Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN – MMT ITS

TEMA : FINANCIAL DISTRESS (KESULITAN KEUANGAN)

Yusuf Hartoyo
09211750026005

ANALISIS PERUSAHAAN YANG DIPREDIKSI


MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS
MENURUT METODE ALTMAN Z-SCORE
(Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia 2012-2014)

DOSEN PENGAJAR
Dr. Wisudanto, SE, MM, CFP

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI


BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PROYEK
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Financial Distress


Financial Distress atau kesulitan keuangan adalah suatu kondisi keuangan perusahaan
sedang dalam masalah, krisis atau tidak sehat yang terjadi sebelum perusahaan
mengalami kebangkrutan. Financial distress terjadi ketika perusahaan gagal atau tidak
mampu lagi memenuhi kewajiban debitur karena mengalami kekurangan dan
ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya lagi.
Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan umumnya mengalami penurunan dalam
pertumbuhan, kemampulabaan, dan aset tetap, serta peningkatan dalam tingkatan
persediaan relatif terhadap perusahaan yang sehat (Kahya dan Theodossiou, 1999).
Financial Distress juga ditandai dengan adanya penundaan pengiriman, kualitas
produk yang menurun, dan penundaan pembayaran tagihan dari bank. Apabila kondisi
financial distress ini diketahui, diharapkan dapat dilakukan tindakan untuk memperbaiki
situasi tersebut sehingga perusahaan tidak akan masuk pada tahap kesulitan yang lebih
berat seperti kebangkrutan ataupun likuidasi.
Berikut ini beberapa pengertian financial distress dari beberapa sumber buku:
Menurut Brigham dan Daves (2003), kesulitan keuangan (financial distress) dimulai
ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus
kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi
kewajibannya.
Menurut Darsono dan Ashari (2005), Financial distress atau kesulitan keuangan dapat
diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya
pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan.
Menurut Platt dan Platt (2002), Financial distress adalah tahap penurunan kondisi
keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum terjadinya
kebangkrutan ataupun likuidasi.
Menurut Gamayuni (2011), financial distress adalah keadaan kesulitan keuangan atau
likuiditas yang mungkin merupakan awal dari terjadinya kebangkrutan.
Tahap awal kebangkrutan bisnis yang terjadi dalam perusahaan biasanya diawali
terjadinya kesulitan keuangan (Financial distress). Diperlukan suatu early warning
system yang dapat memprediksi kebangkrutan. Dasar dalam mendiagnosa kebangkrutan
adalah memonitor dan menguji kondisi finansial perusahaan dan tujuan utamanya adalah
menemukan sinyal awal kebangkrutan dan membangun usaha untuk menghindari
terjadinya kebangkrutan. Pada masa krisis ekonomi global saat ini yang dalam hal ini
terjadi penurunan siklus ekonomi, penyebab utama kebangkrutan berasal dari faktor
eksternal yaitu inflasi, sistem pajak dan hukum, depresiasi mata uang asing, dan alasan
lainnya. Faktor internal antara lain kurangnya pengalaman manajemen, kurangnya
pengetahuan dalam mempergunakan asset dan liabilities secara efektif (Sagho dan
Merkuriswati,2014).

1.2 Jenis dan Kategori Financial Distress


Menurut Gamayuni (2011), terdapat lima bentuk kesulitan keuangan atau financial
distress, yaitu sebagai berikut:
 Economic failure. Suatu keadaan pendapatan perusahaan tidak dapat menutup total
biaya perusahaan, termasuk biaya modal.
 Business failure. Suatu keadaan perusahaan menghentikan kegiatan operasional
dengan tujuan mengurangi (akibat) kerugian bagi kreditor.
 Technical insolvency. Suatu keadaan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo.
 Insolvency in bankruptcy. Suatu keadaan nilai buku dari total kewajiban melebihi
nilai pasar aset perusahaan.
 Legal bankruptcy. Suatu keadaan perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum.

