Anda di halaman 1dari 11

1

MODUL PERKULIAHAN

W322100007
ANALISA
LAPORAN
KEUANGAN
ANALISIS FINANCIAL DISTRESS
DENGAN SPRINGGATE

Abstrak Sub-CPMK 4

Pada pertemuan ini akan Mahasiswa mampu menjelaskan


dibahas analisis financial analisis financial distress dengan
distress dengan springgate springgate [C1, C2, C4] (CPMK 4)

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Lusia Sri Arini, SPd, MM


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi
14
.

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS


DENGAN SPRINGGATE

DEFINISI FINANCIUAL DISTRESS

Menurut Hapsari (2012) menyatakan:


Financial distress adalah masalah likuiditas yang sangat parah yang tidak bisa
dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau struktur perusahaan. Financial
distress merupakan kondisi di mana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat
atau krisis. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan dan terjadi pada saat
perusahaan mengalami kerugian.

Menurut Mamduh (2007:278), menyatakan:


Financial distress dapat digambarkan dari dua titik ekstrem yaitu kesulitan
likuiditas jangka pendek (yang paling ringan) sampai insolvable (yang paling parah).
Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya bersifat sementara dan belum begitu parah,
tetapi apabila tidak ditanggulangi bisa berkembang menjadi kesulitan insolvable.

Menurut Indri (2012:103), menyatakan:


Suatu situasi di mana arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi
kewajiban-kewajiban lancar (seperti utang dagang atau beban bunga) dan perusahaan
terpaksa melakukan tindakan perbaikan.”
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa financial distress adalah
kondisi penurunan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh beberapa indikator yang
menyebabkan financial distress sehingga akan mengakibatkan perusahaan mengalami
kebangkrutan. Bisa ditarik kesimpulan juga bahwa financial distress merupakan kondisi
keuangan suatu entitas yang mengalami masalah penurunan kondisi keuangan yang
biasanya bersifat sementara, sebelum mengalami likuiditas tetapi bisa berkembang
menjadi lebih buruk apabila kondisi tersebut tidak cepat diatasi maka dapat berakibat
kebangkrutan usaha. Financial distress dapat diukur dengan menggunakan laporan
keuangan sebagai tolok ukurnya. Kondisi financial distress tidak selalu menunjukkan
kondisi entitas yang akan bangkrut, ukuran financial distress dapat dikategorikan rendah-

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
2 Lusia Sri Arini, SPd., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
yang berarti sebuah entitas adalah sehat, sedang yang berarti kondisi sebuah entitas
dalam keadaan tertekan secara finansial; tinggi yang berarti sebuah entitas mengalami
kondisi yang mengarah kepada kebangkrutan. Oleh karenanya pengukuran dan prediksi
atas risiko financial distress perlu dilakukan secara berkala, sehingga sebuah entitas
mengetahui kondisi ketahanannya terhadap tekanan yang mengarah kepada
kebangkrutan (Kumalawati, 2018).
Untuk mengatasi dan meminimalisir terjadinya financial distress dan menghindari
kebangkrutan terdapat berbagai alat analisis kebangkrutan yang telah ditemukan, yaitu
analisis metode Springate, metode Zmijewski dan metode Grover. Alasan ketiga alat
analisis tersebut banyak digunakan yaitu karena ketiga alat analisis tersebut relatif mudah
digunakan dan juga memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi dalam melakukan
prediksi kebangkrutan suatu perusahaan, tetapi pada setiap metode prediksi financial
distress terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Kelebihan dan kekurangan metode Springate menuurut BAPEPAM dalam
Nurcahyanti (2015). Kelebihan metode Springate yaitu menggabungkan berbagai rasio
keuangan secara bersama-sama, menyediakan koefisien yang sesuai untuk
mengkombinasikan variabel-variabel independen, mudah dalam penerapannya, dan rasio
laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva merupakan indikator terbaik untuk
mengetahui terjadinya kebangkrutan. Kekurangan metode Springate yaitu nilai rasio bisa
direkayasa atau dibiaskan melalui prinsip akuntansi yang salah atau rekayasa keuangan
lainnya.

