Anda di halaman 1dari 16

Analisa Laporan Keuangan

Analisa Kesehatan
Perusahaan

9 Analisa Kebangkrutan
Keuangan
BAB

1
Analisa Laporan Keuangan 2

Analisis Kebangkrutan Keuangan


A. TUJUAN TEORI
Bab ini secara menyeluruh, diharapkan mampu memahami hal-hal sebagai berikut:
 Mengetahui konsep tentang :
1. Menganalisis tingkat financial altman dengan menggunakan metode springate
pada perusahaan.
2. Menganalisis tingkat financial sprigate dan grover dengan menggunakan metode
springate pada perusahaan.
3. Menganalisis tingkat financial zmijewski dan ohlson dengan menggunakan
metode springate pada perusahaan.

B. URAIAN MATERI
1. Latar belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik, dan semakin
menjamurnya industri baru yang berkembang di Indonesia menyebabkan
persaingan yang semakin ketat terutama sektor industri makanan dan minuman.
Potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan memberi
kekhawatiran dari berbagai pihak baik sektor internal maupun pihak eksternal, pihak
investor akan kehilangan seluruh saham yang telah ditanamkan diperusahaan
tersebut dan pihak kreditur akan mengalami kerugian karena seluruh dana yang
telah dipinjamkan pada perusahaan tidak bisa dilunasi atau tidak tertagih, sehingga
prediksi kebangkrutan sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan investasi.

Dengan semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan semakin


memperkuat fundamental manajemen sehingga mampu bersaing dengan
perusahaan yang lainnya terutama perusahaan yang barudan mampu menjaga
kelangsungan hidup perusahaan ditengah perubahan yang terjadi. Apabila
perusahaan tidak mampu mengatasi permasalahan atau perubahan yang terus
terjadi, maka perusahaan akan mengalami penurunan volume usaha yang pada
akhirnya menyebabkan kesulitan keuangan, jika hal tersebut terus terjadi maka
perusahaan akan mengalami kebangkrutan.

Dengan semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan semakin


memperkuat fundamental manajemen sehingga mampu bersaing dengan
perusahaan yang lainnya terutama perusahaan yang barudan mampu menjaga
kelangsungan hidup perusahaan ditengah perubahan yang terjadi. Apabila
perusahaan tidak mampu mengatasi permasalahan atau perubahan yang terus
terjadi, maka perusahaan akan mengalami penurunan volume usaha yang pada
akhirnya menyebabkan kesulitan keuangan, jika hal tersebut terus terjadi maka
perusahaan akan mengalami kebangkrutan.
Analisa Laporan Keuangan
2. Landasan Teori
A. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan
karena ini menyangkut keluar masuknya dana yang tertanam dalam
perusahaan dan kemudiaan dapat memperoleh hasil usaha di waktu yang akan
datang. fungsi manajemen keuangan dalam perusahaan dari waktu ke waktu
mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

1. Pengertian Manajemen Keuangan


Menurut Sutrisno (2013:3), manajemen keuangan adalah semua
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan
dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk
menggunakan dana secara efisien.

Menurut James C.Van Horne (2010:5), manajemen keuangan adalah


“segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan
pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.

2. Fungsi Manajemen Keuangan


Menurut Sutrisno (2013:5) ada tiga macan fungsi manajemen keuangan,
yaitu sebagai berikut.
1) Keputusan investasi
Keputusan invenstasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan
harus mengalokasikan danan kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan
dapat mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang.
2) Keputusan pendanaan
Keputusan pendanaan disebut juga kebijakan struktur modal, pada
keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan
menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi
perusahaan guna mempelajari kebutuhan-kebutuhan investasi serta
kegiatan usahanya.
3) Keputusan deviden
Keputusan deviden merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan
oleh pemegang saham.

3. Tujuan Manajemen Keuangan

Menurut Suad Husnan (2005: 4), tujuan pokok dari manajemen


keuangan adalah sebagai berikut.Untuk memaksimalkan nilai yang dimiliki
perusahaan atau memberikan nilai tambah terhadap asset yang dimiliki oleh
pemegang saham.

B. Laporan Keuangan
Sebagai hasil akhir dari pekerjaan manajemen keuangan, maka disusunlah
laporan keuangan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan
membebankan dirinya dari tanggung jawab yang dibebankan kepadanya oleh
3
Analisa Laporan Keuangan 4

para pemillik perusahaan. Pada umumnya di dalam laporan keuangan terdiri


dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
catatan atas laporan keuangan. Berdasarkan data laporan keuangan tersebut,
dapat diketahui tingkat efisiensi dan produktivitas suatu kegiataan perusahaan.
Menurut Sutrisno (2013:8), laporan keuangan merupakan hasil akhir proses
akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni neraca dan laporan laba rugi.
Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2006: 8), laporan keuangan
merupakan daftar ringkasan akhir transaksi keuangan organisasi yang
menunjukkan semua kegiatan opersaional organisasi dan akibatnya sela tahun
buku yang bersangkutan.

3. Konsep Dasar Teori


A. Pengertian Kebangkrutan
Pengertian Kebangkrutan Menurut Darsno dan Ashari (2005: 101) adalah
sebagai berikut:“kebangkrutan adalah situasi dimana kewajiban perusahaan
lebih tinggi daripada niai aktivanya. Kesulitan keuangan dapat diartikan
sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan
perusahaan”.

B. Analisis Prediksi Kebangkrutan


Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008: 343) dalam prediksi keuangan mengenal
beberapa model antara lain:

1. Linier programming digunakan untuk merencanakan prediksi kombinasi input


biaya yang paling optimal untuk menghasilan suatu atau beberapa produk
output.
2. Delphi sistem ini hampir sama dengan metode expert system. Di sini metode
expert system disempurnakan dengan menggunakan metode diskusi antara
para ahli,debat, dan akhirnya sampai pada kesimpulan terbaik yang
merupakan konsensus para ahli.
3. Times Series Forcasting (tren) di sini prestasi yang laku digambarkan secara
beseri kemudian dari gambar ini dicari garis tren yang terbaik kemudian dari
kecendrungan garis dilihat angka masa depan sebagai angka ramalan.
4. Break Even Analysis model ini mencoba mencari dan menganalisis perilaku
hubungan antara besarnya biaya, besarnya volume dalam unit rupiah dan
laba.
5. Just in time model yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan
menekan pemborosan dan ketidakefisienan lainnya.
6. Economic Order Quantity model ini dapat memberikan angka berpa order
pembeian sehingga kita mendapatkan biaya yang optimal.

C. Faktor Penyebab Kebangkrutan


Menurut Darsono dan Ashari (2005: 101) menyatakan secara garis besar
penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua, yaitu :
Analisa Laporan Keuangan
1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen
perusahaan.
2. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari bagian luar atau eksternal
manajemen perusahaan meliputi pelanggan, supplier, debitor, kreditor,
pesaing ataupun dari pemerintah. Sedangkan faktor eksternal yang tidak
berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi kondisi perekonomian
secara makro ataupun faktor persaingan global.

D. Tanda-Tanda Kebangkrutan
Menurut Rico Lesmana dan Rudi Surjanto (2003: 184), tanda-tanda yang
dapat dilihat terhadap sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan dalam
bisnisnya, antara lain sebagai berikut:
1. Penjualan atau pendapatan yang mengalami penurunan secara signifikan.
2. Penurunan laba dan atau arus kas dari operasi.
3. Penurunan total aktiva.
4. Harga pasar saham menurun secara signifikan.
5. Kemungkinan gagal yang besar dalam industry, atau industry dengan resiko
yang tinggi.
6. Young Company, perusahaan berusia muda pada umumnya mengalami
kesulitan ditahun-tahun awal operasinya, sehingga kalau tidak didukung
sumber permodalan yang kuat.

E. Manfaat Informasi Kebangkrutan


Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim(2005: 273) Informasi
kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini :
1. Pemberi pinjaman (seperti pihak Bank).
Infromasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan
siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan
monitor pinjaman yang ada.
2. Investor.
Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan
tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut
atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut.
3. Pihak pemerintah.
Pada beberapa sector usaha, lembaga pemerintah mempunyai
tanggungjawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (missal sector
perbankan). Juga pemerintah mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang
harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk
melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang
perlu bisa dilakukan lebih awal.
4. Akuntan.
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan
suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu
perusahaan.

5
Analisa Laporan Keuangan 6

5. Menajemen.
Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan
kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan
biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17% dari nilai perusahaan.
6. Analisis Z-Score Model Altman
Menurut Agus Sartono (2012: 115) “Zskore adalah skor yang
ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasio-rasio keuangan yang akan
menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan”.

4. Isi materi
a. Pengertian Analisis Analisa Kebangkrutan Keuangan
Secara umum, kebangkrutan diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi untuk mencapai tujuannya. Berikut ini Rudianto (2013:251)
mengartikan pengertian kebangkrutan:“Kebangkrutan adalah ketidakmampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo
yang menyebabkan kebangkrutan atau kesulitan likuiditas yang mungkin sebagai
awal kebangkrutan”.

b. Prosedur Analisis Analisa Kebangkrutan Keuangan


Sebelum melakukan analisis, kita harus mengetahui bagaimana caranya.
Banyak terdapat beberapa metode yang dilakukan untuk melakukan analisis
kebangkrutan, salah satu caranya yaitu dengan metode analisis z -- score.

Model Altman (Z-Score) merupakan salah satu model analisis multivariate


yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan tingkat
ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya. Model ini memiliki akurasi
mencapai 95% jika menggunakan data 1 tahun sebelum kondisi kebangkrutan.

c. Metode dan Teknik Analisa Kebangkrutan Keuangan


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi kebangkrutan serta kinerja
keuangan perusahaan. Secara matematis persamaan Altman Z-Score tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut:

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

Dengan Keterangan sebagai berikut; X1 merupakan modal kerja terhadap


total aktiva (Working Capital to Total Assets), X2 merupakan laba yang ditahan
terhadap total aktiva (Retained Earnings to Total Assets), X3 merupakan
pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total aktiva (Earnings Before
Interest and Taxes to Total Assets), X4 merupakan nilai pasar ekuitas terhadap
nilai buku dari hutang (market value equity to book value of total debt) dan X5
merupakan penjualan terhadap total aktiva (Sales to Total Asset).

Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,99


diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang
mempunyai skor Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial
bangkrut.
Analisa Laporan Keuangan

Selanjutnya skor antara 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai


perusahaan pada grey area atau daerah kelabu, engan nilai "cut-off " untuk
indeks ini adalah 2,675 (Muslich, 2008:60).

Namun, Z-score tidak dipergunakan untuk perusahaan jenis jasa keuangan


atau lembaga keuangan, baik swasta maupun pemerintah.Hal ini karena adanya
kecenderungan perbedaan yang cukup besar antara neraca suatu institusi
keuangan dengan institusi keuangan lainnya.

d. Aspek Analisis Kebangkrutan Keuangan


Kebangkrutan yang akan terjadi pada perusahaan dapat diprediksi dengan
melihat beberapa indikator-indikator, yaitu (Hanafi, 2003:264):

 Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.

 Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada


persaingan yang dihadapi oleh perusahaan.

 Struktur biaya relatif terhadap pesaingnya.

 Kualitas manajemen.

 Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya.

Kebangkrutan perusahaan juga biasanya ditemukan beberapa tanda atau


indikator manajerial dan operasional, yaitu (Fakhrurozie, 2007:18):

 Indikator dari lingkungan bisnis. Pertumbuhan ekonomi yang rendah


menjadikan indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis,
apalagi jika di saat yang sama banyak perusahaan baru yang memasuki pasar.
Besarnya perusahaan tertentu menjadi sebab mengecilnya perusahaan yang
lain.

 Indikator internal. Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan


alat analisa apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan
mengembangkan sikap proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif, dan oleh
karena itu biasanya terlambat mengantisipasi perubahan.

 Indikator kombinasi. Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh


interaksi ancaman yang datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang
berasal dari lingkungan perusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya,
biasanya membawa akibat yang lebih kompleks dibanding yang disebabkan
oleh salah satu saja.

7
Analisa Laporan Keuangan 8

e. Jenis Analisis Analisa Kebangkrutan Keuangan


1. Economic Failure (Kegagalan Ekonomi)
Kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana perusahaan tidak dapat
menutup total biaya termasuk biaya modal atau cost of capital.
2. Business Failur (kegagalan Bisnis)
Kegagalan bisnis adalah bisnis yang menghentikan operasi karena
ketidakmampuannya untuk menghasilkan keuntungan atau kreditur.
3. Isolvency
Isolvency terbagi menjadi dua, yaitu technical insolvency dan insolvency in
bankruptcy.
a. Tecnical insolvency, adalah kegagalan yang terjadi apabila perusahaan
tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo walaupun total
aktivanya sudah melebihi total hutangnya.
b. Insolvency in bankrupty, adalah kegagalan ketika nilai buku hutang
melebihi nilai aset pasar yang dapat mengarah kepada liquidasi bisnis.
4. Legal Bankruptcy (Bangkrut Secara Hukum)
Perusahaan bangkrut secara hukum adalah kegagalan jika telah diputuskan
secara resmi oleh undang-undang.
f. Analisa Kebangkrutan Keuangan
1) Analisa Altman
a) Latar belakang dan Sejarah Altman
Model Altman Z-score ditemukan oleh Edward Altman pada tahun
1986.Edward Altman adalah seorang professor di New York University.
Model Altman Z-score pada saat itu 72% akurat dalam memprediksi
perusahaan akan mengalami kebangkrutan dalam 2 tahun. Edward
Altman menganalisis 66 perusahaan dimana 50% dari perusahaan
tersebut telah mengalami kebangkrutan diantara tahun 1946 sampai
1965. Awalnya Edward Altman menggunakan 22 rasio, dimana rasio
tersebut dikelompokan menjadi 5 kategori : liquidity, solvency, leverage,
profitability, dan acitivity.
Keakuratan Model ini terus meningkat dari waktu kewaktu. Pada tahun
1969-1975, 86 perusahaan di analisisis. Tahun 1976-1995,sebanyak 110
perusahaan dan tahun 1996-1995, sebanyak 120 di analisis juga.
Hasilnya Model Altman Z-Score 82%-94% akurat dalam memprediksi
kebangkrutan.
Setelah mengalami beberapa pengembangan model Altman Z-score
memiliki persamaan sebagai berikut. Z
score=1,2*T1+1,4*T2+3,3*T3+0,6*T4+1.0*T5. Dimana T1 adalah modal
kerja/total asset. T2 adalah Laba ditahan/total aset. T3 adalah Laba
sebelum pajak dan bunga/Total aset. T4 adalah nilai saham/Nilai buku
total hutang dan T5 adalah Penjualan/Total Aset. Rasio -rasio ini memiliki
fungsi yang berbeda -- berbeda. Rasio T1 adalah rasio untuk mengukur
likuiditas. T2 untuk mengukur profitabilitas.

b) Penilaian Altman
Profit yang menurun merupakan suatu peringatan. T3 adalah rasio
untuk mengukur seberapa produktif perusahaan. T4 adalah rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dan T5 rasio
untuk mengukur keefektifan perusahaan menggunakan asetnya untuk
menghasilkan laba. Intreprestasi Model Altman Z-score adalah saat score
Z score dibawah 1,81 maka perusahaan memiliki probabilitas yang tinggi
Analisa Laporan Keuangan
untuk mengalami kebangkrutan. Saat Z score diantara 1,81 dan 2,99
maka memiliki probabilitas yang sedang dan saat Z score diatas 2,99
maka probabilitas kebangkrutannya kecil.

c) Contoh Pergitungan Altman


Laporan keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Triwulan 3
tahun 2019 menunjukan Total aset $6,848 Juta, Total aset lancar $2,307
Juta, Total hutang Lancar 1,938 Juta, Laba ditahan $1,779 Juta, Laba
sebelum pajak $585 juta, Beban Bunga $123 Juta, Penjualan $5,366
juta. Nilai saham $4,956 Juta dan Total Hutang adalah $3,182 juta.
Berdasarkan Data diata, maka diketahui T1 adalah 0,539, T2 sebesar
0,2597, T3 sebesar 0,1034, T4 sebesar 1,5577 dan T5 sebesar 0,7864.
Maka Z scorenya adalah =1,2*0,539 + 1,4*0,2597 + 3,3*0,1034 +0,6 *
1557 * + 1.0 * 0,78 = 2,49. Maka dengan Z score sebesar 2,49,
PT.Indofood Sukser Makmur Tbk memiliki probabilitas kebangkrutan yang
sedang.

2) Analisa Sprigate dan Grover


a) Latar belakang Sprigate dan Grover
Menurut Guinan (2009: 236) (dalam Savitri: 2014) model Springate
merupakan model yang dikembangkan mengunakan analisis
multidiskriminan. Pada awalnya Springate menggunakan 19 rasio
keuangan namun setalah melakukan pengujian Springate mengambil
empat rasio. Model Springate ini dapat digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan dengan nilai keakuratan 92.5%Model Grover diciptakan
dengan pendesainan dan penilaian ulang terhadap Model Altman Z-
score.
Model Grover mengkategorikan perusahaan dalam keadaan bangkrut
jika memperoleh skor kurang atau sama dengan -0.02 (G ≤ -0.02)
sedangkan nilai untuk perusahaan yang dikatagorikan dalam keadaan
tidak bangkrut adalah lebih atau sama dengan 0.01 (G ≥ 0.01)
perusahaan dengan memuliki skor diantara batas atas dan batas bawah
berada pada grey area (-0.02≤ G ≤0.01).

b) Penilaian Sprigate dan Grover


Jika nilai S-score > 0,862 maka perusahaan diprediksi sebagai
perusahaan yang berpotensi sehat (tidak berpotensi bangkrut).
Sedangkan jika nilai S-score < 0,862 maka perusahaan diprediksi sebagai
perusahaan yang berpotensimengalami kebangkrutan.
Model Grover mengategorikan perusahaan dalam keadaan bangkrut
dengan skor kurang atau sama dengan -0,02 (G ≤ -0,02) sedangkan nilai
untuk perusahaan yang dikategorikan dalam keadaan tidak bangkrut
adalah lebih atau sama dengan 0,01 (G 0,01). Perusahaan dengan skor
di antara batas atas dan batas bawah berada pada grey area.

c) Contoh Pergitungan Sprigate dan Grover


𝑆 − 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 = 1,03(𝐴) + 3,07(𝐵) + 0,66(𝐶) + 0,4(𝐷)
Sumber: Vickers, (2006:68)
9
Analisa Laporan Keuangan 10

Keterangan: A = Working Capital / Total Asset B = EBIT / Total Asset


C = EBT / Current Liabilities D = Sales / Total Asset Meskipun model
Springate (S-Score) merupakan pengembangan dari model Altman
ZScore, namun model Springate memiliki nilai cut off yang berbeda yaitu
0,862. Skor yang kurang dari atau sama dengan 0,862 (S < 0,862)
menunjukkan bahwa kondisi tidak sehat dan memiliki potensi untuk
mengalami kebangkrutan (failed). Sedangkan perusahaan yang memiliki
skor lebih dari atau sama dengan 0,862 (S > 0,862) dikategorikan tidak
bangkrut yang berarti perusahaan dalam kondisi sehat.

3) Analisa Zmijewski dan Ohlson


a) Latar belakang Zmijewski dan Ohlson
Ohlson Score ditemukan oleh James Ohlson pada tahun 1980.
Ohlson terinspirasi oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang juga
melakukan studi mengenai kebangkrutan. Ohlson menciptakan model ini
berdasarkan penelitiannya pada tahun 1970 – 1976, dengan sampel 105
perusahaan bangkrut dan 2.058 perusahaan tidak bangkrut. Pendekatan
yang paling popular dan sering digunakan untuk studi kebangkrutan ialah
Multiple Discriminant Analysis (MDA) seperti model Altman (Z-Score).
Berbeda dengan model Altman (Z-Score) yang menggunakan Multiple
Discriminant Analysis (MDA), Ohlson menggunakan logistic regression
dalam model analisisnya dikarenakan Ohlson mencoba untuk mengatasi
kelemahan dari penggunaan model (MDA). Multiple Discriminant
Analysis (MDA) adalah teknik analisis yang paling populer untuk studi
kebangkrutan, akan tetapi menurut Ohlson (1980) “Multiple Discriminant
Analysis (MDA) mempunyai permasalahan seperti adanya persyaratan
statistik tertentu yang dikenakan pada bagian distribusi prediktor.
Sebagai contoh, matriks varians dan kovarians harus sama dari kedua
kelompok (perusahaan yang gagal dan perusahaan yang tidak gagal).
Selain itu adanya persyaratan prediktor terdistribusi normal dimana hal ini
dapat mengurangi penggunaan variabel independen dummy.
Pelanggaran untuk kondisi seperti ini, mungkin bisa dikatakan tidak
penting namun hal ini jelas dapat membatasi lingkup penyelidikan”. Hal
ini yang mendorong James Ohlson menggunakan logistic regression
sebagai tandingan dari Multiple Discriminant Analysis (MDA). “Logistic
regression sebetulnya mirip dengan analisis diskriminan yaitu kita ingin
menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi
dengan variabel bebasnya” (Ghozali, 2011).

b) Penilaian Zmijewski dan Ohlson


Ohlson (1980) menyatakan bahwa model ini memiliki cutoff point
optimal pada nilai 0,38. Ohlson memilih cutoff ini karena dengan nilai ini,
jumlah error dapat diminimalisasi. Maksud dari cutoff ini adalah bahwa
perusahaan yang memiliki nilai O di atas 0,38 berarti perusahaan tersebut
mengalami kondisi financial distress.Sebaliknya, jika nilai O perusahaan
di bawah 0,38, maka perusahaan dalam kondisi nonfinancial distress.

c) Contoh Pergitungan Zmijewski dan Ohlson


Analisa Laporan Keuangan
Model yang dibangun oleh Ohlson memiliki 9 variabel yang terdiri dari
beberapa rasio keuangan. Model tersebut adalah : O = -1,32 – 0,407X1 +
6,03X2 – 1,43X3 + 0,0757X4 – 2,37X5 - 1,83X6 + 0,285X7 – 1,72X8 –
0,521X9 Keterangan : X1 = Log (total asset/indeks tingkat harga GNP) X2
= Total utang/total aset X3 = Modal kerja/total aset X4 = Utang
lancar/aktiva lancar X5 = 1 jika total utang > total aset ; 0 jika sebaliknya
X6 = Laba bersih/total aktiva X7 = Arus kas operasi/total utang X8 = 1 jika
laba bersih negatif (-) untuk dua (2) tahun terakhir; 0 jika sebaliknya X9 =
(laba bersih tahunt – laba bersih tahunt-1) / (laba bersih tahunt + laba
bersih tahunt-1)

C. KESIMPULAN

Metode Altman pada dasarnya dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam
pengukuran kebangkrutan perusahaan jasa. Akan tetapi metode ini secara garis besar
tidak dapat digunakan pada perusahaan jasa perbankan yaitu Bank Perkreditan Rakyat
(BPR). Pada 26 BPR yang dikategorikan tidak sehat menunjukkan bahwa 23 dari BPR
Tidak Sehat berada dalam posisi bangkrut dan 3 diantaranya berada pada posisi tidak
bangkrut. Dengan menggunakan Altman Z-Score 1993 maka hasil Z-Score yang pada
26 BPR yang dikategorikan sehat oleh Bank Indonesia menunjukkan kecenderungan
bangkrut dengan resiko yang tinggi. 24 BPR dinyatakan bangkrut dan 2 diantaranya
dinyatakan berada dalam posisi Grey Area. Hal ini dapat dilihat dengan nilai Z-Score
yang berada di bawah 1.1. Salah satu variabel penentu yang memperlihatkan
kebangkrutan BPR sehat adalah X1 (Working Capital To Total Assets). Hampir secara
keseluruhan 26 BPR sehat ini memiliki modal kerja yang negatif sehingga
menghasilkan perhitungan yang negatif dimana total Z-Score berada di bawah 1.1. Hal
ini disebabkan karena bank cenderung memiliki jumlah kewajiban yang besaryang
digunakan kembali oleh bank untuk melakukan pokok usahanya, sehingga jika bank
menerapkan Model Altman maka modal kerja akan bersifat negatif. Bagi bank nilai
negatif tersebut justru menunjukkan bahwa bank berhasil memperoleh kepercayaan
dari nasabah untuk menyimpan dana sehingga penerapan Altman 119 1993 untuk
variabel X1 tidak relevan untuk dijadikan acuan penilaian kebangkrutan sebuah bank.

Relevansi Metode Altman dapat dilihat berdasarkan variabelnya sehingga jika


menggunakan metode ini untuk diterapkan pada perbankan, yang dijadikan acuan
adalah empat variabel yang dimiliki bukan berdasarkan total nilai Z-score. Variabel
yang sangat relevan untuk dijadikan sebagai acuan pengukuran adalah variabelX2 dan
X3. X1 dan X4 tidak relevan untuk dijadikan acuan pengukuran kebangkrutan Bank
Perkreditan Rakyat di Indonesia.

D. CONTOH KASUS

Model multivariat merupakan suatu model yang mengkombinasikan beberapa rasio


keuangan secara bersama-sama (simultan) memprediksi kebangkrutan suatu
perusahaan. Model Z-Score merupakan salah satu model multivariat telah
11
Analisa Laporan Keuangan 12

dikembangkan oleh Edward Altman. Model ini dikembangkan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Altman. Pada penelitian ini, Altman memilih sampel beberapa
perusahaan yang bangkrut dan perusahaan yang sehat pada ukuran dan industri yang
sama. Kemudian menghitung sejumlah besar rasio keuangan yang diperkirakan secara
apriori menjelaskan kebangkrutan. Dengan menggunakan rasio keuangan sebagai
input, kemudian Model Multiple Discriminant Analysis (MDA) memilih serangkaian rasio
keuangan yang paling baik membedakan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak
bangkrut.
Hasil Model MDA meliputi serangkaian koefisien yang kemudian dikalikan dengan
rasio keuangan sebagai variabel prediktor kemudian dijumlahlkan dan
menghasilkan multivariate score (Z-Score). Ketentuan hasil temuan sebagai berikut:
1. Skor di bawah cut off point menunjukkan peluang bangkrut besar.
2. Skor di atas cut off point menunjukkan peluang bangkrut kecil.

Analisis multivariate menggunakan dua variabel atau lebih secara bersama-sama


dalam satu persamaan (Hanafi 2004:656). Di bagian lain Bappepam (2005: 19)
mengatakan analisis ini dapat mempermudah analisis atas kondisi keuangan
perusahaan daripada menghitung sekian banyak rasio keuangan secara individual lalu
menginterpretasi masing-masing rasio satu per satu.

Salah satu contoh analisis multivariate yang cukup terkenal adalah model
kebangkrutan yang dikembangkan oleh Edward Altman seorang professor of finance
dari New York University School of Business pada akhir 1960-an yang dikenal dengan
Altman Z-score. Model ini menggunakan analisis keuangan yang dibuat dengan
mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda-beda, yaitu (Rasio Modal
Kerja/Total Aktiva, Laba Ditahan/Total Aktiva, Earning Before Income and Tax/Total
Aktiva, Nilai Pasar Modal/Nilai Buku Hutang, Penjualan/Total Aktiva) untuk menentukan
potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Dari nilai Z-nya,
berdasarkan titik cut-off yang dilaporkan Altman.
Multiple Discriminant Analysis Altman atau yang biasa disebut Z-score Model
Altman menggunakan rasio keuangan yang mencakup rasio likuiditas perusahaan
seperti rasio lancar, rasio leverage perusahaan seperti rasio hutang terhadap modalnya,
rasio profitabilitas seperti rasio laba bersih terhadap modal atau akumulasi laba ditahan.
Dengan mendasarkan rasio kepada rasio keuangan tersebut, Z-score Model Altman
berhasil dipergunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan kedalam kelompok yang
mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk bangkrut atau kelompok perusahaan yang
kemungkinan mengalami bangkrut rendah. Z-score Model Altman memungkinkan untuk
memperkirakan kebangkrutan sampai dua tahun sebelum tiba saatnya.

Dari hasil penelitian Altman menemukan lima rasio keuangan yang dianggap paling
baik membedakan perusahaan yang sehat dan bangkrut. Kelima rasio keuangan
tersebut adalah:
1. Modal kerja bersih terhadap total aktiva (net working capital to total assets = X1)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan, dimana
hasil pengukurannya menunjukkan struktur aktiva perusahaan. Semakin besar rasio
ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini
maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
Analisa Laporan Keuangan

Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT Timah Tbk sebagaimana


ditunjukkan pada Tabel 1.1

Total Aktiva Total


Tah Total Aktiva Rasi
Lancar Kewajiban Lancar
un (Rp 000) o X1
(Rp 000) (Rp 000)

2004 1.390.720.00 541.781.000 2.415.954.00 0,351


0 0

2005 1.638.683.00 896.153.000 2.748.157.00 0,270


0 0

Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh aktiva yang dimiliki


perusahaan terdapat modal kerja bersih sebesar 35,1% pada Tahun 2004 sedangkan
pada Tahun 2005, terdapat modal kerja bersih sebesar 27%. Hal ini menunjukkan
terjadi peningkatan risiko jangka pendek pada Tahun 2005 sebesar 8,1%.

2. Laba ditahan terhadap total aktiva (retained earnings to total assets = X2)
Rasio ini menunjukkan profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya
menunjukkan tingkat penggunaan laba ditahan untuk membiayai aktiva perusahaan.
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT Timah Tbk sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 1.2

Laba Ditahan Total Aktiva


Tahun Rasio X2
(Rp 000) (Rp 000)

2004 1.122.995.000 2.415.954.000 0,464

2005 1.147.223.000 2.748.157.000 0,417

Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh aktiva yang dimiliki


perusahaan dapat dibiayai dari laba ditahan (saldo laba) sebesar 46,4% pada Tahun
2004 sedangkan pada Tahun 2005, dapat dibiayai dari laba ditahan sebesar
41,7%. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan profitabilitas pada Tahun 2005
sebesar 4,7%.

3. Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva (earnings before interest and
taxes to total assets = X3)
Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana hasil
pengukurannya menunjukkan tingkat produktivitas aktiva yang diinvestasikan
perusahaan dalam menghasilkan laba operasi perusahaan.
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT Timah Tbk sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 1.3

13
Analisa Laporan Keuangan 14

Laba sebelum Bunga & Pajak Total Aktiva


Tahun Rasio X3
(Rp 000) (Rp 000)

2004 324.058.000 2.415.954.000 0,134

2005 232.086.000 2.748.157.000 0,084

Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh aktiva yang diinvestasikan


dapat menghasilkan laba operasi sebesar 13,4% pada Tahun 2004 sedangkan pada
Tahun 2005, dapat menghasilkan laba operasi sebesar 8,4%. Hal ini menunjukkan
terjadi penurunan profitabilitas pada Tahun 2005 sebesar 5%.

4. Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku kewajiban (market value of equity to book
value of liabilities = X4)
Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang perusahaan serta
penilaian terhadap profitabilitas, dimana hasil pengukurannya menunjukkan struktur
pendanaan yang digunakan untuk membiayai seluruh aktiva perusahaan. Semakin
besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil
rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT Timah Tbk sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 1.4

Nilai Pasar Ekuitas Nilai Buku Kewajiban


Tahun Rasio X4
(Rp 000) (Rp 000)

2004 999.999.999 906.648.000 1,10

2005 999.999.999 1.213.866.000 0,82

Rasio tersebut menunjukkan bahwa struktur pendanaan yang dimiliki perusahaan adalah
untuk setiap Rp 1 utang berbanding Rp 1,1 ekuitas pada Tahun 2004 sedangkan pada Tahun 2005,
untuk setiap Rp 1 utang berbanding Rp 0,82 ekuitas. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan risiko
jangka panjang pada Tahun 2005.

5. Penjualan terhadap total aktiva (sales to total assets = X5)


Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya
menunjukkan tingkat produktivitas aktiva yang diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan.
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT Timah Tbk sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 1.5

Penjualan Bersih Total Aktiva


Tahun Rasio X5
(Rp 000) (Rp 000)

2004 2.812.416.000 2.415.954.000 1,16

2005 3.396.150.000 2.748.157.000 1,24


Analisa Laporan Keuangan

Rasio tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap Rp 1 aktiva yang diinvestasikan dapat
menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 1,16 pada Tahun 2004 sedangkan pada Tahun 2005,
dapat menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 1,24. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan
produktivitas pada Tahun 2005.

Berdasarkan rasio keuangan tersebut sebagai variabel prediktor ditemukan model prediksi
sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 9.1.

Tabel 1.6 Standar Penilaian (Cut off point) Model Z-Score


Ukuran Keterangan
Z-Score < 1,81 Peluang bangkrut besar
Z-Score > 3,00 Peluang bangkrut kecil
1,81 ≤ Z-Score ≤ 3,00 Daerah abu-abu

Berdasarkan hasil penghitungan rasio-rasio keuangan setiap variabel prediktor sebagaimana


ditunjukkan pada Tabel 1.1 s/d Tabel 1.5 di atas maka dapat dihitung Z-Score PT Timah Tbk
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 9.13.

Tabel 1.7 Penghitungan Z-Score Prediksi Kebangkrutan Perusahaan


(Sampel PT Timah Tbk)

Tabel 1.7 di atas menunjukkan bahwa pada Tahun 2004, perusahaan ini berpeluang bangkrut
kecil sedangkan pada Tahun 2005 berada pada daerah abu-abu yang lebih cenderung pada
berpeluang bangkrut kecil.

E. DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno. 2013. Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta .


ekonisia.

http://eprints.ums.ac.id/48809/3/BAB%20I.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/163156-ID-analisis-kebangkrutan-pada-pt-
sumalindo.pdf

https://www.kompasiana.com/dristia/5de66d92097f360aed6049a2/pentingnya-bagi-
perusahaan-untuk-melakukan-analisis-kebangkrutan

http://eprints.polsri.ac.id/2651/3/Bab%202.pdf

https://www.kompasiana.com/relovanioh/5ddd657bd541df4e0525d9b2/mengenal-
manfaat-dan-cara-menganalisis-kebangkrutan-bagi-investor?page=all
15
Analisa Laporan Keuangan 16

https://core.ac.uk/download/pdf/12348294.pdf

https://www.kompasiana.com/aldiandalas7517/5ddbaa9cd541df7277242083/altman-z-
score-model-untuk-memprediksi-kebangkrutan-perusahaan

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39735/1/MUTHIA%20RAHMA
H-FEB.pdf

http://repository.unusa.ac.id/3394/1/Analisis%20Altman%20Z-
Score%2C%20Grover%20Score%2C%20Springate%20dan%20Zmijewski%20s
ebagai%20Signaling%20Financial%20Distress%20%28Studi%20Empiris%20In
dustri%20Barang-Barang%20Konsumsi%20di%20Indonesia%29.pdf

https://www.google.co.id/search?safe=strict&biw=1366&bih=630&ei=9oyKX5XHLL7Uz7
sP1IiSiA4&q=c%29%09materi+Pergitungan+Sprigate+dan+Grover&oq=c%29%
09materi+Pergitungan+Sprigate+dan+Grover&gs_lcp=CgZwc3ktYWIQAzoECA
AQRzoCCAA6BggAEBYQHjoOCAAQ6gIQtAIQmgEQ5QI6BwghEAoQoAFQjqs
SWOCmE2CxqBNoAXACeAOAAZMCiAHMGZIBBjAuMTYuNJgBAKABAaABA
qoBB2d3cy13aXqwAQbIAQfAAQE&sclient=psy-
ab&ved=0ahUKEwiVmr_r_brsAhU-6nMBHVSEBOEQ4dUDCAw&uact=5#

http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/download/2748/314
0

https://media.neliti.com/media/publications/178279-ID-analisis-kondisi-kebangkrutan-
dengan-mod.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/1434/6/5MM01564.pdf

http://irmajhe.blogspot.com/2014/03/analisis-prediksi-kebangkrutan.html

https://medium.com/@indotesis/pengertian-tanda-dan-faktor-penyebab-kebangkrutan-
b4f889da7ac3
https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-keuangan-manajemen-keuangan/analisis-rasio-
keuangan-perusahaan/analisis-kebangkrutan-perusahaan-metoda-z-score/

Anda mungkin juga menyukai