Analisa Kesehatan
Perusahaan
9 Analisa Kebangkrutan
Keuangan
BAB
1
Analisa Laporan Keuangan 2
B. URAIAN MATERI
1. Latar belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik, dan semakin
menjamurnya industri baru yang berkembang di Indonesia menyebabkan
persaingan yang semakin ketat terutama sektor industri makanan dan minuman.
Potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan memberi
kekhawatiran dari berbagai pihak baik sektor internal maupun pihak eksternal, pihak
investor akan kehilangan seluruh saham yang telah ditanamkan diperusahaan
tersebut dan pihak kreditur akan mengalami kerugian karena seluruh dana yang
telah dipinjamkan pada perusahaan tidak bisa dilunasi atau tidak tertagih, sehingga
prediksi kebangkrutan sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan investasi.
B. Laporan Keuangan
Sebagai hasil akhir dari pekerjaan manajemen keuangan, maka disusunlah
laporan keuangan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan
membebankan dirinya dari tanggung jawab yang dibebankan kepadanya oleh
3
Analisa Laporan Keuangan 4
D. Tanda-Tanda Kebangkrutan
Menurut Rico Lesmana dan Rudi Surjanto (2003: 184), tanda-tanda yang
dapat dilihat terhadap sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan dalam
bisnisnya, antara lain sebagai berikut:
1. Penjualan atau pendapatan yang mengalami penurunan secara signifikan.
2. Penurunan laba dan atau arus kas dari operasi.
3. Penurunan total aktiva.
4. Harga pasar saham menurun secara signifikan.
5. Kemungkinan gagal yang besar dalam industry, atau industry dengan resiko
yang tinggi.
6. Young Company, perusahaan berusia muda pada umumnya mengalami
kesulitan ditahun-tahun awal operasinya, sehingga kalau tidak didukung
sumber permodalan yang kuat.
5
Analisa Laporan Keuangan 6
5. Menajemen.
Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan
kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan
biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17% dari nilai perusahaan.
6. Analisis Z-Score Model Altman
Menurut Agus Sartono (2012: 115) “Zskore adalah skor yang
ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasio-rasio keuangan yang akan
menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan”.
4. Isi materi
a. Pengertian Analisis Analisa Kebangkrutan Keuangan
Secara umum, kebangkrutan diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi untuk mencapai tujuannya. Berikut ini Rudianto (2013:251)
mengartikan pengertian kebangkrutan:“Kebangkrutan adalah ketidakmampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo
yang menyebabkan kebangkrutan atau kesulitan likuiditas yang mungkin sebagai
awal kebangkrutan”.
Kualitas manajemen.
7
Analisa Laporan Keuangan 8
b) Penilaian Altman
Profit yang menurun merupakan suatu peringatan. T3 adalah rasio
untuk mengukur seberapa produktif perusahaan. T4 adalah rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dan T5 rasio
untuk mengukur keefektifan perusahaan menggunakan asetnya untuk
menghasilkan laba. Intreprestasi Model Altman Z-score adalah saat score
Z score dibawah 1,81 maka perusahaan memiliki probabilitas yang tinggi
Analisa Laporan Keuangan
untuk mengalami kebangkrutan. Saat Z score diantara 1,81 dan 2,99
maka memiliki probabilitas yang sedang dan saat Z score diatas 2,99
maka probabilitas kebangkrutannya kecil.
C. KESIMPULAN
Metode Altman pada dasarnya dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam
pengukuran kebangkrutan perusahaan jasa. Akan tetapi metode ini secara garis besar
tidak dapat digunakan pada perusahaan jasa perbankan yaitu Bank Perkreditan Rakyat
(BPR). Pada 26 BPR yang dikategorikan tidak sehat menunjukkan bahwa 23 dari BPR
Tidak Sehat berada dalam posisi bangkrut dan 3 diantaranya berada pada posisi tidak
bangkrut. Dengan menggunakan Altman Z-Score 1993 maka hasil Z-Score yang pada
26 BPR yang dikategorikan sehat oleh Bank Indonesia menunjukkan kecenderungan
bangkrut dengan resiko yang tinggi. 24 BPR dinyatakan bangkrut dan 2 diantaranya
dinyatakan berada dalam posisi Grey Area. Hal ini dapat dilihat dengan nilai Z-Score
yang berada di bawah 1.1. Salah satu variabel penentu yang memperlihatkan
kebangkrutan BPR sehat adalah X1 (Working Capital To Total Assets). Hampir secara
keseluruhan 26 BPR sehat ini memiliki modal kerja yang negatif sehingga
menghasilkan perhitungan yang negatif dimana total Z-Score berada di bawah 1.1. Hal
ini disebabkan karena bank cenderung memiliki jumlah kewajiban yang besaryang
digunakan kembali oleh bank untuk melakukan pokok usahanya, sehingga jika bank
menerapkan Model Altman maka modal kerja akan bersifat negatif. Bagi bank nilai
negatif tersebut justru menunjukkan bahwa bank berhasil memperoleh kepercayaan
dari nasabah untuk menyimpan dana sehingga penerapan Altman 119 1993 untuk
variabel X1 tidak relevan untuk dijadikan acuan penilaian kebangkrutan sebuah bank.
D. CONTOH KASUS
dikembangkan oleh Edward Altman. Model ini dikembangkan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Altman. Pada penelitian ini, Altman memilih sampel beberapa
perusahaan yang bangkrut dan perusahaan yang sehat pada ukuran dan industri yang
sama. Kemudian menghitung sejumlah besar rasio keuangan yang diperkirakan secara
apriori menjelaskan kebangkrutan. Dengan menggunakan rasio keuangan sebagai
input, kemudian Model Multiple Discriminant Analysis (MDA) memilih serangkaian rasio
keuangan yang paling baik membedakan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak
bangkrut.
Hasil Model MDA meliputi serangkaian koefisien yang kemudian dikalikan dengan
rasio keuangan sebagai variabel prediktor kemudian dijumlahlkan dan
menghasilkan multivariate score (Z-Score). Ketentuan hasil temuan sebagai berikut:
1. Skor di bawah cut off point menunjukkan peluang bangkrut besar.
2. Skor di atas cut off point menunjukkan peluang bangkrut kecil.
Salah satu contoh analisis multivariate yang cukup terkenal adalah model
kebangkrutan yang dikembangkan oleh Edward Altman seorang professor of finance
dari New York University School of Business pada akhir 1960-an yang dikenal dengan
Altman Z-score. Model ini menggunakan analisis keuangan yang dibuat dengan
mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda-beda, yaitu (Rasio Modal
Kerja/Total Aktiva, Laba Ditahan/Total Aktiva, Earning Before Income and Tax/Total
Aktiva, Nilai Pasar Modal/Nilai Buku Hutang, Penjualan/Total Aktiva) untuk menentukan
potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Dari nilai Z-nya,
berdasarkan titik cut-off yang dilaporkan Altman.
Multiple Discriminant Analysis Altman atau yang biasa disebut Z-score Model
Altman menggunakan rasio keuangan yang mencakup rasio likuiditas perusahaan
seperti rasio lancar, rasio leverage perusahaan seperti rasio hutang terhadap modalnya,
rasio profitabilitas seperti rasio laba bersih terhadap modal atau akumulasi laba ditahan.
Dengan mendasarkan rasio kepada rasio keuangan tersebut, Z-score Model Altman
berhasil dipergunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan kedalam kelompok yang
mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk bangkrut atau kelompok perusahaan yang
kemungkinan mengalami bangkrut rendah. Z-score Model Altman memungkinkan untuk
memperkirakan kebangkrutan sampai dua tahun sebelum tiba saatnya.
Dari hasil penelitian Altman menemukan lima rasio keuangan yang dianggap paling
baik membedakan perusahaan yang sehat dan bangkrut. Kelima rasio keuangan
tersebut adalah:
1. Modal kerja bersih terhadap total aktiva (net working capital to total assets = X1)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan, dimana
hasil pengukurannya menunjukkan struktur aktiva perusahaan. Semakin besar rasio
ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini
maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
Analisa Laporan Keuangan
2. Laba ditahan terhadap total aktiva (retained earnings to total assets = X2)
Rasio ini menunjukkan profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya
menunjukkan tingkat penggunaan laba ditahan untuk membiayai aktiva perusahaan.
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT Timah Tbk sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 1.2
3. Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva (earnings before interest and
taxes to total assets = X3)
Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana hasil
pengukurannya menunjukkan tingkat produktivitas aktiva yang diinvestasikan
perusahaan dalam menghasilkan laba operasi perusahaan.
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT Timah Tbk sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 1.3
13
Analisa Laporan Keuangan 14
4. Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku kewajiban (market value of equity to book
value of liabilities = X4)
Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang perusahaan serta
penilaian terhadap profitabilitas, dimana hasil pengukurannya menunjukkan struktur
pendanaan yang digunakan untuk membiayai seluruh aktiva perusahaan. Semakin
besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil
rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT Timah Tbk sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 1.4
Rasio tersebut menunjukkan bahwa struktur pendanaan yang dimiliki perusahaan adalah
untuk setiap Rp 1 utang berbanding Rp 1,1 ekuitas pada Tahun 2004 sedangkan pada Tahun 2005,
untuk setiap Rp 1 utang berbanding Rp 0,82 ekuitas. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan risiko
jangka panjang pada Tahun 2005.
Rasio tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap Rp 1 aktiva yang diinvestasikan dapat
menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 1,16 pada Tahun 2004 sedangkan pada Tahun 2005,
dapat menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 1,24. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan
produktivitas pada Tahun 2005.
Berdasarkan rasio keuangan tersebut sebagai variabel prediktor ditemukan model prediksi
sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 9.1.
Tabel 1.7 di atas menunjukkan bahwa pada Tahun 2004, perusahaan ini berpeluang bangkrut
kecil sedangkan pada Tahun 2005 berada pada daerah abu-abu yang lebih cenderung pada
berpeluang bangkrut kecil.
E. DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/48809/3/BAB%20I.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/163156-ID-analisis-kebangkrutan-pada-pt-
sumalindo.pdf
https://www.kompasiana.com/dristia/5de66d92097f360aed6049a2/pentingnya-bagi-
perusahaan-untuk-melakukan-analisis-kebangkrutan
http://eprints.polsri.ac.id/2651/3/Bab%202.pdf
https://www.kompasiana.com/relovanioh/5ddd657bd541df4e0525d9b2/mengenal-
manfaat-dan-cara-menganalisis-kebangkrutan-bagi-investor?page=all
15
Analisa Laporan Keuangan 16
https://core.ac.uk/download/pdf/12348294.pdf
https://www.kompasiana.com/aldiandalas7517/5ddbaa9cd541df7277242083/altman-z-
score-model-untuk-memprediksi-kebangkrutan-perusahaan
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39735/1/MUTHIA%20RAHMA
H-FEB.pdf
http://repository.unusa.ac.id/3394/1/Analisis%20Altman%20Z-
Score%2C%20Grover%20Score%2C%20Springate%20dan%20Zmijewski%20s
ebagai%20Signaling%20Financial%20Distress%20%28Studi%20Empiris%20In
dustri%20Barang-Barang%20Konsumsi%20di%20Indonesia%29.pdf
https://www.google.co.id/search?safe=strict&biw=1366&bih=630&ei=9oyKX5XHLL7Uz7
sP1IiSiA4&q=c%29%09materi+Pergitungan+Sprigate+dan+Grover&oq=c%29%
09materi+Pergitungan+Sprigate+dan+Grover&gs_lcp=CgZwc3ktYWIQAzoECA
AQRzoCCAA6BggAEBYQHjoOCAAQ6gIQtAIQmgEQ5QI6BwghEAoQoAFQjqs
SWOCmE2CxqBNoAXACeAOAAZMCiAHMGZIBBjAuMTYuNJgBAKABAaABA
qoBB2d3cy13aXqwAQbIAQfAAQE&sclient=psy-
ab&ved=0ahUKEwiVmr_r_brsAhU-6nMBHVSEBOEQ4dUDCAw&uact=5#
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/download/2748/314
0
https://media.neliti.com/media/publications/178279-ID-analisis-kondisi-kebangkrutan-
dengan-mod.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/1434/6/5MM01564.pdf
http://irmajhe.blogspot.com/2014/03/analisis-prediksi-kebangkrutan.html
https://medium.com/@indotesis/pengertian-tanda-dan-faktor-penyebab-kebangkrutan-
b4f889da7ac3
https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-keuangan-manajemen-keuangan/analisis-rasio-
keuangan-perusahaan/analisis-kebangkrutan-perusahaan-metoda-z-score/