ABSTRAK TUJUAN
Modul ini akan membahas Mampu memahami dan
tentang perizinan dalam menjelaskan perihal
dunia bisnis perizinan dalam dunia bisnis
Peran Perizinan
Perizinan dalam era pembangunan yang terus- menerus berlansung ternyata amatlah penting
untuk ditingkatkan, apalagi dalam globalisasi dan indutrialisasi. Oleh karena untuk mendukung
akan perkembangan dunia usaha dalam era globalisasi dalm dunia industry, sangat
dibutuhkan suatu perizinan yang jelas secara hukum, dengan izin yang jelas dan berkekuatan
hukum akan memberikan perkembangan bagi dunia usaha yang memproleh izin tersebut dan
sebagai dunia usaha yang merupakan penumpukan modal, teknologidan sumber daya
manusia akan berusaha dan berkembang dalam kondisi yang nyaman.
Perizinan dalam bidang bisnis sangat memegang peranan penting, sebab dunia usaha tidak
akan pernah ada dan berkembang tanpa berhubungan dengan perizinan yang berhubunga
dengan hokum dan izin berfungsi karena dunia usaha membutuhkannya. Masalah perizinan
dan pemberian kemudahan dalam berusaha harus mampu menciptakan iklim usaha yang
bergairah. Dengan adanya Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang tercantum dalam UU
No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, diharapkan gairah dalam dunia bisnis
bisa semangkin kearah yang positif.
Dalam proses industrilisasi sekarang ini, minimal ada 5 ( lima ) peran yang menjadi prioritas
agar dunia bisnis dapat berkembanga dengan cepat dan mantap, yakni :
1. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
2. Meningkatkan lapangan kerja dan nilai tambah.
3. Meningkatkan ekspor
4. Menghemat devisa.
5. Mendorong penggunaan teknologi.
1. Perlunya dikurangi jumlah perizinan yang harus dimiliki pengusaha sehingga benar-benar
diperlukan saja yang diberikan izin.
2. Perlunya disederhanakan persyaratan administrative dengan mengurangi jumlah dan
menghindari pengurangan persyaratan yang sealur dalam rangkaian perizinan yang
bersangkutan.
3. Perlunya diberikan jangka waktu yang cukup panjang sehingga dapat memberikan
jaminan bagi kepastian dan kelansungan usaha.
Dalam masalah perizinan dunia bisnis, secara umum dapat dikatakan ada 4 (empat) masalah
yang terkait, yaitu :
1. Adanya bentuk dan jenis izin yang diselegarakan umumnya secara bertahap, yang diawali
dengan “letter of intent” untuk mendapatkan izin prinsip yang kemudian dikenal dengan
adanya izin sementara, izin tetap dan izin perluasan.
2. Adanya bidang kegiatan industry dalam pemberian izinnya dibedakan antar bidang yang
dikelola oleh departemen-departemen seperti perindustrian, pertanian, pertambangan,
dan energi, serta departemen-departemen lainnya.
3. Adanya badan hukum yang dipersyaratkan dalam perizinan sehingga terdapat berbagai
kemungkinan badan hukum berdasrkan ketentuan hukum yang berbeda seperti: KUHD,
UUPMA, UUPMDN dan sebagainya.
4. Dibidang perdagangan pada dasrnya izin diterbitkan oleh departemen perdagangan,
namun dipersyaratkan pula untuk mendapat rekomendasi dari departemen terkait,
sehingga jalurnya menjaji lebih panjang.
Menurut kepres No. 53 Tahun 1988, disebutka bahwa ada beberapa kegiatan usaha yang
tidak dikenakan ketentuan wajib daftar perusahaan, yaitu :
1. Usaha atau kegiatan yang bergerak diluar bidang perekonomian dan sifat serta tujuannya
tidak semata-mata mencari keuntungan dan atau laba.
2. Bidang-bidang usaha seperti :
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah jati diri yang dipakai oleh perusahaan atau
badan usaha untuk menjalankan usahanya secara sah. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
dlihat dari segi besarnya modalnya ada beberapa jenis perusahaan, yaitu :
1. Perusahaan kecil
Perusahaan yang mempunyai modal atau kekayaan bersih kurang dari 25 (dua puluh
lima) juta rupiah. Selain dari segi modal ada beberapa ketentuan untuk mengkategorikan
suatu perusahaan yang tergolong kecil :
a. Tidak berbadan hukum dan umumnya dilakukan oleh perorangan.
b. Diurus dan dijalankan sendiri oleh pemiliknya, dan
c. Keuntungan semata-mata untuk menambah biaya hidup.
Disamping itu, badan usaha yang dibebaskan dari Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
adalah :
a. Cabang/perwakilan badan usaha yang dalam menjalankan kegiatan bisnisnya
mempergunakan SIUP Kantor Pusat.
b. Badan Usaha yang telah mendapatkan izin dari departemen teknis terkait dengan
badan usahanya, berdasrkan peraturan perundang-undangan lai yang berlaku dan
tidak melakukan perdagangan.
c. Perusahaan/ badan usaha yang berkaitan dengan penanaman Modal Dalam Negeri.
d. Badan Usaha milik Negara, yaitu Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan
Umum (Perum).
e. Perusahaan kecil perorangan.
2. Perusahaan Menengah
Perusahaan yang mempunyai modal atau kekayaan bersih berkisar antara 25 (dua puluh
lima) juta rupiah sampai dengan 100 (seratus) juta rupiah. Perusahaa Menengah
diharuskan memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan harus mangajukan
permohonan ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten. Jangka waktu SIUP
untuk perusahaan menengah adalah tidak terbatas dalam arti SIUP untuk perusahaan
menengah adalah tidak terbatas, dalam arti SIUP nya berlaku sampai masa berdirinya
perusahaan menengah tersebut.
3. Perusahaan Besar
Perusahaan yang mempeunyai modal atau kekayaan bersih di atas 100 (seratus) juta
rupiah. Perusahaan besar harus memiliki Surat izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang
dimohonkan ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian provinsi. Jangka Waktu SIUP untuk
perusahaan jenis ii adalah 5 tahun, dan dapat diperpanjang.
Perusahaan yang memiliki SIUP mempunyai 3 (tiga) kewajiban yang harus dilaksanakan,
yaitu sebagai berikut :
1. Wajib lapor apabila tidak melakukan lagi kegiatan perdagangan atau menutup
perusahaan disertai pengembalian SIUP, mengenai pembukuan cabang/perwakilan
perusahaan, atau mengenai penghentian kegiatan atau penutupan
cabang/perwakilan perusahaan.
2. Wajib memberikan data/informasi mengenai kegiatan usahanya apabila diperlukan
oleh menterei atau penjabat yang berwenang.
Perizinan dibidang industry telah diatur secara khusu dengan Peraturan Pemerintah No.13
Tahun 1987, Tetang Izin Usaha Industri, dimana pada penjelasannya disebutkan bahwa dalam
rangka pencapaian pertumbuhan industry, aspek perizinan akan ikut memainkan peranan
yang amat penting. Dengan menyadari akan perannya, aspek perizinan harus mampu
memberikan motivasi yang dapat mendorong dan menarik minat para investor untuk
menanamkan modalnya di sektor industri.
Industri yang dimaksud menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang
jadi menjadi barang denga nilai yang lebih tinggi nilai untuk penggunaannya, termasuk
kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Perizinan memang merupakan salah satu kebijaksanaan yang apabila dipergunakan secara
efisien akan merupakan alat yang efktif untuk menggerakkan perkembangan dunia usaha
dibidang yang benar-benar mendukung pembenagunan. Karenanya system perizinan dapat
dimamfaatkan antara lain untuk menhindari pemborosan atau penyalahgunaan dana.
Perusahaan yang telah memproleh izin usaha industri, dibebani 3 (tiga) kewajiban, yaitu
berikut :
Izin usaha industry dapat dicabut apabila perusahaan melakukan hal-hal seperti :
1. Melakukan perluasan, tanpa memiliki izin perluasan.
2. Tidak menyampaikan informasi atau informasi tersebut tidak mengandung kebenaran.
3. Melakukan pemindah tangankan hak dan pemindahan lokasi usaha industri tanpa
persetujuan dari Mentri Perindustrian atau mentri lainnya yang mempunyai kewenangan
penaturan, pembinaan dan pengembangan industri.
4. Tidak dipenuhi ketentuan dalam perizinan.
Salah satu izin yang menjadi problema dunia usaha adalah mengenai izin Undang-Undang
Gangguan yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada warga/penghuni di sekitar
lokasi suatu usaha. Sebab tidak jarang sekali suatu tempat usaha ditutup oleh pemerintah
(pemerintah daerah) hanya karena usaha tersebut diprotes oleh waga masyarakat sekitarnya.