Terdapat perbedaan hasil antara peneliti-peneliti sebelumnya dalam memprediksi


keadaan financial distress suatu perusahaan, seperti dalam penelitian Hariyani dan
Sujianto (2017) model Springate S-Score adalah model yang paling akurat untuk
memprediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia. Priambodo (2017) melakukan
penelitian dengan hasil, metode Springate merupakan metode prediksi dengan tingkat
akurasi tertinggi sehingga sesuai diterapkan pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

DEFINISI FINANCIAL DISTRESS MENURUT TIPENYA


1. Economic Failure
Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan di mana pendapatan
perusahaan tidak cukup untuk menutupi jumlah biaya, termasuk cost of capital. Bisnis ini

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
3 Lusia Sri Arini, SPd., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
masih dapat melanjutkan operasinya sepanjang kreditur bersedia menerima tingkat
pengembalian (rate of return) yang di bawah pasar.

2. Business Failure
Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi dengan
alasan mengalami kerugian.

3. Technical Insolvency
Terjadi apabila suatu perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancarnya
ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar utang secara teknis menunjukkan bahwa
perusahaan sedang mengalami kekurangan likuiditas yang bersifat sementara, di mana
jika diberikan beberapa waktu, maka kemungkinan perusahaan bisa membayar utang dan
bunganya tersebut. Di sisi lain, apabila technical insolvency merupakan gejala awal
kegagalan ekonomi, ini mungkin bisa menjadi sebuah tanda perhentian pertama menuju
bankruptcy.

4. Insolvency in Bankruptcy
Terjadi apabila nilai buku utang perusahaan tersebut melebihi nilai pasar aset saat
ini. Kondisi tersebut bisa dianggap lebih serius jika dibandingkan dengan technical
insolvency, karena pada umumnya hal tersebut merupakan tanda kegagalan ekonomi,
bahkan mengarah pada likuidasi bisnis. Perusahaan yang sedang mengalami keadaan
seperti ini tidak perlu terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.

5. Legal Banckruptcy
Perusahaan dapat dikatakan mengalami kebangkrutan secara hukum apabila
perusahaan tersebut mengajukan tuntutan secara resmi sesuai dengan undang-undang
yang berlaku.

TUJUAN DAN MANFAAT ANALISIS FINANCIAL DISTRESS


Menurut Hanafi (2014:273) tujuan & manfaat informasi financial distress bagi
beberapa pihak seperti berikut ini:
1. Pemberi Pinjaman (seperti pihak Bank)
Informasi financial distress bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa
saja yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kewajiban memonitor
pinjaman yang ada.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
4 Lusia Sri Arini, SPd., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Investor
Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi
financial distress untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian
mengantisipasinya kemungkinan kebangkrutan.
3. Pihak Pemerintah
Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda financial
distress lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
4. Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha
karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.

INDIKASI FINANCIAL DISTRESS


Platt & Platt dalam Rahayu et al. (2016:7) menyatakan terdapat berbagai indikasi
bahwa suatu perusahaan mengalami financial distress, seperti:
1. Adanya penghentian tenaga kerja atau tidak melakukan pembayaran dividen;
2. Interest Coverage Ratio;
3. Arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini;
4. Laba bersih operasi (net operating income) negatif;
5. Adanya perubahan harga ekuitas;
6. Perusahaan dihentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan perusahaan
tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan restrukturisasi;
7.Perusahaan mengalami pelanggaran teknis dalam utang dan diprediksi
perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan pada periode yang akan datang;
dan
8. Mempunyai Earning Per Share (EPS) negatif.

FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA FINANCIAL DISTRESS


Faktor yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami financial distress
menurut Fahmi (2013:105) yaitu: Penyebabnya dimulai dari ketidakmampuan dalam
memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek
termasuk kewajiban likuiditas dan juga termasuk kewajiban dalam kategori solvabilitas.
Menurut Jauch and Glueck (2014:22) dalam Karina (2014) faktor-faktor penyebab
financial distress secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu:

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
5 Lusia Sri Arini, SPd., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Faktor Umum
• Sektor ekonomi, faktor penyebab financial distress dari sektor ekonomi adalah
gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga
dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca
pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
• Sektor sosial, faktor sosial sangat berpengaruh terhadap financial distress
cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang memengaruhi permintaan
terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan.
Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat.
• Sektor teknologi, penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang
ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi.
Pembengkakan terjadi apabila penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana
oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang
profesional.
• Sektor pemerintah, pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan
pemerintah terhadap pencabutan subtansi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif
ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau
tenaga kerja dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal Perusahaan


