ANALISIS
LAPORAN
KEUANGAN
13
Ekonomi & Bisnis Akuntansi MARSYAF, SE.,Ak,M.Ak
Abstract Kompetensi
Sesi 13 ini akan membahas tentang Mahasiswa diharapkan mampu
kesulitan keuangan (financial distress) menjelaskan tentang kesulitan
perusahaan dan risiko kebangkrutan keuangan (financial distress)
perusahaan dan risiko kebangkrutan
MODUL 13
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Materi Pembahasan:
1. Pendahuluan
2. Definisi Financial Distress
3. Cara Memprediksi Financial Distress
4. Ciri-Ciri Perusahaan Yang Mengalami Financial Distress
19 MARSYAF, SE.,Ak,M.Ak
2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
1. PENDAHULUAN
Financial distress merupakan suatu kondisi perusahaan yang mengalami illikuid akan tetapi
masih dalam keadaan solven. Berikut ini terdapat definisi financial distress yaitu sebagai
berikut:
financial distress dapat digambarkan dari dua titik ekstrem yaitu kesulitan likuiditas
jangka pendek sampai insolvabel. Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya
bersifat jangka pendek, tetapi bisa berkembang menjadi parah. Indikator kesulitan
keuangan dapat dilihat dari analisis aliran kas, analisis strategi perusahaan, dan
laporan keuangan perusahaan.
19 MARSYAF, SE.,Ak,M.Ak
3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Plat dan Plat dalam Fahmi (2013:158) mendefinisikan financial distress: Sebagai
tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan
ataupun likuidasi. Financial distress dimulai dengan ketidakmampuan memenuhi
kewajibankewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek termasuk
kewajiban likuiditas, dan juga termasuk kewajiban dalam kategori solvabilitas.
Menurut (Indri, 2012:103) Financial distress adalah suatu situasi dimana arus kas operasi
perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar (seperti hutang
dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa melakukan tindakan perbaikan.
Menurut Ramadhani dan Lukviarman dalam Febrina (2010:196) Kegagalan keuangan
diartikan:
sebagai insolvensi yang membedakan antara arus kas dan dasar saham. Insolvensi
atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu:
Berdasarkan uraian di atas mengenai definisi dari financial distress dapat ditarik
kesimpulan bahwa financial distress merupakan suatu masalah keuangan yang dihadapi
oleh sebuah perusahaan, financial distress merupakan tahapan ketiga dalam kebangkrutan
dan kondisi financial distress terjadi sebelum perusahaan benar-benar mengalami
kebangkrutan.
19 MARSYAF, SE.,Ak,M.Ak
4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Bankruptcy. Jika perusahaan tidak dapat menyembuhkan gejala kesulitan
keuangan (financial distress), maka perusahaan akan bangkrut.
a. Neoclassical model
Financial distress dan kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya di dalam
perusahaan tidak tepat. Manajemen yang kurang bisa mengalokasikan
sumber daya (aset) yang ada di perusahaan untuk kegiatan operasional
perusahaan.
b. Financial model
Menurut Almilia dan Kristijadi dalam Febrina (2010:198) berbagai pihak yang
berkepentingan untuk melakukan prediksi atas kemungkinan terjadi nya financial distress
adalah:
b. Investor, Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan
memutuskan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan.
19 MARSYAF, SE.,Ak,M.Ak
5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Pembuat Peraturan atau Badan Regulator, Badan regulator mempunyai
tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan
perusahaan individu. Hal ini menyebabkan perlunya suatu model untuk
mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas
perusahaan.
e. Auditor, Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi
auditor dalam membuat penilaian going concern perusahaan. Pada tahap
penyelesaian audit, auditor harus membuat penilaian tentang going concern
perusahaan. Jika ternyata perusahaan diragukan going concern-nya, maka
auditor akan memberikan opini wajar tanpa pengeculian dengan paragraf
penjelas atau bisa juga memberikan opini disclaimer (atau menolak
memberikan pendapat).
Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam Syaryadi (2012:8) Altman’s Z-score dikenal pula
sebagai Altman Bankrupty Prediction Model Z-score. Adapun pengertiannya adalah:
model ini memberikan rumus untuk menilai kapan perusahaan akan bangkrut.
Dengan menggunakan rumus yang diisi (interplasi) dengan rasio keuangan
maka akan diketahui angka tertentu yang ada menjadi bahan untuk
memprediksi kapan kemungkinan perusahaan akan bangkrut.
Model Z-Score merupakan model multivariat dari financial distress yang telah
dikembangkan di beberapa negara. Menurut Hanafi (2003:274-276):
19 MARSYAF, SE.,Ak,M.Ak
6 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Belanda, dan Perancis. Salah satu masalah yang bisa dibahas adalah apakah
ada kesamaan rasio keuangan yang bisa dipakai untuk prediksi kebangkrutan
untuk semua negara, ataukah mempunyai kekhususan. Nilai Z-Score yang
dikembangkan Altman, yaitu:
Keterangan:
X5 = Penjualan/Total Aset
Zi = Nilai Z-Score
Nilai cut-off adalah Z < 1,81 perusahaan masuk kategori bangkrut; 1,81 < Z-
Score < 2,99 perusahaan masuk wilayah abu-abu (grey area atau zone of
ignorance) atau daerah rawan dan Z >2,99 perusahaan tidak bangkrut.
1. Pengurangan Dividen
2. Penutupan Pabrik
3. Kerugian
4. PHK
5. Pengunduran CEO
19 MARSYAF, SE.,Ak,M.Ak
7 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6. Harga Saham Jatuh
Smith dan Graves (2005) menjelaskan bahwa perusahaan yang mengalami dua
siklus menahan penurunan (decline stemming) dan siklus perbaikan kinerja (recovery).
Kecenderungan tingkat kinerja keuangan, ukuran perusahaan, ketersediaan free assets
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memprediksi apakah perusahaan
mampu bertahan dalam kondisi kesulitan keuangan (siklus decline stemming).
2.
3. Platt dan Platt (2002) menyatakan kegunaan prediksi informasi kesulitan keuangan
pada perusahaan adalah dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah
masalah sebelum terjadinya kebangkrutan.
4. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau takeover. Maksudnya agar
perusahaan mampu untuk membayar utang dan mengelola perusahaan dengan lebih
baik. Serta dapat memberikan tanda peringatan dini adanya kebangkrutan pada masa
yang akan datang. Schuppe (2003) menambahkan bahwa pihak manajemen yang
tanggap mendeteksi financial distress lebih awal. Kemudian bertindak aktif menganalisa
penyebab financial distress dan menerapkan strategi perputaran yang tepat, akan jauh
lebih dapat mengendalikan kondisi tersebut.
5. Untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya gejala financial distress, maka
sebaiknya perusahaan memiliki software akuntansi online seperti sebagai platform
penyedia jasa akuntansi dan pengelolaan keuangan yang membantu Anda mencatat
semua transaksi keuangan, menggambarkannya dengan grafik secara efisien. Dengan
begitu, perusahaan akan selalu mengetahui kondisi keuangan terkini dan dapat
melakukan antisipasi jika terjadi masalah keuangan pada perusahaan lebih awal.
19 MARSYAF, SE.,Ak,M.Ak
8 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Berikut adalah contoh perhitungan analisis fundamental menggunakan rumus Altman Z-score
pada perusahaan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) untuk tahun 2015. Perhatikan table dibawah ini!
19 MARSYAF, SE.,Ak,M.Ak
9 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
19 MARSYAF, SE.,Ak,M.Ak
10 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id