DEFINISI FRAUD
D e fi n i s i f r a u d d a p a t b e r b e d a - b e d a t e r g a n t u n g d a r i s i a p a y a n g
m e n d e fi n i s i k a n n y a d a n bagaimana keadaan orang yang mendefinisikanya. Seseorang
dapat mengartikan fraud dalam bentuk dari kecurangan yang disengaja (termasuk
berbohong dan berbuat curang) adalah kebalikan dari kebenaran, keadilan,
kejujuran, dan equity. Fraud juga dapat diarti kan sebagai cedera. Seseorang dapat
mengakibatkan orang lain cedera karena kekuatan atau melalui fraud.
Fraud merupakan satu kata yang memiliki banyak definisi, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Fraud sebagai ti ndak kriminal. Fraud (kecurangan) mencakup semua yang
dirancang oleh manusia yang dilakukan oleh suatu individu untuk mendapatkan
keuntungan dengan cara yang salah dengan cara memperdaya/ti pu daya,
kelicikan dan cara-cara ti dak adil untuk mencurangi orang lain.
Corporate Fraud adalah setiap fraud yang dilakukan oleh, untuk, atau terhadap suatu
korporasi bisinis.
Management Fraud adalah kesalahan penyajian yang disengaja oleh perusahaan
atau unit-unit kerja didalamnya yang dilakukan oleh karyawan dalam lingkungan
manajemen perusahaan yang mencari keuntungan dari penipuan dalam hal promosi, bonus
atau keuntungan ekonomis lainnya serta simbol status.
Defi nisi Fraud menurut Layperson adalah ketidakjujuran dalam bentuk kecurangan yang
disengaja atau kesalahan penyajian yang disengaja dari suatu fakta yang material.
Berbohong, keinginan yang disengaja tentang ketidakbenaran, dan kecurangan dalam
mendapatkan keuntungan serta adanya niat atau keinginan untuk menipu.
Defi nisi F r a u d m e n u r u t A C F E ( C e r ti fi e d F r a u d E xa m i n e r s ) d a p a t b e r u p a
fraud pada p e ke r j a a n dan p e ny a l a h g u n a a n p e ke r j a a n (penipuan
k a r y a w a n ) , y a i t u s e s e o r a n g y a n g m e n g g u n a k a n p e ke r j a a n n y a u n t u k
m e m p e r o l e h keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan yang disengaja atau mencuri
sumber daya atau aset perusahaan; fraud atas laporan keuangan yaitu kesalahan
penyajian yang disengaja dari keadaan keuangan perusahaan melalui kesalahan dan
kelalaian dalam menyajikan jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk
mengelabui pengguna laporan keuangan.
F r a u d sebagai kerugian. Pada Tahun 1887 US Supreme Court mendefi nisikan
fraud dari sisi masyarakat sipil sebagai:
Pertama : Terdakwa merepresentasikan sebuah fakta material.
Kedua : Representasi tersebut salah.
Ketiga : Representasi tersebut ti dak sepenuhnya dipercaya oleh terdakwa
dengan dasar yang rasional untuk menyatakan bahwa hal tersebut adalah
benar.
Keempat : Representasi tersebut dibuat dan dilakukan dengan sengaja.
Kelima : Tindak lanjut pengadu atas kerugian yang ditimbulkannya.
Keenam : Hal yang dilakukan oleh pengadu tersebut merupakan pengalihan atas
kesalahannya, dan dipercaya sebagai kebenaran olehnya.
Dari sisi hukum, bagian terpenting apabila telah terjadi fraud adalah pembuktian
kesengajaan dari tindakan fraud tersebut. Apabila terdapat kejadian/ kecurangan atas transaksi
atau aktivitas yang merugikan perusahaan dan dilakukan dengan pola tertentu yang telah
dirancang secara memadai maka hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesengajaan dalam
kejadian tersebut dan kejadian tersebut dapat dinyatakan sebagai fraud.
Kecurangan, pencurian, penyangkalan, penyalahgunaan wewenang,
keti dakwajaran, kejahatan kerah puti h dan penggelapan merupakan istilah yang sering
digunakan secara bergantian. Walaupun memiliki beberapa memiliki kesamaan, namun
dari sisi hukum pidana sama sekali ti dak sama. Misalnya, dalam hukum Inggris,
pencurian diarti kan sebagai mengambil dan membawa hak milik orang lain dengan
maksud untuk memilikinya secara permanen, dalam pelaku memperoleh barang yang dicuri
secara ilegal. Sedangkan dalam penggelapan, pelaku secara sah merupakan pemilik barang/
properti namun digunakan oleh orang lain.
