Anda di halaman 1dari 79

1

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM PETELUR


(Studi Kasus Perusahaan X Di Desa Gobang, Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor)

ANDREAS TAMBUN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MENEJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
2
3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis kelayakan


Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Perusahaan X di Desa Rumpin Kecamatan
Gobang, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun.
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Anderas Tambun
NIM H34124043

* .
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
...luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
4
5

ABSTRAK
ANDREAS TAMBUN. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur
Perusahaan X di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA.

Analisis Kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur perusahaan X


dilakukan untuk menilai apakah kegiatan investasi yang dilakukan dalam
penambahan target produksi telur layak dijalankan, memberikan gambaran
prospek usaha peternakan khususnya ayam petelur dan seberapa besar
kemungkinan manfaat dan keuntungan dari usaha tersebut. Berdasarkan hasil
analisis aspek non finanasial menunjukan bahwa usaha peternakan ini layak untuk
dijalankan dilihat dari aspek pasar, teknis, menejemen, hukum, sosial, ekonomi,
dan lingkungan karena sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Berdasarkan
aspek finansial bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena sudah memenuhi
kriteria kelayakan secara finansial yaitu Nilai NPV perusahaan X diperoleh
sebesar Rp1 704 844 201, nilai IRR 36 persen, nilai Net B/C 2 dan nilai Payback
Period 3 tahun 4 bulan. Hasil analisis Switching value terhadap perubahan yang
terjadi pada variabel outflow dan inflow yaitu sebesar 8.513 persen untuk
toleransi kenaikan pakan maksimal, dan 7.553 persen untuk penurunan harga jual
maksimal yang dapat ditoleransi.

Kata kunci: IRR, kelayakan usaha, NPV, Net B/C, switching value.

ABSTRACT
ANDREAS TAMBUN. Feasibility Analysis of Layer farm at X farm in Gobang,
Bogor Regency. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.

The feasibility analysis of layer farm at X farm is needed to asses whether


the activities of the investmen made in the addition amount of egg production is
feasible, gives an overview of business prospect especicaly layer and how likely
the benefits can be received from the business. Based the result of analysis
nonfinancial aspect indicates that the X farm is feasible either from the aspect
market, technical, management, legal, and social aspects of the environmental
because it has already met the criteria of feasibility business. Based the financial
aspect analysis that the business is feasibel and deserve to run. The value of
financial analysis for NPV Rp1 704 844 201, IRR 36 persen, Net B/C 2 and
Payback Period 3 years 4 month. Analysis switching value found that the
magnitude of tolerance maximum against component input and output by the
Farm are 8.513 persen for increasing feed price, 7.553 persen for decreasing price
sell product which can be tolerance.

Keywords: business feasibility, IRR, NPV, Net B/C, switching value


6
7

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM PETELUR


(Studi Kasus Perusahaan X Di Desa Gobang, Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor)

ANDREAS TAMBUN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MENEJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
3
4

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema dalam
penulisan karya ilmiah ini adalah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul Analisis
Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di Desa Gobang, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor.
Terima kasih Penulis Ucapkan kepada Dr Ir Wahyu Budi Priatna. Msi
sebagai pembimbing dalam menyelesaikan karya ilmiah ini yang telah
meluangkan sebagian besar waktu untuk membimbing, mengarahakan, serta
meberikan saran juga ilmu pengetahuan selama penyusunan skripsi. Penulis juga
berterima kasih kepada semua bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal
pengetahuan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
seluruh karyawan peternakan perusahaan X karena telah membantu penulis dalam
melakukan kegiatan penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada ayah, ibu, dan saudaraku atas doa, nasehat, motivasi dan cinta
kasih yang selalu diberikan sampai saat ini kepada penulis. Ucapan terima kasih
kepada seluruh mahasiswa dan staff Alih Jenis Agribisnis angkatan tiga.
Harapan dari penulis agar skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat
menjadi rujukan untuk melakukan peneltian lebih lanjut.

Bogor, Maret 2015

Andreas Tambun
5
6

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 8
TINJAUAN PUSTAKA 8
Usaha Peternakan Ayam Petelur 8
Karakteristik Ayam Petelur 9
Telur Ayam 12
Teknologi Niple dan Filter Air Minum 12
Analisis Kelayakan Usaha 13
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu 16
KERANGKA PEMIKIRAN 17
Kerangka Pemikiran Teoritis 17
Studi Kelayakan Bisnis 17
Aspek-Aspek Studi Kelayakan 18
Kriteria Kelayakan Investasi 21
Konsep Nilai Waktu Uang 22
Analisis Switching Value 22
Kerangka Pemikiran Operasional 22
METODE PENELITIAN 25
Lokasi dan Waktu penelitian 25
Jenis dan Sumber Data 25
Metode Pengumpulan data 25
Metode Pengolahan Data 26
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial 26
Aspek Pasar 26
Aspek Teknis 26
Aspek Hukum 27
Aspek Menejemen 27
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 27
Analisis Kelayakan Aspek Finansial 28
Net Present Value (NPV) 28
Net Benefit Cost Ratio 29
Internal Rate of Return (IRR) 29
Payback Periode (PP) 29
Asumsi-Asumsi Dasar 30
Analisis Switching Value 31
KEADAAN UMUM LOKASI 31
Gambaran Umum Perusahaan X 31
HASIL DAN PEMBAHASAN 32
7

Analisis Aspek Non Finansial 32


Aspek Pasar 33
Aspek Teknis 34
Aspek Hukum 40
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 41
Analisis Aspek Finansial 41
Arus Manfaat (Inflow) 41
Arus Biaya (Outflow) 42
Analisis Laba Rugi 46
Analisis Kriteria Kelayakan Investasi 47
Analisis Switching Value Perusahaan X 48
SIMPULAN DAN SARAN 49
Simpulan 49
Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 50
RIWAYAT HIDUP 64
8

DAFTAR TABEL

1 Populasi jumlah (000 ekor) ternak di Indonesia tahun 2010 sampai 2014 ......... 1
2 Jumlah produksi telur (000 ton) di Indonesia tahun 2010 sampai 2014 ............. 2
3 Produksi telur (000 ton) menurut propinsi tahun 2010 sampai 2013 ................. 3
4 Produksi telur (butir) kabupaten dan kota di Jawa Barat tahun 2011 ................. 4
5 Konsumsi telur per kapita per tahun di Indonesia tahun 2009 sampai 2013 ...... 5
6 Perbandingan produktivitas ayam ras petelur dengan ayam buras................... 10
7 Peforma beberapa strain ayam petelur.............................................................. 11
8 Jenis dan sumber data ....................................................................................... 25
9 Proporsi jumlah pakan ayam per ekor per hari ................................................. 36
10 Proporsi pemberian pakan pada perusahaan X ................................................. 38
14 Kriteria kelayakan investasi usaha peternakan Perusahaan X .......................... 48
15 Hasil perhitungan analisis nilai pengganti ........................................................ 49
11 Biaya investasi perusahaan X ........................................................................... 61
12 Rincian biaya tetap usaha peternakan Perusahaan X........................................ 62
13 Rincian biaya variabel usaha peternakan Perusahaan X .................................. 62

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara NPV dan IRR ....................................................................... 22


2 Kerangka pemikiran operasional ...................................................................... 24
3 Layout peternakan X ........................................................................................ 35
4 Kandang batre atau lebih dikenal dengan cage ................................................ 35
5 Peti telur (a) dan egg tray (b)............................................................................ 37
6 Persiapan kandang ............................................................................................ 38
7 Proses pengemasan telur................................................................................... 39
8 Struktur organisasi perusahaan X ..................................................................... 39
9 Hubungan NPV dan IRR .................................................................................. 47
10 Instalasi minum dan air..................................................................................... 61

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rincian biaya penyusutan Investasi peternakan perusahaan X .......................... 53


2 Proyeksi laba rugi Peternakan perusahaan X ..................................................... 54
3 Proyeksi arus kas peternakan (cash flow) perusahaan X .................................... 55
4 Analisis switching value perusahaan X
sebesar 8.513 persen variabel peningkatan harga pakan .................................... 57
5 Analisiss switching value perusahaan X
sebesar 7.553 persen variabel penurunan harga jual ......................................... 59
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke empat di


dunia dengan jumlah 237 641 326 juta orang tahun 2010 (BPS 2010). Jumlah
masyarakat yang banyak memerlukan sumber pangan yang besar untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia. Rata-rata pertumbuhan
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mencapai 6.15 persen sejak tahun 2010-
2013 dengan pendapatan per kapita 3,468 (USD) merupakan potensi yang
besar sebagai pasar yang baik. Populasi yang besar, perkembangan ekonomi
yang cenderung baik, serta peningkatan pendapatan menyebabkan pula
masyarakat memerlukan sumber makanan yang baik.
Protein adalah sumber makanan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan
kebutuhan akan protein sangatlah penting, terdapat dua macam sumber protein
yaitu hewani dan nabati. Kebutuhan protein hewani diperoleh dari hewan
ternak yang dimanfaatkan daging atau telurnya sehingga dibutuhkan populasi
yang besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, perkembangan
atau perubahan pertumbuhan populasi ternak di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 1
Tabel 1 Populasi jumlah (000 ekor) ternak di Indonesia tahun 2010 sampai
2014
Grow (%)
Jenis ternak 2010 2011 2012 2013 2014*
2013-2014
Sapi Potong 13 582 14 824 15 981 12686 14 703 13.72
Sapi Perah 488 597 612 444 483 8.07
Kerbau 2 000 1 305 1 438 1110 1 321 15.97
Kuda 419 409 437 434 455 4.62
Kambing 16 620 16 946 17 906 18500 19 216 3.73
Domba 10 725 11 791 13 420 14926 15 716 5.03
Babi 7 477 7 525 7 900 7611 7 873 3.33
Ayam Buras 257 544 264 340 274 564 276777 286 538 3.41
Ayam Ras Petelur 105 210 124 636 138 718 146622 154 657 5.20
Ayam Ras Pedaging 986 872 1 177 991 1 244 402 1 344 191 1 481 872 9.29
Itik 44 302 43 488 49 295 12 015 52 775 77.23
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2014
Catatan : * Angka Sementara

Tabel 1 populasi jumlah ternak di Indonesia dapat dilihat bahwa hampir


semua jenis ternak mengalami peningkatan, khusus untuk ayam petelur terjadi
peningkatan sebesar 5.2 persen pada tahun 2013 sampai 2014. Peningkatan
populasi ternak menyebabkan peningkatan produksi daging dan telur yang
dihasilkan.
Telur merupakan sumber protein utama dan murah bagi masyarakat
sehingga kebutuhan akan telur sangat tinggi, terdapat berbagai macam jenis
telur yang dijual seperti telur ayam buras, telur itik, telur ayam ras dan telur
puyuh. Pasokan telur untuk setiap jenis berbeda khusus untuk telur ayam, dan
itik memiliki harga jual yang tinggi karena permintaan yang tinggi tetapi
pasokan yang sedikit excees demand. Tingginya permintaan dari masyarakat
akan telur menjadi sinyal bagi para peternak untuk berusaha dalam peternakan,
2

meningkatnya pendapatan masyarakat juga mempengaruhi pola konsumsi


masyarakat yang akan lebih memperhatikan kebutuhan makananan bergizi
terutama protein hewani. Jumlah penduduk Indonesia yang besar
membutuhkan jumlah populasi ternak yang besar untuk memenuhi kebutuhan
akan telur sehingga dibutuhkan pengembangan usaha peternakan ayam ras
petelur, perkembangan produksi telur di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah produksi telur (000 ton) di Indonesia tahun 2010 sampai 2014
Jenis 2010 2011 2012 2013 2014* Grow
(persen)
Ayam ras 945 637 1 027 846 1 139 949 1 224 402 1 299 199 8.24
Itik 245 039 256 198 275 938 290 369 297 074 5.49
Ayam Buras 175 527 172 215 197 083 194 620 197 391 3.14
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2014
Catatan : * Angka Sementara

Dari data produksi telur di Indonesia sejak tahun 2010 dapat dilihat
bahwa secara rata-rata produksi telur ayam ras lebih besar peningkatanya
sebesar 8.24 persen, dibandingkan dengan telur itik sebesar 5.49 persen dan
ayam buras 3.14 persen. Telur itik dan ayam buras peningkatanya lebih rendah
diduga karena itik belum dapat dibudidayakan dalam kandang tertutup seperti
ayam buras, cuaca sangat berpengaruh terhadap produksinya, memerlukan
waktu dan penanganan khusus, dan secara umum budidaya itik dan ayam buras
masih dilakukan dalam skala rumah tangga atau tradisional sehingga teknologi
intensif belum diterapkan, sehingga menghasilkan produksi yang belum
maksimal dibandingkan dengan budidaya ayam ras petelur.
Peningkatan produksi telur tidak merata disetiap daerah sentra produksi
telur, setiap daerah atau propinsi memiliki pertumbuhan yang berbeda bahkan
ada yang mengalami penurunan produksi. Khusus untuk daerah DKI Jakarta
tidak ada produksi yang dihasilkan karena tidak ada lahan yang cocok untuk
budidaya ayam petelur dan juga biaya imbangan untuk usaha lain ada industri
lain lebih besar. DKI Jakarta menjadi lokasi atau pasar dari pada konsumsi
telur yang diproduksi oleh daerah pertanian seperti Bogor.
Jawa Barat tercatat peningkatan produksi telur yang signifikan mecapai
6.19 persen ini mengindikasikan bahwa permintaan di Jawa Barat juga
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Jawa Barat, sehingga
peluang pasar untuk telur ayam masih besar. Jawa Barat juga melakukan
pemenuhan kebutuhan telur untuk daerah DKI Jakarta, peluang pasar sangat
besar di Jakarta karena daerah menjadi pusat industri dan didukung oleh
jumlah penduduk yang sangat padat menjadi potensi yang sangat besar untuk
dipenuhi kebutuhan akan telur ayam ras. Produksi terbesar masih terdapat
didaerah propinsi Jawa Timur, sehingga penentuan harga tergantung dari
supply telur dari daerah Jawa Timur peningkatan terjadi sebesar 4.00 persen.
Jawa Timur sebagai sentra produksi telur juga sebagai pemasok telur untuk
kebutuhan telur di daerah jabodetabek dan menjadi pesaing bagi produsen telur
daerah Bogor karena harga jual yang murah dibandingkan dengan produksi
lokal Jawa Barat khususnya Bogor, diduga juga biaya produksi yang murah
dibandingkan dengan Jawa Barat menyebabkan biaya produksi atau harga
pokok penjualan menjadi kecil atau telah mencapai skala ekonomi yang
3

efisien. Sehingga jika permintaan telur kurang atau kecil sedangkan penawaran
telur yang besar menyebabkan barang beralih ke daerah yang mempunyai
permintaan tinggi dan harga jual yang tinggi. Produksi telur di Indonesia
menurut propinsi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat
pada Tabel 3.

Tabel 3 Produksi telur (000 ton) menurut propinsi tahun 2010 sampai 2013
Tahun Grow rate
No Propinsi 2012 - 2013
2010 2011 2012 2013
(persen)
1 NAD 1 962 2 419 3 640 3 878 25.88
2 SUMUT 74 302 79 204 108 018 111 802 3.32
3 SUMBAR 55 538 60 148 62 687 65 194 4.00
4 Riau 1 748 1 384 2 022 2 120 4.87
5 Jambi 3 848 4 771 4 461 7 332 57,99
6 SUMSEL 47 616 48 726 49 540 51 997 4.96
7 Bengkulu 452 582 576 652 13.25
8 Lampung 40 470 44 878 61 335 82 391 34.33
9 BABEL 580 593 544 599 10.00
10 KEPRI 6 935 7 129 3 425 4 500 31.38
11 D.K.I Jakarta 0 0 - - 0
12 Jawa Barat 103 428 115 787 120 123 127 561 6.19
13 Jawa Tengah 174 884 179 974 192 071 196 488 2.30
14 D.I Yogyakarta 23 361 26 111 25 802 26.326 2.03
15 Jawa Timur 209 516 235 832 270 700 281 528 4.00
16 Banten 41 581 57 6263 47 455 51 397 8.31
17 Bali 29 472 6 606 47 969 49 024 2.20
18 NTB 9 008 1 268 1 338 1 351 1.00
19 NTT 705 1385 1 164 1 164 0.00
20 KALBAR 16 257 15.613 23 906 24 743 3.50
21 KALTENG 538 120 209 653 212.69
22 KALSEL 28 990 20 286 20 995 24 296 15.94
23 KALTIM 12 164 12 032 12 240 12 484 2.00
24 SULUT 7 316 7838 8 552 8 979 5.00
25 SULTENG 4 445 5 297 4 621 5 589 20.96
26 SULSEL 45 903 50 003 60 144 74.987 24.68
27 SULTENG 1 414 1.369 1 126 1 405 24.83
28 Gorontalo 1 551 1 565 2 149 2 149 0.04
29 SULBAR 138 607 638 647 1.43
30 Maluku 285 348 371 395 6.59
31 MALUT 140 10 838 130 270 107.44
32 Papua Barat 338 494 705 731 3.77
33 Papua 752 1.013 1.153 1.288 11.71
Total produksi 945 635 1 027 845 1 139 946 1 223 718 7.35
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2013

Jawa Barat termasuk propinsi yang produksi telur ayam ras cukup
banyak sekitar 1 936 695 442 produksi telur ayam ras di kabupaten Bogor
mencapai 691 479 523 butir menjadi yang tertinggi diantara kabupaten lainya
yang ada di Jawa Barat, dikarenakan Bogor adalah lokasi yang strategis untuk
usaha peternakan ayam, karena lahan yang masih luas dan infrastruktur yang
sudah cukup baik, sehingga biaya transportasi tidak menjadi kendala, dan
pengiriman telur akan cepat dan terjaga kualitasnya, tetapi untuk produksi telur
ayam buras kabupaten Ciamis menjadi produsen tertinggi mencapai 100 009
4

575 butir, dan penghasil telur itik terbanyak adalah kabupaten Karawang
sebanyak 269 067 395 butir dikarenakan kabupaten karawang adalah sentra
padi Jawa Barat yang memiliki lahan pertanian padi yang luas sehingga para
peternak dengan mudah membawa itik mereka kesawah untuk bertelur,
memanfaatkan limbah padi sebagai tambahan atau pakan bagi itik mereka
karena itik masih dibudidayakan secara tradisional.
Bogor adalah daerah pertanian yang berhubungan langsung dengan
daerah industri padat penduduk seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok
yang memerlukan kebutuhan telur yang cukup tinggi, sehingga menjadi
peluang bisnis yang baik bagi para peternak ayam ras petelur Produksi telur
setiap kabupaten atau kota di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Produksi telur (butir) kabupaten dan kota di Jawa Barat tahun 2011
Kabupaten Ayam Ras Ayam Buras Itik Jumlah
Bogor 691 479 523 22 025 022 17 721 131 731 225 676
Sukabumi 205 570 046 58 354 680 11 038 164 468 793 459
Cianjur 205 570 046 53 021 269 41 463 407 300 054 722
Bandung 70 522 394 31 828 060 55 081 622 157 432 076
Garut - 23 816 562 23 638 469 47 455 031
Tasikmalaya 61 441 395 26 053 378 16 970 035 104 464 807
Ciamis 99 432 780 100 009 575 45 249 846 244 692 201
Kuningan 138 822 755 8 127 822 7 830 737 154 781 315
Cirebon 5 083 739 20 211 617 42 327 063 67 622 420
Majalenka 21 194 139 14 064 250 11 078 308 46 336 697
Sumedang 11 321 104 8 581 008 5 881 528 25 783 640
Indramayu - 17 989 500 247 463 692 265 453 192
Subang 5 608 440 15 866 454 52 820 285 74 295 180
Purwakarta 14 889 16 14 392 212 27 131 616 56 412 989
Karawang 10 788 458 27 091 821 269 067 395 306 947 673
Bekasi 57 697 138 16 635 221 52 027 344 126 359 703
Bandung Barat 26 109 158 25 425 865 22 791 712 74 326 735
Kota
Bogor 93 474 3 660 156 1 614 249 5 367 879
Sukabumi 47 565 024 683 198 753 812 49 002 035
Bandung 294 287 1 605 685 2 881 266 4 781 238
Cirebon 77 116 645 972 590 758 1 313 846
Bekasi 18 447 250 1 275 155 1 535 689 21 258 094
Depok 33 694 261 602 214 10 219 420 44 515 895
Cimahi 10 905 544 658 909 725 1 465 288
Tasikmalaya 12 692 946 9 834 315 4 557 036 27 084 297
Banjar 4 459 333 2 996 736 2 166 079 9 622 148
Total (Jawa Barat) 1 936 695 442 505 342 405 974 810 389 3 416 848 236
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan Propinsi Jawa Barat tahun 2011

Telur yang diproduksi haruslah sampai dengan cepat kepada konsumen


atau perantara penjual sehingga kualitasnya dapat terjaga atau segar diterima
oleh konsumen. Konsumsi telur oleh masyarakat indonesia masih rendah
dibandingkan dengan negara-negara maju khusus untuk indonesia konsumsi
hanya sebesar 6 513 per kapita per tahun untuk telur ayam ras, sedangkan ayam
buras sebesar 2 607 per kapita per tahun dan telur itik sebesar 1 825 per kapita
per tahun. Dilihat dari pertumbuhanya telur ayam ras naik secara rata-rata
sebesar 1.61 persen sampai tahun 2013 sedangkan telur itik dan ayam buras
5

mengalami penurunan karena bernilai negatif. Konsumsi telur Indonesia dapat


dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Konsumsi telur per kapita per tahun di Indonesia tahun 2009 sampai
2013
Jenis 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata
Pertumbuhan ( persen)
Telur Ayam Ras* 5 840 6 726 6 622 6 518 6 513 1.61
Telur Ayam Buras 3 650 3 702 3 754 2 764 2 607 -7,30
Telur Itik 2 868 2 503 2 816 2 190 1 825 -9,78
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2009-2013.
Keterangan : *) Satu butir telur ayam kampung diperkirakan beratnya sebesar 0,05 Kg

Pada tabel 5 dapet dilihat bahwa telur ayam ras meningkat konsumsinya
rata rata sekitar 1.61 persen pada tahun 2013, peningkatan ini menjadi
indikator bahwa pola konsumsi meningkat harus didukung dengan peningkatan
produksi telur sehingga pada masa depan permintaan/demand side dan sisi
penawaran/supply side akan meningkat. Prospek pengembangan usaha
peternakan ayam ras petelur sangat bagus untuk dikembangkan terutama di
daerah kabupaten Bogor yang cenderung cocok untuk lokasi budidaya karena
lokasi lahan kosong yang masih cukup banyak, infrastruktur transportasi yang
sudah memadai, sehingga dapat menunjang keberhasilan usaha peternakan
ayam ras petelur.
Konsumsi telur secara keseluruhan mengalami fluktuasi tetapi
kecenderunganya meningkat pada tahun 2012 konsumsi telur 1 412 78 000.
Saat ini dibanding dengan beberapa negara tetangga konsumsi telur masyarakat
Indonesia masih sangat rendah yakni 87 butir per tahun per kapita, padahal
masyarakat Malaysia rata-rata mengkonsumsi 311 telur per kapita per tahun1.
Sementara itu secara keseluruhan konsumsi telur di Jawa Barat sebanyak 299
683 ton, sedangkan kemampuan produksi dari peternak di Jawa Barat hanya
116 302 ton2. Berdasarkan data produksi dan konsumsi maka terjadi
kekurangan produksi yang cukup banyak sehingga menjadi peluang untuk
melakukan usah peternakan ayam petelur ini. Dari Pemetaan Sektor Pertanian
di Jawa Barat yang telah direncanakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang dipilih untuk
pengembangan usaha unggas produksi daging dan telur lebih besar dari 10
persen3.
Sementara perusahaan-perusahaan yang menghasilkan telur masih sangat
terbatas dan sedikit. Oleh karena itu peluang untuk mengembangkan dan
meningkatkan komoditi telur masih sangat besar di daerah ini. Kelangkaan
telur juga dialami perusahaan-perusahaan yang menghasilkan telur karena
permintaan melebihi produksi yang dihasilkan perusahaan tiap harinya.
Peluang tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menambah

1
Konsumsi telur Konsumsi telur masyarakat Indonesia tahun 2012.
http://ews.kemendag.go.id/berita/NewsDetail.aspx?v_berita=3207 [20 September 2014]
2
Konsumsi dan produksi Telur Jawa Barat. http://www.antarajawabarat.com/lihat/cetak/25210
[20 September 2014]
3
Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat.http://www.docstoc.com/docs/42331238/Boks-12-
Pemetaan-Sektor-Pertanian-di-Jawa-Barat [19 April 2014]
6

produktivitasnya terhadap telur ayam ras karena permintaan akan telur lebih
banyak pada komoditi ini atau masih besarnya peluang pasar untuk
mengembangkan usaha peternakan ayam ras petelur. Telur dan sifat
permintaannya yang sangat sesuai dengan perkembangan masa depan.
Semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur,
telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand, bila
pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Dimasa yang
akan datang, pendapatan per kapita akan meningkat terutama pada negara-
negara yang saat ini termasuk berpendapatan rendah dan menengah. Dengan
demikian, konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Salah satu
peternakan lokal yang ada di kabupaten Bogor adalah Perusahaan X telah
berdiri sejak tahun 2004 perusahaan melakukan produksinya meningkat.

