ANDREAS TAMBUN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MENEJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
2
3
Anderas Tambun
NIM H34124043
* .
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
...luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
4
5
ABSTRAK
ANDREAS TAMBUN. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur
Perusahaan X di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA.
Kata kunci: IRR, kelayakan usaha, NPV, Net B/C, switching value.
ABSTRACT
ANDREAS TAMBUN. Feasibility Analysis of Layer farm at X farm in Gobang,
Bogor Regency. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.
ANDREAS TAMBUN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MENEJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
3
4
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema dalam
penulisan karya ilmiah ini adalah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul Analisis
Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di Desa Gobang, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor.
Terima kasih Penulis Ucapkan kepada Dr Ir Wahyu Budi Priatna. Msi
sebagai pembimbing dalam menyelesaikan karya ilmiah ini yang telah
meluangkan sebagian besar waktu untuk membimbing, mengarahakan, serta
meberikan saran juga ilmu pengetahuan selama penyusunan skripsi. Penulis juga
berterima kasih kepada semua bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal
pengetahuan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
seluruh karyawan peternakan perusahaan X karena telah membantu penulis dalam
melakukan kegiatan penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada ayah, ibu, dan saudaraku atas doa, nasehat, motivasi dan cinta
kasih yang selalu diberikan sampai saat ini kepada penulis. Ucapan terima kasih
kepada seluruh mahasiswa dan staff Alih Jenis Agribisnis angkatan tiga.
Harapan dari penulis agar skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat
menjadi rujukan untuk melakukan peneltian lebih lanjut.
Andreas Tambun
5
6
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 8
TINJAUAN PUSTAKA 8
Usaha Peternakan Ayam Petelur 8
Karakteristik Ayam Petelur 9
Telur Ayam 12
Teknologi Niple dan Filter Air Minum 12
Analisis Kelayakan Usaha 13
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu 16
KERANGKA PEMIKIRAN 17
Kerangka Pemikiran Teoritis 17
Studi Kelayakan Bisnis 17
Aspek-Aspek Studi Kelayakan 18
Kriteria Kelayakan Investasi 21
Konsep Nilai Waktu Uang 22
Analisis Switching Value 22
Kerangka Pemikiran Operasional 22
METODE PENELITIAN 25
Lokasi dan Waktu penelitian 25
Jenis dan Sumber Data 25
Metode Pengumpulan data 25
Metode Pengolahan Data 26
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial 26
Aspek Pasar 26
Aspek Teknis 26
Aspek Hukum 27
Aspek Menejemen 27
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 27
Analisis Kelayakan Aspek Finansial 28
Net Present Value (NPV) 28
Net Benefit Cost Ratio 29
Internal Rate of Return (IRR) 29
Payback Periode (PP) 29
Asumsi-Asumsi Dasar 30
Analisis Switching Value 31
KEADAAN UMUM LOKASI 31
Gambaran Umum Perusahaan X 31
HASIL DAN PEMBAHASAN 32
7
DAFTAR TABEL
1 Populasi jumlah (000 ekor) ternak di Indonesia tahun 2010 sampai 2014 ......... 1
2 Jumlah produksi telur (000 ton) di Indonesia tahun 2010 sampai 2014 ............. 2
3 Produksi telur (000 ton) menurut propinsi tahun 2010 sampai 2013 ................. 3
4 Produksi telur (butir) kabupaten dan kota di Jawa Barat tahun 2011 ................. 4
5 Konsumsi telur per kapita per tahun di Indonesia tahun 2009 sampai 2013 ...... 5
6 Perbandingan produktivitas ayam ras petelur dengan ayam buras................... 10
7 Peforma beberapa strain ayam petelur.............................................................. 11
8 Jenis dan sumber data ....................................................................................... 25
9 Proporsi jumlah pakan ayam per ekor per hari ................................................. 36
10 Proporsi pemberian pakan pada perusahaan X ................................................. 38
14 Kriteria kelayakan investasi usaha peternakan Perusahaan X .......................... 48
15 Hasil perhitungan analisis nilai pengganti ........................................................ 49
11 Biaya investasi perusahaan X ........................................................................... 61
12 Rincian biaya tetap usaha peternakan Perusahaan X........................................ 62
13 Rincian biaya variabel usaha peternakan Perusahaan X .................................. 62
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tabel 2 Jumlah produksi telur (000 ton) di Indonesia tahun 2010 sampai 2014
Jenis 2010 2011 2012 2013 2014* Grow
(persen)
Ayam ras 945 637 1 027 846 1 139 949 1 224 402 1 299 199 8.24
Itik 245 039 256 198 275 938 290 369 297 074 5.49
Ayam Buras 175 527 172 215 197 083 194 620 197 391 3.14
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2014
Catatan : * Angka Sementara
Dari data produksi telur di Indonesia sejak tahun 2010 dapat dilihat
bahwa secara rata-rata produksi telur ayam ras lebih besar peningkatanya
sebesar 8.24 persen, dibandingkan dengan telur itik sebesar 5.49 persen dan
ayam buras 3.14 persen. Telur itik dan ayam buras peningkatanya lebih rendah
diduga karena itik belum dapat dibudidayakan dalam kandang tertutup seperti
ayam buras, cuaca sangat berpengaruh terhadap produksinya, memerlukan
waktu dan penanganan khusus, dan secara umum budidaya itik dan ayam buras
masih dilakukan dalam skala rumah tangga atau tradisional sehingga teknologi
intensif belum diterapkan, sehingga menghasilkan produksi yang belum
maksimal dibandingkan dengan budidaya ayam ras petelur.
Peningkatan produksi telur tidak merata disetiap daerah sentra produksi
telur, setiap daerah atau propinsi memiliki pertumbuhan yang berbeda bahkan
ada yang mengalami penurunan produksi. Khusus untuk daerah DKI Jakarta
tidak ada produksi yang dihasilkan karena tidak ada lahan yang cocok untuk
budidaya ayam petelur dan juga biaya imbangan untuk usaha lain ada industri
lain lebih besar. DKI Jakarta menjadi lokasi atau pasar dari pada konsumsi
telur yang diproduksi oleh daerah pertanian seperti Bogor.
Jawa Barat tercatat peningkatan produksi telur yang signifikan mecapai
6.19 persen ini mengindikasikan bahwa permintaan di Jawa Barat juga
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Jawa Barat, sehingga
peluang pasar untuk telur ayam masih besar. Jawa Barat juga melakukan
pemenuhan kebutuhan telur untuk daerah DKI Jakarta, peluang pasar sangat
besar di Jakarta karena daerah menjadi pusat industri dan didukung oleh
jumlah penduduk yang sangat padat menjadi potensi yang sangat besar untuk
dipenuhi kebutuhan akan telur ayam ras. Produksi terbesar masih terdapat
didaerah propinsi Jawa Timur, sehingga penentuan harga tergantung dari
supply telur dari daerah Jawa Timur peningkatan terjadi sebesar 4.00 persen.
Jawa Timur sebagai sentra produksi telur juga sebagai pemasok telur untuk
kebutuhan telur di daerah jabodetabek dan menjadi pesaing bagi produsen telur
daerah Bogor karena harga jual yang murah dibandingkan dengan produksi
lokal Jawa Barat khususnya Bogor, diduga juga biaya produksi yang murah
dibandingkan dengan Jawa Barat menyebabkan biaya produksi atau harga
pokok penjualan menjadi kecil atau telah mencapai skala ekonomi yang
3
efisien. Sehingga jika permintaan telur kurang atau kecil sedangkan penawaran
telur yang besar menyebabkan barang beralih ke daerah yang mempunyai
permintaan tinggi dan harga jual yang tinggi. Produksi telur di Indonesia
menurut propinsi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Produksi telur (000 ton) menurut propinsi tahun 2010 sampai 2013
Tahun Grow rate
No Propinsi 2012 - 2013
2010 2011 2012 2013
(persen)
1 NAD 1 962 2 419 3 640 3 878 25.88
2 SUMUT 74 302 79 204 108 018 111 802 3.32
3 SUMBAR 55 538 60 148 62 687 65 194 4.00
4 Riau 1 748 1 384 2 022 2 120 4.87
5 Jambi 3 848 4 771 4 461 7 332 57,99
6 SUMSEL 47 616 48 726 49 540 51 997 4.96
7 Bengkulu 452 582 576 652 13.25
8 Lampung 40 470 44 878 61 335 82 391 34.33
9 BABEL 580 593 544 599 10.00
10 KEPRI 6 935 7 129 3 425 4 500 31.38
11 D.K.I Jakarta 0 0 - - 0
12 Jawa Barat 103 428 115 787 120 123 127 561 6.19
13 Jawa Tengah 174 884 179 974 192 071 196 488 2.30
14 D.I Yogyakarta 23 361 26 111 25 802 26.326 2.03
15 Jawa Timur 209 516 235 832 270 700 281 528 4.00
16 Banten 41 581 57 6263 47 455 51 397 8.31
17 Bali 29 472 6 606 47 969 49 024 2.20
18 NTB 9 008 1 268 1 338 1 351 1.00
19 NTT 705 1385 1 164 1 164 0.00
20 KALBAR 16 257 15.613 23 906 24 743 3.50
21 KALTENG 538 120 209 653 212.69
22 KALSEL 28 990 20 286 20 995 24 296 15.94
23 KALTIM 12 164 12 032 12 240 12 484 2.00
24 SULUT 7 316 7838 8 552 8 979 5.00
25 SULTENG 4 445 5 297 4 621 5 589 20.96
26 SULSEL 45 903 50 003 60 144 74.987 24.68
27 SULTENG 1 414 1.369 1 126 1 405 24.83
28 Gorontalo 1 551 1 565 2 149 2 149 0.04
29 SULBAR 138 607 638 647 1.43
30 Maluku 285 348 371 395 6.59
31 MALUT 140 10 838 130 270 107.44
32 Papua Barat 338 494 705 731 3.77
33 Papua 752 1.013 1.153 1.288 11.71
Total produksi 945 635 1 027 845 1 139 946 1 223 718 7.35
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2013
Jawa Barat termasuk propinsi yang produksi telur ayam ras cukup
banyak sekitar 1 936 695 442 produksi telur ayam ras di kabupaten Bogor
mencapai 691 479 523 butir menjadi yang tertinggi diantara kabupaten lainya
yang ada di Jawa Barat, dikarenakan Bogor adalah lokasi yang strategis untuk
usaha peternakan ayam, karena lahan yang masih luas dan infrastruktur yang
sudah cukup baik, sehingga biaya transportasi tidak menjadi kendala, dan
pengiriman telur akan cepat dan terjaga kualitasnya, tetapi untuk produksi telur
ayam buras kabupaten Ciamis menjadi produsen tertinggi mencapai 100 009
4
575 butir, dan penghasil telur itik terbanyak adalah kabupaten Karawang
sebanyak 269 067 395 butir dikarenakan kabupaten karawang adalah sentra
padi Jawa Barat yang memiliki lahan pertanian padi yang luas sehingga para
peternak dengan mudah membawa itik mereka kesawah untuk bertelur,
memanfaatkan limbah padi sebagai tambahan atau pakan bagi itik mereka
karena itik masih dibudidayakan secara tradisional.
Bogor adalah daerah pertanian yang berhubungan langsung dengan
daerah industri padat penduduk seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok
yang memerlukan kebutuhan telur yang cukup tinggi, sehingga menjadi
peluang bisnis yang baik bagi para peternak ayam ras petelur Produksi telur
setiap kabupaten atau kota di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Produksi telur (butir) kabupaten dan kota di Jawa Barat tahun 2011
Kabupaten Ayam Ras Ayam Buras Itik Jumlah
Bogor 691 479 523 22 025 022 17 721 131 731 225 676
Sukabumi 205 570 046 58 354 680 11 038 164 468 793 459
Cianjur 205 570 046 53 021 269 41 463 407 300 054 722
Bandung 70 522 394 31 828 060 55 081 622 157 432 076
Garut - 23 816 562 23 638 469 47 455 031
Tasikmalaya 61 441 395 26 053 378 16 970 035 104 464 807
Ciamis 99 432 780 100 009 575 45 249 846 244 692 201
Kuningan 138 822 755 8 127 822 7 830 737 154 781 315
Cirebon 5 083 739 20 211 617 42 327 063 67 622 420
Majalenka 21 194 139 14 064 250 11 078 308 46 336 697
Sumedang 11 321 104 8 581 008 5 881 528 25 783 640
Indramayu - 17 989 500 247 463 692 265 453 192
Subang 5 608 440 15 866 454 52 820 285 74 295 180
Purwakarta 14 889 16 14 392 212 27 131 616 56 412 989
Karawang 10 788 458 27 091 821 269 067 395 306 947 673
Bekasi 57 697 138 16 635 221 52 027 344 126 359 703
Bandung Barat 26 109 158 25 425 865 22 791 712 74 326 735
Kota
Bogor 93 474 3 660 156 1 614 249 5 367 879
Sukabumi 47 565 024 683 198 753 812 49 002 035
Bandung 294 287 1 605 685 2 881 266 4 781 238
Cirebon 77 116 645 972 590 758 1 313 846
Bekasi 18 447 250 1 275 155 1 535 689 21 258 094
Depok 33 694 261 602 214 10 219 420 44 515 895
Cimahi 10 905 544 658 909 725 1 465 288
Tasikmalaya 12 692 946 9 834 315 4 557 036 27 084 297
Banjar 4 459 333 2 996 736 2 166 079 9 622 148
Total (Jawa Barat) 1 936 695 442 505 342 405 974 810 389 3 416 848 236
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan Propinsi Jawa Barat tahun 2011
Tabel 5 Konsumsi telur per kapita per tahun di Indonesia tahun 2009 sampai
2013
Jenis 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata
Pertumbuhan ( persen)
Telur Ayam Ras* 5 840 6 726 6 622 6 518 6 513 1.61
Telur Ayam Buras 3 650 3 702 3 754 2 764 2 607 -7,30
Telur Itik 2 868 2 503 2 816 2 190 1 825 -9,78
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2009-2013.
Keterangan : *) Satu butir telur ayam kampung diperkirakan beratnya sebesar 0,05 Kg
Pada tabel 5 dapet dilihat bahwa telur ayam ras meningkat konsumsinya
rata rata sekitar 1.61 persen pada tahun 2013, peningkatan ini menjadi
indikator bahwa pola konsumsi meningkat harus didukung dengan peningkatan
produksi telur sehingga pada masa depan permintaan/demand side dan sisi
penawaran/supply side akan meningkat. Prospek pengembangan usaha
peternakan ayam ras petelur sangat bagus untuk dikembangkan terutama di
daerah kabupaten Bogor yang cenderung cocok untuk lokasi budidaya karena
lokasi lahan kosong yang masih cukup banyak, infrastruktur transportasi yang
sudah memadai, sehingga dapat menunjang keberhasilan usaha peternakan
ayam ras petelur.
Konsumsi telur secara keseluruhan mengalami fluktuasi tetapi
kecenderunganya meningkat pada tahun 2012 konsumsi telur 1 412 78 000.
Saat ini dibanding dengan beberapa negara tetangga konsumsi telur masyarakat
Indonesia masih sangat rendah yakni 87 butir per tahun per kapita, padahal
masyarakat Malaysia rata-rata mengkonsumsi 311 telur per kapita per tahun1.
Sementara itu secara keseluruhan konsumsi telur di Jawa Barat sebanyak 299
683 ton, sedangkan kemampuan produksi dari peternak di Jawa Barat hanya
116 302 ton2. Berdasarkan data produksi dan konsumsi maka terjadi
kekurangan produksi yang cukup banyak sehingga menjadi peluang untuk
melakukan usah peternakan ayam petelur ini. Dari Pemetaan Sektor Pertanian
di Jawa Barat yang telah direncanakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang dipilih untuk
pengembangan usaha unggas produksi daging dan telur lebih besar dari 10
persen3.
Sementara perusahaan-perusahaan yang menghasilkan telur masih sangat
terbatas dan sedikit. Oleh karena itu peluang untuk mengembangkan dan
meningkatkan komoditi telur masih sangat besar di daerah ini. Kelangkaan
telur juga dialami perusahaan-perusahaan yang menghasilkan telur karena
permintaan melebihi produksi yang dihasilkan perusahaan tiap harinya.
Peluang tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menambah
1
Konsumsi telur Konsumsi telur masyarakat Indonesia tahun 2012.
http://ews.kemendag.go.id/berita/NewsDetail.aspx?v_berita=3207 [20 September 2014]
2
Konsumsi dan produksi Telur Jawa Barat. http://www.antarajawabarat.com/lihat/cetak/25210
[20 September 2014]
3
Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat.http://www.docstoc.com/docs/42331238/Boks-12-
Pemetaan-Sektor-Pertanian-di-Jawa-Barat [19 April 2014]
6
produktivitasnya terhadap telur ayam ras karena permintaan akan telur lebih
banyak pada komoditi ini atau masih besarnya peluang pasar untuk
mengembangkan usaha peternakan ayam ras petelur. Telur dan sifat
permintaannya yang sangat sesuai dengan perkembangan masa depan.
Semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur,
telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand, bila
pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Dimasa yang
akan datang, pendapatan per kapita akan meningkat terutama pada negara-
negara yang saat ini termasuk berpendapatan rendah dan menengah. Dengan
demikian, konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Salah satu
peternakan lokal yang ada di kabupaten Bogor adalah Perusahaan X telah
berdiri sejak tahun 2004 perusahaan melakukan produksinya meningkat.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
ayam ras petelur, dan bermanfaat juga sebagai informasi untuk para investor
yang akan berusaha di industri peternakan ayam ras petelur.
TINJAUAN PUSTAKA
< 180 m, jarak sedang apabila 180 sampai 360 m dan jarak jauh apabila letak
kandang > 360 m dari jalan raya, semakin jauh dari jalan raya maka akan
semakin baik bagi ayam. Ayam dipelihara pada kandang semi permanen
dengan sistem batre, sistem ini dipilih karena lebih efisien dan menguntungkan
dibandingkan dengan sistem litter. (Susanto 2014) dalam penelitianya
mengemukakan bahwa pemeliharaan ayam ras petelur dengan sistem batre dan
litter menghasilkan hasil yang berbeda dengan uji-t, dan penggunaan kandang
batre lebih sedikit dalam konsumsi pakan dibandingkan sistem litter.
Ayam ras petelur adalah jenis ayam unggul yang induk atau nenek
moyangnya merupakan ayam impor yang telah mengalami perbaikan
genetik melalui proses persilangan dan seleksi dengan tujuan produksi sebagai
penghasil telur. Hal tersebut berdasarkan pendapat dari Rahayu et al. (2001),
bahwa ayam ras adalah ayam yang induk atau nenek moyangnya merupakan
ayam impor. Sedangkan ayam tipe petelur adalah ayam yang dapat
menghasilkan relatif banyak telur dalam waktu yang singkat. Suprijatma et al.
(2005) mendefinisikan ayam ras sebagai jenis ayam dari luar negeri yang
bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah mengalami
perbaikan mutu genetik. Secara spesifik, Rasyaf (2008) menyebutkan bahwa
ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi telur dikenal dengan ayam petelur.
Persilangan dan seleksi dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam
petelur unggul seperti sekarang. Dalam setiap persilangan, sifat jelek selalu
dibuang dan sifat baik akan dipertahankan, sehingga terciptalah ayam petelur
unggul.
Adapun ciri-ciri ayam ras petelur menurut berbagai sumber pustaka yang
berhasil dihimpun adalah :
1. Mudah terkejut (nervous)
2. Bentuk tubuh ramping
3. Cuping telinga berwarna putih
4. Kerabang kulit telur berwarna putih
5. Efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur
6. Tidak memiliki sifat mengeram
7. Produksi telur yang tinggi yaitu 200 butir per ekor per tahun, bahkan bisa
mencapai 250 – 280 butir per ekor per tahun.
Ayam ras petelur akan pertama bertelur kira-kira pada saat berumur 5
bulan dan akan terus bertelur sampai umurnya mencapai 18 bulan. Pada
umumnya, produksi telur terbaik terjadi pada tahun pertama
Menurut Sudarmono (2003) ayam ras petelur mempunyai sifat-sifat
unggul yaitu sebagai berikut :
1. Laju pertumbuhan ayam ras petelur sangat pesat pada umur 4.5 sampai
5.0 bulan telah mencapai kedewasaan kelamin dan bobot badan antara 1.6
kg.7 kg, pada waktu itu sebagian dari kelompok ayam tersebut telah
berproduksi. Adapun ayam kampung pada umur yang sama, bobot
badannya baru mencpai sekitar 0,8 kg kedewasaan kelamin ayam kampung
baru dicapai pada umur 7 sampai 8 bulan.
10
2. Kemampuan berproduksi ayam ras petelur cukup tinggi yaitu antara 250
sampai 280 butir per tahun, dengan bobot telur antara 50 sampai 60 g per
butir. Sedangkan produksi ayam kampung hanya berkisar antara 30 sampai
40 g per butir.
3. Kemampuan ayam ras petelur dalam memanfaatkan ransum pakan sangat
baik dan berkorelasi positif. Konversi terhadap penggunaan ransum cukup
bagus yaitu setiap 2.2 sampai 2.5 kg ransum dapat menghasilkan 1 kg
telur. Dalam hal ini, ayam kampung tidak memiliki korelasi positif dalam
memanfatkan ransum yang baik dan mahal. Oleh karena itu, ayam
kampung lebih ekonomis bila diberi pakan yang murah.
4. Periode bertelur ayam ras petelur lebih panjang, bisa berlangsung 134
bulan, atau hingga ayam berumur 19 sampai 29 bulan, walaupun ayam ras
hanya mengalami satu periode bertelur, akan tetapi periode bertelurnya
tersebut berlangsung sangat panjang dan produktif. Hal ini disebabkan
karena tidak adanya periode mengeram pada ayam ras petelur tersebut.
Sedangkan ayam kampung mengalami periode bertelur berkali-kali,
namun satu periode bertelurnya berlangsung sangat pendek, yaitu sekitar
15 hari .periode bertelur ayam kampung terputus-putus. Perbedaan antara
ayam kampung (ayam buras) dengan ayam dwiguna petelur (ayam ras)
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 tampak bahwa ayam ras petelur yang merupakan hasil rekayasa
genetis berdasarkan karakter unggulnya maka ayam petelur ini lebih memilki
telur yang banyak dibandingkan dengan ayam buras. Ayam ras petelur juga
biasa diklasifikasikan dengan strain yang berbeda, perbedaan Strain ini
mempunyai keunggulan dan kelemahan, dapat dibedakan menurut umur
produksi, umur puncak produksi, Food Convertion Rate (FCR) atau
kemampuan ayam menghasilkan telur dan FCR. Keputusan penggunaan
strain ayam ditentukan oleh peternak, pada dasarnya teknik pemeliharaan
yang baik serta menejemen yang baik adalah hal yang penting dalam
melakukan usaha peternakan ini, nilai yang ada pada setiap strain ini adalah
perkiraan yang tidak menjadi acuan bagi peternak hanya untuk
membandingkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing sampai
masing strain ayam. Performa setiap ayam dapat dilihat pada tabel 7.
Berdasarkan tujuan pemeliharaan atau biasa disebut tipe ayam, ayam
dapat dikelompokan menjadi
1. Tipe petelur
Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah
terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga bewarna putih dan
kerabang telur bewarna putih. Karakter lainnya yaitu produksi telur yang
dihasilkan tinggi (200 butir per ekor per tahun), efisien dalam
11
Pada jenis ayam dibagi menjadi dua tipe yaitu (Rasyaf 2008):
1. Tipe ayam petelur ringan
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan
ini mempunyai badan yang ramping per kurus dan mata bersinar.
Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal
dari galur murni white leghorn. Ayam galurini sulit dicari, tapi ayam
petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai
nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan
menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini
2. Tipe petelur ayam medium
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada
di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu
ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak
kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga
dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan
ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini
disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna
bulu yang cokelat juga. Produksi telur cokelat lebih sedikit dari pada
telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku
dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.
12
Telur Ayam
dan pakan yang bersih dapat mencegah suatu peternakan terserang virus Avian
Influenza. Bahkan menurut Siahaan (2007), tempat pakan yang kotor
menyebabkan risiko pemaparan Avian Influenza 5 kali lebih besar dari pada
tempat pakan yang bersih (OR=5.00; SK= 1.581- 15.817) sedangkan tempat
minum yang kotor menyebabkan risiko pemaparan AI 4.85 kali lebih besar
daripada tempat minum yang bersih (OR=4.85; SK= 1.361-17.309).
Air minum ternak haruslah aman dan sehat sehingga produktifitas dapat
optimal, karena air minum berperan penting dalam siklus hidup ayam, selain
terdaoat berbagai macam penyakit yang dapat masuk melalui air melalui
kontaminasi udara. Virus AI pada unggas memiliki kemampuan
mempertahankan daya penularannya di lingkungan dengan baik, terutama
dipermukaan air. Suspensi virus dalam air mampu bertahan selama lebih dari
100 hari pada suhu 17o C. Pada suhu di bawah -50o C virus AI dapat bertahan
sampai dengan waktu yang tidak terbatas (Zudanang 2011).
Niple dan Filter ini mampu menjaga air dari kontaminasi lingkungan
kandang secara langsung, sehingga peluang penyakit akibat bakteri dan virus
dapat diminimalkan, keuntunagan lain dari teknologi ini adalah air minum
selalu tersedia, pemberian vitamin dapat diberikan dengan mudah, mengurangi
pekerjaan dalam pembersihan air, mengurangi biaya penggantian instalasi air,
dan mengurangi biaya pakan karena tidak ada lagi pakan yang terbuang karena
terkena air.
dan menejemen meneliti seberapa besar pasar yang akan dimasuki dan
seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menguasainya dan strategi
apa yang akan dipilih nantinya. Aspek ini menentukan seberapa besar luas
pasar, pertumbuhan permintaan, pangsa pasar dari produk. Menurut
Nurmalina et al (2010) aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari
tentang: permintaan, penawaran, dan perkiraan penjualan dan harga
Hasil penelitian Purbasari (1991) mengemukakan bahwa rantai
tataniaga pemasaran produk peternakan ayam petelur berupa telur dan ayam
afkir masih lemah sehingga dilakukan sistem pemasaan produk dengan
sistem inti plasma yang dilakukan dengan PT Anputraco Ltd dengan harga
jual tertentu, sehingga produk dapat diserap pasar.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output
(produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis terdiri
dari lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang
ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta
ketepatan penggunaan teknologi. Indikator penting dalam aspek teknis
dapat dikatakan layak jika dilihat dari aspek lokasi usaha. Saputra (2011)
dan Karmidi (2012) mengemukkan bahwa jika lokasi usaha sesuai dengan
usaha yang dijalankan maka dikatakan layak secara lokasi. Mereka pun
mengemukakakan bahwa aspek teknis tidak hanya dilihat dari aspek lokasi
budidaya, luasan produksi, letak sumber bahan bakunya, sarana dan
prasarana, serta proses budidaya. Usaha peternakan ayam dikatakan layak
apabila lokasi cocok dengan kondisi yang diharapakan, jauh dari
pemukiman warga, dan akses terhadap lalu lintas atau jalan baik.
Kemudahan dalam mendapatkan faktor input seperti ayam layer, Obat-
obatan Vaksin Disinfektan (OVD) dan pemeliharaan dilakukan dengan
baik atau sesuai dengan proses budidaya yang aman dan benar. Fani
(2010) penerapan Good Farming Practice (GFP) pada peternakan
dilakukan agar hasil produk dapat terjaga kualitasnya dan meningkatkan
kesehjateraan petani. GFP juga merupakan aturan yang dibuat agar para
peternak dapat memahami tentang cara budidaya yang baik dengan
memperhatikan sungai, air, dan lingkungan sekitar agar tetap dalam
kondisi yang baik.
3. Aspek Menejemen
Dalam menilai apakah usaha peternakan peternakan sudah layak dalam
aspek menejemen dapat dilihat dari struktur organisasi peternakan. Christy
(2011) dalam penelitianya mengemukakan bahwa aspek menejemen yang
ada di peternakan Dian Farm sudah baik karena sudah terdapat struktur
organisasi yang jelas dan job description setiap pekerja, penambahan
pekerja tidak dilakukan karena tenaga kerja yang ada masih dirasa cukup
untuk melakukan kegiatan usaha. Nova (2014) usaha yang dijalankan
sudah memenuhi kriterian kelayakan dari aspek menejemen karena
terdapat struktur organisasi, tetapi ketika dilakukan pengembangan dengan
penambahan 20 000 ekor ayam maka tenaga kerja perlu ditambah
sebanyak empat orang.
16
4. Aspek Hukum
Aspek hukum penting untuk dianalisis karena dapat menentukan
keberlanjutan usaha peternakan dimasa yang akan datang, kelayakan dapat
dilihat dari ijin masyarakat sekitar, RT/RW, Kepala desa, Kelurahan
sampai kepada dinas yang mengeluarkan ijin usaha.Christy (2011) dan
Nova (2014) mengatakan bahwa usaha yang dijalankan sudah memiliki
ijin dari masyarakat sekitar dan RT/RW.
5. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan terdiri dari pengaruh proyek
terhadap penghasilan negara, devisa negara, peluang kerja dan
pengembangan wilayah proyek dilaksanakan. Dalam aspek ini juga dikaji
mengenai dampak negatif terhadap lingkungan sekitar yang diakibatkan
oleh proyek itu sendiri. Aspek ekonomi mengkaji tentang kontribusi
proyek atau usaha yang dijalankan terhadap perekonomian secara
keseluruhan. Aspek ekonomi dalam persiapan dan analisis proyek
membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu proyek yang diusulkan
akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan
perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar
dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan.
Dalam aspek ini sudut pandang yang diambil dalaman alisis ekonomi
adalah masyarakat secara keseluruhan. Nova (2014) dan Christy (2011)
usaha yang dijalankan memiliki dampak yang baik bagi lingkungan sosial
sekitar karena dapat menyerap tenaga kerja, dan mampu mengelola limbah
yang dihasilkan dari proses budidaya dengan baik, serta dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar maka secara aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan layak untuk dijalankan dan dikembangkan.
perhitungan keuangan dimasukan ke dalam Arus Kas atau Cash Flow yang
terdiri dari komponen Inflow sebagai penerimaan dan pengeluaran Outflow.
Hasil arus kas yang diperoleh dilakukan analisis aspek finanasial melalui
analisis laba rugi. Penilaian kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP), serta
dilakukan analisis Switching value jika terjadi perubahan variabel input atau
output dimasa depan.
KERANGKA PEMIKIRAN
aliran kas proyek bisnis, sehingga dapat diketahui apakah usaha ini layak atau
tidak. Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal
pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis
yang dijalankan. Menurut Husnan dan Suswarsono (2000) merupakan suatu
analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan
apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur bisnis. Aspek-aspek
tersebut akan tercatat dalam aliran kas cash flow. Cash flow yaitu aktivitas
keuangan yang mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu periode terrentu
(Nurmalina et al. 2010). Cash flow disusun berdasarkan untuk menunjukkan
perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai
perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas
dan penggunaannya.
Cash flow terdiri dari cash inflow (arus penerimaan) dan cash outflow
(arus pengeluaran). Cash inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan
pinjaman, dana bantuan/grants, nilai sewa dan nilai sisa/salvage value. Cash
flow terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, biaya pinjaman bunga dan
pajak. Pengurangan cash inflow dengan cash outflow akan diperoleh net benefit
(manfaat bersih) yang terdiri dari aspek finansial ini mengkaji beberapa analisis
kelayakan finansial yang digunakan yaitu, Net B/C Ratio, Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP), Laba rugi dan
Analisis Switching value.
Biaya dan manfaat biasanya bukan hanya jumlahnya yang berbeda tetapi
waktu yang dibayarkan dan diterima yang berbeda selama umur bisnis.
Sejumlah uang baik yang kita keluarkan dalam bentuk biaya bisnis atau yang
akan kita peroleh sebagai manfaat bisnis, mempunyai nilai yang berbeda bila
dikeluarkan atau diterima dalam waktu yang berbeda. Biaya-biaya bisnis
banyak dikeluarkan pada waktu awal bisnis sedangkan manfaat baru akan
diterima kemudian. Arus biaya dan manfaat yang terjadi pada waktu yang tidak
sama dapat dibandingkan sehingga perlu memperhatikan mengenai perbedaan
nilai uang karena adanya pengaruh waktu Nurmalina et al. (2010)
Kegiatan usaha peternakan ayam petelur atau layer ini memiliki peluang
yang sangat baik. Telur adalah sumber protein hewani yang murah dan bergizi
seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat cenderung meningkatkan
23
pola konsumsi ingin sehat dan bergizi dengan memenuhi kebutuhan protein
hewaninya, sehingga memberikan peluang yang baik bagi pengusaha untuk
melakukan pengembangan atau ekspansi usaha mereka. Prospek usaha
peternakan telur ayam ras sangat besar dilihat dari rata-rata pertumbuhan
konsumsi per kapita sekitar 1.61 persen.
Perusahaan X adalah salah satu dari banyak peternakan yang berada di
daerah Kabupaten Bogor. Secara spesisifik usaha peternakan ini berada di Desa
Gobang Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Dengan produksi sekitar 3 ton
per hari belum mampu memenuhi permintaan. Proses produksi yang dilakukan
sebelumnya dilakukan dengan teknologi sederhana,dalam teknis budidaya atau
yang lainya, tetapi pada penambahan target 16 923 ekor ayam layer akan
digunakan teknologi pemberian air minum dengan menggunakan niple,
kelebihan teknologi ini cukup banyak dibanding dengan metode yang
digunakan sebelumnya, dari keamanan, ketersedian, dan waktu.
Usaha peternakan ayam ras ini memerlukan investasi yang besar yang
dikeluarkan untuk usaha ini sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan. Hasil
analisis digunakan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha peternakan
ayam ras petelur perusahaan X baik secara finansial dan non finansial terutama
setelah dilakukan penambahan 16 923 ekor ayam. Penentuan kelayakan aspek
non finansial dilakukan dengan cara membandingkan kejadian atau kenyataan
yang terjadi di lapangan dengan literatur atau penelitian terdahulu melalui
kegiatan observasi langsung dan kemudian dianalisis dengan analisis
deskriptif. Aspek non finansial yang dianalisis adalah aspek teknis (budidaya),
aspek pasar, aspek menejemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan. Sedangkan aspek finansial dinilai berdasarkan kriteria investasi
bisnis yang meliputi Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of
Return (IRR) dan payback Period (PP).
