Anda di halaman 1dari 50

Financial Investigation

and Forensic Accounting


Raymond Pardomuan, CFrA.,CRMO.,CLA.

Jakarta, 17 October 2019


Resume
Raymond Pardomuan, CFrA., CRMO., CLA.
 Government Auditor (BPK RI, 2012 - present)
 Expert Witness
 Instructor (Anti Corruption Studies, Fraud Prevention/Detection, Financial Crime,
Investigative Auditing/Forensic Audit, Forensic Accounting, Public Finance)

You can reach me at:


0878 8456 1231

raymond.pardomuan@gmail.com
2
Outline

1. 2.
Fraud & Fraud Universe Financial Statement
(Overview) Fraud Schemes
5.
Simulasi & Studi Kasus
3. 4.
Fraud Risk Management Fraud Detection

3
1.
Fraud & Fraud
Universe Let’s start with the 1st
(overview) set of slides

4

If you see fraud and do not say fraud,
you are a fraud

-Nassim Nicholas Taleb-

5
6
Error vs Fraud
Irregularity atau ketidakteraturan yang ditemukan pada laporan keuangan
mengarah pada dua kemungkinan yaitu kecurangan (fraud) atau kesalahan
(error). Apa perbedaan keduanya?

7
PROFILE OF FRAUDSTERS
Wawasan tentang dunia kecurangan/penipuan menurut
Gwynn Nettler (Lying, Cheating, and Stealing):

1) Orang yang telah mengalami kegagalan lebih mungkin untuk


menipu.
2) Orang yang tidak disukai dan yang membenci dirinya sendiri
cenderung untuk menipu (lebih licik).
3) Orang yang impulsif, mudah digoda, tidak sabar, dan tidak mampu
untuk menunda kepuasan yang lebih mungkin untuk terlibat dalam
penipuan.
4) Orang yang memiliki hati nurani (takut ketakutan akan ditangkap/
hukuman) lebih tahan terhadap godaan untuk menipu.
5) Semakin mudah untuk menipu dan mencuri, semakin banyak orang
akan melakukannya.
6) Individu memiliki kebutuhan yang berbeda dan tingkat itu berbeda
di mana mereka akan berusaha untuk berbohong, menipu, atau
mencuri.
7) Berbohong, menipu, dan mencuri meningkat ketika orang memiliki
tekanan besar untuk mencapai tujuan penting.
8
Definisi/
Terminologi
Fraud

9
The IIA

Fraud can be defined as any illegal act characterized by


deceit, concealment, or violation of trust. These acts are
not dependent upon the threat of violence or physical
force. Frauds are perpetrated by parties and
organizations to obtain money, property, or services; to
avoid payment or loss of services; or to secure personal or
business advantage.

10
The IIA

 Fraud dapat didefinisikan sebagai segala tindakan ilegal yang


ditandai dengan penipuan, penyembunyian, atau pelanggaran
kepercayaan.
 Fraud tidak terkait dengan ancaman kekerasan atau kekuatan
fisik.
 Fraud dilakukan para pihak dan organisasi untuk mendapatkan
uang, properti, atau layanan; untuk menghindari pembayaran
atau kehilangan layanan; atau untuk mengamankan keuntungan
pribadi atau bisnis.

11
ACFE

 Fraud is any intentional act or omission designed to


deceive others, resulting in the victim suffering a
loss and/or the perpetrator achieving a gain.

 Fraud adalah tindakan yang disengaja atau


kelalaian yang dirancang untuk menipu
orang lain, yang mengakibatkan korban
menderita kerugian dan/atau pelaku
mendapatkan keuntungan.

12
Black’s Law Dictionary (8th Ed)

"Fraud adalah suatu perbuatan sengaja untuk menipu atau


membohongi, suatu tipu daya atau cara-cara yang tidak jujur
untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah
milik orang lain, baik karena suatu tindakan atau dampak yang
fatal dari tindakan itu sendiri."

