Yusuf Hartoyo
09211750026005
DOSEN PENGAJAR
Dr. Wisudanto, SE, MM, CFP
Menurut Fahmi (2011), secara umum membagi financial distress atau kesulitan keuangan
menjadi empat kategori, yaitu sebagai berikut:
Financial distress kategori A (sangat tinggi dan benar-benar membahayakan)
Kategori ini memungkinkan perusahaan dinyatakan untuk berada di posisi bangkrut
atau pailit. Pada kategori ini memungkinkan pihak perusahaan melaporkan ke pihak
terkait seperti pengadilan bahwa perusahaan telah berada dalam posisi bankruptcy
(pailit). Dan menyerahkan berbagai urusan untuk ditangani oleh pihak luar
perusahaan.
Financial distress kategori B (tinggi dan dianggap berbahaya)
Pada posisi ini perusahaan harus memikirkan berbagai solusi realistis dalam
menyelamatkan berbagai aset yang dimiliki, seperti sumber-sumber aset yang ingin
dijual dan tidak dijual/dipertahankan. Termasuk memikirkan berbagai dampak jika
dilaksanakan keputusan merger (penggabungan) dan akuisisi (pengambilalihan).
Salah satu dampak yang sangat nyata terlihat pada posisi ini adalah perusahaan mulai
melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan pensiun dini pada beberapa
karyawannya yang dianggap tidak layak (infeasible) lagi untuk dipertahankan.
Financial distress kategori C (sedang dan dianggap masih bisa menyelamatkan diri)
Pada kondisi ini perusahaan sudah harus melakukan perombakan berbagai kebijakan
dan konsep manajemen yang diterapkan selama ini, bahkan jika perlu melakukan
perekrutan tenaga ahli baru yang dimiliki kompetensi yang tinggi untuk ditempatkan
di posisi-posisi strategis yang bertugas mengendalikan dan menyelamatkan
perusahaan, termasuk target dalam menggenjot perolehan laba kembali.
Financial Financial distress kategori D (rendah)
Pada kategori ini perusahaan dianggap hanya mengalami fluktuasi finansial temporer
yang disebabkan oleh berbagai kondisi eksternal dan internal, termasuk lahirnya dan
dilaksanakan keputusan yang kurang begitu tepat.
Selain itu, menurut Hanafi (2004), terdapat beberapa penyebab lain terjadinya kesulitan
keuangan khususnya pada kelompok usaha kecil, yaitu sebagai berikut:
a. Struktur permodalan yang kurang
Kekurangan modal untuk membeli barang modal dan peralatan
Kekurangan modal untuk memanfaatkan barang persediaan yang dijual dengan
potongan kuantitas, atau jenis potongan lainnya
b. Menggunakan peralatan dan metode bisnis yang ketinggalan jaman
Gagal menerapkan pengendalian persediaan
Tidak dapat melakukan pengendalian kredit
Kurang memadainya catatan akuntansi
c. Ketiadaan perencanaan bisnis
Ketidakmampuan mendeteksi dan memahami perubahan pasar
Ketidakmampuan memahami perubahan kondisi ekonomi
Tidak menyiapkan rencana untuk situasi darurat atau di luar dugaan
Ketidakmampuan mengantisipasi dan merencanakan kebutuhan keuangan
d. Kualifikasi pribadi
Kurangnya pengetahuan bisnis
Tidak ingin bekerja terlalu keras
Tidak ingin mendelegasikan tugas dan wewenang
Ketidakmampuan memelihara hubungan baik dengan konsumen
Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan. Ada indikasi awal dari
perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih awal jika laporan keuangan dianalisis
secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai
indikasi adanya kebangkrutan diperusahaan. Kebangkrutan atau kepailitan biasanya diartikan
sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan
laba sesuai dengan tujuan utamanya yaitu memaksimalkan laba. Menurut UU RI No.4 Tahun
1998 bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya
satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
pengadilan baik atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan seseorang atau lebih
krediturnya. Adanya ancamanan permasalahan tersebut membuat para manajer harus berpikir
keras mengenai strategi untuk mengantisipasi kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya
permasalahan keuangan yang mungkin menyerang perusahaan. Seperti contohnya ketika
krisis keuangan terjadi tahun 1998 membuat banyak perusahaan mengalami kesulitan
keuangan karena banyak perusahaan yang memiliki hutang pada pihak ketiga, dimana pada
saat itu bunga hutang melonjak sangat tinggi karena adanya krisis, sehingga jumlah
kewajiban mereka pun ikut tinggi. Untuk dapat mengenali tanda-tanda kebangkrutan suatu
perusahaan bisa dilihat dari laporan keuangan (Peter dan Yoseph, 2011).