Masyarakat tidak pernah memberikan persetujuan kepada pengelola tempat usaha tersebut.
Kewajiban Pendaftaran
Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan, khususnya perusahaan yang
berkedudukan dan menjalankan usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia menurut
ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, termasuk didalamnya kantor
cabang, kantor pembantu, anak perusahaan serta agen dan perwakilan dari perusahaan itu
yang mempunyai wewenang untuk mengadakan perjanjian, baik perusahaan berbentuk
Persekutuan, Perorangan, Badan hukum (termasuk Koperasi) atau perusahaan lainnya.
Merek
Merek Menurut Pasal 1 UU no. 15 Taun 2001: Merek adalah tanda berupa gambar, susunan
warna, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda, dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Syarat dan Tata Cara Permohonan Menurut Pasal 7 UU No. 15 Tahun 2001:
1. Permohonan diajukan tertulis dalam bahasa Indonesia, untuk merek bahasa asing atau di
dalamnya terdapat huruf selain huruf Latin wajib disertai terjemahannya dalam bahasa
Indonesia.
2. Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya dengan dilampiri bukti pembayaran
biaya.
3. Permohonan untuk dua kelas barang atau lebih dan / atau jasa dapat diajukan dalam satu
permohonan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam surat permohonan harus
dicantumkan:
a. Tanggal, bulan, dan tahun;
b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;
c. Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan mengajukan merek melalui
kuasa;
d. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakna unsur-
unsur warna;
2. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto dan nama badan hukum tang
dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulus yang berhak.
3. Merupakan tiruan, menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau
simbol atau emblem negara, lembaga nasional maupun internasioanal, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.
4. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda, cap, atau stempel resmi yang digunakan oleh
negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang
Contoh merek. Pengumuman harus berlangsung selama tiga bulan dan dilakukan dengan:
1. Menempatkannya dalam Berta Resmi Merek yang diterbitka secara berkala oleh
Direktorat Jenderal; dan/atau
2. Menempatkannya pada sarana khusus yang dengan mudah serta jelas dapat dilihat oleh
masyarakat, yang disediakan oleh Direktorat Jenderal.
Keberatan dan Sanggahan atas Pendaftaran Merek Berdasarkan Pasal 24 UU No. 15 Tahun
2001, setiap pihak dapat mengajukan keberatan selamajangka waktu tiga bulan terhadap
merek secara tertulis, dengan alasan serta disertai bukti yang kuat. Terhadap hal tersebut
dapat dilakukan pemeriksaan kembali. (Pasal 26) Direktorat Jenderal harus mengirimkan
salinan surat keberatan kepada pemohon dalam jangkawaktu empat belas hari sejak
diterimanya keberatan, dan pemohon harus membalas surat tersebutdisertai sanggahan
dalam jangka waktu paling lama dua bulan,
Sertifikat Merek Sertifikat merek diberikan kepada orang atau badan hukum yang mengajukan
permohonanpendaftaran selambat-lambatnya 30 hari sejak merek didaftar di dalam Daftar
Umum Merek (DUM), sertifikat merek juga memuat jangka waktu berlakunya merek, menurut
ketentuan Pasal 28 adalah 10tahun sejak tanggal penerimaan dan dapat diperpanjang.
Daftar Pustaka
Agoes, S. dan Ardana, I.C. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Salemba Empat: Jakarta.
Arijanto, A. 2014. Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis. Edisi 3. PT Rajagrafindo Persada: Depok-
Jawa Barat.
Bertens, K. 2000. Pengatar Etika Bisnis. Kanisius: Yogyakarta.
Fahmi, I. 2013. Etika Bisnis, Teori, Kasus dan Solusi. Alfabeta: Bandung.
Fuady, M. (2005). Pengantar Hukum Bisnis. PT Citra Aditya Bakti: Bandung.
Keraf, A.S. 2010. Etika Bisnis. Kanisius: Yogyakarta.
Nugroho, A. dan Arijanto, A. 2015. Etika Business (Business Ethic) dan Implimentasi. IPB
Press: Bogor.
Muhaimin. 2011. Perbandingan Praktik Etika Bisnis. Pusaka Pelajar: Yogyakarta.
Subekti, R. (1970). Hukum perjanjian. Pembimbing Masa : Jakarta.
Setiaji, B. 2006. Etika Bisnis. Mup-Mus: Surakarta.
Weiss, J.W. 2002. Business Ethics: Stakeholders and Issues Management Approach. 3e.
Thomson: Canada.