• Sektor pelanggan Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen
dengan menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindar
menurunnya hasil penjualan.
• Sektor pemasok Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerja sama dengan
baik karena kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan
pembelinya tergantung pada seberapa jauh pemasok ini berhubungan dengan pedagang
bebas.
• Sektor pesaing, faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena
menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada konsumen, perusahaan juga
jangan melupakan pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima oleh
masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen dan mengurangi
pendapatan yang diterima.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
6 Lusia Sri Arini, SPd., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Faktor internal perusahaan
• Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan, hal ini
pada akhirnya tidak dibayar oleh para pelanggan pada waktunya.
• Manajemen yang tidak efisien, ketidakefisienan manajemen tercermin pada
ketidakmampuan manajemen menghadapi situasi yang terjadi, diantaranya hasil
penjualan yang tidak memadai, kesalahan penetapan harga jual, pengelolaan utang-
piutang yang kurang memadai, struktur biaya tingkat investasi dalam aktiva tetap. Selain
itu persediaan yang melampaui batas, kekurangan modal kerja, ketidakseimbangan
dalam struktur permodalan, dan sistem serta prosedur akuntansi yang kurang memadai.
• Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan. Hal ini banyak
dilakukan oleh karyawan, kadang oleh manajer puncak dan hal ini sangat merugikan,
apalagi kalau kecurangan itu berhubungan dengan keuangan perusahaan.

FASE-FASE FINANCIAL DISTRESS


Financial distress memiliki 4 (empat) fase-fase menurut Fahmi (2013:95) sebagai berikut:
1. Kesulitan keuangan kategori A atau sangat tinggi dan benar-benar
membahayakan. Pada kategori ini memungkinkan pihak perusahaan
melaporkan ke pihak terkait seperti pengadilan bahwa perusahaan telah berada dalam
posisi bankruptcy (pailit). Dan menyerahkan berbagai urusan untuk ditangani oleh pihak
luar perusahaan.
2. Kesulitan keuangan kategori B atau tinggi dan dianggap berbahaya
Salah satu dampak yang sangat nyata terlihat pada posisi ini adalah perusahaan
mulai melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) dan pensiunan dini pada beberapa
karyawannya yang dianggap tidak layak (infeasible) lagi untuk dipertahankan.
3. Kesulitan Keuangan kategori C atau sedang
Ini dianggap perusahaan masih mampu/bisa menyelamatkan diri dengan tindakan
tambahan dana yang bersumber dari internal dan eksternal.
4. Kesulitan keuangan kategori D atau rendah
Pada kategori ini perusahaan dianggap hanya mengalami fluktuasi finansial
temporer yang disebabkan oleh berbagai kondisi eksternal dan internal, termasuk lahirnya
dan dilaksanakan keputusan yang kurang begitu tepat.

DAMPAK DARI FINANCIAL DISTRESS


Ketika manajemen perusahaan yang go public mengumumkan bahwa mereka
sedang mengalami kondisi financial distress, maka pasar modal akan bereaksi. Almilia

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
7 Lusia Sri Arini, SPd., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
(2006) meneliti tentang reaksi pasar setelah perusahaan melakukan pengumuman
financial distress. Almilia menguji abnormal return perusahaan pasca pengumuman
financial distress. Hasilnya pelaku pasar modal bereaksi terhadap pengumuman financial
distress tersebut. Kondisi financial distress merupakan kondisi yang tidak diinginkan oleh
berbagai pihak.
Jika terjadi financial distress, maka investor dan kreditor akan cenderung berhati-
hati dalam melakukan investasi atau memberikan pinjaman pada perusahaan tersebut.
Stakeholder akan cenderung bereaksi negatif terhadap kondisi ini. Oleh karena itu,
manajemen perusahaan harus segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah
financial distress dan mencegah kebangkrutan.