Perumusan Masalah

Industri peternakan yang menjadi salah satu penopang penting dalam


pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal ini dipicu oleh antara lain laju
pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan penduduk, yang berarti
perlu suplai sumber protein hewani baik dari daging sapi, kerbau, kambing,
domba, maupun unggas. Industri peternakan unggas bisa tumbuh 8 persen
pada tahun 2010 4. Indonesia pada saat ini masih mengalami kekurangan ayam
petelur karena pertambahan populasi ayam petelur tidak seimbang dengan
kebutuhan konsumsi nasional. Dilain pihak kebutuhan masyarakat terhadap
telur cenderung semakin meningkat. Salah satu upaya peningkatan produksi
ayam petelur dalam negeri yaitu dengan upaya pengembangan usaha. Dengan
usaha ini diharapkan menghasilkan pertambahan produksi telur yang tinggi dan
efisien sehingga dapat diperoleh telur dengan kualitas dan kuantitas yang lebih
baik.
Perusahaan X adalah salah satu peternakan yang bergerak dibidang
peternakan khusus ayam petelur yang menghasilkan produk berupa telur.
Usaha ini dimilki oleh bapak Aki yang didirikan pada tahun 2004 di daerah
rumpin kabupaten Bogor Barat, perusahaan ini sudah cukup lama berdiri
sehingga pemilik memutuskan akan melakukan pengembangan usaha dengan
penambahan 1 ton telur utuh. Produk utama adalah telur ayam, ayam layer
yang siap berproduksi dipelihara pada satu kandang atau dikenal dengan sistem
batre artinya, setiap kandang hanya dihuni oleh satu atau dua ekor ayam.
Dalam menjalankan usaha ini perusahaan mengeluarkan biaya investasi yang
besar untuk membuat kandang semi permanen, kandang batre, peralatan makan
dan minum, alat penerangan kandang, dan sarana penunjang produksi yang
lain.
Usaha peternakan ini menjual telur ke daerah Jabodetabek. Permintaan
yang selalu meningkat dengan produksi yang tetap menajadi peluang bagi
perusahaan untuk melakukan pengembangan usaha untuk memenuhi
permintaan yang masih ada. Permintaan dari agen atau penyalur telur yang
sudah menjadi agen tetap sekitar 4 ton telur utuh per hari sedangkan produksi
telur 3 ton per hari masih ada peluang sekitar 1 ton yang harus dipenuhi
4
http://www.agrariaonline.com/redesign2.php?rid=19&aid=2114[20 september 2014]
7

sehingga perusahaan akan melakukan pengembangan usaha dengan cara


penambahan input produksi berupa ayam petelur dewasa siap telur (layer)
sekitar 16 923 ekor nilai ini didapatkan dari perhitungan dengan berat telur
0.065 gram per buitr, sehingga untuk mencapai satu ton telur dibutuhkan 15
385 ekor dan ditambah 10 persen tingkat kematianya sebesar 1 538 sehingga
didapatkan 16 923 ekor ayam. Selain memproduksi produk telur ayam,
perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan ayam afkir, yaitu ayam
yang sudah menurun produksinya sehingga jika dipertahankan maka secara
marginal akan mengalami kerugiaan, sehingga perlu diadakan peremajaan atau
pergantian induk petelur, harga jual ayam dalam kondisi ekonomi normal
adalah Rp30 000 per ekor ayam, tetapi dalam kondisi tertentu harga ayam
dapat meningkat mencapai Rp40 000 per ekor sehingga dalam kondisi seperti
ini, keputusan manajerial dalam melakukan penjualan ayam harus tepat karena
peningkatkan harga ayam sangatlah tinggi. Kotoran ayam juga menjadi salah
satu komponen dalam pemasukan perusahaan, kotoran ayam biasa digunakan
untuk pupuk alami bagi pertanian, harga kotoran ayam sekitar Rp5 000
perkarung 50 per kg. Kenaikan harga pakan atau faktor input dan penurunan
penurunan harga jual telur atau output produk yang berfluktuasi akan
mempengaruhi kondisi finansial perusahaan. Berdasarkan kondisi yang ada
maka perlu dilakukan analisis kelayakan perencanaan pengembangan usaha
dan analisis nilai pengganti atau Switching value terhadap perubahan yang
terjadi pada variabel output dan input.
Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan beberapa permasalahan
penelitian yaitu:
1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan pada penambahan 16 923 ekor
layer jika dianalisis dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek
teknis, aspek menejemen, aspek hukum, dan aspek sosial lingkungan.?
2. Bagaimana kelayakan usaha peternakan pada penambahan 16 923 ekor
layer jika dianalisis dari aspek finansial?
3. Seberapa besar perubahan maksimal pada variabel penurunan harga jual
(output) dan peningkatan harga pakan (input) pada penambahan 16 923
ekor sehingga usaha ini tetap layak untuk dilaksanakan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka


tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ini dari segi non finansial
meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek menejemen, dan aspek sosial
lingkungan
2. Menganalisis kelayakan secara finansial usaha ayam ras petelur pada
Perusahaan X. sesudah dilakukan pengembangan
3. Menguji dengan metode Switching value kelayakan usaha jika terjadi
kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual?

Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan X sebagai


bahan evaluasi untuk merencanakan pengembangan perusahaan peternakan
8

ayam ras petelur, dan bermanfaat juga sebagai informasi untuk para investor
yang akan berusaha di industri peternakan ayam ras petelur.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencangkup usaha ayam petelur yang


dilakukan oleh Perusahaan X pada penambahan 16 923 ekor ayam petelur,
yang terletak di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dan non finansial.
Kelayakan non finansial dibatasi pada aspek pasar spek menejemen, aspek
hukum, ekonomi, dan aspek sosial lingkungan. Sedangkan kelayakan finansial
dibahas dibatasi pada perhitungan laba rugi, kriteria kelayakan investasi yang
terdiri dari NPV, IRR, Net B/C dan tingkat pengembalian atau payback
periode. Selain itu juga dilakukan analisis Switching value.

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Peternakan Ayam Petelur

Banyak orang memelihara hewan dengan berbagai tujuan, seperti ayam,


burung, ikan, sapi dan lain sebagainya. Sebutan hewan ternak jika hewan yang
dipelihara menimbulkan manfaat bagi pemiliknya, sehingga berdasarkan
tujuanya hewan dibagi menjadi dua, yaitu hewan kegemaran dan hewan ternak.
Hewan kegemaran dibatasi oleh manfaat yang diberikan terbatas, tetapi hewan
ternak memiliki nilai bisnis, artinya hewan ini memiliki timbal balik yang besar
bagi pemiliknya, dan dapat dijadikan mata pencaharian (Rasyaf, 2003). Usaha
peternakan indonesia berkembang cukup besar karena dapat dilakukan oleh
siapa saja dengan skala besar atau kecil yang menjadikan banyak peternakan
bermunculan menandakan bahwa bisnis ini menguntungkan. Peternakan ayam
petelur adalah bisnis yang mengandalkan telur sebagai benda bisnisnya. Usaha
peternakan dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian. Menurut Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan
terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil
peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang
mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15 000 ekor
per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang
membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65 000 ekor per
periode. Sedangkan untuk pengusaha peternakan besar adalah pengusaha yang
mebudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65 000 ekor per
periode.
Berdasarkan kepres no. 22 tahun 1990 sebagai suatu usaha budidaya
ayam petelur dan ayam ras pedaging tidak termasuk pembibitan. Budidaya
ayam petelur dilakukan dalam kandang yang harus memenuhi ketentuan atau
syarat kandang yang baik sehingga produksi telur akan berjalan dengan baik
dan tidak manganggu proses produksi dan tidak menggangu lingkungan sekitar
kandang seperti polusi bau yang dihasilkan dalam kegiatan budidaya ini. Letak
kandang akan berpengaruh terhadap kondisi ayam. Mustiqoh (2009) dalam
penelitiannya mengkategorikan letak kandang yang dekat dengan jalan apabila
9

< 180 m, jarak sedang apabila 180 sampai 360 m dan jarak jauh apabila letak
kandang > 360 m dari jalan raya, semakin jauh dari jalan raya maka akan
semakin baik bagi ayam. Ayam dipelihara pada kandang semi permanen
dengan sistem batre, sistem ini dipilih karena lebih efisien dan menguntungkan
dibandingkan dengan sistem litter. (Susanto 2014) dalam penelitianya
mengemukakan bahwa pemeliharaan ayam ras petelur dengan sistem batre dan
litter menghasilkan hasil yang berbeda dengan uji-t, dan penggunaan kandang
batre lebih sedikit dalam konsumsi pakan dibandingkan sistem litter.

Karakteristik Ayam Petelur

Ayam ras petelur adalah jenis ayam unggul yang induk atau nenek
moyangnya merupakan ayam impor yang telah mengalami perbaikan
genetik melalui proses persilangan dan seleksi dengan tujuan produksi sebagai
penghasil telur. Hal tersebut berdasarkan pendapat dari Rahayu et al. (2001),
bahwa ayam ras adalah ayam yang induk atau nenek moyangnya merupakan
ayam impor. Sedangkan ayam tipe petelur adalah ayam yang dapat
menghasilkan relatif banyak telur dalam waktu yang singkat. Suprijatma et al.
(2005) mendefinisikan ayam ras sebagai jenis ayam dari luar negeri yang
bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah mengalami
perbaikan mutu genetik. Secara spesifik, Rasyaf (2008) menyebutkan bahwa
ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi telur dikenal dengan ayam petelur.
Persilangan dan seleksi dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam
petelur unggul seperti sekarang. Dalam setiap persilangan, sifat jelek selalu
dibuang dan sifat baik akan dipertahankan, sehingga terciptalah ayam petelur
unggul.
Adapun ciri-ciri ayam ras petelur menurut berbagai sumber pustaka yang
berhasil dihimpun adalah :
1. Mudah terkejut (nervous)
2. Bentuk tubuh ramping
3. Cuping telinga berwarna putih
4. Kerabang kulit telur berwarna putih
5. Efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur
6. Tidak memiliki sifat mengeram
7. Produksi telur yang tinggi yaitu 200 butir per ekor per tahun, bahkan bisa
mencapai 250 – 280 butir per ekor per tahun.
Ayam ras petelur akan pertama bertelur kira-kira pada saat berumur 5
bulan dan akan terus bertelur sampai umurnya mencapai 18 bulan. Pada
umumnya, produksi telur terbaik terjadi pada tahun pertama
Menurut Sudarmono (2003) ayam ras petelur mempunyai sifat-sifat
unggul yaitu sebagai berikut :
1. Laju pertumbuhan ayam ras petelur sangat pesat pada umur 4.5 sampai
5.0 bulan telah mencapai kedewasaan kelamin dan bobot badan antara 1.6
kg.7 kg, pada waktu itu sebagian dari kelompok ayam tersebut telah
berproduksi. Adapun ayam kampung pada umur yang sama, bobot
badannya baru mencpai sekitar 0,8 kg kedewasaan kelamin ayam kampung
baru dicapai pada umur 7 sampai 8 bulan.
10

2. Kemampuan berproduksi ayam ras petelur cukup tinggi yaitu antara 250
sampai 280 butir per tahun, dengan bobot telur antara 50 sampai 60 g per
butir. Sedangkan produksi ayam kampung hanya berkisar antara 30 sampai
40 g per butir.
3. Kemampuan ayam ras petelur dalam memanfaatkan ransum pakan sangat
baik dan berkorelasi positif. Konversi terhadap penggunaan ransum cukup
bagus yaitu setiap 2.2 sampai 2.5 kg ransum dapat menghasilkan 1 kg
telur. Dalam hal ini, ayam kampung tidak memiliki korelasi positif dalam
memanfatkan ransum yang baik dan mahal. Oleh karena itu, ayam
kampung lebih ekonomis bila diberi pakan yang murah.
4. Periode bertelur ayam ras petelur lebih panjang, bisa berlangsung 134
bulan, atau hingga ayam berumur 19 sampai 29 bulan, walaupun ayam ras
hanya mengalami satu periode bertelur, akan tetapi periode bertelurnya
tersebut berlangsung sangat panjang dan produktif. Hal ini disebabkan
karena tidak adanya periode mengeram pada ayam ras petelur tersebut.
Sedangkan ayam kampung mengalami periode bertelur berkali-kali,
namun satu periode bertelurnya berlangsung sangat pendek, yaitu sekitar
15 hari .periode bertelur ayam kampung terputus-putus. Perbedaan antara
ayam kampung (ayam buras) dengan ayam dwiguna petelur (ayam ras)
dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Perbandingan produktivitas ayam ras petelur dengan ayam buras


Keterangan Ayam Ras Ayam Buras
Produksi telur (butir per tahun) 200 sampai 250 40 sampai 60
Berat telur(gram) 50 sampai 60 30 sampai 40
Sifat mengeram Hampir tidak ada Ada
Kemampuan berproduksi Tinggi sangat terbatas
Sumber: PT. Japfa Comfeed, 2010

Tabel 6 tampak bahwa ayam ras petelur yang merupakan hasil rekayasa
genetis berdasarkan karakter unggulnya maka ayam petelur ini lebih memilki
telur yang banyak dibandingkan dengan ayam buras. Ayam ras petelur juga
biasa diklasifikasikan dengan strain yang berbeda, perbedaan Strain ini
mempunyai keunggulan dan kelemahan, dapat dibedakan menurut umur
produksi, umur puncak produksi, Food Convertion Rate (FCR) atau
kemampuan ayam menghasilkan telur dan FCR. Keputusan penggunaan
strain ayam ditentukan oleh peternak, pada dasarnya teknik pemeliharaan
yang baik serta menejemen yang baik adalah hal yang penting dalam
melakukan usaha peternakan ini, nilai yang ada pada setiap strain ini adalah
perkiraan yang tidak menjadi acuan bagi peternak hanya untuk
membandingkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing sampai
masing strain ayam. Performa setiap ayam dapat dilihat pada tabel 7.
Berdasarkan tujuan pemeliharaan atau biasa disebut tipe ayam, ayam
dapat dikelompokan menjadi
1. Tipe petelur
Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah
terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga bewarna putih dan
kerabang telur bewarna putih. Karakter lainnya yaitu produksi telur yang
dihasilkan tinggi (200 butir per ekor per tahun), efisien dalam
11

pengguanaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat


mengeram.
2. Tipe pedaging
Karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar,
pertumbuhan cepat, bulu merapat ketubuh, kulit putih dan produksi telur
rendah.
3. Tipe Dwiguna
Ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik sifat tenang, bentuk tubuh
sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan sedang dan kulit bewarna
coklat.

Tabel 7 Peforma beberapa strain ayam petelur


Umur pada
Umur Awal Puncak
Produksi 50 Kematian
Strain Produksi Produksi FCR
persen ( persen)
(minggu) (persen)
(minggu)
L. Brown MF402 19- 20 22 92-93 2,3-2,4 2-6
Hisex Brown 20-22 22 91-92 2,36 0,4-3
Bovans White 20-22 21-22 93-94 2,2 5-6
Hubbard Golden 19-20 23-24 90-94 2,2-2,5 2-4
Dekalb Warren 20-21 22,5-24 90-95 2,2-2,4 2-4
Bovans Goldline 20-21 21,5-22 93-95 1,9 6-7
Brown Nick 19-20 21,5-23 92-94 2,2-2,3 4-7
Bovans Nera 21-22 21,5-22 92-94 2,3-2,45 2-5
Bovans Brown 21-22 21-23 93-95 2,25-2,35 2-7
Sumber: PT. Japfa Comfeed, 2010

Pada jenis ayam dibagi menjadi dua tipe yaitu (Rasyaf 2008):
1. Tipe ayam petelur ringan
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan
ini mempunyai badan yang ramping per kurus dan mata bersinar.
Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal
dari galur murni white leghorn. Ayam galurini sulit dicari, tapi ayam
petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai
nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan
menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini
2. Tipe petelur ayam medium
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada
di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu
ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak
kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga
dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan
ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini
disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna
bulu yang cokelat juga. Produksi telur cokelat lebih sedikit dari pada
telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku
dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.
12

Telur Ayam

Menurut Sudaryani dan Titik (1994), telur merupakan produk peternakan


yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi
masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena
mengandung zat-zat gizi yang sangat baik dan mudah dicerna. Oleh karenanya
telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk anak-anak yang sedang
tumbuh dan memerlukan protein dan mineral dalam jumlah banyak dan juga
dianjurkan diberikan kepada orang yang sedang sakit untuk mempercepat
proses kesembuhannya.
Menurut Rasyaf (1990), telur merupakan kumpulan makanan yang
disediakan induk unggas untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam di
dalam suatu wadah. Isi dari telur akan semakin habis begitu telur telah
menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama: yaitu kulit telur, bagian cairan
bening, & bagian cairan yang bewarna kuning. Telur mengandung sejumlah
ineral penting bagi tubuh seperti zat besi, foor, kalium, sodium, dan
magnesium dalam jumlah yang cukup (Haryoto 1996). Telur unggas digunakan
manusia sebagai bahan makanan karena cukup lezat dan bergizi tinggi (Rasyaf
1987)

Teknologi Niple dan Filter Air Minum

Menurut Siahaan (2007), sanitasi adalah Beberapa tindakan dalam


sanitasi antara lain kebersihan kandang, kebersihan halaman kandang,
kebersihan tempat pakan, kebersihan tempat minum, serta kebersihan sumber
air ataupun pakan. Niple dan filter adalah salah satu teknologi (biosekuritas)
yang mulai digunakan dalam industri peternakan khususnya ayam ras petelur,
teknologi ini digunakan dalam instalasi air minum ayam, sehingga air minum
dapat terjaga bersih dan tidak tercemar oleh lingkungan kandang. (Parakkasi
1999) dua per tiga bagian dari tubuh hewan adalah air dengan berbagai peranan
untuk kehidupan. Menurut Scott et al. (1982), air mempunyai fungsi sebagai
berikut: (1) zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang
bekerja aktif dalam transformasi zat-zat makanan, metabolit-metabolit dan
hasil sisa ke dan dari semua sel-sel dalam tubuh, (2) penting dalam mengatur
suhu tubuh karena air mempunyai sifat menguap dan spesifik heat, (3)
membantu mempertahankan homeostasis dengan ikut dalam reaksi dan
perubahan fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmotis, konsentrasi
elektrolit. kandungan air dalam tubuh ayam dewasa sebesar 55 persen pada
umur 42 minggu.
Kehilangan air tubuh 10 pesen dapat menyebabkan kerusakan yang hebat
dan kehilangan air tubuh 20 persen akan menyebabkan kematian (Wahju,
2004). Menurut National Research Council (1994) konsumsi air minum
bertambah sekitar 7 persen setiap peningkatan suhu 10O C diatas suhu 21O C.
Semakin tinggi suhu lingkungan maka semakin banyak ternak mengkonsumsi
air minum. Hal ini akan membantu ternak untuk menurunkan suhu tubuhnya
yang meningkat akibat suhu lingkungan yang tinggi.
Air minum dan pakan yang kotor harus segera diganti untuk menghindari
terjadinya kontaminasi atau penempelan penyakit (Soejoedono dan
Handharyani 2005). Jeffrey (2006) menambahkan bahwa tempat air minum
13

dan pakan yang bersih dapat mencegah suatu peternakan terserang virus Avian
Influenza. Bahkan menurut Siahaan (2007), tempat pakan yang kotor
menyebabkan risiko pemaparan Avian Influenza 5 kali lebih besar dari pada
tempat pakan yang bersih (OR=5.00; SK= 1.581- 15.817) sedangkan tempat
minum yang kotor menyebabkan risiko pemaparan AI 4.85 kali lebih besar
daripada tempat minum yang bersih (OR=4.85; SK= 1.361-17.309).
Air minum ternak haruslah aman dan sehat sehingga produktifitas dapat
optimal, karena air minum berperan penting dalam siklus hidup ayam, selain
terdaoat berbagai macam penyakit yang dapat masuk melalui air melalui
kontaminasi udara. Virus AI pada unggas memiliki kemampuan
mempertahankan daya penularannya di lingkungan dengan baik, terutama
dipermukaan air. Suspensi virus dalam air mampu bertahan selama lebih dari
100 hari pada suhu 17o C. Pada suhu di bawah -50o C virus AI dapat bertahan
sampai dengan waktu yang tidak terbatas (Zudanang 2011).
Niple dan Filter ini mampu menjaga air dari kontaminasi lingkungan
kandang secara langsung, sehingga peluang penyakit akibat bakteri dan virus
dapat diminimalkan, keuntunagan lain dari teknologi ini adalah air minum
selalu tersedia, pemberian vitamin dapat diberikan dengan mudah, mengurangi
pekerjaan dalam pembersihan air, mengurangi biaya penggantian instalasi air,
dan mengurangi biaya pakan karena tidak ada lagi pakan yang terbuang karena
terkena air.

Analisis Kelayakan Usaha

(Gitinger 1986) dalam mengukur atau menilai suatu proyek berdasarkan


pada kriteria penilaian investasi yaitu dengan nilai bersih sekarang, atau Net
Present Value (NPV) dan tingkat pengembalian internal atau Iinternal rate of
return (IRR). Menurut Sutojo (2000) menyatakan fokus utama dari studi
kelayakan suatu proyek terpusat pada empat aspek, yaitu (1) pasar dan
prasarana barang atau jasa yang dihasilkan proyek, (2) produksi, teknis, dan
teknologi, (3) Menejemen dan Sumber daya Manusia (SDM), (4) keuangan dan
ekonomi. Aspek menejemen dan organisasi dari studi kelayakan sangat
diperlukan mengiidentifikasi SDM yang diperlukan dengan baik kuantitas dan
kualitasnya (Soeharto 2002)
Studi kelayakan dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak
atau tidak untuk dijalankan, studi kelayakan dilakukan sebelum pengambilan
keputusan atau pelaksanaan usaha (Kadariah 1976). Penelitian tentang analisis
kelayakan dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak
baik dari aspek finansial dan non finansial dan seberapa peka atau sensitif jika
terjai suatu perubahan yang terjadi dari variabel variabel input atau output,
untuk dilakukan pengembangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Astrid (2002) bahwa usaha peternakan itik petelur pada sistem ekstensi, semi
intensif, dan intensif layak untuk dijalankan.
Gustriyeni (2007) melakukan analisis kelayakan usaha dengan
menggunakan kriteria kelayakan investasi NPV dan IRR dan didapatkan hasil
561.050.879,94 dan IRR sebesar 41 persen, sehingga usaha peternakan X
tersebut layak untuk dijalankan, hampir serupa dengan Gustriyeni (2007)
Penelitian yang dilakukan Komalasari (2008) melakukan penelitian analisis
14

kelayakan usaha pada usaha peternakan ayam broiler di daerah Leuwiliang


dengan metode analisis kelayakan menggunakan aspek finansial didapatkan
nilai NPV sebesar Rp1 1 481 498 164, Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1.59
dan IRR sebesar 30.60 persen. Jangka waktu pengembalian investasi selama 3
tahun 2 bulan 12 hari.
Menurut Salmawati (2009) prospek agribisnis ayam ras petelur dilihat
dari sisi penawaran dan permintaan di Indonesia, telur sudah menjadi bahan
makanan yang pokok bagi masyarakat indonesia dan kebutuhanya meningkat
seiring dengan pendapatan yang meningkat Income Estic Demand sehingga
dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita yang
meningkat diduga konsumsi telur dimasa depan juga meningkat. Menurut
Christy (2011) melihat kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer
Farm di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dari Hasil perhitungan
didapatka hasil NPV sebesar Rp2 359 608 260,73, IRR 71 persen atau lebih
besar dari tingkat discount rate 6 persen Net B/C 3.28, PP 2.3 tahun. Analisis
Switching value diperoleh bahwa harga pakan hendakanya tidak naik lebih dari
76 persen dan penurunan produksi tidak lebih dari 37,1 persen sehingga
perusahaan masih layak dijalankan. Serli (2013) melakukan penelitian tentang
kelayakan usaha peternakan ayam kampung. Penelitian yang dilakukan oleh
Serli (2013) menyimpulkan bahwa usaha peternakan ini layak untuk terus
diusahakan secara finansial. Masing-masing peneliti menggunakan analisis
aspek finansial melalui analisis laba rugi dan kriteria investasi yaitu terdiri dari
Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan
Payback Period (PP). Nilai NPV ang diperoleh Rp13 125 900, IRR 10.53
persen, dan Net B/C 1.23.
Usaha peternakan ayam petelur tidak lepas dari ketidakpastian terhadap
perubahan variabel input dan output dimasa datang, sehingga perlu diketahui
seberapa peka perubahan tersebut berpengaruh terhadap usaha yang dijalankan
metode ayam digunakan adalah dengan analisis Switching value, Nova (2014)
dalam penelitianya menganalisis usaha peternakan ayam broiler dengan
melakukan analisis Switching value diperoleh hasil bahwa jika terjadi harga
jual dan produksi turun sebesar 0.46 persen maka usaha ini tetap layak
dijalankan karena nilainya turun dari 15 500 menjadi 14 800 per kg tetapi jika
penurunan lebih dari 0.46 persen maka usaha tidak layak. Jika terjadi
penurunan produksi terjadi penurunan 0.46 persen sehingga produksi dari 116
520 ekor menjadi 91 590 ekor per tahun tidak layak dijalankan, sedangkan jika
terjadi kenaikan harga pakan sebesar 6.86 persen artinya dari 6 000 menjadi 6
800 per kg juga tidak layak untuk dijalankan. Usaha peternakan ini selain
dikaji dari aspek finansial dikaji juga dari aspek non finansial yang meliputi
aspek pasar, aspek sosial, aspek ekonomi dan lingkungan, aspek menejemen,
aspek hukum.
1 Aspek Pasar
Dalam suatu usaha pasar adalah aspek yang sangat penting karena
menentukan pendapatan bagi perusahaan sehingga usaha dapat berjalan
dan beroperasi kembali, jika produk yang diproduksi tidak bisa diterima
oleh pasar atau kalah saing baik kualitas atas harga , maka dapat dikatakan
bahwa secara aspek pasar perusahaan tidak layak untuk dijalankan atau
perlu dievaluasi kembali. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) aspek pasar
15

dan menejemen meneliti seberapa besar pasar yang akan dimasuki dan
seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menguasainya dan strategi
apa yang akan dipilih nantinya. Aspek ini menentukan seberapa besar luas
pasar, pertumbuhan permintaan, pangsa pasar dari produk. Menurut
Nurmalina et al (2010) aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari
tentang: permintaan, penawaran, dan perkiraan penjualan dan harga
Hasil penelitian Purbasari (1991) mengemukakan bahwa rantai
tataniaga pemasaran produk peternakan ayam petelur berupa telur dan ayam
afkir masih lemah sehingga dilakukan sistem pemasaan produk dengan
sistem inti plasma yang dilakukan dengan PT Anputraco Ltd dengan harga
jual tertentu, sehingga produk dapat diserap pasar.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output
(produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis terdiri
dari lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang
ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta
ketepatan penggunaan teknologi. Indikator penting dalam aspek teknis
dapat dikatakan layak jika dilihat dari aspek lokasi usaha. Saputra (2011)
dan Karmidi (2012) mengemukkan bahwa jika lokasi usaha sesuai dengan
usaha yang dijalankan maka dikatakan layak secara lokasi. Mereka pun
mengemukakakan bahwa aspek teknis tidak hanya dilihat dari aspek lokasi
budidaya, luasan produksi, letak sumber bahan bakunya, sarana dan
prasarana, serta proses budidaya. Usaha peternakan ayam dikatakan layak
apabila lokasi cocok dengan kondisi yang diharapakan, jauh dari
pemukiman warga, dan akses terhadap lalu lintas atau jalan baik.
Kemudahan dalam mendapatkan faktor input seperti ayam layer, Obat-
obatan Vaksin Disinfektan (OVD) dan pemeliharaan dilakukan dengan
baik atau sesuai dengan proses budidaya yang aman dan benar. Fani
(2010) penerapan Good Farming Practice (GFP) pada peternakan
dilakukan agar hasil produk dapat terjaga kualitasnya dan meningkatkan
kesehjateraan petani. GFP juga merupakan aturan yang dibuat agar para
peternak dapat memahami tentang cara budidaya yang baik dengan
memperhatikan sungai, air, dan lingkungan sekitar agar tetap dalam
kondisi yang baik.
3. Aspek Menejemen
Dalam menilai apakah usaha peternakan peternakan sudah layak dalam
aspek menejemen dapat dilihat dari struktur organisasi peternakan. Christy
(2011) dalam penelitianya mengemukakan bahwa aspek menejemen yang
ada di peternakan Dian Farm sudah baik karena sudah terdapat struktur
organisasi yang jelas dan job description setiap pekerja, penambahan
pekerja tidak dilakukan karena tenaga kerja yang ada masih dirasa cukup
untuk melakukan kegiatan usaha. Nova (2014) usaha yang dijalankan
sudah memenuhi kriterian kelayakan dari aspek menejemen karena
terdapat struktur organisasi, tetapi ketika dilakukan pengembangan dengan
penambahan 20 000 ekor ayam maka tenaga kerja perlu ditambah
sebanyak empat orang.
16

4. Aspek Hukum
Aspek hukum penting untuk dianalisis karena dapat menentukan
keberlanjutan usaha peternakan dimasa yang akan datang, kelayakan dapat
dilihat dari ijin masyarakat sekitar, RT/RW, Kepala desa, Kelurahan
sampai kepada dinas yang mengeluarkan ijin usaha.Christy (2011) dan
Nova (2014) mengatakan bahwa usaha yang dijalankan sudah memiliki
ijin dari masyarakat sekitar dan RT/RW.
5. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan terdiri dari pengaruh proyek
terhadap penghasilan negara, devisa negara, peluang kerja dan
pengembangan wilayah proyek dilaksanakan. Dalam aspek ini juga dikaji
mengenai dampak negatif terhadap lingkungan sekitar yang diakibatkan
oleh proyek itu sendiri. Aspek ekonomi mengkaji tentang kontribusi
proyek atau usaha yang dijalankan terhadap perekonomian secara
keseluruhan. Aspek ekonomi dalam persiapan dan analisis proyek
membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu proyek yang diusulkan
akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan
perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar
dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan.
Dalam aspek ini sudut pandang yang diambil dalaman alisis ekonomi
adalah masyarakat secara keseluruhan. Nova (2014) dan Christy (2011)
usaha yang dijalankan memiliki dampak yang baik bagi lingkungan sosial
sekitar karena dapat menyerap tenaga kerja, dan mampu mengelola limbah
yang dihasilkan dari proses budidaya dengan baik, serta dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar maka secara aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan layak untuk dijalankan dan dikembangkan.

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memiliki persaamaan dan perbedaan dengan sebelumnya.


Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Christy (2011) adalah sama-sama
melakukan kajian tentang kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur.
Kelayakan usaha juga dilakukan oleh Nova (2014), Karmidi (2012), Saputra
(2011) dan Gustriyeni (2007) yang melakukan penelitian kelayakan usaha
tetapi pada usaha ayam broiler. Sherlie (2013) melakukan kelayakan usaha
peternakan ayam buras. Sementara Fani (1991) melakukan analisis peternakan
ayam ras dengan mengkaji kualitas dan keamanan telur ayam. Purbasari (2010)
melakukan penelitian tentang peternakan ayam ras petelur terkait dengan
sistem tata niaga atau pemasaran produk. Karmidi (2012) dan Saputra (2011)
melakukan analisis kelayakan bisnis pada peternakan ayam brolier yang
dilakukan dengan pola kemitraan. Salmawati (2009) menjelaskan bahwa
prospek usaha peternakan di indonesia dilihat dari sisi penawaran dan
permintaan. Komalasari (2008) melakukan penelitian usaha peternakan X
didaerah Leuwiliang dengan menggunakan analisis kelayakan NPV dan PP.
Kajian yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis kelayakan dari
aspek finansial dan non finansial, terdapat sedikit perbedaan dengan penelitian
terdahulu seperti Christy (2011) melakukan penelitian dilihat dari aspek
finansial, non finansial dan dilakukan analisis Switching value. Semua
17

perhitungan keuangan dimasukan ke dalam Arus Kas atau Cash Flow yang
terdiri dari komponen Inflow sebagai penerimaan dan pengeluaran Outflow.
Hasil arus kas yang diperoleh dilakukan analisis aspek finanasial melalui
analisis laba rugi. Penilaian kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP), serta
dilakukan analisis Switching value jika terjadi perubahan variabel input atau
output dimasa depan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan landasan atau kumpulan teori-


teori yang relevan dengan masalah. Teori konsep kelayakan usaha yang
meliputi pengertian kelayakan usaha dari beberapa ahli kelayakan usaha dan
aspek-aspek kelayakan usaha yang meliputi aspek kelayakan non finansial dan
aspek finansial ketika bisnis dikatakan layak jika memenuhi kriteria kelayakan
tersebut. Berikut adalah teori-teori yang dapat digunakan dan relevan dengan
penelitian ini.

Studi Kelayakan Bisnis


Menurut Nurmalina et al. (2009) studi kelayak bisnis merupakan
penelahaan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan
manfaat atau hasil bila dilaksanaknan. Banyak peluang dan kesempatan yang
ada dalam kegiatan bisnis telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana
kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat bila bisnis
dilakukan. Menurut Gittingger (1986) proyek merupakan suatu kegiatan yang
mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil
dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan
perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar
dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri
dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan
evaluasi Noor dan Henry (2009).
Proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang mengunakan
sumber untuk mendapatkan manfaat dengan harapan akan mendapatkan
keuntungan, menurut Kadariah (1999). Studi kelayakan bisnis adalah
penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil
menurut Husnan dan Muhammad (2000). Analisis kelayakan dilakukan untuk
melihat apakah suatu bisnis dapat memberikan manfaat atas investasi yang
akan ditanamkan. Menurut Umar (1999) studi kelayakan bisnis adalah suatu
penelitian tentang layak atau tidaknya suatu investasi dilaksanakan. Hasil
kelayakan merupakan perkiraan suatu bisnis menghasilkan keuntungan yang
layak bila telah dioperasionalkan. Perkiraan keberhasilkan mungkin dapat
ditafsirkan berbeda-beda sesuai dengan pihak yang menjalankan tujuan
bisnis. Studi kelayakan bisnis perlu dilakukan sehingga dapat diketahui
masalah-masalah yang akan terjadi pada usaha dimasa yang akan datang,
sehingga dapat kegagalan atau dampak merugikan kepada usaha yang
dijalankan dan tujuan bisnis dapat tercapai
18

Menurut Nurmalia et al. (2010) secara umum aspek-aspek yang perlu


diperhatikan dalam stui kelayakan bisnis adalah sebagai berikut:
1. Umur ekonomis suatu bisnis merupakan ukuran umum yang sering
dipakai, ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira-kira
sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada.
2. Umur teknis suatu bisnis merupakan ukuran untuk memudahkan
perhitungan, biasanya digunakan untuk bisnis yang besar atau bergerak
diberbagai bidang sehingga akan lebih mudah menggunakan umur teknis
dari unsur-unsur investasi. Umur teknis biasanya lebih panjang dari umur
ekonomis, tetapi tidak berlau jika terjadi keusangan teknologi.
3. Untuk bisnis yang umur ekonomisnya lebih dari 25 tahun biasanya umur
bisnis ditentukan selama 25 tahun karena nilai-nilai sesudah 25 tahun jika
di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10 persen
maka present valuenya akan kecil sekali karena DF-nya kecil mendekati
nol.

Aspek-Aspek Studi Kelayakan


Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek
yang dapat menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu
usaha dapat berjalan dengan baik. Menurut Kadariah (1999) terdapat enam
aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek teknis, aspek
manajerial dan administrasi, aspek organisasi, aspek komersial, dan aspek
ekonomis. Menurut Gittinger (1986) analisis dan persiapan proyek terbagi
menjadi enam aspek yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Menurut kasmir dan jakfar (2003) aspek aspek kelayak usaha terdiri dari aspek
pasar, aspek teknis, aspek hukum dan menejemen, aspek sosial dan lingkungan,
dan aspek finansial atau keuangan. Secara umum aspek non finansial terdiri
dari aspek pasar, aspek teknis, aspek lingkungan, aspek hukum, dan aspek
sosial ekonomi lingkungan.
1. Aspek Pasar dan Pemasaran
Dalam suatu usaha pasar adalah aspek yang sangat penting karena
menentukan pendapatan bagi perusahaan sehingga usaha dapat berjalan
dan beroperasi kembali, jika produk yang diproduksi tidak bisa diterima
oleh pasar atau kalah saing baik kualitas atas harga, maka dapat
dikatakan bahwa secara aspek pasar perusahaan tidak layak untuk
dijalankan atau perlu dievaluasi kembali. Menurut Kasmir dan Jakfar
(2010) aspek pasar dan menejemen meneliti seberapa besar pasar yang
akan dimasuki dan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk
menguasainya dan strategi apa yang akan dipilih nantinya. Aspek ini
menentukan seberapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan,
pangsa pasar dari produk. Menurut Nurmalina et al. (2010) aspek pasar
dan pemasaran mencoba mempelajari tentang:permintaan, penawaran,
perkiraan penjualan dan harga.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembagunan
bisnis secara teknis dan bagaimana bisnis beroperasi setelah bisnis
dibangun juga berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan
output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek
19

teknis terdiri dari lokasi proyek, besaran skala operasional untuk


mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan
equipment, proses produksi serta ketepatan penggunaan teknologi.
a. Lokasi Proyek atau Bisnis
Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi
bisnis dibedakan dalam dua golongan besar, yakni variabel utama
dan variabel bukan utama Penggolongan ke dalam kedua kelompok
tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk
berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan bisnis yang
bersangkutan. Variabel utama antara lain ketersediaan bahan baku,
letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja,
dan fasilitas transportasi. Sedangkan, varibel bukan utama yaitu
hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap
dari masyarakat setempat, dan rencana masa depan perusahaan
b. Luas Produksi
Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi
untuk, mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang
perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan
permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan
kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan
finansial dan menejemen perusahaan, kemampuan adanya
perubahan teknologi produksi dimasa yang akan datang
c. Proses produksi
Proses produksi adalah tahapan-tahapan kegiatan produksi dalam
menghasilkan suatu output yang siap jual atau dipasarkan. Proses
produksi dikenal adanya 3 jenis proses yaitu proses produksi yang
terputus-putus (intermiten), kontinu dan kombinasi. Dalam hal ini
sistem kontinu akan lebih baik digunakan karena lebih mampu
menekan resiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas
tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus.
Kecuali untuk kegiatan budidaya tanaman semusim yang umumnya
mengacu kepada proses produksi yang terputus-putus.
d. Layout
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan
penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Kriteria
yang dapat digunakan untuk evaluasi layout khususnya pabrik
antara lain adanya konsentrasi dengan teknologi produksi, adanya
arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses
yang lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan dalam
melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi, minimisasi biaya
produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan
tenaga kerja.
e. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment
Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis
teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang di inginkan
dan manfaat ekonomi 15 yang diharapkan, di samping kriteria-
kriteria yang lain sperti ketepatan jenis teknologi, keberhasilan
20

penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki


ciri-ciri yang mendekati lokasi dengan lokasi bisnis, kemampuan
pengetahuan penduduk (masyarakat) setempat dan kemungkinan
pengembangannya, pertimbangan kemungkinan adanya teknologi
lanjutan. Selain itu, perlu diperhatikan penggunaan teknologi yang
tepat baik dalam penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian
dengan kondisi sosial budaya setempat. Pemilihan mesin dan
peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat
sekali. Apabila pengadaan teknologi tidak terpisah dari mesin yang
ditawarkan, maka praktis jenis teknologi, mesin dan peralatan yang
akan dipergunakan telah menjadi satu (Nurmalina et al. 2010).
3. Aspek Menejemen
Aspek Menejemen mempelajari tentang menejemen dalam masa
pembangunan dan menejemen dalam masa operasi. Dalam masa
pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis
tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis tersebut, dan siapa yang
melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Nurmalina et
al. (2010) menjelaskan aspek menejemen dalam operasi harus dapat
dikelola dengan baik, seperti struktur organisasi bisnis, deskripsi
masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan
penentuan anggota direksi dan tenaga-tenaga inti.
4. Aspek Hukum
Aspek hukum adalah mempelajari tentang bentuk badan hukum yang
akan digunakan. Aspek hukum dalam suatu usaha akan mempermudah
dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan
kerjasama dengan pihak lain (Nurmalia et al. 2010). Studi aspek
menejemen meliputi penyususnan rencana kerja, siapa yang terlibat,
bagaimana mengawasi dan pelaksanaan usaha, jenis-jenis pekerjaan,
struktur organisasi dan pengadaaan tenaga kerja yang dibutuhkan
(Umar 2005).
5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Aspek sosial lingkungan terdiri dari pengaruh proyek terhadap
penghasilan negara, devisa negara, peluang kerja dan pengembangan
wilayah yang proyek dilaksanakan. Dalam aspek ini juga dikaji
mengenai dampak negatif terhadap lingkungan sekitar yang diakibatkan
oleh proyek itu sendiri. Aspek ekonomi mengkaji tentang kontribusi
proyek atau usaha yang dijalankan terhadap perekonomian secara
keseluruhan. Aspek ekonomi dalam persiapan dan analisis proyek
membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu proyek yang
diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap
pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah
kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-
sumber daya yang diperlukan. Dalam aspek ini sudut pandang yang
diambil dalaman alisis ekonomi adalah masyarakat secara keseluruhan.
Aspek finansial berkaitan dengan pengaruh secara finansial terhadap
proyek yang sedang dilaksanakan. Hal ini menggambarkan keuntungan atau
manfaat yang diterima perusahaan secara internal dari adanya proyek tersebut.
Aspek finansial juga digunakan untuk mengetahui perkiraan pendanaa dan
21

aliran kas proyek bisnis, sehingga dapat diketahui apakah usaha ini layak atau
tidak. Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal
pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis
yang dijalankan. Menurut Husnan dan Suswarsono (2000) merupakan suatu
analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan
apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur bisnis. Aspek-aspek
tersebut akan tercatat dalam aliran kas cash flow. Cash flow yaitu aktivitas
keuangan yang mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu periode terrentu
(Nurmalina et al. 2010). Cash flow disusun berdasarkan untuk menunjukkan
perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai
perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas
dan penggunaannya.
Cash flow terdiri dari cash inflow (arus penerimaan) dan cash outflow
(arus pengeluaran). Cash inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan
pinjaman, dana bantuan/grants, nilai sewa dan nilai sisa/salvage value. Cash
flow terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, biaya pinjaman bunga dan
pajak. Pengurangan cash inflow dengan cash outflow akan diperoleh net benefit
(manfaat bersih) yang terdiri dari aspek finansial ini mengkaji beberapa analisis
kelayakan finansial yang digunakan yaitu, Net B/C Ratio, Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP), Laba rugi dan
Analisis Switching value.

