Anda di halaman 1dari 10

MODUL

KEWIRAUSAHAAN 1

BISNIS MODEL

Fakultas : Universitas Dian Nusantara


Program studi : MKCU

Tatap Muka

15
Kode Matakuliah : U1119004
Disusun oleh : Vely Randyantini, SE., MM
ABSTRAK TUJUAN
Suatu usaha tidak selalu berkembang dengan baik
sebagaimana diharapkan. Dalam praktik, banyak
usaha yang mengalami kegagalan. Kegagalan
bisnis tidak terbatas pada satu industri atau
perusahaan tertentu, tapi dapat dialami oleh semua
Mahasiswa dapat menjelaskan bisnis
industri atau perusahaan. Mencari laba yang
model.
semaksimal mungkin adalah tujuan berdirinya
perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam
mencapai visi dan misinya sangat dipengaruhi oleh
kinerja produk yang dihasilkan.
PEMBAHASAN

 Pendahuluan
Suatu usaha tidak selalu berkembang dengan baik sebagaimana diharapkan.
Dalam praktik, banyak usaha yang mengalami kegagalan. Kegagalan bisnis tidak
terbatas pada satu industri atau perusahaan tertentu, tapi dapat dialami oleh semua
industri atau perusahaan. Kegagalan usaha sebenarnya bisa menjadi tonggak awal
menuju sukses. Dengan kegagalan, kita dapat belajar dari kesalahan dan lebih mapan
pengalaman. Banyak usaha semakin maju setelah didera masalah.
Mencari laba yang semaksimal mungkin adalah tujuan berdirinya perusahaan.
Kemampuan perusahaan dalam mencapai visi dan misinya sangat dipengaruhi oleh
kinerja produk yang dihasilkan.
Menjual produk dengan harga sesuai dengan kualitas dan yang diinginkan
konsumen dapat mampu bersaing dengan kompetitor lainnya. Strategi pemasaran adalah
serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha
pemasaran perusahaan dari waktu ke watu, pada masing-masing tingkatan dan acuan
serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi
lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah.

 Berakhirnya Suatu Usaha: Bangkrut


Kegagalan keuangan perusahaan adalah ketidakmampuan suatu perusahaan
untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan
kebangkrutan. Suatu perusahaan dinyatakan bangkrut apabila perusahaan gagal dalam
menjalankan operasi usaha untuk mencapai tujuannya.
Menurut Karina (2014:19), kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi
dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya”. Kondisi ini
biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan
tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara
lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai
indikasi adanya kebangkrutan di perusahaan. Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan
yang terjadi pada sebuah perusahaan. Kegagalan didefinisikan dalam beberapa
pengertian.
1. Kegagalan ekonomi (Economic Distressed)
Kegagalan dalam ekonomi artinya bahwa perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat
labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih
kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan
tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan.
2. Kegagalan keuangan (Financial Distressed)
Pengertian financial distressed mempunyai makna kesulitan dana baik dalam
arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagai asset
liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak
terkena financial distressed. Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang
berada di Negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan
ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin
tadinya sudah sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut. Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli tersebut, bahwa kebangkrutan merupakan kondisi perusahaan
yang tidak sehat dalam melanjutkan usahanya dikarenakan ketidakmampuan dalam
bersaing sehingga mengakibatkan penurunan profitabilitas. Emiten atau perusahaan
publik yang gagal atau tidak mampu menghindari kegagalan untuk membayar
kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi, maka emiten atau
perusahaan publik wajib menyampaikan laporan mengenai pinjaman termasuk jumlah
pokok dan bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, penggunaan
pinjaman dan alasan kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan
kepada Bapepam dan Bursa Efek. Emiten atau perusahaan publik tercatat secepat
mungkin paling lambat akhir hari kedua sejak emiten atau perusahaan publik
mengalami kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan untuk menghindari
kegagalan dimaksud (Yani dkk, 2004:14).
Menurut Darsono dkk, (2005:101) “kesulitan keuangan dapat diartikan
sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada
saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan”. Kebangkrutan terjadi
bila semua utang perusahaan melebihi nilai wajar aset totalnya. Suatu perusahaan
dianggap gagal keuangan apabila tingkat pengembalian yang diperoleh perusahaan
lebih kecil dari total biaya yang dikeluarkan dalam jangka panjang. Kesulitan keuangan
yang terus-menerus dihadapi perusahaan karena biaya yang dikeluarkan melebihi dari
pendapatannya akan mengancam kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka
panjang. Analisis kebangkrutan diperlukan untuk memperoleh peringatan awal
kebangkrutan. Alat pendeteksi dini kebangkrutan dibutuhkan untuk melihat tandatanda
awal kebangkrutan. Semakin awal tanda kebangkrutan diperoleh, semakin baik bagi
manajemen karena pihak manajemen dapat melakukan berbagai langkah perbaikan
sebagai upaya pencegahan. Kreditur dan pemegang saham dapat melakukan
persiapan untuk menghadapi berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Faktor Penyebab Kegagalan Usaha


Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami kegagalan,
diantaranya adalah faktor ekonomi, kesalahan manajemen, dan bencana alam.
Perusahaan yang mengalami kegagalan dalam operasinya akan berdampak pada
kesulitan keuangan perusahaan (Sudana, 2011).
Zimmerer mengemukakan ada beberapa faktor penyebab kegagalan dalam
menjalankan usaha, yaitu:
1. Ketidakmampuan Manajemen; Dalam bisnis kecil, kurangnya pengalaman
manajemen atau lemahnya kemampuan pengambilan keputusan merupakan masalah
utama dari kegagalan usaha. Pemilik usaha kurang memiliki kemampuan
kepemimpinan dan pengetahuan yang diperlukan agar bisnis bisa berjalan.
2. Kurang Pengalaman; Manajer bisnis kecil perlu memiliki pengalaman dalam bidang
usaha yang akan dimasukinya. Idealnya, calon wirausahawan harus memilki
keterampilan teknis yang memadai (pengalaman kerja mengenai konsep
pengoperasian fisik bisnis dan kemampuan konsep yang mencukupi), kemampuan
mengkoordinasi berbagai kegiatan bisnis, serta keterampilan untuk mengelola orang-
orang dalam organisasi serta memotivasi mereka untuk meningkatkan kinerja.
3. Lemahnya Kendali Keuangan; Kunci dari keberhasilan bisnis adalah adanya kendali
keuangan yang baik. Sementara itu, perusahaan kecil seringkali melakukan dua
kesalahan keuangan, yakni kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakan kredit
terhadap pelanggan.
4. Gagal Mengembangkan Perencanaan yang Strategis; Tanpa memiliki suatu
strategi yang didefinisikan dengan jelas, sebuah bisnis tidak memiliki dasar yang
berkesinambungan untuk menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing di pasar.
5. Pertumbuhan Tidak Terkendali; Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah,
sehat, dan didambakan oleh semua perusahaan. Namun demikian, pertumbuhan
haruslah terencana dan terkendali. Hal itu dikarenakan cenderung meningkatnya
berbagai masalah dengan berkembangnya perusahaan sehingga manajer harus
belajar menangani masalah-masalah tersebut.
6. Lokasi yang Buruk; Pemilihan lokasi yang tepat harus dipilih berdasarkan penelitian,
pengamatan, dan perencanaan. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan besarnya biaya
sewa yang harus dibayar. Beberapa pemilik bisnis seringkali memilih lokasi hanya
dikarenakan adanya tempat yang kosong.
7. Pengendalian Persediaan yang Kurang Baik; Pada umunya, investasi terbesar
yang harus dilakukan oleh manajer bisnis kecil adalah salah satu tanggung jawab
menajerial yang penting. Tingkat persediaan yang tidak mencukupi akan
mengakibatkan kekurangan dan kehabisan stok sehingga pelanggan merasa kecewa
dan pergi.
8. Ketidakmampuan Membuat Transisi Usaha; Setelah berdiri dan berkembang,
biasanya diperlukan adanya perubahan gaya manajemen yang secara drastis berbeda
(Zimmerer, 2009).

Faktor lain yang menjadi penyebab kegagalan usaha adalah:


1. Tidak Memiliki Visi; Usaha yang dijalankan tanpa tujuan merupakan penyebab
terbesar kegagalan. Oleh karenanya, menentukan suatu tujuan, baik untuk jangka
panjang, menengah, atau pendek, adalah hal yang sangat penting dilakukan. Terlebih
jika dalam menjalankan usaha, kita bekerjasama dengan satu atau beberapa rekan
usaha. Menyamakan visi diawal usaha adalah suatu keharusan.
2. Lemahnya Perencanaan; Yang penting jalan dulu deh! Tapi, mau lewat mana? Pake
apa? Perlu uang berapa? Disinilah pentingnya peran perencanaan. Perencanaan tidak
harus rumit, tidak perlu seperti rencana perusahaan besar. Yang terpenting, bisa
dijadikan pedoman untuk mencapai target. Ingat, jika gagal membuat rencana,
sebenarnya kita sedang merencanakan sebuah kegagalan.
3. Terlalu Percaya Diri; Tidak semua ide besar akan booming di pasar. Sebelum
ditawarkan ke konsumen, akan lebih ‘aman’ jika ide itu diuji dulu kelayakannya melalui
sebuah riset atau cukup melakukan jajak pendapat sederhana kepada teman,
keluarga, atau tetangga. Biarkan mereka menjawab dengan jujur dan menilai ide yang
kita miliki.
4. Miskin Komitmen; Ide yang bernilai milyaran akan menjadi sia-sia jika tidak diimbangi
dengan komitmen yang kuat. Banyak wirausaha yang sudah memulai usaha namun
tidak memiliki waktu untuk mengelola perusahaan. Imbasnya, usaha mengalami
stagnan, sulit berkembang dan akhirnya gagal. Hati-hati juga dengan keberhasilan.
Seringkali keberhasilan membuat kita hanyut dalam euforia hingga melupakan
komitmen.
5. Keterbatasan Dana; Salah satu penyebab kegagalan ditahun-tahun awal usaha
adalah minimnya dana operasional. Seorang pemilik perusahaan, walaupun kecil,
harusnya bisa menghitung berapa banyak dana yang dibutuhkan untuk memutar roda
usaha selama belum menghasilkan. Siasati kondisi ini dengan struktur manajemen
yang ramping, mengurangi pemborosan, meningkatkan efisiensi finansial yang
berorientasi mendorong keuntungan.
6. Minimnya Kemampuan Manajerial; Banyak cerita kegagalan yang berakar dari
minimnya pengalaman dan keterampilan manajerial seperti tidak mampu membuat
perencanaan, salah mengelola keuangan, kurang jeli melihat pergerakan pasar, atau
gagal memotivasi karyawan. Untuk mengejar ketinggalan ini, tak ada salahnya
mengais ilmu dari berbagai seminar dan pelatihan manajemen. Bertukar pikiran
dengan teman yang lebih dulu terjun ke dunia usaha juga dapat dilakukan untuk
mendongkrak kemampuan majerial (Ciputra, 2013).