SOLUSI UNTUK PERUSAHAAN YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS


Kondisi financial distress memberikan dampak buruk bagi perusahaan karena
kepercayaan investor dan kreditor serta pihak ekstemal lainnya. Oleh karena itu,
manajemen harus melakukan tindakan untuk dapat mengatasi kondisi financial distress
dan mencegah terjadinya kebangkrutan. Perusahaan yang mengalami financial distress
biasanya rnemiliki arus kas yang negatif sehingga mereka tidak bisa membayar kewajiban
yang jatuh tempo. Ada 2 solusi yang bisa diberikan jika perusahaan mempunyai arus kas
negatif (Pustylnick, 2012) dalam Ersaputri (2015) , yaitu:
a. Restrukturisasi utang Manajemen bisa melakukan restrukturisasi utang yaitu
mencoba meminta perpanjangan waktu dari kreditor untuk pelunasan utang hingga
perusahaan mempunyai kas yang cukup untuk melunasi utang tersebut.
b. Perubahan dalam manajemen Jika memang diperlukan, perusahaan mungkin
harus melakukan penggantian manajemen dengan orang yang lebih berkompeten.
Dengan begitu, mungkin saja kepercayaan stakeholder bisa kembali pada perusahaan.
Hal ini untuk menghindari larinya investor potensial perusahaan pada kondisi financial
distress.

SPRINGATE S-SCORE
Model ini dikembangkan oleh Gordon L.V. Springate yang selanjutnya terkenal
dengan istilah Metode Springate (S-Score). Model ini dapat digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 92,5%. Persamaan model Springate S-Score
sebagai berikut:
𝑺=𝟏.𝟎𝟑𝑿𝟏+𝟑.𝟎𝟕𝑿𝟐+𝟎.𝟔𝟔𝑿𝟑+𝟎.𝟒𝑿4
Dimana:

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
8 Lusia Sri Arini, SPd., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Rasio modal kerja terhadap total aset (X1)
Rasio ini menunjukkan rasio antara modal kerja (yaitu aktiva lancar dikurangi
utang lancar) terhadap total aktiva. Nilai Working Capital to Total Asset yang semakin
tinggi menunjukkan semakin besar modal kerja yang diperoleh perusahaan dibanding
total aktivanya (Peter dan Yoseph 2011).
2. Rasio Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset (X2)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Tingkat pengembalian dari aktiva yang dihitung dengan membagi
laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva pada neraca perusahaan (Peter
dan Yoseph 2011).
3. Rasio laba sebelum pajak terhadap total liabilitas lancar (X3)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi
utang jangka pendeknya. Cara menghitungnya dengan mengukur perbandingan antara
laba sebelum pajak dengan bunga terhadap utang lancar. Rasio EBT terhadap liabilitas
lancar agar manajemen perusahaan dapat mengetahui berapa laba yang telah dipotong
dengan beban bunga dapat menutupi utang lancar yang ada (Peter dan Yoseph 2011).
4. Rasio penjualan terhadap total aset (X4)
Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva
perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan. Rasio ini mengukur seberapa efesien
aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan. Semakin tinggi total
penjualan terhadap total aset berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva
perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan (Peter dan Yoseph 2011).
5. Financial distress index (S) Nilai S
Adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. Terdapat angka-
angka cut off nilai S yang dapat menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami
kegagalan atau tidak pada masa mendatang datang. Springate mengemukakan nilai cut-
off dibagi kedalam 3 kategori keadaan, yaitu:
a. Nilai S < 0,862
Menunjukkan bahwa perusahaan tersebut diprediksi mengalami financial distress.
b. Nilai 0,862 < S < 1,062
Menunjukkan bahwa pihak manajemen harus hati-hati dalam mengelola aset-aset
perusahaan agar tidak terjadi financial distress (daerah rawan).
c. Nilai S>1,062
Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak
mempunyai permasalahan dengan keuangan (tidak mengalami financial distress).

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
9 Lusia Sri Arini, SPd., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

Darminto, Dwi P. 2020. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi.


Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2015. Analisis Laporan Keuangan.
Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
Subramanyam, K.R, dan John J.Wild. 2020. Analisis Laporan
Keuangan.Jakarta:Salemba Empat

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
10 Lusia Sri Arini, SPd., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
11 Lusia Sri Arini, SPd., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai