DOSEN PENGAMPU
POPPY CAMENIA JAMIL S.E.,M.S.M
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TAHUN AJARAN 2020-2021
“TEORI KEBANGKRUTAN”
A. Teori Kebangkrutan
1. Kegagalan ekonomi
Kegagalan ekonomi (Economic Distressed) berarti bahwa perusahaan kehilangan
uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, berarti
tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas
perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya
dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan.
2. Kegagalan keuangan
Kegagalan keuangan (Financial Distressed) mempunyai makna kesulitan dana baik
dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian
asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar
tidak terkena kegagalan keuangan. Kegagaln keuangan bisa juga diartikan sebagai
insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham.
Suatu perusahaan yang mengandalkan hutang di dalam menghadapi kegiatan operasi dan
kegiatan operasinya, akan berada dalam keadaan yang kritis. Karena, apabila pada suatu
saat perusahaan mengalami penurunan hasil operasi maka perusahaan tersebut akan
mendapatkan kesulitan di dalam menyelesaikan kewajibannya.
Selain itu indikator yang dapat diamati oleh pihak ekstern, antara lain:
masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyak perusahaan yang tidak go
public, dengan demikian perusahaan tersebut tidak mempunyai nilai pasar. Untuk
beberapa Negara seperti Indonesia, perusahaan merupakan bagian terbesar yang ada.
Altman kemudian mengembangkan model alternative dengan menggantikan nilai
pasar dengan nilai buku modal saham. Dengan cara demikian, model tersebut bisa
dipakai baik untuk perusahaan yang go public maupun yang tidak go public.
Persamaan yang diperoleh semacam itu adalah sebagai berikut:
Dimana :
X1 = working capital/total aktiva
X2 = Laba ditahan/total aktiva
X3 = EBIT/total aktiva
X4 = nilai buku modal saham/nilai buku total utang
X5 = sales/total aktiva
Z= overall index
2. Model springate
Model ini diperkenalkan oleh Gordon L.V. Springate pada tahun 1978. Model
ini merupakan pengembangan dari model altman dan model ini dikembangkan
dengan multiple discriminant analysis (MDA). Pada awalnya, pada model ini
menggunakan 19 rasio keuangan yang popular, Tetapi setelah melakukan pengujian
akhirnya springate memiliki 4 rasio yang digunakan untuk menentukan apakah
perusahaan termasuk perusahaan yang sehat atau bangkrut.
Model ini memiliki keakuratan 92,5% dengan menggunakan 40 perusahaan
sebagai sampel yang digunakan oleh springate. Persamaan model yang dikemukakan
oleh springate ini adalah:
Dimana:
A= working capital/total assets
B= earning before interest tax/total assets
C= earning before tax/current liabilities
D= sales/total assets
Kriteria untuk persamaan model springate ini adalah Jika nilai Z<0,862 maka
perusahaan termasuk perusahaan bangkrut, dan apabila nilai Z>0,862 maka
perusahaan dikategorikan termasuk perusahaan sehat. Model ini memiliki keakuratan
92,5% dalam Tes yang dilakukan springate.
3. Model Zmijewski
Model prediksi yang dihasilkan oleh Zmijewski pada tahun 1983 merupakan
hasil riset selama 20 tahun yang telah ulang. Model ini menggunakan analisa rasio
yang mengukur kinerja, leverage, dan likuiditas suatu perusahaan. Model Ini
menghasilkan rumus sebagai berikut:
Dimana:
X1 = ROA (Return On Assets) atau Net Income/total assets
X2 = Leverage (Debt Ratio) atau Total Liabilities//total assets
X3 =Likuiditas (Current Ratio) atau Current assets/current liabilities
Jika skor yang diperoleh sebuah perusahaan dari model prediksi kebangkrutan
ini melebihi 0 maka perusahaan diprediksi berpotensi mengalami kebangkrutan.
Sebaliknya, jika sebuah perusahaan memiliki skor yang kurang dari 0 maka
perusahaan diprediksi tidak berpotensi untuk mengalami kebangkrutan. Zmijewski
telah mengukur keakuratan modelnya dengan nilai akurasi 94,9%.