sebagai penipuan internal untuk membedakan mereka dari penipuan eksternal (kategori yang
mencakup penipuan yang dilakukan oleh vendor, pemasok, dan kontraktor yang mungkin
melakukan overbill, tagihan ganda, atau gantikan barang yang lebih rendah). Pelanggan juga
dapat memainkan game tersebut berpura-pura merusak atau menghancurkan barang untuk
mendapatkan kredit dan tunjangan. Korupsi dalam pengertian korporat dapat dipraktekkan oleh
pihak luar orang dalam, seperti agen pembelian, misalnya. Korupsi juga bias dilakukan oleh
orang dalam terhadap pembeli dari perusahaan pelanggan. Suap komersial sering disertai
dengan manipulasi catatan akuntansi untuk menutupi pembayaran dan melindungi penerima
dari beban pajak.

Penipuan Manajemen dan Non-manajemen


Penipuan perusahaan atau organisasi tidak terbatas pada eksekutif tingkat tinggi. Penipuan
organisasi menyentuh manajemen senior, menengah, dan lini pertama juga sebagai karyawan
non-manajemen. Mungkin ada beberapa perbedaan yang mencolok antara cara yang digunakan
dan motivasi serta peluang kerja lingkungan menyediakan, tetapi penipuan ditemukan di semua
tingkat organisasi — jika ada mengganggu untuk mencarinya. Bahkan jika kontrol internal
memadai oleh professional standar, orang tidak boleh lupa bahwa manajer puncak dapat
mengesampingkan kontrol dengan impunitas, dan kolusi selalu mungkin juga. Selain itu, kontrol
internal tergantung pada campur tangan manusia dan tidak beroperasi dalam ruang hampa.
Intern
kontrol diukur berdasarkan efektivitasnya; mereka harus selalu diawasi untuk memastikan
bahwa mereka berfungsi pada tingkat yang dirancang dan dimaksudkan dan tidak pada tingkat
bawahan karena penggunaan yang tidak efektif oleh karyawan (s) bertanggung jawab untuk
mengeksekusi kontrol.
Fraud dan Kategori Khusus
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, penipuan adalah penipuan yang disengaja. Bentuknya
umumnya disebut untuk berbohong dan curang. Tapi pencurian dengan tipu muslihat
(pencurian dengan tipuan, kepura-puraan palsu, dan token palsu) dan penggelapan terkadang
dimasukkan sebagai tindakan penipuan. Itu unsur penipuan adalah kesamaan yang mereka
semua bagikan. Tapi penipuan dan penipuan adalah istilah abstrak. Mereka pergi dengan
banyak nama lain juga. Untuk Misalnya, dalam urutan abjad, mereka mungkin dipanggil:
Fraud oleh Pemilik Perusahaan dan Manajer
Fraud oleh Vendor Perusahaan, Pemasok, dan Kontraktor

Fraud oleh Customers Perusahaan


Untuk meringkas tipologi ini, panduan kasar untuk klasifikasi muncul sebagai:

Insider Penipuan terhadap Perusahaan


 Pengalihan tunai, konversi, dan pencurian (penipuan front-end).
 Memeriksa pengangkatan dan tanda tangan atau dukungan pemalsuan.
 Manipulasi piutang seperti memo dan memo kredit palsu.
 Manipulasi hutang seperti menaikkan atau membuat faktur vendor, klaim manfaat, dan
voucher biaya, dan memungkinkan vendor, pemasok, dan kontraktor untuk menjual terlalu
mahal.
 Manipulasi payroll seperti menambahkan karyawan yang tidak ada atau mengubah kartu
waktu.
 Invent Manipulasi dan pengalihan inventaris seperti reklasifikasi yang menyesatkan
persediaan ke status usang, rusak, atau sampel, untuk membuat cachedari mana pencurian
dapat dibuat lebih mudah.
 Bantuan dan pembayaran kepada karyawan oleh vendor, pemasok, dan kontraktor.