Kriteria Kelayakan Investasi

Studi Kelayakan bisnis pada dasarnya adalah untuk menentukan


kelayakan suatu bisnis dengan berdasarkan kriteria investasi. Nurmalia et al
(2010) terdapat beberapa kriteria kelayakan investasi yang sering digunakan di
antaranya adalah nilai bersih kini atau Net Present Value (NPV), Internal Rate
of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), dan jangka waktu
pengembalian modal investasi atau Payback Period. Untuk menetukan layak
tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan metode yang umum dipakai yaitu
metoda Discounted Cash Flow, yang seluruh manfaat dan biaya untuk setiap
tahun didiskonto dengan discout factor (DF).
NPV dikatakan layak apabila nilainya lebih besar dari nol, IRR layak
apabila lebih besar dari tingkat suku bunga, Net B/C layak apabila ilainya lebih
besar dari satu dan payback periode layak apabila lebih kecil dari umur bisnis.
Hasil nilai IRR akan menghasilkan nilai NPV yang nol. Hubungan antara IRR
dan NPV dapat dilihat pada Gambar 1.
22

Gambar 1 Hubungan antara NPV dan IRR


Sumber : Sumber Nurmalia et al. (2010)

Kriteria investasi kelayakan bisnis diatas dapat dipakai sebagai


pertimbangan dalam menetukan apakah bisnis layak atau tidak untuk
dilaksanakan. Selain itu, setiap kriteria kelayakan dapat dipakai untuk
menentukan urutan-urutan berbagai alternatif bisnis dari investasi yang sama
Nurmalina et al. (2010).

Konsep Nilai Waktu Uang

Biaya dan manfaat biasanya bukan hanya jumlahnya yang berbeda tetapi
waktu yang dibayarkan dan diterima yang berbeda selama umur bisnis.
Sejumlah uang baik yang kita keluarkan dalam bentuk biaya bisnis atau yang
akan kita peroleh sebagai manfaat bisnis, mempunyai nilai yang berbeda bila
dikeluarkan atau diterima dalam waktu yang berbeda. Biaya-biaya bisnis
banyak dikeluarkan pada waktu awal bisnis sedangkan manfaat baru akan
diterima kemudian. Arus biaya dan manfaat yang terjadi pada waktu yang tidak
sama dapat dibandingkan sehingga perlu memperhatikan mengenai perbedaan
nilai uang karena adanya pengaruh waktu Nurmalina et al. (2010)

Analisis Switching Value

Analisis Switching value adalah suatu analisis untuk dapat melihat


pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan berubah-ubah (Gitinger
1986). Pada usaha peternakan sering sekali terjadi perubahan-perubahan
variabel input atau output sehingga berpengaruh terhadap kondisi finansial
perusahaan. Analisis Switching value diketahui berdasarkan keadaan yang
terjadi di lapangan atau kondisi nyata, batas batas maksimum perubahan
parameter ini sangat penting karena dapat diketahui apakah usaha tetap layak
atau tidak jika terjadi kondisi atau perubahan dimasa depan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kegiatan usaha peternakan ayam petelur atau layer ini memiliki peluang
yang sangat baik. Telur adalah sumber protein hewani yang murah dan bergizi
seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat cenderung meningkatkan
23

pola konsumsi ingin sehat dan bergizi dengan memenuhi kebutuhan protein
hewaninya, sehingga memberikan peluang yang baik bagi pengusaha untuk
melakukan pengembangan atau ekspansi usaha mereka. Prospek usaha
peternakan telur ayam ras sangat besar dilihat dari rata-rata pertumbuhan
konsumsi per kapita sekitar 1.61 persen.
Perusahaan X adalah salah satu dari banyak peternakan yang berada di
daerah Kabupaten Bogor. Secara spesisifik usaha peternakan ini berada di Desa
Gobang Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Dengan produksi sekitar 3 ton
per hari belum mampu memenuhi permintaan. Proses produksi yang dilakukan
sebelumnya dilakukan dengan teknologi sederhana,dalam teknis budidaya atau
yang lainya, tetapi pada penambahan target 16 923 ekor ayam layer akan
digunakan teknologi pemberian air minum dengan menggunakan niple,
kelebihan teknologi ini cukup banyak dibanding dengan metode yang
digunakan sebelumnya, dari keamanan, ketersedian, dan waktu.
Usaha peternakan ayam ras ini memerlukan investasi yang besar yang
dikeluarkan untuk usaha ini sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan. Hasil
analisis digunakan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha peternakan
ayam ras petelur perusahaan X baik secara finansial dan non finansial terutama
setelah dilakukan penambahan 16 923 ekor ayam. Penentuan kelayakan aspek
non finansial dilakukan dengan cara membandingkan kejadian atau kenyataan
yang terjadi di lapangan dengan literatur atau penelitian terdahulu melalui
kegiatan observasi langsung dan kemudian dianalisis dengan analisis
deskriptif. Aspek non finansial yang dianalisis adalah aspek teknis (budidaya),
aspek pasar, aspek menejemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan. Sedangkan aspek finansial dinilai berdasarkan kriteria investasi
bisnis yang meliputi Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of
Return (IRR) dan payback Period (PP).
Informasi tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kelayakan
aspek finansial dan aspek non finansial bagi usaha peternakan ayam ras petelur
perusahaan X. Setelah diketahui kelayakan bisnis melalui kriteria kelayakan
investasi maka dapat dilakukan analisis Switching value yang digunakan untuk
mengukur perubahan masksimum dari variabel inflow dan outflow akibat
perubahan yang terjadi. Variabel input yang akan dianalisis adalah kenaikan
harga pakan sedangkan variabel ouput yang akan dianalisis adalah perubahan
harga jual telur. Hasil akan menjadi pertimbangan mengenai apa saja yang
akan dilakukan dimasa yang akan datang. Ketika bisnis dikatakan layak secara
finansial dan non finansial maka bisnis dapat dilaksanakan, tetapi ketika bisnis
dikatakan tidak layak maka tidak dapat dilakasanakan sehingga perlu dilakukan
peninjauan ulang atau evaluasi terhadap aspek yang tidak layak. Kerangka
pemikiran operasioanal dapat dilihat pada Gambar 2.
24

 Meningkatnya konsumsi telur dan pendapatan masyarakat


 Prospek peternakan ayam petelur sangat baik

Terdapat kekurangan produksi sebesar satu ton telur pada


peternakan X, sehingga dilakukan penambahan layer 16 923 ekor
untuk memenuhi kekurangan tersebut

Besarnya investasi dalam usaha dan penggunaan


teknologi baru niple

Evaluasi Usaha

Analisis Kelayakan Usaha

Analisis Analisis Finansial


Nonfinansial 1. NPV
1. Aspek Teknis 2. Net B/C
2.Aspek Pasar 3. IRR
3.Aspek Manajemen 4. Payback period
4.Aspek Hukum
5.Aspek Sosial,
ekonomi, lingkungan
Swiching Value

Layak Tidak Layak


Lanjutkan Tinjau Ulang

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional


25

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan X yang merupakan peternakan


ayam petelur yang berada di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Perusahaan X merupakan peternakan yang dimiliki oleh
Bapak Aki. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja atau
purposive dengan pertimbanagan bahwa Perusahaan X melakukan kegiatan
produksi telur dalam jumlah yang besar dengan menggunakan kandang semi
permanen. Jumlah yang besar mengakibatkan investasi yang besar. Kegiatan
pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan Februari
2015.

Jenis dan Sumber Data

Informasi data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua


jenis sumber data yaitu sumber data primer dan sekunder, secara jelas dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Jenis dan sumber data
No Jenis Data Sumber Data
1 Data primer :Informasi tentang Pengamatan atau observasi
peternakan ayam petelur di Perusahaan X langsung dan wawancara
yang terdiri dari: dengan kepala kandang dan
 Proses pelaksanaan Peternakan, pekerja Perusahaan X
keadaan pasar, struktur organisasi
kandang dan dampak yang terjadi bagi
lingkungan masyarakat sekitar
 Jumlah produksi telur per hari
 Biaya operasional ternak ayam petelur
 Biaya investasi yang dikeluarkan
 Umur ekonomis usaha
2 Data sekunder : kontribusi usaha Badan Pusat Staistik (BPS),
agribisnis terhadap PDB, stastistik Survei Sosial Ekonomi
peternakan seperti jumlah populasi, dan Nasional, Dinas Peternakan
konsumsi rata-rata per kapita, dan proses dan perikananan kabupaten
pelaksanaan peternakan ayam petelur. Bogor, Internet dan Studi
literature dari penelitian
terdahulu.

Metode Pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan teknik


wawancara langsung, wawancara mendalam dan observasi. Teknik
pengumpulan data primer dengan wawancara, sedangkan pengumpulan data
sekunder dilakukan dengan cara studi literatur dan penjelajah informasi via
internet. Pengambilan data dengan metode pengamatan langsung dilokasi
26

penelitian, yakni dengan wawancara langsung dengan pihak terkait yang


berada di dalam dan diluar lingkungan peternakan serta penelitian terdahulu
tentang kelayakan usaha dan pengembangan peternakan usaha ayam ras
petelur. Selain itu juga data pendukung yang diperoleh dari buku-buku dari
perpustakaan IPB, Instansi terkait dan media cetak dan internet

Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang digunakan dalah pengolahan data secara


kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan sifat data. Analisis data secara kualitatif
dilakukan agar mendapatkan informasi gambaran peternakan ayam ras petelur
secara deskrptif atau dengan cara mengintrepretasikan dari setiap aspek studi
kelayakan yang terdiri dari aspek finansial dan aspek non finansial. Analisis
deskriptif terhadap aspek nonfinansial berupa aspek pasar, aspek teknis, aspek
menejemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan
sedangkan analisis kuantitatif adalah analisis yang digunakan untuk melakukan
analisis terhadap kriteria kelayakan secara finansial yang terdiri dari analisis
nilai bersih sekarang (Net Present Value atau NPV), tingkat pengembalian
investasi (Internal Rate of Return atau IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
dan masa pengembalian investasi (Payback Period atau PP), serta dilakukan
juga analisis Switching value. Data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan komputer dengan program komputer Microsoft Excel 2013 dan
kalkulator.

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial

Aspek non finanasial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
menejemen, aspek hukun, dan aspek sosial lingkungan. Setiap aspek saling
berpengaruh terhadap kelayak usaha peternakan ayam ras petelur ini, bila salah
satu aspek hasilnya tidak layak maka perlu dilakukan evaluasi atau perbaikan
sehingga usaha dapat dikatakan layak secara non finansial.
1. Aspek Pasar
Analisis aspek pasar dilakukan pada usaha ini yaitu untuk menilai
seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarka, atau
untuk melihat permintaan dan penawaran telur yang ada di, bagaimana
melakukan pemasaran telur yang dihasilkan. Menurut Jumingan (2009)
jika dari hasil penelitian pasar diperoleh kesimpulan tidak ada permintaan
dari produk maupun output yang dihasilkan maka usaha tersebut
dikatakan tidak layak karena diperkirakan tidak akan berhasil dimasa
depan. Menurut Nurmalina et al. (2010) aspek pasar dan pemasaran
dikatakan layak apabila strategi yang digunakan efektif dan efisien dalam
mengatasi permasalahan terhadap komponen tersebut, sehingga dapat
meningkatkan pangsa pasar yang dimiliki perusahaan. Sehingga aspek
pasar dikatakan layak jika terdapat permintaan dari produk yaitu telur
sehingga mengguntungkan maka dikatakan layak.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis ini mencakup lokasi usaha, proses pelaksanaan usaha, serta
tata letak. Menurut Jumingan (2009) penilaian aspek teknis dilihat dari
lokasi usaha apakah sudah tepat, teknologi yang digunakan apakah sudah
27

sesuai, ketersediaan bahan baku sehingga usaha dapat berjalan secara


berkelanjutan, proses budidaya yang sesuai dengan panduan, dan
penggunaan mesin dan alat produksi apakah sudah sesuai. Dari proses
budidaya adalah bagaimana kegiatan budidaya dari proses persiapan
kandang sampai panen, menejemen budidaya yang di dalamnya terdapat
pemberian pakan, OVD, dan pengendalian penyakit. dan pengawasan
kualitas telur.
3. Aspek Hukum
Aspek hukum yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan izin dalam
menjalankan usaha, bentuk badan usaha maupun sertifikat-sertifikat yang
dimiliki oleh pihak Shagrila Farm. Menurut Nurmalina et al. (2010),
aspek menejemen dikatakan layak apabila alokasi pengorganisasian
sumber daya dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kebutuhan serta
implementasi pekerjaan yang dapat mendukung pencapaian tujuan dan
target perusahaan. Aspek hukum dari suatu usaha sangat diperlukan
dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan usaha pada saat
menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain. Jika terdapat ijin atau
sertifikat yang dimiliki oleh maka usaha ini dikatakan layak berdasarkan
aspek hukum.
4. Aspek Menejemen
Aspek menejemen pada penelitian ini lebih difokuskan pada sumber daya
manusia yang akan mengelola usaha peternakan. Aspek menejemen yang
dikaji terkait empat fungsi menejemen (perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian), bentuk struktur organisasi, deskripsi
jabatan, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Nurmalina et al. (2010)
menjelaskan aspek menejemen dalam operasi harus dapat dikelola
dengan baik, seperti struktur organisasi bisnis, deskripsi masing-masing
jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan penentuan anggota
direksi dan tenaga-tenaga inti. Jika sudah terdapat fungsi menejemen,
dan dapat melakukan pengelolaan dan pembagian kerja yang jelas maka
secara menejemen usaha layak untuk dilaksanakan.
5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Perlunya analisis dampak lingkungan dilakukan karena dapat
memberikan gambaran kepada pelaku usaha tentang dampak yang dapat
ditimbulkan suatu usaha terhadap lingkungan jika dijalankan. Menurut
Nurmalina et al. (2010), aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh
bisnis terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan
lingkungan yang semakin baik atau semakin rusak.. Aspek ini menunjang
keberlangsungan suatu bisnis, suatu pengembangan usaha dikatakan
layak apabila membawa manfaat atau dampak positif lebih besar dari
pada dampak negatif bagi lingkungan sekitar usaha. Aspek sosial yang
dikaji dalam penelitian ini terkait dengan dampak yang ditimbulkan
terhadap lingkungan sosial sekitar kegiatan usaha, seperti perbaikan mutu
hidup masyarakat, ketersediaan lapangan kerja baru, peningkatan
keahlian masayarakt dalam budidaya ikan hias, serta dapat mengurangi
pengangguran. Menurut Nurmalina et al. (2010), dalam aspek sosial,
ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis
mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat
28

keseluruhan. Suatu bisnis dapat diterima oleh masyarakat sekitar apabila


secara sosial, budaya dan ekonomi memberikan kesejahteraan. Apabila
dapat melakukan pengelolaan lingkungan yang baik seperti pengolahan
limbah sehingga tidak menjadi damapak negatif yang merugikan
lingkungan terutama bagi masyarakat sekitar, dan dapat meningkatakan
kesehjateraan masyarakat sekitar dengan menyerap tenaga kerja maka
usaha peternakan dikatakan layak untuk dilaksanakan.

Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Aspek finansial mengkaji tentang perhitungan berapa jumlah dana yang


dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis.
Aspek finansial bertujuan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan
memiliki manfaat. Keadaan tersebut membuat pelaku usaha perlu mengkaji
rencana investasi secara tepat agar modal yang ada dikeluarkan sesuai dengan
rencana. Pelaku usaha harus mengetahui atau dapat memprediksi keuntungan
proyek yang dijalankan serta berapa lama kemampuan bisnis yang akan
dijalankan dapat mengembalikan modal yang telah diinvestasikan. Analisis
aspek finansial pada peternakan ayam petelur ini adalah kelayakan investasi
yang meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),
Payback Period (PP) dan analisis Switching value untuk melihat kepekaannya
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam mempengaruhi kelayakan
investasi.
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima
perusahaan selama umur usaha pada tingkat diskonto tertentu. Suatu
usaha dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat biaya yang diterima
melebihi biaya yang dikeluarkan, atau jika NPV lebih besar dari pada nol.
Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata
uang rupiah (Rp). Menurut Nurmalina et al. (2009), secara sistematis
rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut:

Keterangan :
Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t
Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t
N = Tahun kegiatan (t=0,1,2,3,…,n)
i = Tingkat discount rate (persen)
= Discount factor (DF) pada tahun ke-t
Kriteria Penilaian :
 Jika NPV > 0, maka usaha tersebut menguntungkan dan layak
dilaksanakan.
 Jika NPV = 0, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi,
keputusan diserahkan pada pihak menejemen perusahaan.
 Jika NPV < 0, maka usaha tersebut merugikan dan tidak layak
dilaksanakan.
29

2. Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C)


Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat
bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya penerimaan dibanding
dengan pengeluaran selama umur usaha. Usaha dikatakan layak apabila
Net B/C Ratio yang dihasilkan dalam pengembangan usaha tersebut lebih
besar dari satu. Menurut Nurmalina et al. (2010), secara matematis rumus
yang digunakan dalam perhitungan Net B/C ratio adalah sebagai berikut :

Untuk

Keterangan :
Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t
Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t
i = Discount rate (persen)
t = Tahun

Kriteria penilaian :
Net B/C > 1, maka usaha layak atau menguntungkan
Net B/C = 1, maka usaha tidak untung dan tidak rugi
Net B/C < 1, maka usaha tidak layak atau merugikan
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) menunjukkan rata-rata tingkat keuntungan
internal tahunan perusahaan yang melaksanakan investasi. IRR adalah
tingkat suku bunga yang buat nilai NPV usaha tersebut sama dengan nol.
Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar
oleh usaha untuk sumber daya yang digunakan. Suatu usaha dikatakan
layak apabila IRR yang dihasilkan lebih besar dari pada tingkat suku
bunga yang berlaku. Menurut Nurmalina et al. (2010), secara matematis
rumus yang digunakan dalam perhitungan IRR adalah sebagai berikut :

Keterangan :
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif
= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
= NPV yang bernilai positif
= NPV yang bernilai negatif
Kriteria Penilaian :
 Usaha layak Jika IRR lebih besar tingkat diskonto yang
ditetapkan oleh bank
 Usaha tidak layak Jika IRR lebih kecil tingkat diskonto yang
ditetapkan oleh bank
4. Payback Periode (PP)
Payback periode (PP) atau analisis waktu pengembalian investasi
merupakan perhitungan terhadap lamanya periode waktu yang diperlukan
30

oleh suatu usaha untuk dapat mengembalikan biaya invesatasi.


Perhitungan dilakukan dengan cara nilai manfaat bersih yang terdapat
pada cashflow didiskontokan dan dikomulatifkan. Semakin kecil angka
yang dihasilkan, semakin cepat tingkat pengembalian suatu investasi,
sehingga usaha yang dijalankan semakin baik untuk dikembangkan.
Menurut Nurmalina et al. (2010) secara matematis rumus yang
digunakan dalam perhitungan PP adalah sebagai berikut :

Keterangan :
I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab= Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
Kriteria penilaian :
Lamanya periode waktu pengembalian biaya investasi harus lebih
cepat dibandingkan umur usaha yang diproyeksikan dalam cashflow,
semakin cepat pengembalian biaya investasi maka semakin baik usaha
tersebut untuk dijalankan.

Asumsi-Asumsi Dasar

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


1. Target pengembangan produksi 1 ton telur
2. Biaya varibel diasumsikan sama setiap tahun, tidak ada kenaikan
walaupun dalam kenyataan fluktuasi atau pengaruh faktor lain
mempengaruhi terjadinya fluktuasi pada biaya variabel.
3. Umur proyek analisis kelayakan usaha peternakan ayam ini adalah 10
tahun berdasarkan aset penting yaitu kandang.
4. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha peternakan ayam petelur ini
adalah modal sendiri, sehingga yang digunakan adalah suku bunga
deposito dengan acuan Bank Indonesia per februari 2015 sebesar 7.5
persen.
5. Kapasitas maksimal kandang adalah adalah 4 000 lebih ekor ayam layer.
6. Siklus produksi selama 52 minggu termasuk persiapan kandang..
7. Setiap ayam afkir yang dihasilkan terjual habis setiap periodenya dengan
harga Rp30 000 per ekor.
8. Harga jual digunakan adalah Rp16 000 per kg cateris paribus
9. Penyusutan investasi dihitung berdasakan metode garis lurus

10. Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 46 tahun 2013 tentang tarif umum PPH Wajib Pajak
Badan Dalam Negeri yang menetapkan pajak sebesar 1 persen per tahun
dari hasil penerimaan, dengan ketentuan total penerimaan tidak melebihi
4.8 miliar dan pajak sebesar 25 persen dengan ketentuan total penerimaan
melebihi 4.8 miliar. Ketentuan ini diasumsikan tetap hingga akhir umur
bisnis.
31

Analisis Switching Value

Menurut Gittinger (1986), analisis Switching value merupakan salah satu


perlakukan terhadap ketidakpastian. Analisis ini dilakukan setelah analisis
kelayakan, untuk mengetahui sejauh mana tingkat Switching value jika terjadi
perubahan pada beberapa variabel komponen cashflow terhadap pendapatan
dan keuntungan perusahaan. Analisis Switching value dilakukan untuk melihat
dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis.
Tujuan analisis ini adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan
investasi usaha. Varibel-varibel yang dapat digunakan untuk analisis ini adalah
harga jual output, keterlambatan pelaksanakan, perubahan volume produksi,
serta kenaikan biaya produksi. Variabel-variabel tersebut berpengaruh besar
terhadap pendapatan atau keuntungan.

KEADAAN UMUM LOKASI

Gambaran Umum Perusahaan X

Perusahaan X adalah perusahaan peternakan yang memiliki bisnis utama


adalah telur ayam negeri atau dikenal dengan telur ayam ras. Lokasi usaha
peternakan ayam ras petelur ini berada di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor. Peternakan ini hanya melakukan kegiatan produksi telur
ayam ras, dimulai sejak tahun 2004. Pemilihan lokasi yang berada jauh dari
lingkungan masyarakat, dan dekat sumber air berupa sungai dan dekat dengan
jalur transportasi menjadi dasar penetuan lokasi, jarak dari jalan raya sampai
dengan lokasi sekitar ± 300 meter. Hal tersebut cukup baik dalam mendukung
kelangsungan usaha karena cukup jauh dan cukup hening untuk ayam dapat
berproduksi dengan baik. Peternakan ini memiliki lahan sekitar 2 000 m2.
Jumlah produksi telur mencapai 3 ton per hari, setiap kandang dihuni sekitar 4
200 lebih ekor ayam. Peternakan dilengkapi dengan mess bagi pekerja, gudang
telur sebagai tempat penyimpanan telur dan pengemasan, kantor, serta gudang
penyimpanan pakan. Melihat permintaan telur yang meningkat maka Pemilik
memutuskan akan melakukan pengembangan produksi menjadi 4 ton per hari.
kandang yang dimiliki adalah berupa bangunan berbentuk persegi
panjang, dengan kaki bangunan adalah beton dengan tinggi sekitar tiga meter,
dan untuk rangka kandang terbbuat dari kayu hutan yang panjangnya sekitar 4
meter, atap kandang sendiri terbuat dari asbes, asbes dipilih karena kuat, tahan
lama, dan mudah dalam perbaikan jika terjadi kerusakan. Penambahan sekitar 1
ton per hari diperkirakan membutuhkan ayam layer sekitar 16 923 ekor ayam
yang akan menggunakan 4 kandang. Keputusan ini dibuat karena belum dapat
memenuhi permintaan pasar dari konsumen tetapnya sekitar 5 ton per hari,
sehinga masih terdapat peluang pasar yang dapat dipenuhi dan masih terdapat
lahan kosong yang belum dimanfaatkan untuk pembuatan kandang baru.
Penambahan sekitar 16 923 ekor ayam layer dipilih karena jumlah inilah yang
termasuk maksimum dapat dikembangkan oleh pemilik, karena membutuhkan
investasi yang besar. akan menambah kandang baru sekitar 4 kandang dan
membangun juga mess bagi pekerja sehingga investasi yang besar akan
dikeluarkan untuk melakukan pengembangan ini.
32

Perusahaan ini melakukan pemasaran dengan para agen distributor telur


di daerah jabodetabek, jumlah agen yang bekerja sama dengan perusahaan ini
berjumlah sekitar 53 agen. Proses distribusi dilakukan dengan cara pihak agen
akan menelpon kepada perusahaan agar dapat dikirim, lalu perusahaan akan
mempersiapakan telur untuk dikirim, jika kondisi telur kosong maka akan
dikirim di hari esok. Pada awal berdiri perusahaan peternakan ini
menggunakan pakan yang dibuat sendiri, dengan formulasi pakan yang ada,
perusahaan X ini memiliki mesin pembuat pakan yang cukup besar, tetapi pada
saat ini perusahaan sudah tidak lagi melakukan kegiatan pembuatan pakan
sendiri, dikarenakan sulit dalam mendapatkan bahan baku, dan membutuhkan
waktu lama dalam melakukanya, sehingga perusahaan X melakukan kerja sama
dalam kegiatan pemberian pakan dengan cara bekerja sama dengan perusahaan
pembuatan pakan.
Kondisi lingkungan yang hening dan nyaman bagi ayam haruslah dibuat
agar produksi dapat optimal, seluruh lingkungan kandang berada didalam area
yang di batasi pagar beton, dengan tinggi sekitar 4 meter, tujuanya dibuat
adalah agar seluruh aktivitas atau kegiatan dapat terkontrol dengan baik, dan
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pencurian, gangguan hama,
dan memudahkan dalam mengontrol orang yang masuk dan keluar perusahaan,
karena hanya terdapat satu pintu keluar dan masuk. Bangunan gudang pakan
dan telur dalam perusahaan ini adalah satu bagian, dan dekat dengan kantor ini
dibuat agar kegiatan dalam gudang pakan dan telur ini mudah diamati, baik
ketika pakan datang maupun ketika pengiriman telur, terdapat pula closed
circuit television (CCTV) di setiap bagian bangunan seperti bangunan kantor,
gudang pakan dan telur, pintu gerbang, dan beberapa kandang.
Tenaga kerja merupakan hal yang penting dalam usaha peternakan ayam
ras petelur kaena mereka akan menentukan kemana perusahaan ini akan
berjalan, jika perusahaan memiliki tenagan kerja yang baik dan berkualitas
baik pengetahuan dan mentalnya maka usaha ini akan maju dan berkembang,
tetapi jika tenaga kerja hanya mampu bekerja saja tanpa memiliki integritas
dalam hal kecil sekalipun maka perusahaan akan sulit berkembang. Tenaga
kerja di perusahaan ini berasal dari daerah sekitar perusahaan berada, proses
perekrutan tenaga kerja ini dilakukan oleh pihak administarasi dan akan
disetujiu oleh pemilik peternakan, proses penerimaan tenaga kerja di
peternakan ini tidak begitu sulit, hanya memenuhi syarat yaitu bersedia bekerja
diposisi yang telah ditentukan oleh kepala kandang, dan mempunyai mental
yang baik artinya jujur, ulet, dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang
diberikan. Paada penambahan 16 923 ekor ayam lajyer ini memerlukan pekerja
12 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Aspek Non Finansial

Analisis dari aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sejauh


mana usaha peternakan peternakan Perusahaan X yang terletak di Desa
Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat layak untuk
dilaksanakan. Aspek nonfinansial yang dikaji terdiri dari dari aspek pasar,
33

aspek teknis, aspek manajaemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi, budaya
dan aspek lingkungan.

Aspek Pasar
Pasar merupakan aspek yang penting karena akan menentukan
keberlangsungan usaha peternakan ini dimasa yang akan datang.sehingga
perusahaan dapat menentukan seberapa besar atau target yang akan diproduksi,
aspek ini juga adalah salah satu aspek yang menjadi sumber pendapatan bagi
perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional.
1. Permintaan dan Penawaran
Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa permintaan lebih
besar dari pada penawaran yang ada, menurut pemilik untuk permintaan
dihari normal artinya permintaan yang tidak dipengaruhi oleh kondisi
seperti hari besar atau hari besar sehingga mempengaruhi permintaan
terhadap telur. untuk hari normal permintaan yang mencapai 4 ton
perhari atau sekitar 267 peti telur dengan berat bersih adalah 15 kg. Telur
di distribusikan kepada agen tetap perusahaan dengan minimal
pengiriman 100 peti telur dalam sekali transaksi, daerah pengiriman
adalah daerah Jabodetabek. Kondisi berbeda terjadi ketika memasuki hari
besar atau hari libur permintaan telur bisa mencapai 5 sampai 6 ton per
hari sehingga peluang pasar masih ada untuk dipenuhi, pemilik sendiri
mengatakan bahwa dimasa datang konsumsi telur akan terus naik
dikarenakan pendapatan masyarakat rata-rata meningkat, dan telur juga
memiliki harga yang murah dibandingkan sumber protein hewani yang
lain seperti daging ayam atau sapi, lebih efisien dalam pengolahan dan
penyimpanan artinya konsumen tidak perlu pengolahan yang kompleks
dalam mengolahnya untuk dikonsumsi. Meskipun perusahaan telah
melakukan pengembangan dengan menambah produksi sebesar 16 923
ekor ayam sehingga dihasilkan sekitar 1 ton telur. Seluruh produksi habis
terjual, perusahaan masih belum mampu memenuhi permintaan telur dari
para konsumen atau agen penyalur sehingga dapat dikatakan bahwa
menurut aspek pasar bahwa usaha ini dikatakan layak untuk dilaksanakan
dan dikembangkan.
2. Pemasaran Output
Produk atau output perusahaan ini adalah telur, kotoran ayam, dan daging
ayam afkir. Kotoran ayam dijual dalam bentuk karungan dengan berat
sekitar 50 kg dengan harga Rp4 000 per karung, ayam afkir dijual dengan
harga sekitar Rp30 000 per ekor ayam, kriteria dalam menjual ayam ini
adalah melihat ketika ayam sudah turun produktifitasnya atau Hen day
sekitar 60 sampai 70 persen atau biasanya umur ayam mencapai 70
minggu. Telur adalah produk utama dari usaha ini harga telur sekitar 16
000 per kilogram. Pemasran dilakukan dengan cara menelepon kepada
farm minimal satu hari sebelum produk dikirim, produk berupa telur utuh
dalam peti kayu dimuat ke dalam mobil truk diikat dengan rapi dan
dikirim, biaya pengirirman atau transportasi ditanggung oleh peternakan
sehingga konsumen atau agen penyalur hanya menunggu di tempat atau
toko miliknya, perusahaan X sudah memiliki pelangan tetap atau saluran
pemasaran yang tetap dan telah terjadi sistem bon artinya penjual atau
34

agen dapat menjual produk dengan melakukan pembayaran seteklah


produk habis, strategi ini juga memperkuat saluran pemasaran
perusahaan X sehingga aspek pemasaran layak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan analisis aspek pasar yang
terdiri dari permintaan, penawaran dan pemasaran yang dilakukan oleh
Perusahaan X adalah layak untuk dilaksanakan. Menurut Jumingan (2009)
salah satu indikator usaha dikatakan layak secara aspek pasar adalah terdapat
permintaan dari produk yang dihasilkan. Permintaan terhadap telur yang
dihasilkan oleh Perusahaan X masih belum dapat dipenuhi atau masih banyak.
Pemasaran produk telur ini sudah memiliki pelanggan tetap dan strategi
pemasaran yang baik sehingga pemasaran dapat dikatakan layak.
Aspek Teknis
1. Lokasi peternakan dan kandang
Lokasi peternakan adalah aspek penting karena jika lahan atau lokasi
tidak layak maka usaha tidak dapat dilaksanakan dengan baik, lokasi
usaha yang baik bagi peternakan adalah jauh dari pemukiman,
masyarakat karena akan terkena dampak negatif dari usaha peternakan
usaha ini seperti bau dan limbah yang dihasilkan. Lokasi juga harus
mempunyai sumber air bersih yang cukup karena air adalah hal penting
yang akan mendukung kegiatan budidaya dan operasional peternakan,
akses transportasi yang baik dan jalan yang dapat dilalui oleh kendaran
sehingga proses pengiriman dapat berjalan dengan baik kondisi jalan
yang baik pula akan menentukan kulaiatas telur seperti persentase telur
yang pecah yang diakibatkan jalan yang kurang baik. Jaringan listrik
yang memadai untuk melaksanakan kegiatan usaha peternakan yang
digunakan untuk mesin, penerangan, dan mempermudah proses kegiatan
dimalam hari.
Usaha peternakan ayam ras petelur perusahaan X terletak ± 300 meter
dari jalan raya dan pemukiman warga tidak terlalu padat atau belum ada
pemukiman yang berada sekitar peternakan, lokasi ini dipilih dengan
pertimbangan agar usaha dapat berjalan dengan baik dengan aman dalam
jangka waktu yang cukup lama, dan lokasi tersebut terhindar dari kebisingan
akibat lalu lintas kendaraan sehingga ayam akan dapat tenang dalam proses
bertelur.
Akses jalan dari kandang sampai jalan raya besar sudah cukup baik,
walaupun belum dilapisi dengan aspal tapi sudah cukup aman bagi kendaraan
untuk membawa telur dengan aman. Ketersedian sumber air sudah cukup baik
terdapat dua sumber air yang digunakan yaitu sumber air sungai yang
ditampung dalam tandon berukuran 10 000 liter air dan yang kedua bersumber
dari sumur bor air yang digunakan ketika sumber air sungai kotor atau tidak
layak digunakan. Pasokan listrik sudah mempunyai gardu listrik tersendiri yang
difasilitasi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) sehingga kebutuhan listrik
sudah terpenuhi jika terjadi pemadaman listrik oleh PLN, Perusahaan X
mempunyai sebuah Generator Set (Genset) untuk memenuhi ketika
pemadaman terjadi. Luas peternakan Perusahaan X yang digunakan dalam
penambahan 16 923 ekor ayam adalah 2 000 m2 digunakan untuk 4 kandang
dengan ukuran 35 x 8 meter yang diisi 4200 lebih ekor ayam. Terdapat mess
35

tempat para pekerja beristirahat, gudang telur dan pakan yang terdiri dalam
satu bangunan. Layout peternakan Perusahaan X dapat dilihat pada Gambar 3.

KL KL K T Ge Mess
B nse
KL KL K
B t
KL K
KL
B
KL KL K
B G
KL KL KL
KL KL KL

KL KL KL

Keterangan
G : Gudang pakan dan telur
T : Torem Penampungan air
KL : Kandang Lama
KB : Kandang Baru

Gambar 3 Layout peternakan X

Kandang ayam pada Perusahaan X menggunakan atap dari asbes dengan


kerangka yang terdiri dari kayu hutan berbentuk bulat dengan panjang rata-rata
empat meter, sedangkan pondasinya terbuat dari bagunan tembok beton dengan
tinggi 4 meter, di dalam kandang terdapat cage atau batre sebagai tempat ayam
tinggal, ukuran sebuah kandang batre adalah 30x30 cm. Dalam satu kandang
yang berukuran 35 x 8 meter terdapat 116 lebih batre yang diisi maksimal oleh
2 ekor ayam, batre terbuat dari bahan besi kawat sehingga kuat dan tahan lama,
umur ekonomis kandang 10 tahun gambar kandang dapat dilihat pada Gambar
4. Bagian dasar kandang dibuat miring sehingga kotoran dapat turun dan
tertampung pada selokan yang telah dibuat sehingga kotoran akan mudah
dibersihkan dan akan lebih cepat kering. Lokasi kandang dibuat atau didesain
agar matahari dapat masuk di pagi hari dan ayam tidak kepanasan disiang hari
Dilihat dari lokasi perkandangan yang ada di Perusahaan X sudah sesuai
dengan ketentuan perkandangan. Satu buah kandang dapat menampung sekitar
4200 lebih ekor ayam.

Gambar 4 Kandang batre atau lebih dikenal dengan cage

2. Bibit Ayam Layer


Bibit yang digunakan oleh Perusahaan X digunakan adalah jenis Hixex
Brown yang dibeli dari beberapa perusahaan seperti Samsung, Malindo,
36

Sierad, dan Patriot. Jenis yang biasa digunakan adalah Hixex Brown
karena dirasa lebih baik dalam kemampuan bertahan hidup karena tingkat
kematian yang rendah sekitar 0.3 sampai 3 persen sebelum layer. Bibit
atau layer yang digunakan biasanya berumur 18 minggu dan dalam
penambahan ini tingkat kematian sekitar 10 persen. Dalam proses
budidaya pemeliharaan ayam ini didasarkan pada pola produksi dengan
umur produksi 52 minggu, yang dimulai dari 18 sampai 52, dengan
puncak produksi mencapai 92 persen pada umur 23 sampai 42 minggu.
3. Pakan
Menejemen pemberian pakan haruslah sangat baik agar tidak ada pakan
yang terbuang begitu saja, pemberian pakan disesuaikan dengan
kebutuhan ayam untuk hidup dan bertelur, kelebihan atau kekurangan
pakan yang diberikan akan berakibat pada Food Convertion Rate (FCR).
Semakin tinggi maka ayam akan mengkonsumsi pakan lebih banyak
sehingga biaya akan lebih banyak atau besar. Pakan yang diberikan
adalah pakan dengan jenis starter yang diproduksi oleh PT Global, setiap
umur ayam memiliki menejemen pemberian pakan yang berbeda, tabel
menejemen pemberian pakan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Proporsi jumlah pakan ayam per ekor per hari


Umur ayam layer (minggu) Jumlah Pakan (gram per ekor per hari)
18 sampai 23 110
23 sampai 40 116
40 sampai 70 115
Sumber : Perusahaan X ( 2015)

4. Obat-obatan dan Vaksin (OVD)


OVD digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang terjadi
atau menyerang ayam sehingga mempengaruhi produkstifitas atau
mengalami kematian jika tidak ditangani dan vitamin diberikan agar
kondisi ayam tetap optimal karena kondisi alam yang terjadi seperti
cuaca ekstrim. Obat-obatan yang digunakan biasanya diberikan pada
ayam yang mengalami penyakit pernapasan dan pencernaan. Tingak
kematian ayam yang diakibatkan penyakit sangat tinggi apalagi jika
penyakit tersebut disebabkan oleh virus sehingga vaksinasi dilakukan
apabila sudah terjadi tanda-tanda bahwa ayam mengalami inveksi virus
seperti badan panas, lemas, atau tingkah laku yang tak wajar, selain
vaksinasi tindakan pencegahan seperti sanitasi selalu dilakukan dalam
persiapan kandang dan pembersihan kotoran jika sudah menumpuk.
Vaksinasi yang dilakukan oleh Perusahaan X sudah terprogram artinya
sudah terjadwal. Pemberian vaksin dilakukan dengan cara oral dan
suntik, sedangkan pemberian obat dilakukan dengan mencampur dengan
air atau pakan ayam.
5. Sarana dan Prasarana Penunjang Lainya
Sekam (rice hulls) adalah substrat yang digunakan untuk alas dari telur
yang akan dikirim tidak hanya sekam biasanya yang dapat digunakan
untuk menjadi alas tetapi serutan kayu juga dapat digunakan, mengingat
keterbatasanya maka serutan kayu jarang digunakan. sekam juga mampu
menyerap dan menahan suhu telur tidak terlalu berubah drastis dan
37

mampu menjadi penahan yang baik jika ada goncangan akibat


transportasi. Sekam diperoleh dari pengempul yang mengirim sekam
secara teratur. Peti telur terbuat dari kayu dengan berat sekitar tiga
sampai empat kilogram, jika peti rusak atau tidak dapat digunakan maka
akan membeli dari pengrajin peti kayu yang berada di sekitar peternakan
dengan harga Rp3 000 per peti. Koran juga menjadi bahan penunjang
karena digunakan untuk melapisi peti kayu sebelum diisi oleh sekam,
biasanya koran bekas dibeli dari daerah tangerang dengan harga Rp3 000
per kilogram. Egg tray atau tempat penampungan telur yang terbuat dari
bahan plastik adalah sarana penunjang lainya, alat ini berukuran 30 x 30
cm dengan isi berjumlah 30 butir telur ayam, harga satu buah egg tray
Rp12 000 perbuah yang dibeli dari daerah tanggerang. Gambar Egg tray
dan peti telur dapat dilihat pada Gambar 5.

A B
Gambar 5 Peti telur (a) dan egg tray (b)

6. Proses produksi
Proses produksi pada Perusahaan X dimulai sejak persiapan kandang,
pemeliharaan, pemanenan, penyimpanan, dan pengiriman produk sampai
diterima oleh pembeli.
a. Persiapan kandang
Persiapan kandang adalah tahap awal dalam kegiatan peternakan ayam
petelur. Tahap ini dimulai dari proses pencucian kandang yang di
dalamnya terdapat sanitasi dan disinveksi kandang, kegiatan ini
dilakukan dengan mencuci setiap bagian kandang dengan
menggunakan semprotan air sehingga kotoran dapat lepas dan hilang
dari kandang sehingga kandang akan aman bagi ayam karena bibit
penyakit sudah hilang, dapat dilihat pada Gambar 6. Disinveksi
dilakukan dengan menggunakan cairan disinvektan, setelah kandang
bersih dibiarkan beberapa hari lalu dilakukan pengapuran pada setiap
bagian kandang, penggunaan kapur diharapkan dapat membunuh atau
memutus rantai bibit penyakit yang mungkin dapat berkembang biak.
Kegiatan yang dilakukan Perusahaan X adalah dengan melakukan
pembersihan dengan cara menyapu terlebih dahulu seluruh bagian kandang
sampai bahkan atap kandang juga dibersihkan, setelah bersih maka dilakukan
penyemprotan dengan cairan disinveksi berupa cairan kimia atau dapat diganti
dengan deterjen, semua bagian kandang disemprot dengan alat semprot
bertekanan tinggi sehingga kotoran yang menempel mudah lepas dari kandang.
Setelah dilakukan kegiatan ini kandang diistirahatkan dua sampai tiga hari,
setelah diistirahatkan lalu kandang diteburi oleh kapur dengan tujuan
memutuskan rantai bibit peyakit yang mungkin dapat berkembang biak,
38

kandang batre, lantai kandang, dan dasar kandang ditaburi kapur dan
diistirahatkan dua minggu.