F r a u d b i a s a n y a d i p e r s a m a k a n d e n ga n ke j a h a t a n ke r a h p u ti h , h a l
i n i a n t a r a l a i n disampaikan oleh Edwin H. Sutherland dalam White Collar Crime; Donald R.
Cressey dalam Other People’s Money; Norman Jaspan dan Hillel Black dalam The Thief in The
White Collar; dan Frank E. Hartung dalam Crime, Law, and Society.
Scope of Fraud
L i n g k u p t e r j a d i ny a f r a u d a d a l a h d i h a m p i r s e l u r u h p e r u s a h a a n
m e n e n ga h s a m p a i d e n ga n perusahaan yang besar. Dari hasil penelitian yang dilakukan
ACFE selama tahun 1996 – 2008 pada perusahaan-perusahaan di Amerika menunjukkan bahwa
fraud yang terjadi mencapai 6% dari pendapatan per tahun. Terkait dengan fi nancial fraud,
terdapat peneliti an yang dilakukan oleh COSO dan hasilnya diterbitkan pada tahun
1998. Dalam peneliti an tersebut, dilakukan analisa atas kasus-kasus yang
d i t a n g a n i S E C p a d a t a h u n 1 9 8 7 - 1 9 9 7 d e n ga n h a s i l y a n g m e n a r i k y a i t u
ke b a ny a k a n f r a u d p a d a perusahaan publik dilakukan oleh perusahaan kecil, dewan
direktur didominasi oleh orang dalam dan berpengalaman, sekitar 83% dari kasus yang ada
mengidentifikasikan fraud atas laporan keuangan dilakukan oleh eksekutif perusahaan, rata-rata
fraud dilakukan diatas periode 23,7 bulan. Pada Tahun 2009 KPMG menerbitkan hasil
survey yang dilakukan pada 204 orang eksekuti f perusahaan dengan pendapatan
perusahaan diatas $250 juta. Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa resiko fraud meningkat
ketika pengendalian atau program kepatuhan dalam perusahaan tidak memadai. Wilayah
yang sangat perlu diti ngkatkan adalah komunikasi dan pelati han karyawan,
pemeriksaan dan teknik monitoring secara kontinyu dengan berdasarkan teknologi, dan
assessment resiko fraud. Berdasarkan laporan dari survey yang dilakukan oleh ACFE
menunjukkan bahwa kerugian yang diderita akibat fraud selama 1996 s.d 2008
adalah 6% dari pendapatan yang dilaporkan pada tahun 1996, 2002 dan 2004, 5%
pada Tahun 2006, dan 7% pada Tahun 2008. Dengan demikian lingkup dari fraud
adalah rata-rata sebesar 6% dari ekonomi Amerika Serikat.
Profile of Fraudsters
Aspek kunci dari pencegahan dan pendektesian fraud adalah dengan
memahami ciri pelaku ke c u r a n ga n ( fraudsters) b e r d a s a r k a n j e n i s fraud y a n g
d i l a k u k a n . Pe l a k u b i a s a ny a a d a l a h orang yang sama sekali ti dak dicurigai,
sehingga menyebabkan fraud semakin sulit untuk dicegah ataupun dideteksi.
Beberapa pandangan menyatakan bahwa fraud t e r j a d i k a r e n a a d a ny a
d o r o n ga n d a r i l u a r kepada sang pelaku, seperti ekonomi, persaingan, faktor
politi k dan sosial, serta kemiskinan. Namun pada kenyataannya, beberapa orang
cenderung melakukan fraud walaupun ti dak ada faktor eksternal. Menurut Gwynn Nett ler
(Lying, Cheating, and Stealing), pelaku kecurangan dan penipuan adalah sebagai berikut:
a. Orang yang pernah mengalami kegagalan lebih mungkin untuk melakukan
kecurangan
b. Orang yang ti dak disukai dan ti dak menyukai dirinya sendiri lebih mungkin
untuk menipu (licik)
c. Orang yang impulsif, mudah digoda, dan ti dak sabar dalam memperoleh sesuatu
lebih mungkin terlibat didalam penipuan.
d. Orang yang memiliki perasaan takut akan ditangkap dan dihukum, lebih tahan
terhadap godaan untuk melakukan penipuan.
e. Orang cerdas cenderung lebih jujur daripada orang ti dak tahu. Orang kelas
menengah keatas cenderung lebih jujur daripada orang kelas bawah .
f. Semakin mudah untuk melakukan kecurangan dan pencurian, semakin banyak
orang yang akan melakukannya.
g. Masing-masing orang memiliki ti ngkat kebutuhan berbeda yang akan
mendorong untuk berbohong, berbuat curang, atau mencuri .
h. Kebohongan, Kecurangan, dan Pencurian meningkat keti ka seseorang memiliki
tekanan yang ti nggi untuk mencapai suatu tujuan .
i. Perjuangan untuk bertahan dapat menyebabkan keti dakjujuran.
Perbuatan kebohongan, kecurangan, dan pencurian di tempat kerja dalam
berbagai situasidiikuti dengan:
a) Va r i a b e l P e r s o n a l
Bakat/ Kemampuan
Sikap/ Pilihan
Kebutuhan/ Keinginan Pribadi
Nilai/ Keyakinan
b ) V a r i a b e l O r ga n i s a s i
Ruang lingkup pekerjaan
Peralatan/ Pelatihan yang disediakan
Sistem pemberian penghargaan
Kualitas manajemen dan supervisi
Kejelasan tanggung jawab peran
Kejelasan tujuan pekerjaan
Kepercayaan antar pribadi
Motivasi dan iklim etika kerja (nilai dan etika dari atasan dan rekan kerja)
c) Va r i a b e l Eksternal
Tingkat kompetisi di dalam industri
Kondisi perekonomian
Nilai-nilai di dalam masyarakat (etika persaingan, sosial, dan model politik)
Terdapat 25 alasan atas kejahatan karyawan yang sering ditemukan, antara lain:
1. Karyawan percaya bahwa dia bisa lolos.
2. Karyawan berpikir bahwa dia sangat membutuhkan atau menginginkan uang
tersebut.
3. Karyawan merasa frustasi atau ti dak puas dengan bebrapa aspek pekerjaannya.
4. Karyawan merasa frustasi atau ti dak puas dengan beberapa aspek kehidupan
pribadi yang ti dak terkait dengan pekerjaannya.
5. Karyawan merasa tertekan oleh atasan dan ingin melakukan pembalasan.
6. Karyawan berpikir “semua orang melakukannya, kenapa saya ti dak?”
7. Karyawan berpikir “keuntungan perusahaan sangat banyak, mencuri sedikit
ti dak akan menyakiti siapapun.”
8. Karyawan ti dak tahu bagaimana mengatur keuangannya sendiri, sehingga selalu
bangkrut dan bersiap untuk mncuri.
9. Karyawan merasa bahwab perbuatan tersebut adalah tantangan bukan hanya
untuk keuntungan ekonomi.
10. Karyawan kehilangan masa kecil karena masalah ekonomi, sosial, maupun
budaya.
11. Karyawan merasakan kekosongan dalam kehidupan pribadinya dan
membutuhkan cinta, perhati an, dan persahabatan.
12. Karyawan ti dak memiliki pengendalian diri dan mencuri diluar dari
keterpaksaan.
13. Karyawan percaya temannya ditempat kerja telah mengalami penghinaan,
penganiayaan atau diperlakukan secara ti dak adil.
14. Karyawan malas yang ti dak mau bekerja keras untuk mendapatkan apa yang dia
inginkan.
15. Pengendalian internal organisasi yang sangat longgar sehingga membuat seti ap
orang tergoda untuk mencuri.
16. Tidak pernah ada yang dituntut karena mencuri dari organisasi.
17. Sebagan besar karyawan yang mencuri tertangkap secara ti dak sengaja karena
adanya audit atau sistem. Karena itu rasa takut tertangkap bukan menjadi
halangan untuk terjadinya pencurian.
18. Karyawan ti dak didorong untuk mendiskusikan masalah pribadi atau keuangan
ditempat kerja atau untuk mencari saran dan nasihat dari manajemen mengenai
hal-hal tersebut.
19. Pencurian oleh karyawan merupakan situasi yang situasional. Seti ap penurian
terjadi pada kondisi tertentu dan seti ap pelaku mempunyai moti fnya masing-
masing.
20. Karyawan menucuri untuk alasan apapun yang muncul yang dapat dipikirkan
dan dibayangkan.
21. Karyawan ti dak pernah masuk peenjara atau tuntutan yang keras untuk
dipenjara karena melakukan pencurian, penipuan, atau penggelapan dari
pemberi kerja mereka.
22. Manusia adalah makhluk yang lemah dan rentan terhadap dosa.
23. Karywan masa sekarang memiliki moral, eti ka, dan kerohanian yang buruk.
24. Karyawan cenderung untuk mengikuti atasan mereka , kalau atasan mereka
mencuri atau bebuat curang, maka meraka juga cenderung untuk
melakukannya.
Agar dapat menghindari hal-hal tersebut, maka hukum harus dilakukan
dengan baik, yaitu hukum harus rasional, adil dalam penerapannya, dan diterapkan
secarra cepat dan efi sien. Kebijakan perusahaan terkait hal tersebut harus rasional,
adil dan ditunjukkan sepenuhnya untuk kepenti ngan ekonomi perusahaan.
Perbuatan yang menyebakan kehilangan, kerusakan atau kehancuran yang
substansial atas aset perusahaan cukup serius untuk dilarang dan dihukum.
Hukuman yang diberikan harus seti mpal dan dapat menyebabkan efek jera, karena
pada kenyataannya, kejahatan kerah puti h masih terus terjadi karena hukuman
yang diberikan atau konsekuensi atas perbuatan yang dilakukan masih dibawah
ambang batas yang dapat diterima.
Persentase yang lebih 100% pada grafik, disebabkan oleh responden yang diperbolehkan untuk
memilih lebih dari satu jawaban pada poin kuesioner.
Fraud Taxonomy
Hampir setiap survei penipuan dan penulis penipuan besar memiliki sistem yang berbeda untuk
mengklasifikasikan penipuan. Sementara beberapa serupa, beberapa masalah juga hadir di
menerapkan taksonomi untuk kegiatan antifraud. Untuk keperluan buku ini, kami fokus pada
penipuan dalam laporan keuangan dan transaksi bisnis. Pengikut adalah beberapa cara
penipuan telah diklasifikasikan.
Penipuan perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori besar: (1) penipuan diarahkan
terhadap perusahaan, dan (2) penipuan yang menguntungkan perusahaan. Di yang pertama,
perusahaan adalah korban; di yang terakhir, perusahaan, melalui tindakan curang dari
petugasnya, adalah penerima manfaat yang dituju. Dalam konteks itu, seseorang dapat
membedakan antara penipuan organisasi yang dimaksudkan untuk menguntungkan entitas
organisasi dan mereka yang dimaksudkan untuk merusak entitas. Ini Klasifikasi juga dapat
memperjelas maksud penipuan, yang seperti yang disebutkan sebelumnya bisa sulit untuk
dibedakan atau dibuktikan. Misalnya, penetapan harga, penggelapan pajak perusahaan,
pelanggaran lingkungan undang-undang, iklan palsu, dan penghitungan pendek dan bobot pada
umumnya dimaksudkan untuk membantu kinerja keuangan organisasi. Memanipulasi catatan
akuntansi untuk melebih-lebihkan keuntungan adalah ilustrasi lain dari penipuan yang ditujukan
untuk menguntungkan perusahaan tetapi itu dapat menguntungkan manajemen melalui bonus
berdasarkan profitabilitas atau harga saham di pasar. Dalam penipuan untuk organisasi,
manajemen mungkin terlibat dalam konspirasi untuk menipu. Hanya satu orang yang terlibat
penipuan terhadap organisasi, seperti pegawai yang bertanggung jawab membuat faktur dari
vendor yang tidak ada, memiliki cek yang dikeluarkan untuk vendor itu, dan mengubah cek
untuk digunakan sendiri. Penipuan untuk perusahaan dilakukan terutama oleh manajer senior
yang ingin meningkatkan posisi keuangan atau kondisi perusahaan dengan cara seperti itu
sebagai melebih-lebihkan pendapatan, penjualan, atau aset atau dengan mengecilkan biaya dan
kewajiban.
Intinya, salah saji yang disengaja atas fakta keuangan dibuat, dan itu dapat merupakan penipuan
perdata atau pidana. Tetapi penghasilan, misalnya, mungkin juga sengaja dikecilkan untuk
menghindari pajak, dan biaya dapat dibesar-besarkan untuk alasan serupa. Manajer puncak
menggunakan penipuan untuk menipu pemegang saham, kreditur, dan pihak berwenang.
Kecurangan serupa oleh manajer pusat-laba tingkat rendah mungkin digunakan untuk menipu
atasan mereka di organisasi, untuk membuat mereka percaya unit lebih menguntungkan atau
produktif daripada itu, dan dengan demikian mungkin untuk mendapatkan penghargaan bonus
lebih tinggi atau promosi. Di acara terakhir, terlepas dari fakta itu kelebihan pendapatan,
penjualan, atau produktivitas bawahan bawahan seolah-olah membantu perusahaan terlihat
lebih baik, itu benar-benar penipuan terhadap perusahaan. Penipuan terhadap perusahaan
dimaksudkan untuk menguntungkan hanya pelaku, seperti dalam kasus pencurian aset
perusahaan atau penggelapan. Yang terakhir spesifik kategori penipuan sering disebut sebagai
penyalahgunaan aset. Penipuan terhadap perusahaan mungkin juga termasuk vendor, pemasok,
kontraktor, dan pesaing menyuap karyawan. Kasus-kasus suap pegawai sulit untuk dilihat atau
temukan dengan audit, karena catatan akuntansi perusahaan secara umum tidak dimanipulasi,
diubah, atau dihancurkan. Pembayaran suap untuk mendukung satu produk vendor di atas yang
lain dibuat di bawah meja atau, seperti yang dikatakan pengacara, ‘‘ Sub rosa. ’’ Petunjuk
pertama suap mungkin datang dari vendor yang marah produk ditolak secara konsisten
meskipun kualitas, harga, dan kinerjanya. Suap juga bisa menjadi nyata jika karyawan mulai
hidup di luar dirinya
berarti, jauh melebihi gaji dan sumber daya keluarga. Satu proses pemikiran logis harus
ditunjukkan. Dalam penipuan untuk perusahaan yang melibatkan manajemen eksekutif yang
memanipulasi buku, penipuan akhirnya akan melawan perusahaan. Mengambil salah satu
skandal publik terbaru Enron, WorldCom, atau HealthSouth dan mengikuti perusahaan setelah
penipuan itu ditemukan. Semua dari mereka mengalami kesulitan untuk pulih dari penipuan.
Beberapa perusahaan tidak pulih tetapi menutup pintu mereka. Jadi meskipun kami
mengklasifikasikan penipuan laporan keuangan seperti untuk perusahaan, klasifikasi itu hanya
sementara penipuan tidak terdeteksi. Begitu terdeteksi, itu menjadi sesuatu yang melawan
kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup. Beberapa kejahatan keuangan lainnya tidak
cocok dengan skema di sini tetapi juga patut dicatat: pembakaran untuk keuntungan,
kebangkrutan yang direncanakan, dan penipuan klaim asuransi.
Fraud Tree
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) melakukan fraud taxonomy/ fraud tree untuk
mempermudah penggolongan fraud. Fraud tree ini telah teruji digunakan sebagai acuan
organisasi profesi lain seperti American Institute ofCertified Public Accountant (AICPA), Institute
of Internal Auditors (IIA), dan Information Systems Audit and Control Association (ISACA).
Penggolongan dan jenis-jenis fraud dapat dilihat secara jelas pada gambar berikut ini.
1. Corruption (Korupsi)
Penyuapan didefinisikan sebagai menawarkan, memberi, menerima sesuatu yang berharga
untuk memengaruhi keputusan resmi yang diambil. Penyuapan tidak hanya berlaku di
sector pemerintahan tetapi juga di sektor swasta. Pemberian illegal hampir sama dengan
penyuapan, tetapi dalam skema ini pemberian dilakukan bukan untuk memengaruhi
keputusan melainkan sebagai hadiah atas keputusan yang diambil. Apabila dalam skema
suap dan pemberian illegal yang berperan adalah orang lain di luar pelaku fraud, namun
dalam skema perluasan ekonomi berlaku sebaliknya.
a. Analisis Vertikal
Merupakan analisis antara item-item laporan keuangan (neraca, laporan laba-rugi,
dan laporan arus kas) dan membandingkannya dengan tahun lalu dan digambarkan
dalam persentase. Bila hasilnya terjadi perbedaan yang tidak wajar menunjukkan
adanya tanda-tanda fraud.
b. Analisis Horizontal
Merupakan analisis perubahan item-item laporan keuangan selama beberapa
periode pelaporan yang digambarkan dalam persentase. Bila hasil analisisnya
terjadi perbedaan yang mencolok, menunjukkan adanya tanda-tanda fraud.
c. Analisis Rasio
Merupakan analisis dengan menbandingkan item-item dalam laporan keuangan.