13
Penyebab Fraud

Pengembangan
Budaya
Organisasi Anti
Fraud

Penguatan
Sistem

14
Faktor Pemicu FRAUD

(Source: Donald R. Cassey, Fraud Examiners Manual; 2006 ed)


15
GONE Theory
Menurut Jack Bologna (1993), terdapat empat faktor yang
mendorong seseorang berperilaku menyimpang/fraud:
1. Greed atau keserakahan, berkaitan dengan adanya perilaku
serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang;

G 2. Opportunity atau kesempatan, berkaitan dengan keadaan


organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa
sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan terhadapnya;
E Gone O
3. Needs atau kebutuhan, berkaitan dengan faktor-faktor yang
dibutuhkan oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya
N yang menurutnya wajar;

4. Exposure atau pengungkapan, berkaitan dengan tindakan atau


konsekuensi yang akan dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila
pelaku ditemukan melakukan kecurangan. Pengungkapan
(exposure) suatu kecurangan belum menjamin tidak terulangnya
kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh
pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan
seharusnya dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.

16
ACFE’S FRAUD TREE:

17
Types of Occupational Fraud
(Jenis Fraud dalam Lingkungan Bisnis)

Corruption Asset Misappropriation Fraudulent Reporting

Skema di mana pelaku Skema yang melibatkan


menyalah-gunakan Skema yang melibatkan pelaporan informasi
pengaruhnya dalam kasus karyawan mencuri keuangan organisasi secara
transaksi bisnis untuk atau menyalahgunakan aset salah saji, dengan maksud
menguntungkan diri mereka organisasi. untuk menyesatkan orang
sendiri atau orang lain. lain.

 Menadah penerimaan
 Memalsukan pengembalian  Creating fictitious
 Conflicts of interest
barang revenues
 Illegal gratuities
 Memalsukan cek  Concealing liabilities or
 Bribery
perusahaan revenues
 Pengeluaran berlebihan
POHON KERUGIAN NEGARA

(Source: Tuanakotta, Akuntansi Forensik &


Audit Investigatif;2010: 2 Ed)
19
20
PARADIGMA BARU: IT FRAUD (1)
Kecurangan berkaitan dengan teknologi informasi merupakan bentuk kejahatan
yang dilakukan secara sengaja pada suatu sistem berbasis Komputer maupun
jaringan internet (cybercrime), dengan yang dapat dilakukan oleh pihak internal
maupun eksternal, antara lain:

Internal Perusahaan
Kecurangan teknologi informasi berasal dari internal perusahaan dilakukan dengan cara:
1. Melakukan pencurian waktu dan jasa komputer serta penggunaan komputer untuk
keperluan diluar tugas pokok pegawai, sehingga mengakibatkan penggunaan sistem
teknologi informasi oleh yang tidak berhak.
2. Melakukan rekayasa sistem teknologi dengan cara memodifikasi perangkat lunak,
penyalinan ilegal perangkat lunak, menggunakan perangkat lunak dengan cara yang
tidak sah serta menciptakan perangkat lunak untuk menjalankan kegiatan bisnis
perusahaan yang bertentangan dengan etika dan perilaku.
3. Merusak data perusahaan berupa mencuri atau menggunakan secara tidak benar system
output.
4. Melakukan kesalahan dengan sengaja untuk mengoperasikan sistem yang dapat merusak
integritas sistem dan data.
5. Melakukan pemasukan dan penghapusan data yang salah sehingga dapat
mengacaukan dan membawa dampak buruk kalau terjadi gangguan dalam sistem.
6. Menambah, menghilangkan atau mengubah masukan atau memasukan data palsu.
7. Memproduksi keluaran palsu, menahan, menghancurkan atau mencuri keluaran.
8. Mengubah dan menghilangkan master file.
21
PARADIGMA BARU: IT FRAUD (2)

Eksternal Perusahaan
1. Kecurangan pengelolaan teknologi informasi yang berasal dari
2. eksternal perusahaan dilakukan dengan acara antara lain:
3. Menyusup dan masuk ke dalam sistem serta merusak website perusahaan.
4. Melakukan penyadapan terhadap informasi legal dan menggantinya
dengan informasi yang salah melalui jaringan yang rentan seperti
internet.
5. Menggunakan user ID dan password yang diperoleh dengan cara yang
menebak melalui internet untuk mengakses sumber data elektronik
perusahaan.
6. Menggunakan unit display video untuk menghasilkan interferensi elektro
magnetik pada satu frekuensi yang dapat menangkap setiap informasi
publik.