Fraud oleh Karyawan Perusahaan

Outsider Fraud terhadap Perusahaan


 Vendor, pemasok, dan penipuan kontraktor, seperti barang pengiriman pendek, mengganti
barang dengan kualitas rendah, overbilling, penagihan ganda, penagihan tetapi tidak
mengirim atau mengirim ke tempat lain.
 Vendor, pemasok, dan korupsi kontraktor karyawan.
 Korupsi pelanggan karyawan.

Penipuan untuk Perusahaan


 Menghaluskan laba (‘‘ memasak buku ’) melalui praktik-praktik seperti menggembungkan
penjualan, laba, dan aset; mengecilkan biaya, kerugian, dan kewajiban; tidak merekam atau
menunda perekaman hasil penjualan; pemesanan awal penjualan; dan menggembungkan
persediaan akhir.
 Periksa kiting.
 Pengaturan harga.
 Menipu pelanggan dengan menggunakan perangkat seperti bobot, jumlah, dan ukuran;
mengganti bahan yang lebih murah; dan iklan palsu.
 Melanggar peraturan pemerintah (misalnya, Kesempatan Kerja yang Setara Bertindak [EEO],
Keselamatan dan Kesehatan Administrasi [OSHA], lingkungan sekuritas, atau standar
pelanggaran pajak).
 Korupsi personel pelanggan.
 Korupsi politik.
 Biaya padding pada kontrak pemerintah.

Fraud Tree
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) melakukan fraud taxonomy/ fraud tree untuk
mempermudah penggolongan fraud. Fraud tree ini telah teruji digunakan sebagai acuan
organisasi profesi lain seperti American Institute ofCertified Public Accountant (AICPA), Institute
of Internal Auditors (IIA), dan Information Systems Audit and Control Association (ISACA).
Penggolongan dan jenis-jenis fraud dapat dilihat secara jelas pada gambar berikut ini.
1. Corruption (Korupsi)
Penyuapan didefinisikan sebagai menawarkan, memberi, menerima sesuatu yang berharga
untuk memengaruhi keputusan resmi yang diambil. Penyuapan tidak hanya berlaku di
sector pemerintahan tetapi juga di sektor swasta. Pemberian illegal hampir sama dengan
penyuapan, tetapi dalam skema ini pemberian dilakukan bukan untuk memengaruhi
keputusan melainkan sebagai hadiah atas keputusan yang diambil. Apabila dalam skema
suap dan pemberian illegal yang berperan adalah orang lain di luar pelaku fraud, namun
dalam skema perluasan ekonomi berlaku sebaliknya.

2. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan Aset)


Penyalahgunaan aset adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aset entitas. Istilah
penyalahgunaan aset biasanya digunakan untuk mengacu pada pencurian yang melibatkan
pegawai dan orang lain dalam organisasi. Penyalahgunaan aset biasanya dilakukan pada
tingkat hierarki organisasi yang lebih rendah.
Beberapan fraud yang termasuk dalam penyalahgunaan aset, antara lain:
a. Cash fraud (Kejahatan dengan melibatkan Kas)
Cash fraud dibedakan menjadi dua, yaitu skimming dan lancerny. Skimming adalah
pemindahan kas dari organisasi korban sebelum dimasukkan ke dalam sistem akuntansi
organisasi. Karena sifatnya ini, skimming dikenal sebagai skema off-book frauds. Skema
off-book fraud adalah skema fraud yang paling sulit dibuktikan oleh auditor karena
tidak meninggalkan jejak audit. Hal ini disebabkan pelaku mencuri atau menggelapkan
kas sebelum sempat dicatat dalam pembukuan atau akuntansi organisasi. Skimming
biasanya dibagi lagi menjadi beberapa kategori, antara lain:
 Penjualan yang tidak tercatat (unrecorded sales)
 Penjualan dan piutang yang di bawah nilai (understand sales and receivables)
 Pencurian cek (theft of checks)
 Receivable skimming
 Checks tampering
 Billing schema
 Payroll and expenses reimbursement fraud
 Expenses reimbursement fraud
b. Ghost employee
Ghost employee mengacu pada seseorang yang masuk dalam sistem penggajian yang
sesungguhnya tidak bekerja atau tidak ada di perusahaan korban fraud. Metode ghost
employee sangat jarang dilakukan tanpa ada kolusi antara bagian penggajian dan
bagian lain.
c. Asset requsitions and transfer fraud
Asset requsitions and transfer fraud biasanya dilakukan ketika perusahaan pemiliki
beberapa lokasi gudang yang terpisah dimana antara gudang yang satu dan gudang
yang lain terpisah jaraknya. Persediaan atau aset fisik dapat dicuri dengan alibi
pemindahan aset ke gudang lain.
d. Purchasing and receiving schema
Purchasing and receiving schema biasanya dilakukan dalam pembelian barang yang
tidak diperlukan hanya untuk mengejar bonus dari supplier.
e. False shipment
False shipment dibuat untuk menutupi pencurian yang dilakukan dengan menerbitkan
nota pengiriman seakan-akan inventory dan aset lainnya yang dicuri itu dijual.

3. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)


Kecurangan Laporan Keuangan didefinisikan sebagai kesalahan yang disengaja, pengaburan
fakta-fakta material, atau akuntansi yang menyesatkan dan dapat mempengaruhi atau
mengubah keputusan dan penilaian pembaca setelah mempertimbangkan fakta-fakta salah
yang disajikan. Kecurangan laporan keuangan dilakukan dengan menyajikan laporan
keuangan lebih baik dari sebenarnya (overstatement) dan lebih buruk dari sebenarnya
(understatement).
Laporan keuangan overstated dilakukan dengan melaporkan aset dan pendapatan lebih
besar dari yang sebenarnya. Kecurangan ini bertujuan:
 Meninggikan nilai kekayaan untuk mendapatkan keuntungan melalui penjualan saham,
karena nilainya baik.
 Untuk mendapatkan sumber pembiayaan atau memperoleh persyaratan yang lebih
menguntungkan, dalam kaitannya untuk kredit perbankan atau kredit lembaga
keuangan lain.
 Untuk menggambarkan rentabilitas atau perolehan laba yang lebih baik.
 Untuk menutupi ketidakmampuan dalam menghasilkan uang/ kas.
 Untuk menghilangkan persepsi negatif pasar.
 Untuk memperoleh penghargaan/ bonus karena kinerja perubahan baik.
Cara-cara untuk mewujudkan jenis kecurangan tersebit di atas, antara lain dengan
memasukkan dalam laporan keuangan:
a. Penghasilan/ pendapatan fiktif (fictious revenue)
b. Penilaian akhir atas aset tidak tepat
c. Menyembunyikan kewajiban (concealed liabilities)
d. Mencatat aset, liabilitas, pendapatan, dan biaya pada periode akuntansi yang tidak
tepat (timing deference). Biaya pendapatan tahun berjalan digeser ke tahun
sebelumnya atau sesudahnya. Sebaliknya, pendapatan tahun lalu digeser ke tahun
berjalan dan pendapatan tahun yang akan dating digeser ke tahun berjalan.
e. Menyembunyikan biaya antara lain dengan mengkapitalisasi biaya.
f. Pengungkapan laporan keuangan yang tidak tepat (improper disclosures) seperti tidak
diungkapkannya kewajiban bersyarat (contigence liabilities) atau kejadian-kejadian
penting yang berpengaruh negatif terhadap pos-pos laporan keuangan. Kejadian
penting yang seharusnya diungkap antara lain:
 Perusahaan pada tahun buku yang dilaporkan dalam laporan keuangan terlibat
perkara di pengadilan yang apabila nanti kalah terkena kewajiban yang sangat
material.
 Lokasi usaha (misalnya berupa pabrik) terkena ketentuan tata kota sehingga pabrik
harus dipindah/ ditututp.
 Penilaian aset tidak tepat (improper asset valuation) yaitu penilaian yang tidak
sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum dengan sengaja agar laporan
keuangan tampak lebih baik dari yang sebenarnya.
Pada sisi lain, kecurangan laporan keuangan dilakukan untuk menekan laba (revenue
understatement) dalam rangkan menghindari atau memperkecil pengenaan pajak
penghasilan badan.
Pendeteksian atas kecurangan laporan keuangan antara lain dilakukan dengan
membandingkan hasil analisis atas laporan tersebut dengan laporan periode
sebelumnya. Perbandingan tersebut dapat juga berupa perbandingan data keuangan.
Deteksi atas kecurangan laporan keuangan antara lain dengan melakukan:

a. Analisis Vertikal
Merupakan analisis antara item-item laporan keuangan (neraca, laporan laba-rugi,
dan laporan arus kas) dan membandingkannya dengan tahun lalu dan digambarkan
dalam persentase. Bila hasilnya terjadi perbedaan yang tidak wajar menunjukkan
adanya tanda-tanda fraud.
b. Analisis Horizontal
Merupakan analisis perubahan item-item laporan keuangan selama beberapa
periode pelaporan yang digambarkan dalam persentase. Bila hasil analisisnya
terjadi perbedaan yang mencolok, menunjukkan adanya tanda-tanda fraud.
c. Analisis Rasio
Merupakan analisis dengan menbandingkan item-item dalam laporan keuangan.

Kasus Melinda Dee (Citibank)


Inong Melinda Dee, mantan senior Relationship Manager Citibank diduga melakukan
tindak pidana pencucian dana nasabah Citibank sebesar lebih dari 16 miliar rupiah. Nasabah-
nasabah yang ditangani Melinda biasanya adalah nasabah kelas kakap dengan dana lebih dari
500 juta rupiah. Sedangkan bank-bank di Indonesia masih didominasi bukan oleh nasabah
seperti itu. Motif pelaku adalah untuk memuaskan dan menyenangkan suami keduanya yaitu
Andhika Gumilang.
Modus Operandi yang dilakukan pelaku sebagai karyawan bank adalah dengan sengaja
melakukan pengaburan transaksi dan pencatatan tidak benar terhadap beberapa slip transfer.
Slip transfer digunakan untuk menarik dana pada rekening nasabah dan memindahkan dana
milik nasabah tanpa seizin nasabah ke beberapa rekening yang dikuasai oleh pelaku. Pelaku
mengalirkan hasil penggelapan dana nasabah Citibank ke 30 rekening. Total dana yang
digelapkan pelaku diduga mencapai lebih dari 16 miliar rupiah. Dana tersebut dibelanjakan
barang mewah berupa empat mobil mewah dan dua apartemen yang saat ini disita polisi.
Penyidikan kasus ini relatif terhambat lantaran sejauh ini baru tiga nasabah yang berani
melapor polisi. Korban pelaku diduga lebih dari jumlah tersebut karena pelaku memiliki ratusan
nasabah. Proses penyelidikan juga terbentur aturan perbankan yang merahasiakan identitas
serta jumlah dana nasabah dan saat ini penyelidikan masih tertuju pada lalu lintas dari tiga
nasabah saja.
Hubungan antara bank dengan nasabahnya ternyata tidaklah seperti hubungan
kontraktual biasa, tetapi dalam hubungan tersebut terdapat pula kewajiban bagi bank untuk
tidak membuka rahasia dari nasabahnya kepada pihak lain mana pun kecuali jika ditentukan lain
oleh perundang-undang yang berlaku. Menurut pasal 1 ayat 28 undang-undang perbankan,
yang dimaksud dengan rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

Analisa Dari Segi Perbankan


Kasus ini tentunya bisa menimbulkan kerugian dan dampak buruk bagi dunia
perbankan Indonesia serta Citibank itu sendiri khususnya pada manajemen likuiditasnya.
Manajemen likuiditas adalah Kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang
cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yg telah dikeluarkan kepada
nasabah serta pengelolaan atas Reserve Requirement (RR) atau Primary reserve atau Giro wajib
minimum sesuai ketentuan BI, dan Secondary Reserve. Resiko yang dapat timbul apabila gagal
dalam manajemen likuiditas adalah resiko pendanaan dan resiko bunga.
Bisa dikatakan bahwa implikasi negatif dari kasus ini, Jika Citibank tidak bisa atau tidak
memiliki kemampuan dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua
kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan nasabah sebab penggelapan dana oleh
Melinda Dee ini maka Citibank bisa saja dilikuidasi oleh Bank Indonesia serta hilangnya trust
atau kepercayan nasabah dan masyarakat kepada Citibank pada khususnya dan perbankan
indonesia pada umumnya. Informasi baru, Citibank mengkonfirmasikan ke masyarakat bahwa
pihak Citibank menjamin uang nasabah dan aman.

Analisa Dari Segi Politik dan Sosial


Media berpengaruh besar dalam membentuk mind set pola pikir masyarakat. Yang
terjadi saat ini media dapat dipesan untuk mengabarkan suatu berita dan fokus pada berita
tersebut dalam jangka waktu yang sudah ditentukan yang memang sengaja untuk membuat
masyarakat lupa dengan kasus besar yang sudah terlanjur menjadi berita besar sebelumnya. Jika
kita peka mengamati situasi nasional, maka kasus Melinda dee ini merupakan isu turunan untuk
menutupi kasus besar yang pernah terjadi dan diberitakan sebelumnya, sebut saja kasus
talangan dana Bank Century dan beberapa kasus lainnya yang memang sedang menyudutkan
pemerintah Indonesia sekarang ini.
Analisa Dari Segi Hukum
Pencucian uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari
hasil tindak pidana yang kemudian diubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah dari
kegiatan yang sah. Sesuai dengan pasal 2 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang, tindak pidana yang menjadi pemicu terjadinya pencucian uang meliputi
korupsi, penyuapan, penyelundupan barang/ tenaga kerja/ imigran, Perbankan, narkotika,
psikotropika, perdagangan budak/ wanita/ anak/ senjata gelap, penculikan, terorisme,
pencurian, penggelapan, dan penipuan.
Dengan sudah dikeluarkannya UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang ini, tindak pidana pencucian uang dapat dicegah atau diberantas, antara lain kriminalisasi
atas semua perbuatan dalam setiap tahap proses pencucian uang yang terdiri atas:
 Penempatan (placement) yakni upaya menempatkan uang tunai yang berasal dari tindak
pidana ke dalam sistem keuangan (financial system) atau upaya menempatkan uang giral
(cheque, wesel bank, sertifikat, deposito, dan lain-lain) kembali ke dalam sistem keuangan,
terutama sistem perbankan.
 Transfer (layering) yakni upaya untik mentransfer harta kekayaan yang berasal dari
tindak pidana (dirty money) yang telah berhasil ditempatkan pada penyedia jasa keuangan
(terutama bank) sebagai hasil upaya penempatan (placement) ke penyedia jasa keuangan
yang lain. Dilakukannya layering, membuat penegak hukum sulit untuk dapat mengetahui
asal usul harta kekayaan tersebut.
 Menggunakan harta kekayaan (integration) yakni upaya menggunakan harta kekayaan
yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk ke dalam sistem keuangan
melalui penempatan atau transfer sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan halal
(clean money), untuk kegiatan bisnis yang halal atau untuk membiayai kembali kegiatan
kejahatan.
Pelaku dijerat pasal 49 ayat 1 dan 2 UU No. 7 tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No.
10 tahun 1998 tentang perbankan dan atau pasal 6 UU No. 15 tahun 2002 sebagaimana diubah
dengan UU No. 25 tahun 2003 sebagaimana diubah dengan UU No. 8 tahun 2010 tentang tindak
pidana pencucian uang dan pastinya pelaku dikenakan sanksi berupa denda dan hukuman
penjara.

Anda mungkin juga menyukai