Gambar 6 Persiapan kandang


b. Proses Pemeliharaan
Proses pemeliharaan ayam yang dilakukan di Perusahaan X adalah
dimulai ketika ayam masuk kandang, ayam langsung diberi minum
berupa cairan gula dan vitamin sehingga ayam tidak stres akibat
perjalanan dan lingkungan yang baru, setelah ayam sudah nyaman
maka esok hari pakan sudah dapat diberikan, pemberian pakan
ditentukan berdasarkan bobot badan, umur ayam, dan hen day ayam,
pemberian pakan diberikan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore
hari dengan persentase pemberian pakan pada sore hari lebih banyak
yaitu 70 persen dan 30 persen untuk pagi hari, secara jelas dapat
dilihat pada Tabel 10. Air minum yang diberiakan harus bersih dan
sehat sehingga ayam akan bertumbuh dan berproduksi dengan
maksimal, pemberian air minum pada ayam sama seperti pakan, tetapi
pemberianya dilakukan dengan sistem add libitum atau sekenyangnya
artinya ketersedian air akan selalu ada. Pada proses pemeliharaan akan
terjadi kematian yang disebabkan berbagai faktor, penyakit yang
disebabkan virus adalah penunjang tingkat kematian yang paling
tinggi sehingga pemantauan setiap individu sering dilakukan, jika
terdapat kelainan atau kondisi ayam yang tidak biasa seperti diam,
lemas, atau suhu badan panas maka dokter hewan akan memeriksa
kondisi dengan membawa sampel darah ke laboratorium dan akan
diketahui penyebab dan cara penanggulangnya, pemberian vaksin dan
obat.

Tabel 10 Proporsi pemberian pakan pada perusahaan X


No Jumlah pakan per ekor ayam (gr) Umur ayam (minggu)
1 115 18 sampai 23
2 116 23 sampai 40
3 110 40 sampai 68/70
Sumber : Perusahaan X (2015)

c. Proses Pemanenan dan Pengemasan


Ayam akan mulai bertelur ketika mulai memasuki minggu ke 18
sampai 20 ayam akan mulai bertelur peningkatan hen day ayam
perhari 3 sampai 4 persen puncak produksi dicapai pada minggu ke 25
sampai 40 hen day dapat mecapai 92 persen dalam kondisi puncak
produksi. Pemanenan telur dilakukan dengan cara manual oleh anak
39

kandang, dengan menempatkan telur pada egg tray, pemanenan


dilakukan dua kali dalam sehari sekitar jam 10.00 dan jam 16.00.
Berdasarkan analisis aspek teknis peternakan Perusahaan X dapat
disimpulkan layak untuk dilaksanakan karena dianalisis dari beberapa aspek
seperti lokasi yang cukup jauh dari lingkungan masyarakat, terdapat sumber air
yang baik, akses transportasi, menejemen pakan dan OVD yang terprogram
dengan baik, memiliki tenaga kerja yang sudah berpengalaman, dan secara
keseluruhan proses kegiatan ini dilakukan dengan baik dan terencana dari awal
sampai telur dapat dikirm kepada konsumen. Kegiatan pengemasan dilakukan
dalam gudang, yang di dalamnya terdapat kegiatan sortasi dan grading, telur
yang akan dikirim dimasukan ke dalam peti yang telag disediakan sebelumnya,
telur yang dimasukan haruslah bersih dan utuh, jika ada telur yang kotor maka
para pekerja akan memisahkan dan mencucinya dan apabila ada telur yang
retak akan dipisahkan dan dijual dengan harga yang lebih murah atau
digunakan untuk konsumsi para pekerja. Setelah telur dimasukan kedlam peti
maka akan disusun dalam tumpukan telur dengan rapi. Kegiatan pengemasan
dapat dilihat pada Gambar 7.

a. Peti telur b. Penimbangan telur c. Penyususan telur


Gambar 7 Proses pengemasan telur

Aspek Menejemen
Aspek menejemen penting dianalisis karena pada aspek ini akan terlihat
bagaimana sistem menejemen yang digunakan dapat memperlancar kegiatan
usaha yang akan mempermudah kegiatan usaha ini menjadi lebih terstruktur
dengan baik, struktur organisasi adalah salah satu bentuk menejemen yang
dimiliki oleh Perusahaan X, di dalam struktur organisasi ini terjabarkan
mengenai tugas dan fungsi masing masing individu. Struktur organisasi dapat
dilihat pada Gambar 8.

Pemilik Usaha

Administrasi

Kepala kandang

Sub Gudang Sub Pemeliharaan Sub Pengiriman Sub pembangunan

Gambar 8 Struktur organisasi perusahaan X


40

Pemilik dibantu oleh seorang kepala kandang yang mempunyai tugas


dalam melaksanakan kegiatan usaha dan bertanggung jawab terhadap hal yang
terjadi di lapangan, dan menentukan juga keputusan yang akan diambil
perusahaan, sehingga keberadaanya sangat diperlukan, kepala kandang
dibantuk oleh bagian produksi, pendistribusian, pengemasan, dan bangunan.
Terdapat bagian administrasi yang membantu pemilik dalam melakukan
kegiatan admisnistrasi seperti menjawab telepon, masalah pembukuan,
recording, dan mencatat biaya-biaya harian yang dibutuhkan.
Kepala kandang adalah bagian yang sangat penting sama seperti
perusahaan posisi kepala kandang hampir sama seperti manajer dalam
perusahaan besar, untuk deskripsi pekerjaan yang dilaksanakan adalah
melakukan pengawasan terutama dalam produksi dan melaksanakan program
yang ada seperti vaksin, pemberian pakan, dan pemeliharaan keseluruhan,
kepala kandang dibantu oleh anak kandang yang bertugas dalam melakukan
pemberian pakan dan melakukan pemanenan serta juga mengawasi jika ada
ayam yang sakit sesuai dengan arahan atau panduan kepala kandang.
Pengemasan adalah kegiatan usaha yang penting diperhatikan dalam
Perusahaan X terdapat satu kepala sub bagian pengemasan atau mandor gudang
telur dan terdapat lima orang bagian pengemasan yang tugasnya mengemas
telur ke dalam peti dengan rapi secara manual lalu membersihkan telur yang
kotor serta melakukan kegiatan sortasi telur pecah. Bagian pengemasan juga
mempunyai pekerjaan seperti menyiapkan peti telur yang dilapisi dengan koran
dan sekam.
Pendistribusian adalah hal yang penting diperhatikan karena
berhubungan dengan kualitas telur dan keamanan telur yang akan dibawa,
terdapat dua orang supir yang tugasnya mengantar telur sampai tujuan, serta
bagian ini juga membeli bahan atau alat yang dibutuhkan oleh kandang dalam
menjalankan usahanya. Bagian bangunan adalah bagian yang tugasnya
melakukan kegiatan seperti memperbaiki kandang yag rusak, membangun
kandang, memperbaiki jalan. Jumlah pekerja bangunan tidak pasti artinya
ketika perusahaan akan melakukan kegiatan maka akan ditentukan jumlah
pekerja yang akan digunakan, status mereka adalah pekerja lepas harian.
Usaha peternakan Perusahaan X telah terdapat fungsi menejemen dan
deskripsi pekerjaan yang jelas setiap individu, jumlah tenaga kerja yang ada
adalah dua belas orang dengan masing masing jabatan serta deskripsi pekerjaan
masing-masing, yang terdiri dari empat anak kandang, satu kepala kandang,
satu mandor gudang pakan dan telur, satu sekertaris, satu supir, dan emapt
orang karyawan gudang telur.
Aspek Hukum
Aspek hukum adalah mengenai tentang perijinan terhadap usaha yang
telah didirikan, apakah usaha peternakan ini sudah memiliki ijin pembentukan
usaha, serta ijin lainya yang bersangkutan dengan usaha peternakan.
perusahaan X memang belum menentukan badan usaha terkait usaha yang
telah dijalankan tetapi untuk ijin dari RT/RW dan ijin dari warga sekitar usaha
peternakan ini sudah memilikinya, sehingga sudah hampir sepuluh tahun usaha
ini tidak pernah terkendala atau mengalami ganguan dalam menjalankan
usahanya. Usaha peternakan seharusnya memiliki betuk badan usaha yang jelas
sehingga dapat dengan mudah mengurus ijin usaha atau ijin lainya dari dinas
41

terkait, dan jika sudah memiliki badan usaha maka dapat dipantau oleh
pemerintah daerah atau dinas peternakan dalam melaksanakan kegiatan usaha
peternakan ini, walaupun hanya ijin dari warga sekitar dan RT/RW tetap
dikatakan layak karena usaha inipun sudah berlangsung sepuluh tahu lebih,
hanya mungkin perlu ditambah ijin lain dari dinas terkait sehingga dalam
pengembangan usaha nantinya tidak akan ada masalah yang timbul menganggu
usaha ini.
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan adalah aspek yang menjadi
dampak akibat adanya usaha peternakan ini, apakah dampak negatif atau
damapak positif. Usaha peternakan tidak akan pernah terlepas dari dampak
negatif, hanya saja sebesar apakah damapak negatif yang diterima masyarakat
sekitar dibandingkan dampak positifnya. masyarakat dapat menilai bahwa
keberadaan perusahaan ini lebih banyak memberikan dampak positif kepada
masyarakat baik dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Aspek sosial dan ekonomi yang berdampak terhadap masyarakat sekitar
adalah bau kotoran ayam yang tercium, ini menggangu masyarakat tetapi
karena sudah terbiasa masyarakat tidak terlalu mempermasalahkanya,
kontribusi perusahaan terhadap sosial masyarakat berupa penyerapan tenaga
kerja sebagai karyawan sehingga secara langsung juga meningkatkan
pendapatan masyarakat sekitar kandang, dan dapat mengurangi pengangguran.
Limbah yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki nilai ekonomi, sehingga
keberadaanya perlu diatur dengan baik sehingga menguntungkan, penanganan
limbah dengan cara memasukanya kekarung adalah cara agar kotoran tidak
menyebar dan memudahkan dalam pengangkutan, diharapkan pengaruh limbah
dapat diminimalkan.
Analisis aspek sosial, ekononomi, dan lingkungan yang dilakukan di
perusahaan X telah membuktikan bahwa dari adanya usaha peternakan ini
dampak positif lebih besar diterima oleh masyarakat sekitar usaha ini
dibandingkan dampak negatif yang dihasilkan, dengan penyerapan tenaga kerja
sehingga pengangguran menurun dan peningkatan kesehjateraan masyarakat
sehingga masyarakat mendukung adanya usaha ini. Menurut aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan usaha peternakan perusahaan X layak untuk
dijalankan.

Analisis Aspek Finansial

Arus Manfaat (Inflow)


1. Penerimaan Penjualan Telur
Penerimaan peternakan dari perusahaan X salah satunya berasal dari
penjualan telur, produk telur merupakan produk utama yang dihasilkan
oleh peternakan ini, telur dihasilkan selama satu periode atau sekitar 52
minggu, dengan henday pada akhir periode sekitar 65 persen sampai 70
persen. Mortalitas ayam yang berpengaruh terhadap produksi sekitar 20
persen, yang terjadi pada minggu ke-23 sampai 40, pada puncak produksi
atau sekitar 92 persen henday. Harga jual telur adalah Rp16 000 per
kilogram telur. penerimaan pada tahun pertama adalah Rp4 103 485 326
42

dan pada tahun kedua penerimaan peternakan Perusahaan X adalah Rp4


438 585 095.
2. Penerimaan Penjualan Ayam Afkir
Ayam afkir adalah sumber penerimaan yang diperoleh ketika periode
berakhir, pada Perusahaan X satu periode ayam hanya 52 minggu. Ayam
afkir banyak diminati untuk diambil dagingnya, harga ayam afkir adalah
Rp30 000 per ekor ayam. Adapaun penerimaan penjualan adalah Rp3
820 742 612 diperkirakan mortalitas ayam selama pemeliharaan sekitar
10 persen. Pelanggan ayam afkir cukup banyak, sehingga dalam
pemasaran mudah, dalam kondisi atau hari tertentu ayam afkir memiliki
nilai yang tinggi. Harga jual ayam adalah Rp30 000 per ekor, sehingga
keputusan manajerial dalam memutuskan menjual ayam sangat
ditentukan oleh kondisi tersebut.
3. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam
Kotoran ayam adalah penerimaan sampingan yang memberikan
keuntungan peternakan cukup besar. Kotoran ayam dijual dengan harga
Rp4 000 per karung dengan berat sekitar 45 sampai 50 kg, pada periode
pertama penjualan kotoran adalah Rp142 559 352 periode kedua
didapatkan penjualan sebesar Rp287 860 230.
4. Nilai Sisa
Nilai sisa adalah nilai dari barang investasi yang dperkirakan tidak habis
pakai selama umur bisnis. Terhadap barang tersebut harus dinilai
harganya pada saat bisnis selesai (Nurmalia et al 2010) nilai sisa berasal
dari barang yang setelah umur usaha masih memiliki nilai jual yaitu
setelah tahun ke 10. Pada usaha peternakan perusahaan X didapatkan
nilai sisa sebesar Rp468 739 792.
Arus Biaya (Outflow)
Arus biaya merupakan aliran kas (cash flow) yang mengurangi jumlah
kas karena digunakan dalam membangun usaha pada awal bisnis atau dalam
masa umur usaha. Komponen biaya yang dikeluarkan dalam usaha peternakan
perusahaan X ini adalah biaya investasi, biaya operasional, dan biaya
operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.
1. Biaya Investai
Biaya Investasi adalah biaya yang dikeluarkan atau digunakan untuk
kegiatan bisnis di awal usaha atau dalam perjalanya dalam melakukan
kegiatan reinvestasi yaitu menganti investasi ayang umur ekonomisnya
sudah habis sebelum umur usaha, dapat dikatakan bahwa investasi yang
dilakukan untuk memperoleh keuntungan pada periode yang akan datang
juga selama umur usaha sekitar 10 tahun. Analisis kelayakan dilakukan
untuk melihat apakah suatu bisnis dapat memberikan manfaat atas
investasi yang akan ditanamkan. Menurut Umar (1999) studi kelayakan
bisnis adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu investasi
dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan suatu bisnis
menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan. Secara
rinci dapat dilihat biaya investasi pada Tabel 11 (terlampir).
Perhitungan nilai investasi terdapat biaya penyusutan dan nilai sisa.
Perhitungan penyusustan yang digunakan dalam perhitungan ini adalah
dengan metode garis lurus, penyusutan adalah nilai harga beli dikurangi
43

nilai sisa dibagi dengan umur bisnis, nilai penyusutan dimasukan ke


dalam perhitungan laba rugi, sedangkan nilai sisa dimasukan ke dalam
penerimaan.
a. Kandang
Kandang merupakan bagian dari Investasi yang nilainya besar dan
paling penting dalam usaha peternakan ini. Kandang yang akan
dibangun untuk menambah produksi telur adalah sebanyak 4 kandang
dengan ukuran panjang 35 x lebar 8 meter rata-rata kandang dapat
menampung 4 200 ekor lebih ayam layer. Biaya yang digunakan
untuk membangun kandang ini sebesar Rp384 000 000 umur
ekonomis kandang ini diperkirakan dapat mencapai 10 tahun karena
kandang cukup kuat, pondasi kandang terbuat dari beton. Diakhir
umur usaha kandang dapat dijual jika usaha tidak dilanjutkan.
b. Gudang
Gudang di usaha peternakan ini dibagi menjadi dua yaitu gudang
penyimpanan pakan dan gudang telur. gudang pakan dan gudang telur
berada dalam satu bangunan dengan ukuran 100 meter persegi,
gudang telur digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan
pengemasan, penimbangan, dan pemuatan telur sedangkan gudang
pakan tempat menyimpan pakan yang akan diberikan dan
penimbangan jumlah pakan yang akan diberikan pada ayam. Biaya
pembuatan gudang adalah Rp40 000 000.
c. Mess
Mess atau tempat tinggal adalah tempat bagi para pekerja untuk
beristirahat, dalam penambahan produksi ini perusahaan X
membangun mess dengan 4 kamar, satu untuk kepala kandang
sedangkan sisa kamar yang ada digunakan bagi karyawan lainya
terdapat juga dapur bagi para pekerja. Mess terbuat dari beton
sehingga diperkirakan memiliki umur ekonomis yang lama sekitar 10
tahun. Biaya yang digunakan untuk pembangunan mess ini sebesar
Rp40 000 000.
d. Instalasi Listrik dan Air (filter)
Instalasi ini berguna bagi perusahaan dalam menjamin ketersediaan air
dan listrik sehingga usaha dapat tetap berjalan dengan baik. Biaya
investasi yang digunakan untuk membangun instalasi listrik dan air
masing masing berjumlah Rp1 000 000dan Rp1 085 000.
e. Instalasi Pakan dan Minum (fiter)
Instalasi pakan dan minum pada usaha ini adalah sarana yang
digunakan dalam kandang, instalasi minum berjumlkah Rp67 892 000,
dan minum Rp8 000 000. Dapat dilihat pada Gambar 10 (terlampir).
f. Drum Air
Drum air adalah alat yang digunakan untuk kegiatan produksi seperti
kegiatan pembersihan kandang, mencuci egg tray , dan sanitasi. Drum
yang digunakan berjumlah 4 unit dengan harga Rp800 000
diperkirakan umur ekonomisnya 5 tahun.
g. Ember Plastik
Ember ini digunakan dalam kegitan produksi sebagai alat untuk
membawa pakan, membawa air dalam jumlah kecil, dan memcuci
44

perlatan kandang yang sudah dipakai. Harga beli ember plastik adalah
Rp50 000 dan memiliki umur ekonomis 3 tahun.
h. Sprayer dan Mesin Semprot
Sprayer adalah alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan sanitasi
dan disinfeksi dalam pembersihan kandang, sedangkan mesin semprot
alat yang digunakan untuk menyemprotkan air dalam persiapan
kandang yang akan dicuci, perusahaan X membeli masing masing dua
unit diharapkan dalam melakukan kegiatan persiapan kandang dapat
maksimum sehingga aman bagi ayam. harga sprayer adalah Rp350
000 dan untuk mesin semprot adalah Rp1 200 000. Untuk umur
ekonomis alat ini diperkirakan mencapai 8 tahun.
i. Sekop
Sekop alat ini digunakan untuk membersihkan kotoran ayam dan
dalam kegiatan pembersihan area kandang, sekop dibeli dengan harga
Rp70 000 dengan umur ekonomis sekitar 5 tahun.
j. Timbangan Digital
Timbangan yang digunakan sudah tidak manual artinya sudah dengan
mesin, sehingga lebih mudah dan akurat dalam melakukan
penimbangan sehingga berat telur dapat pas, timbangan digunakan
untuk menimbang pakan dan telur. harga timbangan adalah Rp1 200
000 dengan umur ekonomis sekitar 5 tahun.
k. Toren air
Toren air adala tempat menampung air sebelum disalurkan ke dalam
kandang, toren digunakan agar suplai air selalu tersedia sehingga tidak
menggangu kegiatan produksi, volume toren sekitar 10 000 liter air.
Harga beli toren ini adalah Rp3 000 000 dengan umur ekonomis
sekitar 5 tahun.
l. Egg Tray
Tempat menaruh telur sebelum dikemas ke dalam peti, wadah ini
terbuat dari bahan plastik yang berukuran 30 x 30 cm. Satu buah
wadah penampung telur ini dapat menampung 30 butir telur. harga
beli wadah ini adalah Rp12 000. Dibutuhkan 500 wadah dengan nilai
investasi Rp7 500 000 dengan umur ekonomis 5 tahun.
m. Peti Kayu
Peti kayu adalah tempat telur dikemas sampai dikirim kepada
konsumen, peti telur rata-rata dapat menampung sekitar 15 kg telur
atau sekitar 230 butir telur lebih. Peti kayu tidak memiliki nilai sisa,
harga beli peti kayu adalah Rp3000. Dibutuhkan sekitar 500 peti
dengan jumlah investasi Rp1 500 000
n. Truk
Truk dengan mesin diesel turbo yang digunakan dalam kegiatan
pengiriman dan pengangkutan telur. mobil ini dibeli dengan harga 229
500 000, dengan umur ekonomis 10 tahun.
o. Pompa Air
Pompa air ini digunakan untuk memenuhi seluruh kepeluan air yang
digunakan dalam kegiatan produksi, pembersihan kandang, serta
aktivitas lainya, pompa air ini menggunakan tenaga listrik untuk dapat
beroperasi, kecepatan menyedot air sekitar 1000 liter per menit.
45