source: “Akuntansi Forensik & Audit Investigatif; T. Tuanakota


(2010) & Business Crimes and Ethics (2013)

22
2. Let’s start with the 2nd set
of slides
Financial Statement
Fraud Schemes

23
Fraud: Tragedi 1998
Oktober 1997
Pemerintah
Indonesia
Meminta
Bantuan IMF
1. Pada Oktober 1997, The Asian Wall Street
Journal pertama kali memberitakan bahwa
ada kemungkinan Pemerintah Indonesia
meminta bantuan dari International
Krisis
Monetary Fund (IMF). Bank-Bank di Keuangan di Agreed-Upon
Kelompokkan tahun 1997 Due Dilligence
dalam Tiga Process
2. Permintaan bantuan kepada IMF dan World Kategori (Agustus 1997 (ADDP)
Bank ini diikuti dengan resep-resep – Mei 1998)
penyehatan perbankan Indonesia. Hal ini
merupakan awal dari ADDP.

3. Hasil temuan ADDP dengan sampel 6 Bank


Perbankan
menunjukkan bahwa perbankan melakukan
melakukan Overstatement di sisi aset dan rekayasa
laporan
Understatement di sisi kewajiban.

4. Dari ADDP ini Bank-Bank dikelompokkan


dalam tiga kategori.

24
Temuan Awal ADDP atas Sampel di Enam Bank

Aset per 30 April 1998 Kewajiban per 30 April 1998


No. BANK Menurut Over Menurut Under
Bank ADDP Statement Bank ADDP Statement

1 Danamon 26,0 14,0 54% 25 37,0 33%

2 BUN 15,6 11,3 28% 15,4 21,3 28%

3 Modern 3,1 1,8 43% 3 3,1 3%

4 BDNI 24,0 6,0 82% 32,3 48,5 33%

5 Tiara 4,3 1,1 54% 4,5 4,9 10%

6 PDFCI 4,4 1,1 75% 4,3 4,9 14%

25
LANSKAP PERBANKAN NASIONAL
PADA TAHUN 1997-1998

Kelompok Bank A B C Jumlah

Pemerintah - - 7 7
Swasta Nasional 32 62 34 128
BTO - - 4 4
BPD 12 10 5 27
Campuran 12 16 4 32

Kelompok A Kelompok B Kelompok C

•Capital Adequacy •Capital Adequacy •Capital Adequacy


Ratio (CAR), Ratio (CAR), Ratio (CAR),
sebesar atau antara – 25% s/d antara dibawah –
lebih dari 4% kurang dari 4% 25%

26
CONTOH SKEMA KASUS FINANCIAL FRAUD STATEMENT
SECARA GLOBAL

Skema Fraud Contoh lama Tahun Contoh Baru Tahun


Revenue Fiktif, Pemalsuan
Dokumen, Pencurian Aset ZZZZ Best 1987 Enron 2001
Perusahaan
Penggunaan Aset Pribadi,
Dokumentasi yang Salah dan Phar-Mor 1992 Adelphia 2002
Financial Statement Fraud
Kapitalisasi Biaya dan Isu Waste
1997 WorldCom 2002
Creative Accounting lainnya Management

Financial Statement Fraud di tiap negara dilakukan dengan skema yang


berbeda – beda tergantung sifat dan bisnis yang ada di negara tersebut.
Bahkan skema setiap kasus juga bisa berbeda, walaupun di dalam negara yang
sama.
Karena itu, sangat penting sebelum melakukan pendeteksian untuk financial
statement fraud, auditor maupun akuntan mengetahui kondisi ekonomi dan
struktur sosial yang berlaku di suatu negara
27
ACFE’s FRAUD TREE:
Financial Statement Fraud:

 Jenis Fraud ini sangat dikenal para auditor yang


melakukan general audit (opinion audit).