Menurut Fahmi (2011), secara umum membagi financial distress atau kesulitan keuangan
menjadi empat kategori, yaitu sebagai berikut:
 Financial distress kategori A (sangat tinggi dan benar-benar membahayakan)
Kategori ini memungkinkan perusahaan dinyatakan untuk berada di posisi bangkrut
atau pailit. Pada kategori ini memungkinkan pihak perusahaan melaporkan ke pihak
terkait seperti pengadilan bahwa perusahaan telah berada dalam posisi bankruptcy
(pailit). Dan menyerahkan berbagai urusan untuk ditangani oleh pihak luar
perusahaan.
 Financial distress kategori B (tinggi dan dianggap berbahaya)
Pada posisi ini perusahaan harus memikirkan berbagai solusi realistis dalam
menyelamatkan berbagai aset yang dimiliki, seperti sumber-sumber aset yang ingin
dijual dan tidak dijual/dipertahankan. Termasuk memikirkan berbagai dampak jika
dilaksanakan keputusan merger (penggabungan) dan akuisisi (pengambilalihan).
Salah satu dampak yang sangat nyata terlihat pada posisi ini adalah perusahaan mulai
melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan pensiun dini pada beberapa
karyawannya yang dianggap tidak layak (infeasible) lagi untuk dipertahankan.
 Financial distress kategori C (sedang dan dianggap masih bisa menyelamatkan diri)
Pada kondisi ini perusahaan sudah harus melakukan perombakan berbagai kebijakan
dan konsep manajemen yang diterapkan selama ini, bahkan jika perlu melakukan
perekrutan tenaga ahli baru yang dimiliki kompetensi yang tinggi untuk ditempatkan
di posisi-posisi strategis yang bertugas mengendalikan dan menyelamatkan
perusahaan, termasuk target dalam menggenjot perolehan laba kembali.
 Financial Financial distress kategori D (rendah)
Pada kategori ini perusahaan dianggap hanya mengalami fluktuasi finansial temporer
yang disebabkan oleh berbagai kondisi eksternal dan internal, termasuk lahirnya dan
dilaksanakan keputusan yang kurang begitu tepat.

1.3 Penyebab Financial Distress


Menurut Fachrudin (2008), penyebab kesulitan keuangan atau financial distress
dijelaskan dalam Trinitas Penyebab kesulitan keuangan, yaitu sebagai berikut:
 Neoclassical Model
Financial distress dan kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya di dalam
perusahaan tidak tepat. Manajemen yang kurang bisa mengalokasikan sumber daya
(aset) yang ada di perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan.
 Financial Model
Pencampuran aset benar tetapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints.
Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka
panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek.
 Corporate Governance Model
Menurut model ini, kebangkrutan mempunyai campuran aset dan struktur keuangan
yang benar tapi dikelola dengan buruk. Ketidak-efisien ini mendorong perusahaan
menjadi Olt of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola
perusahaan yang tak terpecahkan.
Sedangkan menurut Hanafi (2004), penyebab kesulitan keuangan atau financial distress
dijelaskan dalam tabel di bawah ini:

Selain itu, menurut Hanafi (2004), terdapat beberapa penyebab lain terjadinya kesulitan
keuangan khususnya pada kelompok usaha kecil, yaitu sebagai berikut:
a. Struktur permodalan yang kurang
 Kekurangan modal untuk membeli barang modal dan peralatan
 Kekurangan modal untuk memanfaatkan barang persediaan yang dijual dengan
potongan kuantitas, atau jenis potongan lainnya
b. Menggunakan peralatan dan metode bisnis yang ketinggalan jaman
 Gagal menerapkan pengendalian persediaan
 Tidak dapat melakukan pengendalian kredit
 Kurang memadainya catatan akuntansi
c. Ketiadaan perencanaan bisnis
 Ketidakmampuan mendeteksi dan memahami perubahan pasar
 Ketidakmampuan memahami perubahan kondisi ekonomi
 Tidak menyiapkan rencana untuk situasi darurat atau di luar dugaan
 Ketidakmampuan mengantisipasi dan merencanakan kebutuhan keuangan
d. Kualifikasi pribadi
 Kurangnya pengetahuan bisnis
 Tidak ingin bekerja terlalu keras
 Tidak ingin mendelegasikan tugas dan wewenang
 Ketidakmampuan memelihara hubungan baik dengan konsumen
Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan. Ada indikasi awal dari
perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih awal jika laporan keuangan dianalisis
secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai
indikasi adanya kebangkrutan diperusahaan. Kebangkrutan atau kepailitan biasanya diartikan
sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan
laba sesuai dengan tujuan utamanya yaitu memaksimalkan laba. Menurut UU RI No.4 Tahun
1998 bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya
satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
pengadilan baik atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan seseorang atau lebih
krediturnya. Adanya ancamanan permasalahan tersebut membuat para manajer harus berpikir
keras mengenai strategi untuk mengantisipasi kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya
permasalahan keuangan yang mungkin menyerang perusahaan. Seperti contohnya ketika
krisis keuangan terjadi tahun 1998 membuat banyak perusahaan mengalami kesulitan
keuangan karena banyak perusahaan yang memiliki hutang pada pihak ketiga, dimana pada
saat itu bunga hutang melonjak sangat tinggi karena adanya krisis, sehingga jumlah
kewajiban mereka pun ikut tinggi. Untuk dapat mengenali tanda-tanda kebangkrutan suatu
perusahaan bisa dilihat dari laporan keuangan (Peter dan Yoseph, 2011).

1.4 Cara Memprediksi Financial Distress


Menurut Syaryadi (2012), Altman’s Z-score atau Altman Bankrupty Prediction Model Z-
score adalah model yang memberikan rumus untuk menilai kapan perusahaan akan
bangkrut. Dengan menggunakan rumus yang diisi (interplasi) dengan rasio keuangan
maka akan diketahui angka tertentu yang ada menjadi bahan untuk memprediksi kapan
kemungkinan perusahaan akan bangkrut.
Rumus untuk menghitung Nilai Z-Score untuk Model Altman’s Z-score yaitu:

Nilai cut-off adalah Z<1,81


perusahaan masuk kategori
bangkrut; 1,81<Z-Score<2,99
perusahaan masuk wilayah
abu-abu (grey area atau zone of
ignorance) atau daerah rawan
dan Z>2,99 perusahaan tidak
bangkrut.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS

Masalah keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang berdampak pada
kebangkrutan perusahaan. Perusahaan yang mengalami kesulitan dalam pembayaran
hutang jangka pendek atau dapat disebut sebagai masalah likuiditas memungkinkan
perusahaan masuk dalam kondisi kesulitan keuangan atau financial distress. Untuk
mengetahui kondisi tersebut maka dapat menggunakan metode Altman-Z-Score. Metode
Altman Z-Score dapat menunjukkan kondisi dari suatu perusahaan apakah perusahaan
tersebut berada dalam kondisi kesulitan keuangan atau tidak dan dapat juga digunakan
sebagai peringatan awal agar perusahaan dapat terhindar dari kebangkrutan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dimana hanya mengukur
kondisi masing-masing perusahaan tanpa mencari hubungan atau pengaruh perusahaan
satu dengan perusahaan lainnya. Obyek penelitian yaitu perusahaan sektor pertambangan
di Indonesia yang dipilih melalui tahap purposive sampling atau sesuai dengan kriteria,
yaitu perusahaan sektor pertambangan yang go public dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. serta mempunyai audit laporan keuangan yang tersedia sebagai data sekunder.
Hasil analisis hanya ada dua perusahaan yang dominan berada dalam zona aman yaitu
perusahaan PTBA (Bukit Asam Tbk PT) dan ANTM (Aneka Tambang Tbk PT),
sedangkan yang dominan berada dalam zona abuabu yaitu perusahaan PKPK (Perdana
Karya Perkasa Tbk PT) dan ELSA (Elnusa Tbk PT) yang dapat juga memungkinkan
mengalami rawan kesulitan keuangan ataupun kebangkrutan, sedangkan perusahaan
RUIS (Radiant Utama Interinsco Tbk PT) yang konsisten dominan dalam zona kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kajianpustaka.com/2018/10/financial-distress-kesulitan-keuangan.html
Kamis, 18 Oktober 2018

Kahya, E. & Theodossiou, P. 1999. Predicting Corporate Financial Distress: a Time-


Series CUSUM Methodology. Review of Quantitative Finance and Accounting

Brigham, E.F. & Daves, P.R. 2003. Intermediate Financial Management with Thomson
One. United States of America: Cengage South-Western

Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.


Yogyakarta: Andi

Platt, H. & Platt,M.B. 2002. Predicting Financial Distress. Journal of Financial Service
Professionals

Gamayuni, R. R. 2011. Analisis Ketepatan Model Altman Sebagai Alat Untuk


Memprediksi Kebangkrutan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 16 No.2

Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta

Fachrudin, Khaira Amalia. 2008. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal.