Informasi tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kelayakan
aspek finansial dan aspek non finansial bagi usaha peternakan ayam ras petelur
perusahaan X. Setelah diketahui kelayakan bisnis melalui kriteria kelayakan
investasi maka dapat dilakukan analisis Switching value yang digunakan untuk
mengukur perubahan masksimum dari variabel inflow dan outflow akibat
perubahan yang terjadi. Variabel input yang akan dianalisis adalah kenaikan
harga pakan sedangkan variabel ouput yang akan dianalisis adalah perubahan
harga jual telur. Hasil akan menjadi pertimbangan mengenai apa saja yang
akan dilakukan dimasa yang akan datang. Ketika bisnis dikatakan layak secara
finansial dan non finansial maka bisnis dapat dilaksanakan, tetapi ketika bisnis
dikatakan tidak layak maka tidak dapat dilakasanakan sehingga perlu dilakukan
peninjauan ulang atau evaluasi terhadap aspek yang tidak layak. Kerangka
pemikiran operasioanal dapat dilihat pada Gambar 2.
24
Evaluasi Usaha
METODE PENELITIAN
Aspek non finanasial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
menejemen, aspek hukun, dan aspek sosial lingkungan. Setiap aspek saling
berpengaruh terhadap kelayak usaha peternakan ayam ras petelur ini, bila salah
satu aspek hasilnya tidak layak maka perlu dilakukan evaluasi atau perbaikan
sehingga usaha dapat dikatakan layak secara non finansial.
1. Aspek Pasar
Analisis aspek pasar dilakukan pada usaha ini yaitu untuk menilai
seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarka, atau
untuk melihat permintaan dan penawaran telur yang ada di, bagaimana
melakukan pemasaran telur yang dihasilkan. Menurut Jumingan (2009)
jika dari hasil penelitian pasar diperoleh kesimpulan tidak ada permintaan
dari produk maupun output yang dihasilkan maka usaha tersebut
dikatakan tidak layak karena diperkirakan tidak akan berhasil dimasa
depan. Menurut Nurmalina et al. (2010) aspek pasar dan pemasaran
dikatakan layak apabila strategi yang digunakan efektif dan efisien dalam
mengatasi permasalahan terhadap komponen tersebut, sehingga dapat
meningkatkan pangsa pasar yang dimiliki perusahaan. Sehingga aspek
pasar dikatakan layak jika terdapat permintaan dari produk yaitu telur
sehingga mengguntungkan maka dikatakan layak.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis ini mencakup lokasi usaha, proses pelaksanaan usaha, serta
tata letak. Menurut Jumingan (2009) penilaian aspek teknis dilihat dari
lokasi usaha apakah sudah tepat, teknologi yang digunakan apakah sudah
27
Keterangan :
Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t
Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t
N = Tahun kegiatan (t=0,1,2,3,…,n)
i = Tingkat discount rate (persen)
= Discount factor (DF) pada tahun ke-t
Kriteria Penilaian :
Jika NPV > 0, maka usaha tersebut menguntungkan dan layak
dilaksanakan.
Jika NPV = 0, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi,
keputusan diserahkan pada pihak menejemen perusahaan.
Jika NPV < 0, maka usaha tersebut merugikan dan tidak layak
dilaksanakan.
29
Untuk
Keterangan :
Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t
Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t
i = Discount rate (persen)
t = Tahun
Kriteria penilaian :
Net B/C > 1, maka usaha layak atau menguntungkan
Net B/C = 1, maka usaha tidak untung dan tidak rugi
Net B/C < 1, maka usaha tidak layak atau merugikan
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) menunjukkan rata-rata tingkat keuntungan
internal tahunan perusahaan yang melaksanakan investasi. IRR adalah
tingkat suku bunga yang buat nilai NPV usaha tersebut sama dengan nol.
Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar
oleh usaha untuk sumber daya yang digunakan. Suatu usaha dikatakan
layak apabila IRR yang dihasilkan lebih besar dari pada tingkat suku
bunga yang berlaku. Menurut Nurmalina et al. (2010), secara matematis
rumus yang digunakan dalam perhitungan IRR adalah sebagai berikut :
Keterangan :
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif
= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
= NPV yang bernilai positif
= NPV yang bernilai negatif
Kriteria Penilaian :
Usaha layak Jika IRR lebih besar tingkat diskonto yang
ditetapkan oleh bank
Usaha tidak layak Jika IRR lebih kecil tingkat diskonto yang
ditetapkan oleh bank
4. Payback Periode (PP)
Payback periode (PP) atau analisis waktu pengembalian investasi
merupakan perhitungan terhadap lamanya periode waktu yang diperlukan
30
Keterangan :
I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab= Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
Kriteria penilaian :
Lamanya periode waktu pengembalian biaya investasi harus lebih
cepat dibandingkan umur usaha yang diproyeksikan dalam cashflow,
semakin cepat pengembalian biaya investasi maka semakin baik usaha
tersebut untuk dijalankan.
Asumsi-Asumsi Dasar
aspek teknis, aspek manajaemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi, budaya
dan aspek lingkungan.
Aspek Pasar
Pasar merupakan aspek yang penting karena akan menentukan
keberlangsungan usaha peternakan ini dimasa yang akan datang.sehingga
perusahaan dapat menentukan seberapa besar atau target yang akan diproduksi,
aspek ini juga adalah salah satu aspek yang menjadi sumber pendapatan bagi
perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional.
1. Permintaan dan Penawaran
Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa permintaan lebih
besar dari pada penawaran yang ada, menurut pemilik untuk permintaan
dihari normal artinya permintaan yang tidak dipengaruhi oleh kondisi
seperti hari besar atau hari besar sehingga mempengaruhi permintaan
terhadap telur. untuk hari normal permintaan yang mencapai 4 ton
perhari atau sekitar 267 peti telur dengan berat bersih adalah 15 kg. Telur
di distribusikan kepada agen tetap perusahaan dengan minimal
pengiriman 100 peti telur dalam sekali transaksi, daerah pengiriman
adalah daerah Jabodetabek. Kondisi berbeda terjadi ketika memasuki hari
besar atau hari libur permintaan telur bisa mencapai 5 sampai 6 ton per
hari sehingga peluang pasar masih ada untuk dipenuhi, pemilik sendiri
mengatakan bahwa dimasa datang konsumsi telur akan terus naik
dikarenakan pendapatan masyarakat rata-rata meningkat, dan telur juga
memiliki harga yang murah dibandingkan sumber protein hewani yang
lain seperti daging ayam atau sapi, lebih efisien dalam pengolahan dan
penyimpanan artinya konsumen tidak perlu pengolahan yang kompleks
dalam mengolahnya untuk dikonsumsi. Meskipun perusahaan telah
melakukan pengembangan dengan menambah produksi sebesar 16 923
ekor ayam sehingga dihasilkan sekitar 1 ton telur. Seluruh produksi habis
terjual, perusahaan masih belum mampu memenuhi permintaan telur dari
para konsumen atau agen penyalur sehingga dapat dikatakan bahwa
menurut aspek pasar bahwa usaha ini dikatakan layak untuk dilaksanakan
dan dikembangkan.
2. Pemasaran Output
Produk atau output perusahaan ini adalah telur, kotoran ayam, dan daging
ayam afkir. Kotoran ayam dijual dalam bentuk karungan dengan berat
sekitar 50 kg dengan harga Rp4 000 per karung, ayam afkir dijual dengan
harga sekitar Rp30 000 per ekor ayam, kriteria dalam menjual ayam ini
adalah melihat ketika ayam sudah turun produktifitasnya atau Hen day
sekitar 60 sampai 70 persen atau biasanya umur ayam mencapai 70
minggu. Telur adalah produk utama dari usaha ini harga telur sekitar 16
000 per kilogram. Pemasran dilakukan dengan cara menelepon kepada
farm minimal satu hari sebelum produk dikirim, produk berupa telur utuh
dalam peti kayu dimuat ke dalam mobil truk diikat dengan rapi dan
dikirim, biaya pengirirman atau transportasi ditanggung oleh peternakan
sehingga konsumen atau agen penyalur hanya menunggu di tempat atau
toko miliknya, perusahaan X sudah memiliki pelangan tetap atau saluran
pemasaran yang tetap dan telah terjadi sistem bon artinya penjual atau
34
tempat para pekerja beristirahat, gudang telur dan pakan yang terdiri dalam
satu bangunan. Layout peternakan Perusahaan X dapat dilihat pada Gambar 3.
KL KL K T Ge Mess
B nse
KL KL K
B t
KL K
KL
B
KL KL K
B G
KL KL KL
KL KL KL
KL KL KL
Keterangan
G : Gudang pakan dan telur
T : Torem Penampungan air
KL : Kandang Lama
KB : Kandang Baru
Sierad, dan Patriot. Jenis yang biasa digunakan adalah Hixex Brown
karena dirasa lebih baik dalam kemampuan bertahan hidup karena tingkat
kematian yang rendah sekitar 0.3 sampai 3 persen sebelum layer. Bibit
atau layer yang digunakan biasanya berumur 18 minggu dan dalam
penambahan ini tingkat kematian sekitar 10 persen. Dalam proses
budidaya pemeliharaan ayam ini didasarkan pada pola produksi dengan
umur produksi 52 minggu, yang dimulai dari 18 sampai 52, dengan
puncak produksi mencapai 92 persen pada umur 23 sampai 42 minggu.
3. Pakan
Menejemen pemberian pakan haruslah sangat baik agar tidak ada pakan
yang terbuang begitu saja, pemberian pakan disesuaikan dengan
kebutuhan ayam untuk hidup dan bertelur, kelebihan atau kekurangan
pakan yang diberikan akan berakibat pada Food Convertion Rate (FCR).
Semakin tinggi maka ayam akan mengkonsumsi pakan lebih banyak
sehingga biaya akan lebih banyak atau besar. Pakan yang diberikan
adalah pakan dengan jenis starter yang diproduksi oleh PT Global, setiap
umur ayam memiliki menejemen pemberian pakan yang berbeda, tabel
menejemen pemberian pakan dapat dilihat pada Tabel 9.
A B
Gambar 5 Peti telur (a) dan egg tray (b)
6. Proses produksi
Proses produksi pada Perusahaan X dimulai sejak persiapan kandang,
pemeliharaan, pemanenan, penyimpanan, dan pengiriman produk sampai
diterima oleh pembeli.
a. Persiapan kandang
Persiapan kandang adalah tahap awal dalam kegiatan peternakan ayam
petelur. Tahap ini dimulai dari proses pencucian kandang yang di
dalamnya terdapat sanitasi dan disinveksi kandang, kegiatan ini
dilakukan dengan mencuci setiap bagian kandang dengan
menggunakan semprotan air sehingga kotoran dapat lepas dan hilang
dari kandang sehingga kandang akan aman bagi ayam karena bibit
penyakit sudah hilang, dapat dilihat pada Gambar 6. Disinveksi
dilakukan dengan menggunakan cairan disinvektan, setelah kandang
bersih dibiarkan beberapa hari lalu dilakukan pengapuran pada setiap
bagian kandang, penggunaan kapur diharapkan dapat membunuh atau
memutus rantai bibit penyakit yang mungkin dapat berkembang biak.
Kegiatan yang dilakukan Perusahaan X adalah dengan melakukan
pembersihan dengan cara menyapu terlebih dahulu seluruh bagian kandang
sampai bahkan atap kandang juga dibersihkan, setelah bersih maka dilakukan
penyemprotan dengan cairan disinveksi berupa cairan kimia atau dapat diganti
dengan deterjen, semua bagian kandang disemprot dengan alat semprot
bertekanan tinggi sehingga kotoran yang menempel mudah lepas dari kandang.
Setelah dilakukan kegiatan ini kandang diistirahatkan dua sampai tiga hari,
setelah diistirahatkan lalu kandang diteburi oleh kapur dengan tujuan
memutuskan rantai bibit peyakit yang mungkin dapat berkembang biak,
38
kandang batre, lantai kandang, dan dasar kandang ditaburi kapur dan
diistirahatkan dua minggu.
Aspek Menejemen
Aspek menejemen penting dianalisis karena pada aspek ini akan terlihat
bagaimana sistem menejemen yang digunakan dapat memperlancar kegiatan
usaha yang akan mempermudah kegiatan usaha ini menjadi lebih terstruktur
dengan baik, struktur organisasi adalah salah satu bentuk menejemen yang
dimiliki oleh Perusahaan X, di dalam struktur organisasi ini terjabarkan
mengenai tugas dan fungsi masing masing individu. Struktur organisasi dapat
dilihat pada Gambar 8.
Pemilik Usaha
Administrasi
Kepala kandang
terkait, dan jika sudah memiliki badan usaha maka dapat dipantau oleh
pemerintah daerah atau dinas peternakan dalam melaksanakan kegiatan usaha
peternakan ini, walaupun hanya ijin dari warga sekitar dan RT/RW tetap
dikatakan layak karena usaha inipun sudah berlangsung sepuluh tahu lebih,
hanya mungkin perlu ditambah ijin lain dari dinas terkait sehingga dalam
pengembangan usaha nantinya tidak akan ada masalah yang timbul menganggu
usaha ini.
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan adalah aspek yang menjadi
dampak akibat adanya usaha peternakan ini, apakah dampak negatif atau
damapak positif. Usaha peternakan tidak akan pernah terlepas dari dampak
negatif, hanya saja sebesar apakah damapak negatif yang diterima masyarakat
sekitar dibandingkan dampak positifnya. masyarakat dapat menilai bahwa
keberadaan perusahaan ini lebih banyak memberikan dampak positif kepada
masyarakat baik dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Aspek sosial dan ekonomi yang berdampak terhadap masyarakat sekitar
adalah bau kotoran ayam yang tercium, ini menggangu masyarakat tetapi
karena sudah terbiasa masyarakat tidak terlalu mempermasalahkanya,
kontribusi perusahaan terhadap sosial masyarakat berupa penyerapan tenaga
kerja sebagai karyawan sehingga secara langsung juga meningkatkan
pendapatan masyarakat sekitar kandang, dan dapat mengurangi pengangguran.
Limbah yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki nilai ekonomi, sehingga
keberadaanya perlu diatur dengan baik sehingga menguntungkan, penanganan
limbah dengan cara memasukanya kekarung adalah cara agar kotoran tidak
menyebar dan memudahkan dalam pengangkutan, diharapkan pengaruh limbah
dapat diminimalkan.
Analisis aspek sosial, ekononomi, dan lingkungan yang dilakukan di
perusahaan X telah membuktikan bahwa dari adanya usaha peternakan ini
dampak positif lebih besar diterima oleh masyarakat sekitar usaha ini
dibandingkan dampak negatif yang dihasilkan, dengan penyerapan tenaga kerja
sehingga pengangguran menurun dan peningkatan kesehjateraan masyarakat
sehingga masyarakat mendukung adanya usaha ini. Menurut aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan usaha peternakan perusahaan X layak untuk
dijalankan.
perlatan kandang yang sudah dipakai. Harga beli ember plastik adalah
Rp50 000 dan memiliki umur ekonomis 3 tahun.
h. Sprayer dan Mesin Semprot
Sprayer adalah alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan sanitasi
dan disinfeksi dalam pembersihan kandang, sedangkan mesin semprot
alat yang digunakan untuk menyemprotkan air dalam persiapan
kandang yang akan dicuci, perusahaan X membeli masing masing dua
unit diharapkan dalam melakukan kegiatan persiapan kandang dapat
maksimum sehingga aman bagi ayam. harga sprayer adalah Rp350
000 dan untuk mesin semprot adalah Rp1 200 000. Untuk umur
ekonomis alat ini diperkirakan mencapai 8 tahun.
i. Sekop
Sekop alat ini digunakan untuk membersihkan kotoran ayam dan
dalam kegiatan pembersihan area kandang, sekop dibeli dengan harga
Rp70 000 dengan umur ekonomis sekitar 5 tahun.
j. Timbangan Digital
Timbangan yang digunakan sudah tidak manual artinya sudah dengan
mesin, sehingga lebih mudah dan akurat dalam melakukan
penimbangan sehingga berat telur dapat pas, timbangan digunakan
untuk menimbang pakan dan telur. harga timbangan adalah Rp1 200
000 dengan umur ekonomis sekitar 5 tahun.
k. Toren air
Toren air adala tempat menampung air sebelum disalurkan ke dalam
kandang, toren digunakan agar suplai air selalu tersedia sehingga tidak
menggangu kegiatan produksi, volume toren sekitar 10 000 liter air.
Harga beli toren ini adalah Rp3 000 000 dengan umur ekonomis
sekitar 5 tahun.
l. Egg Tray
Tempat menaruh telur sebelum dikemas ke dalam peti, wadah ini
terbuat dari bahan plastik yang berukuran 30 x 30 cm. Satu buah
wadah penampung telur ini dapat menampung 30 butir telur. harga
beli wadah ini adalah Rp12 000. Dibutuhkan 500 wadah dengan nilai
investasi Rp7 500 000 dengan umur ekonomis 5 tahun.
m. Peti Kayu
Peti kayu adalah tempat telur dikemas sampai dikirim kepada
konsumen, peti telur rata-rata dapat menampung sekitar 15 kg telur
atau sekitar 230 butir telur lebih. Peti kayu tidak memiliki nilai sisa,
harga beli peti kayu adalah Rp3000. Dibutuhkan sekitar 500 peti
dengan jumlah investasi Rp1 500 000
n. Truk
Truk dengan mesin diesel turbo yang digunakan dalam kegiatan
pengiriman dan pengangkutan telur. mobil ini dibeli dengan harga 229
500 000, dengan umur ekonomis 10 tahun.
o. Pompa Air
Pompa air ini digunakan untuk memenuhi seluruh kepeluan air yang
digunakan dalam kegiatan produksi, pembersihan kandang, serta
aktivitas lainya, pompa air ini menggunakan tenaga listrik untuk dapat
beroperasi, kecepatan menyedot air sekitar 1000 liter per menit.
45
Pompa ini sengaja dipilih karena letak sumber air yaitu sungai berada
di bawah lokasi kandang sehingga memerlukan tenaga yang kuat.
Harga mesin pompa ini adalah Rp15 000 000 dengan umur ekonomis
8 tahun.
p. Meja dan Kursi
Meja dan kursi ini digunakan untuk kepala kandang serta sekretaris
dalam melakukan kegiatan pencatatan dan recording. Biaya investasi
untuk meja kursi adalah Rp300 000 dengan umur ekonomis 5 tahun.
q. Alat Suntik
Alat suntik ini dilakukan dalam kegiatan vaksinansi sehingga
memudahkan dalam kegiatan vaksinasi dalam jumlah yang banyak.
Penggunaan alat suntik ini dapat mempersingkat waktu dan cepat
selesai. Alat suntik ini dibeli dengan harga Rp1 000 000 dengan umur
ekonomis 5 tahun.
r. Alat bangunan
Alat-alat bangunan seperti cangkul, palu, alat mix semen, dan gergaji
yang digunakan dalam membangun kandang, keberadaan alat ini juga
bisa berguna jika terdapat kerusakan kandang dan perbaikan kandang,
alat bangunan dibeli dengan harga Rp5 000 000 dengan umur
ekonomis sekitar 8 tahun.
s. Lampu
Lampu digunakan untuk menjaga suhu agar tetap pada kondisi yang
diinginkan atau membuat kondisi suhu lingkungan dalam kandang
tetap hangat pada malam hari, karena perubahan suhu yang drastis
dapat membuat ayam stress, sehingga berpengaruh terhadap produksi,
umur ekonomis lampu sekitar dua tahun.
t. Komputer
Komputer digunakan sebagai penyimpanan data harga, produksi,
jumlah ayam, serta biaya dan penerimaan peternakan. Umur ekonomis
komputer sekitar lima tahun.
u. Kulkas, white board, dan Timbangan Digital
Alat-alat ini digunakan untuk menyimpan obat dan vaksin, sebagai
alat kontrol, dan menimbang telur yang akan dikirim agar berat telur
pas.
2. Biaya Operasional
Biaya operasional usaha peternakan ayam Perusahaan X terdiri dari biaya
variabel dan biaya tetap. Biaya operasional juga merupakan seluruh
pengeluaran yang digunakan untuk kegiatan produksi dalam satu kali
periode.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha masih
dijalankan, besarnya biaya tetap tidak berkait langsung dengan
produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha ini antara lain
gaji yang terdiri dari gaji kepala kandang, gaji supir, gaji kepala
gudang, gaji anak kandang, gaji sekretaris atau administrasi, dan gaji
karyawan gudang pakan dan telur Pemberian gaji berbeda setiap
orangnya. Biaya tetap juga yang dikeluarkan untuk membiayai listrik,
dan telpon, yang dibayarkan sebulan sekali dengan perhitungan
46
setahun cateris paribus pada awal periode terdapat biaya tetap yaitu
gaji karyawan bangunan dalam pembuatan 4 kandang. Terdapat juga
Biaya tetap yan dikeluarkan untuk biaya seperti biaya sosial, biaya
perawatan kandang pada tahun periode kedua, serta biaya dapur yang
dibayarkan sebulan sekali cateris paribus. Adapun rincian biaya tetap
terdapat pada Tabel 12 (terlampir).
b. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh jumlah produk
yang dihasilkan, pada usaha ini biaya variabel ditentukan berdasarkan
jumlah ayam ras petelur yang dipelihara. Biaya yang dikeluarkan di
antaranya biaya Ayam layer umur 18 minggu, sekam, koran bekas
yang digunakan untuk alas peti telur, pakan ayam grower dari
perusahaan Global, OVD, desinfektan. biaya total variabel pada tahun
pertama pada usaha peternakan ayam ras petelur di Perusahaan X
adalah Rp3 616 040 114 9 dan tahun berikutnya adalah Rp3 616 040
114 dalam satu periode.
Dalam perhitungan cash flow perusahaan diasumsikan bahwa nilai dari
biaya variabel adalah sama cateris paribus sehingga nilainya akan sama. Nilai
biaya variabel adalah tergantung atau mempengaruhi produk secara langsung,
pada usaha peternakan ayam petelur pada perusahaan X ini biaya variabel yang
paling tinggi adalah biaya pembelian ayam layer, dan pakan. Secara jelas dapat
dilihat pada Tabel 13.
Analisis Laba Rugi
Analisis laba rugi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan usaha pada periode waktu tertentu, komponen yang terdapat di
analisis laba rugi adalah penerimaan, biaya operasional, penyusutan, dan pajak
penghasilan. Laba bersih diperoleh dari penerimaan total yang dikurangi oleh
biaya variabel dan operasional. Terdapat juga komponen yang mengurangi
penerimaan yaitu penyusutan dan pajak penghasilan. Penyusutan adalah biaya
atas barang investasi yang disusutkan setiap tahunya dengan mengetahui nilai
sisa barang investasi tersebut, perhitungan nilai penyusutan dilakukan dengan
metode garis lurus yaitu nilai beli dikurangi nilai sisa lalu dibagi umur
ekonomis barang tersebut. Nilai sisa adalah komponen penerimaan yang
dihitung pada akhir periode, nilai sisa adalah nilai suatu barang yang telah
habis masa ekonomisnya tetapi masih memiliki nilai ekonomi jika dijual. Pada
usaha peternakan perusahaan X besarnya penyusutan dari tahun pertama
sampai tahun ke sepuluh adalah sebesar Rp62 869 940 .
Hasil perhitungan analisis laba rugi digunakan untuk perhitungan casflow
yaitu komponen pajak penghasilan yang diperoleh di laporan laba rugi. Pajak
penghasila akan mengurangi penerimaan, besarnya pajak sudah diatur pada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2013 tentang tarif umum
PPH Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang menetapkan pajak sebesar 1
persen per tahun dari hasil penerimaan yang berjumlah lebih kecil dari 4.8 M
dan 25 persen dari hasil penerimaan yang berjumlah lebih besar dari 4.8 M.
Ketentuan ini diasumsikan tetap hingga akhir umur bisnis.
Berdasarkan laopran laba rugi pada Usaha peternakan ayam ras petelur
ini terhadap penambahan 16 923 ekor pada tahun pertama usaha peternakan ini
tidak memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian sebesar Rp1 004 512
47
NPV
Rp1
Rp4 704
671 844
012 201
904
IRR
DR
7.5 36
investasi yang dikeluarkan atau cost. Usaha dikatakan layak jika nilai Net
B/C>1. pada usaha peternakan perusahaan X nilai Net B/C adalah 2 yang
berarti setiap Rp1 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan
manfaat bersih 1 sehingga usaha peternakan Perusahaan X layak untuk
dijalankan karena nilai Net B/C >1.
4. Payback Periode (PP)
Payback Period adalah salah satu kriteria kelayakan investasi yang
menunjukan seberapa lama modal investasi yang dikeluarkan dapat
kembali atau secara umum Payback Period melihat seberapa cepat waktu
pengembalian modal investasi. Penentuan kelayakan usaha ini adalah jika
Payback Period kecil dari umur proyek maka usaha layak dijalankan.
Pada usaha peternakan Perusahaan X nilai Payback Period adalah 3.11
artinya modal investasi kembali dalam waktu sekitar 3 tahun 4 bulan,
setelah usaha dijalankan. Usaha peternakan ini memiliki umur usaha 10
tahun, sehingga usaha ini layak dijalankan karena Payback Period lebih
kecil dari umur usaha.
Berdasarkan hasil dari kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, Net B/C,
IRR, dan payback period (PP) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 14
Tabel 11 Kriteria kelayakan investasi usaha peternakan Perusahaan X
No Kriteria Kelayakan Hasil Penilaian
1 NPV 1 704 844 201
2 NET B/C 2
3 IRR 36 persen
4 PP 3.4
Sumber : Perusahaan X, 2015
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 4 Analisis switching value perusahaan X sebesar 8.513 persen variabel peningkatan harga pakan
URAIAN
A INFLOW 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN 3 820 742 612 4 438 585 095 4 549 220 900 4 850 959 344 4 952 968 480 3 819 540 330 5 438 891 165 5 080 224 025 4 155 842 381 4 080 602 723
NILAI SISA 468 739 792
TOTAL INFLOW 3 820 742 612 4 438 585 095 4 549 220 900 4 850 959 344 4 952 968 480 3 819 540 330 5 438 891 165 5 080 224 025 4 155 842 381 4 549 342 515
B OUTFLOW
BIAYA INVESTASI
Kandang 384 000 000
Lahan 100 000 000
Mess 40 000 000
Gudang 40 000 000
Instalasi Listrik -
a Kandang 604 357 604 357
b Gudang 200 000 200 000
c Mess 200 000 200 000
Instalasi Air +filter 10 800 000 10 800 000
Instalasi Pakan 8 000 000 8 000 000
Niple 67 692 000
Drum Air 800 000 800 000
Ember Plastik 400 000 400 000 400 000
Sprayer 700 000 700 000
Mesin Semprot 2 400 000 2 400 000
Sekop 420 000 420 000
Timbangan digital 1 200 000 1 200 000
Toren Air 3 000 000 3 000 000
Egg Tray 7 500 000 7 500 000
Peti Kayu 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Truk 229 500 000
Pompa air 15 000 000 15 000 000
Meja Kursi 300 000 300 000
alat Suntik 1 000 000 1 000 000
Alat Bangunan 5 000 000 5 000 000
Lampu 900 000 900 000 900 000
Komputer 3 500 000 3 500 000
white board 250 000 250 000
Handphone 1 500 000 1 500 000 0
Timbangan Manual 1 500 000 1 500 000
Kulkas 2 000 000 2 000 000
pekerja bangunan 120 000 000
TOTAL BIAYA INVESTASI 1 049 866 357 - - 4 300 000 - 40 970 000 2 800 000 - 23 404 357 -
BIAYA VARIABEL
Ayam Layer 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000
Pakan 2 715 506 172 3 118 422 253 3 051 269 573 3 044 138 315 3 098 811 293 3 074 865 647 3 074 865 647 3 588 491 015 3 118 422 253 3 118 422 253
Sekam Padi 546 000 448 000 630 000 630 000 630 000 630 000 672 000 630 000 630 000 630 000
58
Analisiss switching value perusahaan X sebesar 8.513 persen variabel peningkatan harga pakan (lanjutan)
Vaksin dan Vitamin 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Obat-obatan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Bahan Bakar Solar 32 532 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 40 040 000 37 537 500 37 537 500 37 537 500
Desinfektan 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000
Tali Rafia 130 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000
Koran Bekas 1 638 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 2 016 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000
Komunikasi 5 460 000 4 480 000 6 300 000 5 460 000 6 300 000 6 300 000 6 720 000 6 300 000 6 300 000 6 300 000
kapur 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 3 846 960 672 4 254 081 753 4 188 931 073 4 180 959 815 4 236 472 793 4 212 527 147 3 132 609 647 4 726 152 515 4 256 083 753 4 256 083 753
BIAYA TETAP
Gaji KePala Kandang 50 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Gaji Administrasi 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Biaya Listrik 50 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Biaya Pemeliharaan Kandang 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Biaya Sosial 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000
Biaya Dapur 15 787 533 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867
Gaji Supir 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Gaji Anak Kandang 24 000 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000
Gaji Kepala Gudang 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Gaji Karyawan Gudang 16 000 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000
Biaya Pemeliharaan Mobil 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000
TOTAL BIAYA TETAP 234 687 533 271 751 867 271 751 867 273 571 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 4 081 648 205 4 525 833 620 4 460 682 940 4 454 531 681 4 508 224 660 4 484 279 014 3 404 361 514 4 997 904 382 4 527 835 620 4 527 835 620
TOTAL OUTFLOW 5 131 514 562 4 525 833 620 4 460 682 940 4 458 831 681 4 508 224 660 4 525 249 014 3 407 161 514 4 997 904 382 4 551 239 977 4 527 835 620
PAJAK PENHASILAN (1 persen) - 1 130 632 2 851 411 5 942 444 6 453 898 - 20 574 530 3 246 069 - -
NET BENEFIT (1 307 061 213) (84 117 835) 89 856 107 390 345 031 442 524 445 (701 506 883) 2 015 356 922 83 977 244 (391 136 275) 25 768 216
DF (7 5 persen) 0.93 0.86 0.80 0.74 0.690 0.645 0.608 0.5603 0.524 0.481
PV/TAHUN (1 215 870 896) (72 789 905) 72 330 623 292 290 566 308 244 222 (454 549 465) 1 214 766 262 47 086 228 (204 010 217) 12 502 582
PV(-) (1 874 430 578)
PV(+) 1 215 870 896
NPV 0.00000015087
NET B/C 1
IRR 7.5 persen
PP 18.6145
59
Lampiran 5 Analisiss switching value perusahaan X sebesar 7.553 persen variabel penurunan harga jual
URAIAN
A INFLOW 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN 3 801 217 982 4 197 106 348 4 251 421 936 4 536 497 043 4 629 941 783 3 582 157 599 5 046 398 257 4 716 769 659 3 938 101 907 3 935 007 981
NILAI SISA 468 739 792
TOTAL INFLOW 3 801 217 982 4 197 106 348 4 251 421 936 4 536 497 043 4 629 941 783 3 582 157 599 5 046 398 257 4 716 769 659 3 938 101 907 4 403 747 773
B OUTFLOW
BIAYA INVESTASI
Kandang 384 000 000
Lahan 100 000 000
Mess 40 000 000
Gudang 40 000 000
Instalasi Listrik -
a Kandang 604 357 604 357
b Gudang 200 000 200 000
c Mess 200 000 200 000
Instalasi Air +filter 10 800 000 10 800 000
Instalasi Pakan 8 000 000 8 000 000
Niple 67 692 000
Drum Air 800 000 800 000
Ember Plastik 400 000 400 000 400 000
Sprayer 700 000 700 000
Mesin Semprot 2 400 000 2 400 000
Sekop 420 000 420 000
Timbangan digital 1 200 000 1 200 000
Toren Air 3 000 000 3 000 000
Egg Tray 7 500 000 7 500 000
Peti Kayu 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Truk 229 500 000
Pompa air 15 000 000 15 000 000
Meja Kursi 300 000 300 000
alat Suntik 1 000 000 1 000 000
Alat Bangunan 5 000 000 5 000 000
Lampu 900 000 900 000 900 000
Komputer 3 500 000 3 500 000
white board 250 000 250 000
Handphone 1 500 000 1 500 000 0
Timbangan Manual 1 500 000 1 500 000
Kulkas 2 000 000 2 000 000
pekerja bangunan 120 000 000
TOTAL BIAYA INVESTASI 1 049 866 357 - - 4 300 000 - 40 970 000 2 800 000 - 23 404 357 -
BIAYA VARIABEL
Ayam Layer 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000
Pakan 2 484 585 614 2 853 238 615 2 791 796 448 2 785 271 617 2 835 295 328 2 813 385 966 2 916 184 378 3 283 333 783 2 853 238 615 2 853 238 615
Sekam Padi 546 000 448 000 630 000 630 000 630 000 630 000 672 000 630 000 630 000 630 000
60
Analisiss switching value perusahaan X sebesar 8 29 persen variabel penurunan harga jual (lanjutan)
Vaksin dan Vitamin 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Obat-obatan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Bahan Bakar Solar 32 532 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 40 040 000 37 537 500 37 537 500 37 537 500
Desinfektan 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000
Tali Rafia 130 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000
Koran Bekas 1 638 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 2 016 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000
Komunikasi 5 460 000 4 480 000 6 300 000 5 460 000 6 300 000 6 300 000 6 720 000 6 300 000 6 300 000 6 300 000
kapur 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 3 616 040 114 3 988 898 115 3 929 457 948 3 922 093 117 3 972 956 828 3 951 047 466 2 973 928 378 4 420 995 283 3 990 900 115 3 990 900 115
BIAYA TETAP
Gaji KePala Kandang 50 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Gaji Administrasi 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Biaya Listrik 50 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Biaya Pemeliharaan Kandang 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Biaya Sosial 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000
Biaya Dapur 15 787 533 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867
Gaji Supir 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Gaji Anak Kandang 24 000 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000
Gaji Kepala Gudang 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Gaji Karyawan Gudang 16 000 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000
Biaya Pemeliharaan Mobil 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000
TOTAL BIAYA TETAP 234 687 533 271 751 867 271 751 867 273 571 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 3 850 727 647 4 260 649 982 4 201 209 815 4 195 664 983 4 244 708 694 4 222 799 332 3 245 680 245 4 692 747 150 4 262 651 982 4 262 651 982
TOTAL OUTFLOW 4 900 594 005 4 260 649 982 4 201 209 815 4 199 964 983 4 244 708 694 4 263 769 332 3 248 480 245 4 692 747 150 4 286 056 339 4 262 651 982
PAJAK PENHASILAN (1 persen) (928 550) 1 130 632 2 851 411 5 942 444 6 453 898 - 20 574 530 3 246 069 - -
NET BENEFIT (1 098 447 473) (64 674 266) 47 360 710 330 589 616 378 779 190 (681 611 734) 1 777 343 482 20 776 440 (347 954 433) 141 095 791
DF (7 5 persen) 0.930 0.865 0.804 0.748 0.696 0.647 0.602 0.560 0.521 0.485
PV/TAHUN (1 021 811 603) (55 964 751) 38 123 504 247 545 680 263 841 915 (441 658 174) 1 071 302 494 11 649 396 (181 487 281) 68 458 821
PV(-) (1 644 957 058)
PV(+) 1 021 811 603
NPV (0.0000007153)
NET B/C 1
IRR 7.5 persen
PP 20.8614
61
RIWAYAT HIDUP