Masalah keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang berdampak pada
kebangkrutan perusahaan. Perusahaan yang mengalami kesulitan dalam pembayaran
hutang jangka pendek atau dapat disebut sebagai masalah likuiditas memungkinkan
perusahaan masuk dalam kondisi kesulitan keuangan atau financial distress. Untuk
mengetahui kondisi tersebut maka dapat menggunakan metode Altman-Z-Score. Metode
Altman Z-Score dapat menunjukkan kondisi dari suatu perusahaan apakah perusahaan
tersebut berada dalam kondisi kesulitan keuangan atau tidak dan dapat juga digunakan
sebagai peringatan awal agar perusahaan dapat terhindar dari kebangkrutan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dimana hanya mengukur
kondisi masing-masing perusahaan tanpa mencari hubungan atau pengaruh perusahaan
satu dengan perusahaan lainnya. Obyek penelitian yaitu perusahaan sektor pertambangan
di Indonesia yang dipilih melalui tahap purposive sampling atau sesuai dengan kriteria,
yaitu perusahaan sektor pertambangan yang go public dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. serta mempunyai audit laporan keuangan yang tersedia sebagai data sekunder.
Hasil analisis hanya ada dua perusahaan yang dominan berada dalam zona aman yaitu
perusahaan PTBA (Bukit Asam Tbk PT) dan ANTM (Aneka Tambang Tbk PT),
sedangkan yang dominan berada dalam zona abuabu yaitu perusahaan PKPK (Perdana
Karya Perkasa Tbk PT) dan ELSA (Elnusa Tbk PT) yang dapat juga memungkinkan
mengalami rawan kesulitan keuangan ataupun kebangkrutan, sedangkan perusahaan
RUIS (Radiant Utama Interinsco Tbk PT) yang konsisten dominan dalam zona kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kajianpustaka.com/2018/10/financial-distress-kesulitan-keuangan.html
Kamis, 18 Oktober 2018
Brigham, E.F. & Daves, P.R. 2003. Intermediate Financial Management with Thomson
One. United States of America: Cengage South-Western
Platt, H. & Platt,M.B. 2002. Predicting Financial Distress. Journal of Financial Service
Professionals
Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN
Altman E.I (2000) “Predicting Financial distress of Companies : Revisting the ZScore
and Zeta Models”. 15-22
Fithri Aulia Daswir. 2010. “Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Yang Listing
Di Daftar Efek Syariah (Des) Menurut Model Z-Altman”. Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Handiko Suharso. 2013. “Analisis Potensi Kebangkrutan Pada Pt Indosat Tbk Periode
2008 – 2012 Dengan Metode Altman Z-Score”. Fakultas Ekonomi, Universitas
Gunadarma
Maria Florida Sagho, Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati , 2014. “Penggunaan Metode
Altman Z-Score Modifikasi Untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia”.Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali,
Indonesia
Maria Florida Sagho, Ni Ketut Lely Merkusiwaty, 2014. “Penggunaan Metode Altman
Z-Score Modifikasi Untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia”.Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
Peter., dan Yoseph. (2011). “Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Z-score Altman,
Springate Dan Zmijewski Pada PT.Indofood Sukses Makmur tbk Periode 2005-
2009”.Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun ke 2 Januari April 2011
Pradhan, Roil. (2011). “Prediction Of Z Score For Private Sector Banking Firms”.
International Referred Research Journal,July,2011,ISSN-0975-3486,VOL-II
Ramadhani, Ayu Suci dan Niki Lukviarman. 2009. “Perbandingan Analisis Prediksi
Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, Dan Altman
Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal Siasat
Bisnis, Vol. 13, No. 1, pp. 15-28
Risco Ch.S. Ondang. 2010. “Analisis Financial Distress Dengan Menggunakan Metode
Altman Z-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan”. Fakultas
Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Universitas Telkom
Stevany Anthoneta Kneefel dan Yunita Mandagie. 2014. “Analisis Z-Score Pada
Perusahaan Food & Beverages Yang Terdaftar Di Bei Periode 2011 – 2013”. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen, Universitas Sam Ratulangi Manado
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 2010. Manajemen Keuangan, Alih Bahasa
oleh A. Jaka Wasana dan Kibrandoko, Edisi Revisi, Jilid 1 dan 2. Binarupa Aksara,
Jakarta
https://www.neliti.com/publications/266076/analisis-perusahaan-yang-diprediksi
mengalami-financial-distress-menurut-metode-Altman Z-Score (Studi Kasus pada
Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014), Maret
2016