Pompa ini sengaja dipilih karena letak sumber air yaitu sungai berada
di bawah lokasi kandang sehingga memerlukan tenaga yang kuat.
Harga mesin pompa ini adalah Rp15 000 000 dengan umur ekonomis
8 tahun.
p. Meja dan Kursi
Meja dan kursi ini digunakan untuk kepala kandang serta sekretaris
dalam melakukan kegiatan pencatatan dan recording. Biaya investasi
untuk meja kursi adalah Rp300 000 dengan umur ekonomis 5 tahun.
q. Alat Suntik
Alat suntik ini dilakukan dalam kegiatan vaksinansi sehingga
memudahkan dalam kegiatan vaksinasi dalam jumlah yang banyak.
Penggunaan alat suntik ini dapat mempersingkat waktu dan cepat
selesai. Alat suntik ini dibeli dengan harga Rp1 000 000 dengan umur
ekonomis 5 tahun.
r. Alat bangunan
Alat-alat bangunan seperti cangkul, palu, alat mix semen, dan gergaji
yang digunakan dalam membangun kandang, keberadaan alat ini juga
bisa berguna jika terdapat kerusakan kandang dan perbaikan kandang,
alat bangunan dibeli dengan harga Rp5 000 000 dengan umur
ekonomis sekitar 8 tahun.
s. Lampu
Lampu digunakan untuk menjaga suhu agar tetap pada kondisi yang
diinginkan atau membuat kondisi suhu lingkungan dalam kandang
tetap hangat pada malam hari, karena perubahan suhu yang drastis
dapat membuat ayam stress, sehingga berpengaruh terhadap produksi,
umur ekonomis lampu sekitar dua tahun.
t. Komputer
Komputer digunakan sebagai penyimpanan data harga, produksi,
jumlah ayam, serta biaya dan penerimaan peternakan. Umur ekonomis
komputer sekitar lima tahun.
u. Kulkas, white board, dan Timbangan Digital
Alat-alat ini digunakan untuk menyimpan obat dan vaksin, sebagai
alat kontrol, dan menimbang telur yang akan dikirim agar berat telur
pas.
2. Biaya Operasional
Biaya operasional usaha peternakan ayam Perusahaan X terdiri dari biaya
variabel dan biaya tetap. Biaya operasional juga merupakan seluruh
pengeluaran yang digunakan untuk kegiatan produksi dalam satu kali
periode.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha masih
dijalankan, besarnya biaya tetap tidak berkait langsung dengan
produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha ini antara lain
gaji yang terdiri dari gaji kepala kandang, gaji supir, gaji kepala
gudang, gaji anak kandang, gaji sekretaris atau administrasi, dan gaji
karyawan gudang pakan dan telur Pemberian gaji berbeda setiap
orangnya. Biaya tetap juga yang dikeluarkan untuk membiayai listrik,
dan telpon, yang dibayarkan sebulan sekali dengan perhitungan
46

setahun cateris paribus pada awal periode terdapat biaya tetap yaitu
gaji karyawan bangunan dalam pembuatan 4 kandang. Terdapat juga
Biaya tetap yan dikeluarkan untuk biaya seperti biaya sosial, biaya
perawatan kandang pada tahun periode kedua, serta biaya dapur yang
dibayarkan sebulan sekali cateris paribus. Adapun rincian biaya tetap
terdapat pada Tabel 12 (terlampir).
b. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh jumlah produk
yang dihasilkan, pada usaha ini biaya variabel ditentukan berdasarkan
jumlah ayam ras petelur yang dipelihara. Biaya yang dikeluarkan di
antaranya biaya Ayam layer umur 18 minggu, sekam, koran bekas
yang digunakan untuk alas peti telur, pakan ayam grower dari
perusahaan Global, OVD, desinfektan. biaya total variabel pada tahun
pertama pada usaha peternakan ayam ras petelur di Perusahaan X
adalah Rp3 616 040 114 9 dan tahun berikutnya adalah Rp3 616 040
114 dalam satu periode.
Dalam perhitungan cash flow perusahaan diasumsikan bahwa nilai dari
biaya variabel adalah sama cateris paribus sehingga nilainya akan sama. Nilai
biaya variabel adalah tergantung atau mempengaruhi produk secara langsung,
pada usaha peternakan ayam petelur pada perusahaan X ini biaya variabel yang
paling tinggi adalah biaya pembelian ayam layer, dan pakan. Secara jelas dapat
dilihat pada Tabel 13.
Analisis Laba Rugi
Analisis laba rugi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan usaha pada periode waktu tertentu, komponen yang terdapat di
analisis laba rugi adalah penerimaan, biaya operasional, penyusutan, dan pajak
penghasilan. Laba bersih diperoleh dari penerimaan total yang dikurangi oleh
biaya variabel dan operasional. Terdapat juga komponen yang mengurangi
penerimaan yaitu penyusutan dan pajak penghasilan. Penyusutan adalah biaya
atas barang investasi yang disusutkan setiap tahunya dengan mengetahui nilai
sisa barang investasi tersebut, perhitungan nilai penyusutan dilakukan dengan
metode garis lurus yaitu nilai beli dikurangi nilai sisa lalu dibagi umur
ekonomis barang tersebut. Nilai sisa adalah komponen penerimaan yang
dihitung pada akhir periode, nilai sisa adalah nilai suatu barang yang telah
habis masa ekonomisnya tetapi masih memiliki nilai ekonomi jika dijual. Pada
usaha peternakan perusahaan X besarnya penyusutan dari tahun pertama
sampai tahun ke sepuluh adalah sebesar Rp62 869 940 .
Hasil perhitungan analisis laba rugi digunakan untuk perhitungan casflow
yaitu komponen pajak penghasilan yang diperoleh di laporan laba rugi. Pajak
penghasila akan mengurangi penerimaan, besarnya pajak sudah diatur pada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2013 tentang tarif umum
PPH Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang menetapkan pajak sebesar 1
persen per tahun dari hasil penerimaan yang berjumlah lebih kecil dari 4.8 M
dan 25 persen dari hasil penerimaan yang berjumlah lebih besar dari 4.8 M.
Ketentuan ini diasumsikan tetap hingga akhir umur bisnis.
Berdasarkan laopran laba rugi pada Usaha peternakan ayam ras petelur
ini terhadap penambahan 16 923 ekor pada tahun pertama usaha peternakan ini
tidak memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian sebesar Rp1 004 512
47

924 sedangkan pada tahun berikutnya peternakan memperoleh keuntungan.


Total laba bersih peternakan ini adalah sebesar Rp1 704 844 201 secara rata
rata pendapatan bersih setiap tahunya adalah sebesar Rp305 528 533. Rincian
analisis laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 3.

Analisis Kriteria Kelayakan Investasi


Analisis kriteria kelayakan investasi dilakukan untuk mengetahui
kelayakan usaha peternakan Perusahaan X jika dilihat dari aspek finansial.
Modal usaha peternakan ini seluruhnya adalah modal sendiri, sehingga
penentuan DF berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesi (BI
rate) sebesar 7.5 persen. kriterian kelayakan investasi yang digunakan dalam
analisis ini adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).
1. Net Present Value (NPV)
Nilai NPV didapatkan dari proyeksi cashflow, nilai ini menjadi kriteria
kelayakan investasi karena merupakan gambaran bagaimana usaha ini
dapat menghasilkan keuntungan bagi pengusahanya. Pada Perusahaan X
nilai NPV didapatkan sebesar Rp1 704 844, usaha ini dikatakan layak
jika NPV > 0. Usaha peternakan ini layak untuk dijalankan karena usaha
peternakan memiliki nilai NPV lebih dari nol.
2. Internal Rate of Return (IRR)
Nilai IRR mengambarkan kemampuan peternakan ini dalam melakukan
pengembalian atas modal yang telah dikeluarkan. Maka ketika IRR sama
dengan nilai DR yaitu 7.5 persen maka usaha peternakan ini tidak
menghasilkan keuntungan bersih, karena NPV yang dihasilkan bernilai
nol. Pada usaha peternakan ini didapatkan nilai IRR sebesar 36 persen,
sehingga usaha ini layak dijalankan karena nilai IRR lebih besar dari DR,
hubunngan IRR dengan NPV dapat dilihat pada Gambar 9

NPV

Rp1
Rp4 704
671 844
012 201
904
IRR

DR
7.5 36

Gambar 9 Hubungan NPV dan IRR

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)


Kriteria kelayakan investasi Net B/C adalah kriteria kelayakan yang
mengambarkan seberapa besar manfaat atau benefit yang diterima dari
48

investasi yang dikeluarkan atau cost. Usaha dikatakan layak jika nilai Net
B/C>1. pada usaha peternakan perusahaan X nilai Net B/C adalah 2 yang
berarti setiap Rp1 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan
manfaat bersih 1 sehingga usaha peternakan Perusahaan X layak untuk
dijalankan karena nilai Net B/C >1.
4. Payback Periode (PP)
Payback Period adalah salah satu kriteria kelayakan investasi yang
menunjukan seberapa lama modal investasi yang dikeluarkan dapat
kembali atau secara umum Payback Period melihat seberapa cepat waktu
pengembalian modal investasi. Penentuan kelayakan usaha ini adalah jika
Payback Period kecil dari umur proyek maka usaha layak dijalankan.
Pada usaha peternakan Perusahaan X nilai Payback Period adalah 3.11
artinya modal investasi kembali dalam waktu sekitar 3 tahun 4 bulan,
setelah usaha dijalankan. Usaha peternakan ini memiliki umur usaha 10
tahun, sehingga usaha ini layak dijalankan karena Payback Period lebih
kecil dari umur usaha.
Berdasarkan hasil dari kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, Net B/C,
IRR, dan payback period (PP) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 14
Tabel 11 Kriteria kelayakan investasi usaha peternakan Perusahaan X
No Kriteria Kelayakan Hasil Penilaian
1 NPV 1 704 844 201
2 NET B/C 2
3 IRR 36 persen
4 PP 3.4
Sumber : Perusahaan X, 2015

Maka dapat dikatakan bahwa usaha peternakan ayam ras petelur


Perusahaan X layak untuk dijalankan, karena sudah memenuhi kriteria
kelayakan investasi yaitu NPV lebih besar dari nol, IRR lebih besar dari
discount rate, Net B/C lebih besar dari satu dan payback period (PP) lebih kecil
dari umur bisnis. Secara terperinci arus kas (cash flow) dilihat pada lampiran 3.

Analisis Switching Value Perusahaan X

Gitinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis


sensitivitas adalah nilai pengganti (Switching value), nilai pengganti adalah
metode untuk mengukur perubahan masksimum dari perubahan suatu kompnen
inflow misalnya kenaikan harga pakan dan outflow seperti penurunan produksi
atau penurunan harga jual produk. nilai penganti merupakan nilai yang
menghasilkan NPV nol, untuk mengetahui besarnya persentase perubahan nilai
tersebut dilakukan dengan mencoba trial and error sehingga akan didapatkan
nilai yang masih dapat ditoleransi dari sudut pandang finansial sehingga usaha
masih dikatakan layak untuk dijalankan. Analisis nilai penganti ini dilakukan
terhadap variabel-variabel yang dianggap paling besar pengaruhnya atau
memiliki nilai yang besar. Pada usaha peternakan ayam ras petelur perusahaan
X ini analisis nilai pengganti dilakukan terhadap komponen atau variabel
inflow dan outflow yaitu variabel harga pakan dan penurunan harga jual.
Variabel ini ditentukan berdasarkan pengaruh terbesarnya dalam arus kas.
49

Hasil perhitungan nilai pengganti diperoleh nilai untuk kenaikan harga


pakan adalah sebesar 8.513 persen artinya usaha peternakan ini masih layak
apabila terjadi kenaikan pakan yang semula harganya Rp5 400 per kg menjadi
Rp5 860 per kg, toleransi kenaikan harga pakan sebesar 8.513 persen, apabila
harga pakan naik lebih dari Rp5 860 per kg maka usaha ini menjadi tidak layak
untuk dijalankan. Hasil perhitungan analisis nilai pengganti untuk variabel
penurunan harga jual adalah sebesar 7.553 persen artinya usaha ini masih tetap
layak apabila harga jual telur turun menjadi Rp14 792 per kg yang semula
adalah Rp16 000 per kg, apabila harga jual turun dibawah Rp14 792 per kg
maka usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Hasil analisis perhitungan
nilai pengganti dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 12 Hasil perhitungan analisis nilai pengganti
Kriteria Kenaikan harga pakan sebesar Penurunan harga jual
8.513 persen 7.553 persen
NPV 0 0
Net B/C 1 1
IRR 7.5 persen 7.5 persen

Berdasarkan hasil perhitungan analisis nilai pengganti bahwa penurunan


harga jual lebih sensitif dibandingkan dengan kenaikan harga pakan, perubahan
kecil pada harga jual produk dampaknya besar bagi usaha peternakan
perusahaan X, sehingga perusahaan harus bisa mengantisipasinya dengan cara
menjalin kerjasama dengan para agen tetap dan dengan menjaga kualitas telur.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bulan Januari


sampai Februari 2015 pada usaha peternakan perusahaan X yang berada di
Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat maka
berdasarkan analisis aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, aspek
teknis, aspek menejemen, aspek hukum, serta aspek sosial lingkungan
peternakan ayam ras petelur perusahaan X layak untuk dijalankan. Analisis
aspek finansial perusahaan X memenuhi kriteria kelayakan sehingga dikatakan
layak untuk dilaksanakan. Hasil perhitungan nilai pengganti pada komponen
inflow dan outflow yaitu variabel kenaikan pakan dan penurunan harga jual
hasilnya lebih sensitif variabel penurunan harga jual.

Saran

1. setelah dilakukan analisa tentang usaha penambahan 19 923 ekor ayam


layer untuk memenuhi kebutuhan telur sekitar satu ton, maka
penambahan ini perlu dilakukan karena suda layak berdasarkan proyeksi
kelayakan usaha.
50

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. Annual Report. PT. Japfa Comfeed. http://www.


Japfacomfeed.co.id/profile/Japfa Annual Report 2010. pdf . Diakses
tanggal 7 Januari 2015.
Astrid AK. 2002. Analisis Usaha Ternak Itik Petelur Pada Kelompok Tani
Ternak Branjangan Putih Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk Indonesia Berdasarkan Propinsi 1971,
1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010: Badan Pusat Stastistik.
Christy JS. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Ayam Ras Petelur Pada Dian
Layer Farm di Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor
[Skripsi]. Bogor (ID). Isntitut Pertanian Bogor.
Dinas Peternakan Jawa Barat. 2014. Populasi Ayam Broiler Kabupaten Bogor
Tahun 2010-2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor.
Direktorat Jenderal Peternakan Propinsi Jawa Barat. 2011. Produksi Jumlah
Telur Kabupaten Kota di Jawa Barat. Direktorat Jenderal Peternakan
Propinsi Jawa Barat.
Direktorat Jendral Peternakan 2013. Produksi Jumlah Telur Menurut Propinsi
Tahun 2010-2013. Direktorat Jendral Peternakan.
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2014. Produksi Telur di
Indonesia Tahun 2010-2014. Direktorat Jendral Peternakan dan
Kesehatan Hewan
Fani. 2010. Kajian Kualitas dan Keamanan Telur Ayam Konsumsi Pada
Peternakan Ayam Petelur Dengan Kepemilikan Yang Berbeda di
Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gittinger P. 1986. Evaluasi proyek. Jakarta (ID): Bhineka Cipta
Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam
Broiker (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Pabangbon,
Kecamatan Leuwiliang, Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.
Iman Rahayu, H.S, 2001. Karakter Fisik dan Nutrisi Telur Ayam Merawang.
Buletin Peternakan UGM. Yogyakarta. Edisi Tambahan Hal 22:26.
Influenza Pada Unggas Air. [Tesis]. Bogor: Program PascaSarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Jeffrey JS. 2006. Biosecurity for poultry flocks. Poultry Fact Sheet No
26.file://localhost/F:/Folder%20TinPus/BIOSECURITY%20FOR%20PO
ULTRY%20FLOCKS.htm.http://www.vetmed.ucdavis.edu/vetext/INFO
_Biosecurity.html [18 februari 2015].
Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Teori & Pembuatan Proposal
Kelayakan. Yustianti F, editor. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Kadariah, Karlina L, Gray C. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi.
Jakarta:Universitas Indonesia Press.
Kadariah, Karlina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta (ID):
Universitas Indonesia.
Karmidi JSM. 2012. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola
Kemitraan Inti Plasma [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kasmir J. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Prenada Media.
51

Komalasari. 2008. Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu


[Skripsi]. Bogor (ID): Intitut Pertanian Bogor.
Mustiqoh N. 2009. Pola Keruangan Peternakan Ayam Pedaging (Broiler) di
Kota Depok [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9th
Resived Edition. Washington, DC. National Academic Press.
Nova E. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pada
Berkah Sejahtera Farm Desa Sukamanah, Kabupaten Bogor [Skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009.Studi Kelayakan Bisnis. Bogor:
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Menejemen Institut
Pertanian Bogor.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Menejemen Institut
Pertanian Bogor.
Parakkasi, A. 1999. Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Purbasari. 1991. Kajian Kerjasama Inti-Plasma Ayam Ras Petelur Studi Kasus
Perusahaan Inti BANPRES Perunggasan Bergulir “Bromo” [Skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Pustaka Utama.
Rasyaf, M.2008. Panduan Beternak Ayam Petelur. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Rasyaf, Muhammad. 2003. Panduan Beternak Ayam Petelur. Jakarta : Penebar
Pustaka Utama. Peternakan. Penebar Swadaya.
Saputra EE. 2011. Analisis kelayakan investasi peternakan ayam broiler pada
kondisi risiko [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken.
3rd Ed. ML. Scott and ASS, Ithaca.
Serli MP. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Buras Pedaging
pada Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih Kabupaten Bogor
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Siahaan SJ. 2007. Pengaruh Tingkat Biosekuriti Terhadap Pemaparan Avian
Soeharto, Iman. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Soejoedono RD, Handharyani E. 2005. Flu Burung. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sudarmono, A.S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur.
Kanisius, Yogyakarta.
Sudaryani, Titik. 1994. Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam.
Jakarta. Penebar Swadaya.
Suprijatma E,Atmomarsono U, Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya
Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2009 – 2013. 2014. . Konsumsi Telur Per
kapita di Indonesia Tahun 2009 -2013 (internet). [diunduh 17 Januari
2015]. Tersedia pada: www.deptan.go.id.
Susanto. 2014. Performa Ayam Ras Petelur Pada Kandang Cage dan Litter
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
52

Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.Umar, Husain. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka
Umar, Husein. 2001. Study Kelayakan Bisnis Edisi 3 Revisi. Jakarta :
Gramedia
Utama.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Keempat. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada Press.
Zudanang. 2011. Faktor Risiko Terkait Manajemen Kesehatan Unggas
Terhadap Infeksi Virus Avian Influenza [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
53

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rincian biaya penyusutan Investasi peternakan perusahaan X


Investasi Jumlah Satuan Umur Harga satuan Nilai Investasi Nilai sisa Nilai beli-nilai sisa Penyusutan
ekonomis
Kandang 1 280 Meter2 10 300 000 384 000 000 134 400 000 249 600 000 24 960 000
Lahan 2 000 Meter2 50 000 100 000 000 206 103 156
Mess 100 Meter2 10 400 000 40 000 000 14 000 000 26 000 000 2 600 000
Gudang 100 Meter2 10 400 000 40 000 000 14 000 000 26 000 000 2 600 000
Instalasi Listrik - -
a Kandang 4 Unit 8 150 000 604 357 60 436 543 921 67 990
b Gudang 1 Unit 8 200 000 200 000 20 000 180 000 22 500
c Mess 1 Unit 8 200 000 200 000 20 000 180 000 22 500
Instalasi Air +filter 72 Unit 8 150 000 10 800 000 1 080 000 9 720 000 1 215 000
Instalasi Pakan 4 Unit 5 2 000 000 8 000 000 800 000 7 200 000 1 440 000
Niple 8 462 Unit 8 8 000 67 692 000 6 769 200 60 922 800 7 615 350
Drum Air 4 Unit 5 200 000 800 000 80 000 720 000 144 000
Ember Plastik 8 Unit 3 50 000 400 000 40 000 360 000 120 000
Sprayer 2 unit 8 350 000 700 000 140 000 560 000 70 000
Mesin Semprot 2 unit 8 1 200 000 2 400 000 720 000 1 680 000 210 000
Sekop 6 Unit 5 70 000 420 000 42 000 378 000 75 600
Timbangan digital 1 Unit 5 1 200 000 1 200 000 360 000 840 000 168 000
Toren Air 1 Unit 5 3 000 000 3 000 000 600 000 2 400 000 480 000
Egg Tray 500 unit 5 15 000 7 500 000 1 500 000 6 000 000 1 200 000
Peti Kayu 500 unit 3 3 000 1 500 000 - 1 500 000 500 000
Truk 1 unit 10 229 500 000 229 500 000 80 325 000 149 175 000 14 917 500
Pompa air 1 unit 5 15 000 000 15 000 000 3 750 000 11 250 000 2 250 000
Meja Kursi 1 unit 5 300 000 300 000 30 000 270 000 54 000
alat Suntik 1 unit 5 1 000 000 1 000 000 200 000 800 000 160 000
Alat Bangunan 1 unit 8 5 000 000 5 000 000 1 500 000 3 500 000 437 500
Lampu 60 Unit 3 15 000 900 000 - 900 000 300 000
Komputer 1 unit 5 3 500 000 3 500 000 1 050 000 2 450 000 490 000
white board 1 unit 5 250 000 250 000 - 250 000 50 000
Handphone 1 Unit 3 1 500 000 1 500 000 450 000 1 050 000 350 000
Timbangan Manual 1 Unit 8 1 500 000 1 500 000 300 000 1 200 000 150 000
Kulkas 2 unit 8 1 000 000 2 000 000 400 000 1 600 000 200 000
pekerja bangunan 10 orang 120 000 000
Total 1 049 866 357 468 739 792 62 869 940
54

Lampiran 2 Proyeksi laba rugi Peternakan perusahaan X


URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penerimaan Total 3 820 742 612 4 438 585 095 4 549 220 900 4 850 959 344 4 952 968 480 3 819 540 330 5 438 891 165 5 080 224 025 4 155 842 381 4 080 602 723
Pengeluaran
Biaya Variabel 3 616 040 114 3 990 900 115 3 929 457 948 3 922 093 117 3 972 956 828 3 951 047 466 3 046 816 312 4 420 995 283 3 990 900 115 3 990 354 115
Biaya Tetap 234 687 533 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867
Penyusutan 62 869 940 62 869 940 62 869 940 62 869 940 62 869 940 62 869 940 62 869 940 62 869 940 62 869 940 62 869 940
Total Pengeluaran 3 913 597 588 4 325 521 922 4 264 079 755 4 256 714 923 4 307 578 634 4 285 669 273 3 381 438 119 4 755 617 090 4 325 521 922 4 324 975 922
Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak (92 854 976) 113 063 173 285 141 145 594 244 421 645 389 846 (466 128 943) 2 057 453 045 324 606 935 (169 679 541) (244 373 199)
Bunga
Laba Bersih Sebelum Pajak (92 854 976) 113 063 173 285 141 145 594 244 421 645 389 846 (466 128 943) 2 057 453 045 324 606 935 (169 679 541) (244 373 199)
Pajak 1 persen (928 550) 1 130 632 2 851 411 5 942 444 6 453 898 - 20 574 530 3 246 069 - -
Laba Bersih (91 926 426) 111 932 542 282 289 734 588 301 976 638 935 947 (466 128 943) 2 036 878 515 321 360 865 (169 679 541) (244 373 199)
total 3 007 591 470
Rata-rata 300 759 147
55