 Ranting pertama menggambarkan fraud dalam menyusun


LK. Fraud ini berupa salah saji (misstatements baik
over/under statements). Cabang dari ranting ini ada dua.
Pertama, menyajikan aset atau pendapatan lebih tinggi
dari yang sebenarnya (asset/revenue overstatements).
Kedua, menyajikan aset atau pendapatan lebih rendah
dari yang sebenarnya (asset/revenue understatements).
Bentuk kedua ini lebih banyak berhubungan dengan LK
yang disampaikan kepada instansi perpajakan atau bea
cukai.

 Selain itu, pada beberapa referensi, terdapat ranting


kedua yang menggambarkan fraud dalam menyusun
laporan non keuangan. Fraud ini berupa penyampaian
laporan non keuangan yang menyesatkan, lebih bagus
dari keadaan yang sebenarnya, dan seringkali merupakan
pemalsuan atau pemutarbalikan keadaan. Bisa tercantum
dalam dokumen yang dipakai untuk keperluan intern
maupun ekstern.

28
UMUMNYA MODUS OPERANDI TERKAIT FINANCIAL STATEMENT
FRAUD MELIPUTI HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT :

Manipulasi, Pengaburan atau Pemalsuan dokumen – dokumen yang


material, dokumen penunjang dalam laporan keuangan.

Kesengajaan untuk membuat salah saji material atas kejadian,


transaksi ataupun informasi lain yang digunakan dalam persiapan
laporan keuangan.

Secara sengaja salah menerapkan prinsip, prosedur dan kebijakan


akuntansi yang digunakan untuk mengukur, menilai, melaporkan dan
mengungkapkan kejadian-kejadian bisnis atau ekonomi dalam laporan
keuangan.

Kesengajaan untuk menutup-nutupi ketidakbenaran pengungkapan


metode akuntasi yang digunakan dalam pelaporan keuangan.

29
3.
Fraud Risk Let’s start with the 3rd
Management set of slides

30
KONSEP RISIKO: RISIKO DALAM BISNIS
DAN RISIKO KECURANGAN

▸ KBBI: risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan dari suatu


perbuatan atau tindakan
▸ Menurut COSO ERM 2004, risiko adalah kemungkinan terjadinya sebuah
peristiwa yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.
▸ Prof Dr.Ir. Soemarno, M.S: risiko adalah suatu kondisi yang timbul karena
ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang
mungkin terjadi.
▸ Bisnis: Kejadian yang apabila terjadi mengurangi keberhasilan
pencapaian tujuan bisnis.

31
32
 Pada tahun 2013, ACFE (Association of Certified Fraud
Examiners) berkolaborasi dengan COSO (Comitte of
Sponsoring Organization of Treadway Comission) untuk
merumuskan pedoman manajemen risiko kecurangan
(fraud risk management guide).
 Penerapan pedoman ini berguna bagi organisasi yang
ingin lebih fokus meningkatkan upaya pencegahan dan
pendeteksian terjadinya fraud dengan pendekatan yang
lebih komprehensif.

“Pedoman ini tidak hanya memuat informasi tentang penilaian risiko kecurangan
(fraud risk assesement), namun juga membantu organisasi dalam membuat
program manajemen risiko kecurangan secara keseluruhan, diantaranya:
penetapan kebijakan pengelolaan risiko, pelaksanaan analisis risiko kecurangan,
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas pengendalian pencegahan dan
pendeteksian kecurangan, pelaksanaan investigasi, dan monitoring dan evaluasi
program manajemen risiko kecurangan.”

33
 Pedoman dan program manajemen
risiko kecurangan ini memadukan lima
prinsip COSO yang dimodifikasi untuk
pengembangan dan pelaksanaan
pencegahan fraud secara komprehensif.
 Dalam konteks sektor publik, konsep ini
juga dipakai sebagai dasar pedoman
pelaksanaan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) yang telah
dituangkan dalam PP No. 60 Tahun
2008.

Source: Anti-Fraud Resources Guide, Four Quarter 2016, ACFE

34
35
FRAUD RISK ASSESSMENT

 For an organization to effectively


manage its fraud risks, the risks
must first be identified using a
formal risk assessment.
 If performed and used correctly, a
fraud risk assessment can be a
powerful proactive tool in the fight
against fraud for any business.

36
Fraud Risk Assessment Framework (1)

Risk Assessment Matrix

Impact (Tinggi)

2 1
Likelihood (Tinggi) Likelihood (Tinggi)

4 3
Impact (Rendah)

37
Fraud Risk Assessment Framework (2)
Fraud Risk Assessment (FRA) umumnya dilakukan oleh Manajer Operasional untuk
menempatkan pengendalian, sementara auditor menggunakan FRA untuk menciptakan audit
response. Dengan menggunakan pendekatan FRA, manajemen dapat menentukan apakah akan
menggunakan pengendalian yang sangat ketat, moderat, atau biasa. Beberapa langkah yang
dapat dilakukan dalam pelaksanaan FRA:
1) Identifikasi risiko fraud inherent yang berpotensi untuk terjadi
2) Telaah kemungkinan terjadinya risiko fraud yang telah teridentifikasi
3) Telaah seberapa signifikan risiko fraud terhadap organisasi (impact). Auditor
perlu fokus pada risiko yang memiliki kemungkinan besar untuk terjadi
(likelihood) dan berdampak besar bagi organisasi
4) Evaluasi departemen atau orang manakah yang paling mungkin melakukan
fraud dan jenis fraud yang paling mungkin biasa digunakan (fraud tree)
5) Identifikasi dan petakan pengendalian pencegahan dan deteksi yang ada
saat ini dan relevan terhadap risiko fraud
6) Identifikasi apakah pengendalian yang teridentifikasi di poin 5 telah berjalan
secara efektif dan efisien.
7) Identifikasi dan evaluasi risiko fraud yang tersisa sebagai akibat dari
pengendalian yang tidak efektif atau tidak berjalan dengan baik

38
Fraud Risk Assessment Framework (3)

Fraud Risk Assessment Form

Skema dan Risiko Pengendalian/ Penilaian


Orang/ Risiko/ Response/
Fraud yang Kemungkinan Signifikansi Anti Fraud Keefektivan
Departemen Sisa Risiko Fraud
Teridentifikasi yang Ada Pengendalian

Pelaporan
Keuangan
Penyalahgunaan
Aset

Korupsi

Risiko Lainnya

39
4. Let’s start with the 4th
Fraud Detection set of slides

40
FRAUD CONTROL SYSTEM
(PENGENDALIAN KECURANGAN)
(1)

Pencegahan Fraud
(2)

Pendeteksian Fraud
(3)

Investigasi Fraud
41
KERANGKA PENGENDALIAN KECURANGAN

 Integrated Macro Policy: kebijakan perusahaan yang


menyeluruh dan terintegrasi yang dituangkan dalam bentuk
kebijakan anti fraud dan struktur pertanggungjawaban serta
kejelasan rincian tugas dan tanggung jawab penanganan
dalam setiap unit kerja.
 Penilaian Risiko Fraud: Pelaksanaan penilaian risiko yang
menyeluruh terutama mengenai situasi operasional
perusahaan diperlukan untuk memperoleh gambaran terkini
mengenai kejadian kecurangan baik dari sumber internal
maupun sumber eksternal yang dapat menimbulkan ancaman
potensial kelangsungan bisnis perusahaan.
 Community Awareness: Kepedulian pihak-pihak baik di dalam
maupun di luar perusahaan terhadap kecurangan yang
kemungkinan terjadi di dalam perusahaan, stakeholder dan
masyarakat.
 Reporting System: Prosedur penanganan kecurangan yang
terdiri dari sistem pelaporan kejadian kecurangan, pengungkapan
kepada pihak eksternal dan prosedur investigasi.
 Conduct and Diciplinary Standard: Nilai-nilai anti kecurangan
yang dianut oleh seluruh elemen pegawai dan seluruh
pemangku kepentingan dalam mewujudkan visi, misi dan Source: Fraud Control – Developing an
tujuan perusahaan. Effective Strategy, Vol I : 1994

42
FRAUD DETTERENCE CYCLE

Dalam mencegah dan mendeteksi serta


menangani fraud terdapat beberapa pihak yang Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang
terkait: yaitu akuntan (baik sebagai auditor dirancang dalam rangka mengeliminasi atau setidaknya
menekan kemungkinan terjadinya fraud. Corporate
internal, auditor eksternal, atau auditor forensik) governance meliputi sistem pengendalian intern, budaya
dan manajemen perusahaan. Peran dan perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian
tanggung jawab msaing-masing pihak ini dapat wewenang.
digambarkan sebagai suatu siklus yang Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh
dinamakan Fraud Deterrence Cycle: auditor internal, pada dasarnya adalah proses yang lebih bersifat
preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk memastikan
bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang
memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.
Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor
Eksternal diarahkan untuk mendeteksi fraud sebelum menjadi
besar dan membahayakan perusahaan.
Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor.
Peran auditor forensik adalah menentukan tindakan yang harus
diambil terkait dengan ukuran dan tingkat kefatalan fraud, tanpa
memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil
terhadap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang
berbentuk kecurangan dalam laporan keuangan atau
penyalahgunaan aset.

Source: Sarbanes-Oxley Act: 2002


43
Pendeteksian Kecurangan/Fraud (1)

“Risiko yang dihadapi perusahaan diantaranya adalah Integrity risk,


yaitu risiko adanya kecurangan oleh manajemen atau pegawai
perusahaan, tindakan illegal, tindak penyimpangan lainnya yang dapat
mengurangi nama baik/reputasi perusahaan di dunia usaha atau
mengurangi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya. “

Adanya risiko tersebut, mengharuskan manajemen untuk menyusun


tindakan pencegahan/prevention untuk menangkal terjadinya
kecurangan. Namun, pencegahan saja tidaklah memadai, manajemen
harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya
kecurangan-kecurangan yang timbul.

Tindakan pendeteksian tersebut tidak dapat digeneralisir terhadap


semua kecurangan. Masing-masing jenis kecurangan memiliki
karakteristik tersendiri, sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan
perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap jenis-jenis kecurangan
yang mungkin timbul dalam perusahaan.

44
Pendeteksian Kecurangan/Fraud (2)

Sebagian besar bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-bukti tidak bersifat


langsung. Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh
munculnya gejala-gejala (symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup
atau perilaku seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari
pelanggan ataupun kecurigaan dari rekan sekerja.

Pada awalnya, kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya


karakteristik tertentu, baik yang merupakan kondisi/keadaan lingkungan,
maupun perilaku seseorang. Karakterikstik yang bersifat kondisi/situasi
tertentu, perilaku/kondisi seseorang personal tersebut dinamakan Red flag
(Fraud indicators). Meskipun timbulnya red flag tersebut tidak selalu
merupakan indikasi adanya kecurangan, namun red flag ini biasanya selalu
muncul di setiap kasus kecurangan yang terjadi. Pemahaman dan analisis
lebih lanjut terhadap Red flag tersebut dapat membantu langkah
selanjutnya untuk memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya
kecurangan.

45
Tujuan Pendeteksian Fraud

Pendeteksian Fraud bertujuan untuk mengetahui:

Apakah tindakan fraud telah terjadi (ada)


Apakah organisasi/ perusahaan menjadi korban
atau sebagai pelaku fraud.
Adanya kelemahan dalam pengendalian intern serta moral
pelaku yang menjadi penyebab terjadinya fraud

Adanya kondisi lingkungan di organisasi/ perusahaan yang


menyebabkan terjadinya fraud.

Adanya suatu kesalahan dan ketidakberesan

Source: Inspektorat Jenderal; Kemenristek Dikti; 2016


46
Penanggungjawab Pendeteksian Fraud

47
Tanggung jawab Manajemen dalam Pendeteksian Fraud

Pengembangan lingkungan pengendalian

Penetapan tujuan dan sasaran organisasi yang realistis


dan well planned

Menetapkan aturan perilaku (code of conduct)

Mewujudkan dan memelihara kebijakan otorisasi yang


tepat

Kebijakan, praktik, prosedur, pelaporan dan mekanisme


lainnya untuk memonitor aktivitas dan menjaga asset
khususnya yang memiliki tingkat risiko tinggi dan bernilai
mahal.

Mekanisme komunikasi informasi-informasi yang dapat


dipercaya serta berkesinambungan
Source: Inspektorat Jenderal;
Kemenristek Dikti; 2016

48
Simulasi dan
Studi Kasus

49
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai