Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Menentukan Aspek Legal dan Etika/Budaya Organisasi


2.2.1 Aspek Legal (Hukum)
Keberadaan aspek legal dalam suatu perusahaan atau organisasi menjadi sangat
penting karena dalam aspek legal ini melibatkan berbagai hal yang berkaitan dengan legalitas
perusahaan di hadapan hukum, salah satunya mengenai perizinan. Aspek legal memperjelas
hukum dan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan ditaati oleh perusahaan atau
organisasi. Dengan adanya aspek legal dalam perusahaan akan memberikan manfaat yang
besar bagi keberlangsungan perusahaan itu sendiri.
Ketika perusahaan telah memenuhi peraturan, izin, dan hukum yang berlaku untuk
menjalankan usahanya atau perusahaan telah mendapatkan legalitasnya, maka perusahaan
akan mendapatkan manfaat dari hal itu. Beberapa manfaat yang didapatkan perusahaan
adalah sebagai berikut.
a) Perlindungan hukum
Ketika pelaku usaha telah melegalkan usaha dan perusahaannya maka perusahaan
tersebut akan mendapatkan perlindungan hukum dari tuntutan atau sengketa yang
tidak beralasan.
b) Bukti kepatuhan hukum
Dengan memenuhi unsur legalitas maka perusahaan telah membuktikan
kepatuhannya terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, seperti kepatuhan
tentang perizinan, pajak, perlindungan data perusahaan, dan hal hal lain di
hadapan hukum.
c) Meningkatkan reputasi perusahaan
Dengan mendapatkan legalitas dan membuktikan kepatuhan terhadap hukum,
perusahaan akan mendapatkan respon positif dari masyarakat dan dapat
meningkatkan reputasi perusahaan dan membangun citra yang baik kedepannya di
hadapan para masyarakat, konsumen, dan karyawan. Citra dan reputasi
perusahaan yang baik ini akan mempermudah pengembangan perusahaan
kedepannya terkait dengan kerja sama ataupun pendanaan.
Ketika pelaku usaah ingin melegalkan perusahaan dan usaha yang dijalankannya,
maka perlu untuk mengkaji usaha yang direncanakan mendapat jaminan serta dukungan
hukum atau tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
A. Dokumen yang Diperlukan untuk Mendapatkan Legalitas Perusahaan
1) Bentuk badan usaha
Perusahaan berdiri harus menentukan bentuk badan usahanya, misalnya perseroan
terbatas (PT), perseroan komanditer (CV), kopersi, yayasan, firma (Fa), dan lainnya.
2) Bukti diri
Bukti diri berupa kartu identitas dari para pemilik usaha yang dikeluarkan oleh
kelurahan setempat yang dikenal dengan nama kartu tanda penduduk (KTP).
3) Tanda daftar perusahaan (TDP)
Setiap perusahaan membuat surat daftar perusahaan (TDP) sesuai dengan bidang
usahanya masingmasing.
4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor pokok wajib pajak merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh pelaku
usaha atau perusahaan. NPWP diperlukan untuk memenuhi kewajiban pajak
perusahaan. NPWP dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan merupakan nomor
identifikasi perusahaan untuk keperluan pajak.
5) Izin-izin perusahaan
Salah satu surat yang sangat penting diurus oleh perusahaan untuk mendapatkan
legalitas adalah Surat Izin Usaha Perdagangan (SUIP). Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) merupakan jati diri yang dipakai oleh perusahaan atau badan usaha untuk
menjalankan usahanya secara sah.
Dasar Hukum Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) mengacu pada:
(a) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:
77/M-DAG/PER/12/2013 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP).
(b) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia Nomor 36/M-DAG/ PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin
Usaha Perdagangan.
(c) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
39/M-DAG/PER/12/2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M/DAG/PER/9/2007 tentang
Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.
Secara operasional Surat Izin Usaha Perdagangan dikeluarkan oleh bupati/wali
kota. Setiap bupati dan wali kota mengeluarkan Peraturan Walikota/Bupati tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu.
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) diatur berdasarkan besarnya modal perusahaan,
yaitu sebagai berikut.
(a) Perusahaan kecil
Perusahaan kecil, yaitu perusahaan yang mempunyai modal atau kekayaan bersih
kurang dari 25 juta rupiah. Selain dari segi modal, ada beberapa ketentuan untuk
mengategorikan suatu perusahaan yang tergolong kecil, yaitu:
 Tidak berbadan hukum dan umumnya dilakukan oleh perorangan;
 Diurus dan dijalankan sendiri oleh pemiliknya;
 Keuntungannya semata-mata untuk menambah biaya hidup.
Kaitannya dengan pembicaraan mengenai Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP),
perusahaan kecil tidak diharuskan untuk memiliki SIUP tersebut.
(b) Perusahaan menengah
Perusahaan menengah, yaitu perusahaan yang mempunyai modal atau kekayaan
bersih berkisar antara 25 juta rupiah sampai dengan 100 juta rupiah. Perusahaan
menengah diharuskan memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan
mengajukan permohonan ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten.
Jangka waktu SIUP untuk perusahaan menengah tidak terbatas, dalam arti SIUP-
nya berlaku sampai masa berdirinya perusahaan menengah tersebut.
(c) Perusahaan besar Perusahaan besar, yaitu perusahaan yang mempunyai modal
atau kekayaan bersih di atas seratus juta rupiah. Perusahaan besar diharuskan
memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan mengajukan permohonan
ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi. Jangka waktu SIUP untuk
perusahaan jenis ini adalah lima tahun dan dapat diperpanjang.