Penyelesaian Kegagalan Usaha


Jika suatu usaha menghadapi kegagalan atau kesulitan keuangan, harus
diketahui dahulu apakah kesulitan keuangan tersebut bersifat jangka pendek atau jangka
panjang. Kesulitan keuangan yang bersifat jangka pendek apabila tidak segera
ditanggulangi dapat meimbulkan kesulitan keuangan jangka panjang. Kesulitan keuangan
jangka pendek yang dimaksud adalah kesulitan dalam likuiditas perusahaan, sedagkan
kesulitan jangka panjang berkaitan dengan solvabilitas perusahaan. Terdapat beberapa
cara untuk mengatasi kesulitan keuangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan,
diantaranya sebagai berikut:
1. Penyelesaian sukarela (Voluntary Settlements).
Penyelesaian sukarela dapat dilakukan melalui kesepakatan antara pihak kreditur dan
debitur.
Ada beberapa alternative penyelesaian secara sukarela, yakni sebagai berikut:
a. Extensions (perpanjangan). Pihak kreditur sepakat dengan pihak debitur untuk
memperpanjang jangka waktu jatuh tempo kredit yang telah diberikan. Dengan
demikian, pihak debitur mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan dana yang
mestinya dipakai untuk melunasi utang guna membiayai kegiatan operasi
perusahaan.
b. Composition. Para kreditur bersedia menerima pembayaran sebagian tagihannya,
dan merelakan sebagian yang lainnya tidak terbayar. Atau jika para kreditur
bersedia, utang tersebut diubah menjadi penyertaan modal. Hal ini akan
meringankan perusahaan dari kewajiban membayar bunga dan pokok pinjaman.
c. Liquidation by voluntary agreement. Para kreditur secara bersama memutuskan
meminta likuidasi perusahaan secara informal. Jika hal ini dilakukan, maka ada
beberapa keuntungan yang bisa diperoleh, yaitu waktu penyelesaian likuidasi lebih
cepat, biaya yang dikeluarkan lebih murah, serta nilai asset perusahaan yang
dilikuidasi masih tinggi.
2. Penyelesaian Lewat Pengadilan (Settlements Involving Litigation).
Apabila pihak kreditur dan debitur tidak mencapai kesepakatan untuk penyelesaian
secara sukarela, maka langkah selanjutnya yang dapat ditempuh adalah penyelesaian
secara hukum (Sudana, 2011).
 Likuidasi
Keberadaan bank yang berbentuk hukum sebagai perseroan terbatas dapat
dihentikan dengan melakukan pembubaran, dimana pembubaran tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai alasan. Walaupun pembubaran telah dilakukan, biasanya
bank tersebut masih memiliki aset, hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang harus
dipenuhi. Oleh karena itu, pembubaran biasanya diikuti dengan pemberesan atau lebih
dikenal dengan istilah “likuidasi”.
Likuidasi bank adalah merupakan tindakan penyelesaian seluruh hak dan
kewajiban bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum
bank. Jadi likuidasi bank bukanlah sekedar pencabutan izin usaha dan pembubaran
badan hukum bank, tetapi berkaitan dengan proses penyelesaian segala hak dan
kewajiban dari suatu bank yang dicabut izin usahanya. Setelah suatu bank dicabut izin
usahanya, dilanjutkan lagi dengan proses pembubaran badan hukum bank yang
bersangkutan, dan seterusnya dilakukan proses pemberesan berupa penyelesaian
seluruh hak dan kewajiban (piutang dan utang) bank sebagai akibat dari pencabutan izin
usaha dan pembubaran badan hukum bank.
Kemudian dalam perkembangannya, terdapat beberapa istilah yang ada
kaitannya dengan likuidasi, yaitu:
1. Dissolution, yaitu rangkaian proses yang terdiri dari proses pemberhentian badan
hukum dan bisnis perusahaan, penjualan aset, pembagian hasil penjualan aset
kepada para pihak yang berhak dan dalam proses ini dilakukan juga proses
pembubaran. Terdapat 3 (tiga) macam dissolusi, yaitu:
a. Dissolusi Sukarela (voluntary dissolution), yaitu disolusi yang dilakukan atas
rekomendasi dari salah satu atau lebih organ perseroan dan diputus oleh RUPS.
b. Dissolusi Administrasi (administrative dissolution), yaitu dissolusi yang dilakukan
atas perintah pemerintah karena perusahaan tidak memenuhi prosedur hukum
tertentu atau karena alasan demi kepentingan umum. Dissolusi ini dilakukan tidak
secara sukarela sehingga disebut juga involuntary dissolution.
c. Dissolusi judisial (judicial dissolution), merupakan salah satu involuntary dissolution
yang diperintahkan oleh Pengadilan karena permohonan dari pemegang saham,
kreditor atau negara karena alasan-alasan khusus.
2. Winding up, yaitu suatu proses dimana perusahaan yang sudah diputuskan untuk
dilikuidasi diangkat likuidatornya, asetnya dikumpulkan dan dibagikan kepada para
kreditor, pemegang saham atau kepada pihak lainnya yang berhak. Istilah ini di
beberapa negara disamakan dengan likuidasi, seperti halnya likuidasi disamakan
dengan dissolusi.
3. Termination, merupakan pengakhiran suatu perusahaan setelah proses likuidasi
selesai. Pengertian ini dapat disamakan dengan pembubaran menurut hukum
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
 Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta:
CV. Andi Offset
 Eko Purwoningsih, Pencabutan Izin Usaha Dan Likuidasi PT Bank Asiatic: Kajian Yuridis
Praktis, (Jakarta: Skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2005)
 Karina, Sevira Dita. 2014. Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Media yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Laporan Akhir. Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Sriwijaya.
Palembang.
 Munir Fuady, 2003. Perseroan Terbatas Paradigma Baru, cet. I., Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
 Sudana, I Made, Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktik, Jakarta:
Erlangga, 2011.
 Suryana, Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Edisi 3,
Jakarta: Salemba empat: 2011.

Anda mungkin juga menyukai