Lampiran 3 Proyeksi arus kas peternakan (cash flow) perusahaan X


URAIAN
A INFLOW 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN 3 820 742 612 4 438 585 095 4 549 220 900 4 850 959 344 4 952 968 480 3 819 540 330 5 438 891 165 5 080 224 025 4 155 842 381 4 080 602 723
NILAI SISA 468 739 792
TOTAL INFLOW 3 820 742 612 4 438 585 095 4 549 220 900 4 850 959 344 4 952 968 480 3 819 540 330 5 438 891 165 5 080 224 025 4 155 842 381 4 549 342 515
B OUTFLOW
BIAYA INVESTASI
Kandang 384 000 000
Lahan 100 000 000
Mess 40 000 000
Gudang 40 000 000
Instalasi Listrik -
a Kandang 604 357 604 357
b Gudang 200 000 200 000
c Mess 200 000 200 000
Instalasi Air +filter 10 800 000 10 800 000
Instalasi Pakan 8 000 000 8 000 000
Niple 67 692 000
Drum Air 800 000 800 000
Ember Plastik 400 000 400 000 400 000
Sprayer 700 000 700 000
Mesin Semprot 2 400 000 2 400 000
Sekop 420 000 420 000
Timbangan digital 1 200 000 1 200 000
Toren Air 3 000 000 3 000 000
Egg Tray 7 500 000 7 500 000
Peti Kayu 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Truk 229 500 000
Pompa air 15 000 000 15 000 000
Meja Kursi 300 000 300 000
alat Suntik 1 000 000 1 000 000
Alat Bangunan 5 000 000 5 000 000
Lampu 900 000 900 000 900 000
Komputer 3 500 000 3 500 000
white board 250 000 250 000
Handphone 1 500 000 1 500 000 0
Timbangan Manual 1 500 000 1 500 000
Kulkas 2 000 000 2 000 000
pekerja bangunan 120 000 000
TOTAL BIAYA INVESTASI 1 049 866 357 - - 4 300 000 - 40 970 000 2 800 000 - 23 404 357 -
BIAYA VARIABEL
Ayam Layer 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000
Pakan 2 484 585 614 2 853 238 615 2 791 796 448 2 785 271 617 2 835 295 328 2 813 385 966 2 916 184 378 3 283 333 783 2 853 238 615 2 853 238 615
Sekam Padi 546 000 448 000 630 000 630 000 630 000 630 000 672 000 630 000 630 000 630 000
56

Proyeksi arus kas (cash flow) peternakan Perusahaan X (lanjutan)


Vaksin dan Vitamin 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Obat-obatan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Bahan Bakar Solar 32 532 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 40 040 000 37 537 500 37 537 500 37 537 500
Desinfektan 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000
Tali Rafia 130 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000
Koran Bekas 1 638 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 2 016 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000
Komunikasi 5 460 000 4 480 000 6 300 000 5 460 000 6 300 000 6 300 000 6 720 000 6 300 000 6 300 000 6 300 000
kapur 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 3 616 040 114 3 988 898 115 3 929 457 948 3 922 093 117 3 972 956 828 3 951 047 466 2 973 928 378 4 420 995 283 3 990 900 115 3 990 900 115
BIAYA TETAP
Gaji KePala Kandang 50 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Gaji Administrasi 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Biaya Listrik 50 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Biaya Pemeliharaan Kandang 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Biaya Sosial 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000
Biaya Dapur 15 787 533 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867
Gaji Supir 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Gaji Anak Kandang 24 000 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000
Gaji Kepala Gudang 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Gaji Karyawan Gudang 16 000 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000
Biaya Pemeliharaan Mobil 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000
TOTAL BIAYA TETAP 234 687 533 271 751 867 271 751 867 273 571 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 3 850 727 647 4 260 649 982 4 201 209 815 4 195 664 983 4 244 708 694 4 222 799 332 3 245 680 245 4 692 747 150 4 262 651 982 4 262 651 982
TOTAL OUTFLOW 4 900 594 005 4 260 649 982 4 201 209 815 4 199 964 983 4 244 708 694 4 263 769 332 3 248 480 245 4 692 747 150 4 286 056 339 4 262 651 982
PAJAK PENHASILAN (1 persen) - 1 130 632 2 851 411 5 942 444 6 453 898 - 20 574 530 3 246 069 - -
NET BENEFIT (1 079 851 393) 176 804 482 345 159 674 645 051 917 701 805 888 (444 229 002) 2 169 836 389 384 230 806 (130 213 958) 286 690 533
DF (7 5 persen) 0.930232558140 0.865332612223 0.804960569510 0.748800529776 0.696558632350 0.647961518465 0.602754900898 0.560702233393 0.521583472924 0.485193928301
PV/TAHUN (1 004 512 924) 152 994 684 277 839 928 483 015 217 488 848 949 (287 843 299) 1 307 879 518 215 439 071 (67 917 449) 139 100 506
PV(-) (1 360 273 671)
PV(+) 2 709 357 124
NPV 1 704 844 201
NET B/C 2.0
IRR 36 persen
PP 3.4362
57

Lampiran 4 Analisis switching value perusahaan X sebesar 8.513 persen variabel peningkatan harga pakan
URAIAN
A INFLOW 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN 3 820 742 612 4 438 585 095 4 549 220 900 4 850 959 344 4 952 968 480 3 819 540 330 5 438 891 165 5 080 224 025 4 155 842 381 4 080 602 723
NILAI SISA 468 739 792
TOTAL INFLOW 3 820 742 612 4 438 585 095 4 549 220 900 4 850 959 344 4 952 968 480 3 819 540 330 5 438 891 165 5 080 224 025 4 155 842 381 4 549 342 515
B OUTFLOW
BIAYA INVESTASI
Kandang 384 000 000
Lahan 100 000 000
Mess 40 000 000
Gudang 40 000 000
Instalasi Listrik -
a Kandang 604 357 604 357
b Gudang 200 000 200 000
c Mess 200 000 200 000
Instalasi Air +filter 10 800 000 10 800 000
Instalasi Pakan 8 000 000 8 000 000
Niple 67 692 000
Drum Air 800 000 800 000
Ember Plastik 400 000 400 000 400 000
Sprayer 700 000 700 000
Mesin Semprot 2 400 000 2 400 000
Sekop 420 000 420 000
Timbangan digital 1 200 000 1 200 000
Toren Air 3 000 000 3 000 000
Egg Tray 7 500 000 7 500 000
Peti Kayu 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Truk 229 500 000
Pompa air 15 000 000 15 000 000
Meja Kursi 300 000 300 000
alat Suntik 1 000 000 1 000 000
Alat Bangunan 5 000 000 5 000 000
Lampu 900 000 900 000 900 000
Komputer 3 500 000 3 500 000
white board 250 000 250 000
Handphone 1 500 000 1 500 000 0
Timbangan Manual 1 500 000 1 500 000
Kulkas 2 000 000 2 000 000
pekerja bangunan 120 000 000
TOTAL BIAYA INVESTASI 1 049 866 357 - - 4 300 000 - 40 970 000 2 800 000 - 23 404 357 -
BIAYA VARIABEL
Ayam Layer 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000
Pakan 2 715 506 172 3 118 422 253 3 051 269 573 3 044 138 315 3 098 811 293 3 074 865 647 3 074 865 647 3 588 491 015 3 118 422 253 3 118 422 253
Sekam Padi 546 000 448 000 630 000 630 000 630 000 630 000 672 000 630 000 630 000 630 000
58

Analisiss switching value perusahaan X sebesar 8.513 persen variabel peningkatan harga pakan (lanjutan)
Vaksin dan Vitamin 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Obat-obatan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Bahan Bakar Solar 32 532 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 40 040 000 37 537 500 37 537 500 37 537 500
Desinfektan 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000
Tali Rafia 130 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000
Koran Bekas 1 638 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 2 016 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000
Komunikasi 5 460 000 4 480 000 6 300 000 5 460 000 6 300 000 6 300 000 6 720 000 6 300 000 6 300 000 6 300 000
kapur 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 3 846 960 672 4 254 081 753 4 188 931 073 4 180 959 815 4 236 472 793 4 212 527 147 3 132 609 647 4 726 152 515 4 256 083 753 4 256 083 753
BIAYA TETAP
Gaji KePala Kandang 50 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Gaji Administrasi 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Biaya Listrik 50 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Biaya Pemeliharaan Kandang 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Biaya Sosial 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000
Biaya Dapur 15 787 533 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867
Gaji Supir 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Gaji Anak Kandang 24 000 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000
Gaji Kepala Gudang 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Gaji Karyawan Gudang 16 000 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000
Biaya Pemeliharaan Mobil 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000
TOTAL BIAYA TETAP 234 687 533 271 751 867 271 751 867 273 571 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 4 081 648 205 4 525 833 620 4 460 682 940 4 454 531 681 4 508 224 660 4 484 279 014 3 404 361 514 4 997 904 382 4 527 835 620 4 527 835 620
TOTAL OUTFLOW 5 131 514 562 4 525 833 620 4 460 682 940 4 458 831 681 4 508 224 660 4 525 249 014 3 407 161 514 4 997 904 382 4 551 239 977 4 527 835 620
PAJAK PENHASILAN (1 persen) - 1 130 632 2 851 411 5 942 444 6 453 898 - 20 574 530 3 246 069 - -
NET BENEFIT (1 307 061 213) (84 117 835) 89 856 107 390 345 031 442 524 445 (701 506 883) 2 015 356 922 83 977 244 (391 136 275) 25 768 216
DF (7 5 persen) 0.93 0.86 0.80 0.74 0.690 0.645 0.608 0.5603 0.524 0.481
PV/TAHUN (1 215 870 896) (72 789 905) 72 330 623 292 290 566 308 244 222 (454 549 465) 1 214 766 262 47 086 228 (204 010 217) 12 502 582
PV(-) (1 874 430 578)
PV(+) 1 215 870 896
NPV 0.00000015087
NET B/C 1
IRR 7.5 persen
PP 18.6145
59

Lampiran 5 Analisiss switching value perusahaan X sebesar 7.553 persen variabel penurunan harga jual
URAIAN
A INFLOW 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN 3 801 217 982 4 197 106 348 4 251 421 936 4 536 497 043 4 629 941 783 3 582 157 599 5 046 398 257 4 716 769 659 3 938 101 907 3 935 007 981
NILAI SISA 468 739 792
TOTAL INFLOW 3 801 217 982 4 197 106 348 4 251 421 936 4 536 497 043 4 629 941 783 3 582 157 599 5 046 398 257 4 716 769 659 3 938 101 907 4 403 747 773
B OUTFLOW
BIAYA INVESTASI
Kandang 384 000 000
Lahan 100 000 000
Mess 40 000 000
Gudang 40 000 000
Instalasi Listrik -
a Kandang 604 357 604 357
b Gudang 200 000 200 000
c Mess 200 000 200 000
Instalasi Air +filter 10 800 000 10 800 000
Instalasi Pakan 8 000 000 8 000 000
Niple 67 692 000
Drum Air 800 000 800 000
Ember Plastik 400 000 400 000 400 000
Sprayer 700 000 700 000
Mesin Semprot 2 400 000 2 400 000
Sekop 420 000 420 000
Timbangan digital 1 200 000 1 200 000
Toren Air 3 000 000 3 000 000
Egg Tray 7 500 000 7 500 000
Peti Kayu 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Truk 229 500 000
Pompa air 15 000 000 15 000 000
Meja Kursi 300 000 300 000
alat Suntik 1 000 000 1 000 000
Alat Bangunan 5 000 000 5 000 000
Lampu 900 000 900 000 900 000
Komputer 3 500 000 3 500 000
white board 250 000 250 000
Handphone 1 500 000 1 500 000 0
Timbangan Manual 1 500 000 1 500 000
Kulkas 2 000 000 2 000 000
pekerja bangunan 120 000 000
TOTAL BIAYA INVESTASI 1 049 866 357 - - 4 300 000 - 40 970 000 2 800 000 - 23 404 357 -
BIAYA VARIABEL
Ayam Layer 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000
Pakan 2 484 585 614 2 853 238 615 2 791 796 448 2 785 271 617 2 835 295 328 2 813 385 966 2 916 184 378 3 283 333 783 2 853 238 615 2 853 238 615
Sekam Padi 546 000 448 000 630 000 630 000 630 000 630 000 672 000 630 000 630 000 630 000
60

Analisiss switching value perusahaan X sebesar 8 29 persen variabel penurunan harga jual (lanjutan)
Vaksin dan Vitamin 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Obat-obatan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Bahan Bakar Solar 32 532 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500 40 040 000 37 537 500 37 537 500 37 537 500
Desinfektan 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000 140 000
Tali Rafia 130 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000 156 000
Koran Bekas 1 638 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000 2 016 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000
Komunikasi 5 460 000 4 480 000 6 300 000 5 460 000 6 300 000 6 300 000 6 720 000 6 300 000 6 300 000 6 300 000
kapur 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 3 616 040 114 3 988 898 115 3 929 457 948 3 922 093 117 3 972 956 828 3 951 047 466 2 973 928 378 4 420 995 283 3 990 900 115 3 990 900 115
BIAYA TETAP
Gaji KePala Kandang 50 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Gaji Administrasi 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Biaya Listrik 50 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Biaya Pemeliharaan Kandang 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Biaya Sosial 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000
Biaya Dapur 15 787 533 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867
Gaji Supir 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Gaji Anak Kandang 24 000 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000
Gaji Kepala Gudang 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
Gaji Karyawan Gudang 16 000 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000
Biaya Pemeliharaan Mobil 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000
TOTAL BIAYA TETAP 234 687 533 271 751 867 271 751 867 273 571 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 3 850 727 647 4 260 649 982 4 201 209 815 4 195 664 983 4 244 708 694 4 222 799 332 3 245 680 245 4 692 747 150 4 262 651 982 4 262 651 982
TOTAL OUTFLOW 4 900 594 005 4 260 649 982 4 201 209 815 4 199 964 983 4 244 708 694 4 263 769 332 3 248 480 245 4 692 747 150 4 286 056 339 4 262 651 982
PAJAK PENHASILAN (1 persen) (928 550) 1 130 632 2 851 411 5 942 444 6 453 898 - 20 574 530 3 246 069 - -
NET BENEFIT (1 098 447 473) (64 674 266) 47 360 710 330 589 616 378 779 190 (681 611 734) 1 777 343 482 20 776 440 (347 954 433) 141 095 791
DF (7 5 persen) 0.930 0.865 0.804 0.748 0.696 0.647 0.602 0.560 0.521 0.485
PV/TAHUN (1 021 811 603) (55 964 751) 38 123 504 247 545 680 263 841 915 (441 658 174) 1 071 302 494 11 649 396 (181 487 281) 68 458 821
PV(-) (1 644 957 058)
PV(+) 1 021 811 603
NPV (0.0000007153)
NET B/C 1
IRR 7.5 persen
PP 20.8614
61

Gambar 10 Instalasi minum dan air


Tabel 13 Biaya investasi perusahaan X
Investasi Jumlah Satuan Umur Harga Nilai Nilai Sisa
Ekonomis Satuan (Rp) Investasi
Kandang 1 280 Meter2 10 300 000 384 000 000 134 400 000
Lahan 2 000 Meter2 50 000 100 000 000 206 103 156
Mess 100 Meter2 10 400 000 40 000 000 14 000 000
Gudang 100 Meter2 10 400 000 40 000 000 14 000 000
Instalasi Listrik
a Kandang 4 Unit 8 150 000 604 357 60 436
b Gudang 1 Unit 8 200 000 200 000 20 000
c Mess 1 Unit 8 200 000 200 000 20 000
Instalasi Air +filter 72 Unit 5 150 000 10 800 000 1 080 000
Instalasi Pakan 4 Unit 5 2 000 000 8 000 000 800 000
Niple 8 462 Unit 4 8 000 67 692 000 6 769 200
Drum Air 4 Unit 5 200 000 800 000 80 000
Ember Plastik 8 Unit 3 50 000 400 000 40 000
Sprayer 2 unit 8 350 000 700 000 140 000
Mesin Semprot 2 unit 8 1 200 000 2 400 000 720 000
Sekop 6 Unit 5 70 000 420 000 42 000
Timbangan digital 1 Unit 5 1 200 000 1 200 000 360 000
Toren Air 1 Unit 5 3 000 000 3 000 000 600 000
Egg Tray 500 unit 5 15 000 7 500 000 1 500 000
Peti Kayu 500 unit 3 3 000 1 500 000
Truk 1 unit 10 229 500 000 229 500 000 80 325 000
Pompa air 1 unit 5 15 000 000 15 000 000 3 750 000
Meja Kursi 1 unit 5 300 000 300 000 30 000
alat Suntik 1 unit 5 1 000 000 1 000 000 200 000
Alat Bangunan 1 unit 8 5 000 000 5 000 000 1 500 000
Lampu 60 Unit 3 15 000 900 000
Komputer 1 unit 5 3 500 000 3 500 000 1 050 000
white board 1 unit 5 250 000 250 000
Handphone 1 Unit 3 1 500 000 1 500 000 450 000
Timbangan Manual 1 Unit 8 1 500 000 1 500 000 300 000
Kulkas 2 unit 8 1 000 000 2 000 000 400 000
pekerja bangunan 10 orang 120 000 000
Total 1 049 866 357 468 739 792
Sumber : Perusahaan X, 2015
62

Tabel 14 Rincian biaya tetap usaha peternakan Perusahaan X


Tahun ke-
No Uraian
1 2 3 4-0
1 Gaji KePala Kandang 50 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
2 Gaji Administrasi 12 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000
3 Biaya Listrik 50 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
4 Biaya Sosial 38 400 000 38 400 000 2 700 000 2 700 000
5 Biaya Dapur 2 700 000 2 700 000 7 644 000 7 644 000
6 Gaji Supir 15 787 533 17 651 867 14 400 000 14 400 000
7 Gaji Anak Kandang 12 000 000 14 400 000 28 800 000 28 800 000
8 Gaji Kepala Gudang 24 000 000 28 800 000 14 400 000 14 400 000
9 Gaji Karyawan Gudang 12 000 000 14 400 000 19 200 000 19 200 000
11 Biaya Perawatan mobil 16 000 000 19 200 000 1 800 000 1 800 000
Total biaya tetap 234 687 533 271 751 867
Sumber : Perusahaan X, 2015

Tabel 15 Rincian biaya variabel usaha peternakan Perusahaan X


No Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4-10
1 Ayam Layer 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000 1 083 008 000
2 Pakan 2 484 585 614 2 853 238 615 2 791 796 448 2 785 271 617
3 Sekam Padi 546 000 448 000 630 000 630 000
4 Vaksin dan Vitamin 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
5 Obat-obatan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
6 Bahan Bakar Solar 32 532 500 37 537 500 37 537 500 37 537 500
7 Desinfektan 140 000 140 000 140 000 140 000
8 Tali Rafia 130 000 156 000 156 000 156 000
9 Koran Bekas 1 638 000 1 890 000 1 890 000 1 890 000
10 Komunikasi 5 460 000 4 480 000 6 300 000 5 460 000
11 kapur 300 000 300 000 300 000 300 000
Total Biaya Variabel 3 616 040 114 3 988 898 115 3 929 457 948 3 922 093 117
Sumber: Perusahaan X, 2015
63

Pola Produksi ayam layer, umur 18 sampai 52


periode periode periode periode periode periode periode periode periode periode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
58 51 44 37 30 23 1 64 57
59 52 45 38 31 24 2 65 58
60 53 46 39 32 25 18 66 59
61 54 47 40 33 26 19 67 60
62 55 48 41 34 27 20 68 61
63 56 49 42 35 28 21 69 62
64 57 50 43 36 29 22 70 63
65 58 51 44 37 30 23 8 64
18 66 59 52 45 38 31 24 9 65
19 67 60 53 46 39 32 25 18 66
20 68 61 54 47 40 33 26 19 67
21 69 62 55 48 41 34 27 20 68
22 70 63 56 49 42 35 28 21 69
23 18 64 57 50 43 36 29 22 70
24 19 65 58 51 44 37 30 23 15
25 18 66 59 52 45 38 31 24 16
26 19 67 60 53 46 39 32 25 18
27 20 68 61 54 47 40 33 26 19
28 21 69 62 55 48 41 34 27 20
29 22 70 63 56 49 42 35 28 21
30 23 18 64 57 50 43 36 29 22
31 24 19 65 58 51 44 37 30 23
32 25 18 66 59 52 45 38 31 24
33 26 19 67 60 53 46 39 32 25
34 27 20 68 61 54 47 40 33 26
35 28 21 69 62 55 48 41 34 27
36 29 22 70 63 56 49 42 35 28
37 30 23 69 64 57 50 43 36 29
38 31 24 70 65 58 51 44 37 30
39 32 25 18 66 59 52 45 38 31
40 33 26 19 67 60 53 46 39 32
41 34 27 20 68 61 54 47 40 33
42 35 28 21 69 62 55 48 41 34
43 36 29 22 70 63 56 49 42 35
44 37 30 23 20 64 57 50 43 36
45 38 31 24 21 65 58 51 44 37
46 39 32 25 18 66 59 52 45 38
47 40 33 26 19 67 60 53 46 39
48 41 34 27 20 68 61 54 47 40
49 42 35 28 21 69 62 55 48 41
50 43 36 29 22 70 63 56 49 42
51 44 37 30 23 67 64 57 50 43
52 45 38 31 24 68 65 58 51 44
53 46 39 32 25 18 66 59 52 45
54 47 40 33 26 19 67 60 53 46
55 48 41 34 27 20 68 61 54 47
56 49 42 35 28 21 69 62 55 48
57 50 43 36 29 22 70 63 56 49
39 13/32 20/26 26/19 34/11 41/4 48 46 6 {39) 14/32

Keterangan: warna kuning adalah minggu ayam akan di afkir


warna hitam adalah proses persiapan kandang
64 6
3

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Andreas Tambun, dilahirkan di Bogor pada


tanggal 19 Februari 1992 dari ayah Falmer Rickson Tambun dan ibu Mida br
Manullang. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis
lulus dari SMA Negeri 1 Cibungbulang dan pada tahun yang sama penulis,
menjadi mahasiswa Universitas lampung tahun 2009 jurusan peternakan Fakultas
pertanian UNILA. Penulis diterima di Direktorat Program Diploma Institut
Pertanian Bogor di Program Keahlian Teknologi Produksi dan Pengembangan
Masyarakat Pertanian IPB, melalui jalur BUD Jawa Barat tahun 2009 dan
menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2011 dan mendapat gelar Ahli
Madya. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan kembali pada Alih Jenis
Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Menejemen.
Selama mengikuti perkuliahan di Direktorat Program Diploma, penulis aktif
mengikuti kegiatan kampus seperti OMDI dan menjadi juara 2 Cabang sepak
bola, penulis juga terdaftar menjadi anggota Resimen Mahasiswa (Menwa)
Mahawarman, Batalyon VII Surya Kancana, Kompi A IPB. Selama mengikuti
pendidikan di Program Alih Jenis Agribisnis, Penulis aktif dalam kegiatan FEM
SPORTA dan menjadi juara Umum FEM.

Anda mungkin juga menyukai