B. Peraturan Khusus Mengenai Perusahaan


Dalam bidang pelaksanaan perusahaan terdapat beberapa peraturan khusus, yaitu
sebagai berikut.
a. Keharusan mengadakan pembukuan yang hanya dibebankan kepada mereka yang
menjalankan perusahaan (vide Pasal 6 KUHD).
b. Persekutuan Firma harus menjalankan perusahaan, kalau tidak ia akan merupakan
perserikatan perdata saja (vide Pasal 16 KUHD).
c. Nama Perseroan Terbatas pada pokoknya harus menunjukkan tujuan perusahaan yang
dijalankan (vide Pasal 36 ayat 1 KUHD ).
d. Mengenai utang yang dibuat secara sepihak, cukuplah pihak pengusaha
menandatanganinya dalam surat bukti dibawah tangan, jika utang itu semata-mata
diadakan dalam menjalankan perusahaannya (vide Pasal 1870 ayat 1 KUHS).
e. Menurut Pasal 92 bis KUHS, “dengan pedagang ialah setiap orang yang menjalankan
perusahaan”, sehingga berdasar keharusan mengadakan pembukuan, maka Pasal 396
dan 397 KUH pidana mengancam hukuman-hukuman penjara terhadap pedagang
yang dinyatakan pailit, jika antara lain ia tidak secara lengkap menunjukan kepada
pembukuan-pembukuannya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Sukardono (1997) berpendapat bahwa sejak adanya
perubahan bab 1 kitab 1 KUHD tentang Pedagang dan Perbuatan-perbuatan dagang (vide
Stb. 1938 No. 276), para pedagang semata-mata menjadi suatu kodifikasi HUKUM
PERUSAHAAN sampai sekarang ini. Perubahan sifat tersebut secara diam-diam
dilanjutkan oleh Pemerintah RI dengan diadakannya Perusahaan Negara (vide Perpu No.
9 th 1960/50 yo. Undang-Undang no. 1 tahun 1961).

2.2.2 Etika/Budaya Organisasi


Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos (tunggal) atau ta etha (jamak), yang berarti
watak atau kebiasaan hidup yang baik kepada diri seseorang dan masyarakat yang diwariskan
dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Etika adalah konsep mengenai aturan moral, benar,
salah, wajib, tanggung jawab, dan berbagai keharusan; watak moralitas atau tindakan
kehidupan yang baik secara moral. Dalam etika terkandung nilai-nila dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok untuk mengatur perilaku.
Dalam organisasi khususnya pembahasan kali ini adalah perusahaan dimana dalam
perusahaan ini berlangsung sebuah usaha atau bisnis. Dalam usaha diperlukan etika karena
usaha adalah menjalankan aktivitas produksi dan penjualan yang ditawarkan kepada
konsumen untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian, dalam memperoleh
keuntungan, perusahaan harus menjalankan etika agar tidak merugikan oraang lain. Artinya,
dalam sebuah usaha atau bisnis ada aturan main yang wajib ditegakkan, misalnya tidak
menipu atau melakukan kecurangan yang merugikan konsumen. Etika dalam hal ini berkaitan
dengan moralitas pelakunya, misalnya manajer dan karyawan memiliki moral yang baik.
Setiap individu memiliki karakter dan sifat yang berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya sehingga perilaku dari setiap individu juga akan cenderung berbeda-beda.
Perilaku yang ditunjukkan oleh individu sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut oleh
individu tersebut serta nilai-nilai yang berlaku. Ketika berbagai nilai yang dianut setiap
individu berbaur dalam interaksinya di dalam organisasi maka hal ini akan mempengaruhi
perilaku organisasi. Perilaku individu dalam organisasi sangat berpengaruh terhadap upaya
mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, perilaku beragam dari setiap individu harus
dipadukan secara integral sesuai dengan tujuan organisasi.
Saat adanya bauran karakter dan terbentuknya suatu perilaku organisasi maka hal ini
akan disepakati bersama oleh setiap anggota organisasi dan akan mewarnai setiap tindakan
individu dalam berinteraksi dengan individu yang lain atau dengan lingkungannya. Perilaku
organisasi ini yang kemudian menjadi suatu kebiasaan. Dari kebiasaan yang dilakukan oleh
individu dalam organisasi maka akan berbentuk suatu budaya dalam organisasi yang akan
menjadi ciri khas organisasi bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Rangkuti, Freddy. 2000. Business Plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis & Analisis
Kasus. Gramedia Pustaka Utama.
Husen Sobana, H. D. (2018). Studi kelayakan bisnis. Pustaka Setia Bandung.
Fitriani, R. (2017). Aspek hukum legalitas perusahaan atau badan usaha dalam kegiatan
bisnis. Jurnal Hukum Samudra Keadilan, 12(1), 136-145.
Halim, I. (2021). Analisis Aspek Hukum Pada Studi Kelayakan Bisnis. OSF Preprints, 6.

Anda mungkin juga menyukai