Medan: USU Press

Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN

Syaryadi, Fikri. 2012. Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Financial Distress


Perusahaan Industry Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jakarta: Digilib.polsri.ac.id

Altman E.I (2000) “Predicting Financial distress of Companies : Revisting the ZScore
and Zeta Models”. 15-22

Altman, E. 1968.Financial Ratio Discriminant Analysis and The Prediction of


Corporate Bankruptcy.Journal of Finance Vol XXIII No.4, pp. 589–610

Altman, Edward I. 1984. Corporate Financial distress: A Complete Guide to Predicting,


Avoiding, and Dealing With Bancruptcy. USA: John Willey & Sons

Bringham, Eugene F dan Weston, J Fred. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan


Edisi 11 Buku 2, Terjemahan oleh Ai Akbar Yulianto. Salemba Empat. Jakarta

Chalendra Prasetya Agusti, 2013. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kemungkinan


Terjadinya Financial Distress”. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis, Universitas
Diponegoro, Semarang
Esmeralda O.Lyn, M. Petrova, A. S.Spieler. (2004). Does corporate governance impact
the probability and resolution of financial distress, Department of Finance, Warrington
SchoolBusiness, University of Florida and Frank G. Zarb school of Business Hofstra
University, New York

Financial Markets, Institutions & InstrumentsVol.6 No. 2. 1984. The Success of


Business Failure Prediction Models: An International Survey. Journal Banking and
Finance(June): 171-198

Fithri Aulia Daswir. 2010. “Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Yang Listing
Di Daftar Efek Syariah (Des) Menurut Model Z-Altman”. Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Handiko Suharso. 2013. “Analisis Potensi Kebangkrutan Pada Pt Indosat Tbk Periode
2008 – 2012 Dengan Metode Altman Z-Score”. Fakultas Ekonomi, Universitas
Gunadarma

Kartikawati, S. 2010.Analisis Z-Score Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Untuk


Memprediksi Kebangkrutan, pada Tujuh Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Jakarta. Jurnal Universitas Gunadarma

Khairunnisa Rafli Putri, Makhdalena,dan Gani Haryana. 2014. “Analisis Rasio


Keuangan Dengan Model Altman Z-Score Revisi Dalam Memprediksi Potensi
Kebangkrutan Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau

Kosasih, 2010.Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster Pada


Perusahaan Textile dan Garment Go Public di Bursa Efek Indonesia (periode 2007-
2009)

Maria Florida Sagho, Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati , 2014. “Penggunaan Metode
Altman Z-Score Modifikasi Untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia”.Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali,
Indonesia

Maria Florida Sagho, Ni Ketut Lely Merkusiwaty, 2014. “Penggunaan Metode Altman
Z-Score Modifikasi Untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia”.Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia

Muhammad Nur Rhomadhona, 2013. Analisis Perbandingan Kebangkrutan Model


Altman, Model Springate, dan model Zmijewski pada Perusahaan yang Tergabung
dalam Grup Bakrie yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012. Jurnal
Universitas Negri Surabaya Munawir, S. 2007Analisa Laporan Keuangan Edisi 4.
Yogyakarta, Penerbit : Liberty

Peter., dan Yoseph. (2011). “Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Z-score Altman,
Springate Dan Zmijewski Pada PT.Indofood Sukses Makmur tbk Periode 2005-
2009”.Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun ke 2 Januari April 2011
Pradhan, Roil. (2011). “Prediction Of Z Score For Private Sector Banking Firms”.
International Referred Research Journal,July,2011,ISSN-0975-3486,VOL-II

Ramadhani, Ayu Suci dan Niki Lukviarman. 2009. “Perbandingan Analisis Prediksi
Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, Dan Altman
Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal Siasat
Bisnis, Vol. 13, No. 1, pp. 15-28

Risco Ch.S. Ondang. 2010. “Analisis Financial Distress Dengan Menggunakan Metode
Altman Z-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan”. Fakultas
Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Universitas Telkom

Stevany Anthoneta Kneefel dan Yunita Mandagie. 2014. “Analisis Z-Score Pada
Perusahaan Food & Beverages Yang Terdaftar Di Bei Periode 2011 – 2013”. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen, Universitas Sam Ratulangi Manado

Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 2010. Manajemen Keuangan, Alih Bahasa
oleh A. Jaka Wasana dan Kibrandoko, Edisi Revisi, Jilid 1 dan 2. Binarupa Aksara,
Jakarta

https://www.neliti.com/publications/266076/analisis-perusahaan-yang-diprediksi
mengalami-financial-distress-menurut-metode-Altman Z-Score (Studi Kasus pada
Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014), Maret
2016

Anda mungkin juga menyukai