Anda di halaman 1dari 3

Aspek Hukum

Bisnis seringkali mengalami kegagalan karena terbentur masalah hukum atau tidak
memperoleh izin dari pemerintah daerah setempat, analisis secara mendalam terhadap aspek
hukum harus dilakukan agar di kemudian hari dalam membangun usaha dilaksanakan tidak
gagal karena terbentur permasalahan hukum dan perizinan. Aspek hukum merupakan aspek
yang kali pertama harus dikaji. Hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum dapat
berfungsi sebagai alat (pengatur) atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan
manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan. Hukum adalah
aturan tertulis maupun tidak tertulis yang mempunyai sanksi. Hukum Bisnis adalah peraturan
yang mengatur bidang perdagangan agar bisnis dijalankan secara adil. Hukum juga dapat
berfungsi sebagai “agent of modernization and instrument of social engineering”
(Kusumaatmadja, 1976). Dengan demikian, pembangunan hukum juga dapat berjalan di
depan bersama dengan pembangunan ekonomi dalam upaya mencapai masyarakat yang adil
dan makmur. Aspek Hukum merupakan perangkat kaidah hukum (termasuk enforcement-
nya) yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau
keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan
menempatkan uang dari para entrepreneur dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu
dengan motif (dari entrepreneur tersebut) adalah untuk mendapatkan keuntungan (Munir
Fuady, 2005:2). Setiap bentuk perusahaan/organisasi mempunyai tanggung jawab untuk
dapat mengelola hubungan mereka dengan masyarakat dengan upaya mengembangkan
lingkungan sekitarnya melalui program-program sosial seperti program pendidikan,
lingkungan dan lain sebagainya. Hal ini merupakan aspek hukum yang dikenal dengan istilah
CSR (Corporate Social Responsibility) dimana menurut World Business Council for
Sustainable Development (WBCSD) dalam Wibisono (2007:7) merupakan komitmen
berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi
pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya,
serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya. Implementasi CSR di Indonesia
telah diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007. Berikut klasifikasi usaha makanan yang kami
kerjakan termasuk usaha besar yaitu Usaha yang memiliki izin usaha dalam bentuk badan PT.
Kekayaan /aset usaha diatas Rp 500 juta (diluar tanah & bangunan) Omzet (perputaran usaha)
dalam waktu 1 tahun diatas Rp. 10 miliar. Jenis Perizinan Usaha yaitu sebagai berikut:

1. Izin lokasi a). Sertifikat (akte tanah), b). Bukti pembayaran PBB yang terakhir, c).
Akta Pendirian (Akta Notaris yang berisi AD/ART badan hukum usaha. Utk Mikro
cukup mendapat perizinan Surat Keterangan Usaha yg dikeluarkan oleh Lurah atau
Kepala Pasar setempat), d). Surat Keterangan Domisili Usaha (Bukti adanya
persetujuan dari RT / RW / Kecamatan/ Kelurahan).
2. Izin Usaha a). Akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk
badan hukum lainnya, b). NPWP (nomor pokok wajib pajak), Dikeluarkan oleh Dinas
pajak setempat. Utk itu diperlukan dokumen akta notaris, FC KTP Pemilik, surat
keterangan domisili c). Surat tanda daftar perusahaan, Setiap usaha /perusahaan wajib
didaftarkan di Kementerian Perindustrian & Perdagangan dan akan mendapatkan
Nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) d). Surat izin tempat usaha dan Surat tanda
rekanan dari pemda setempat, e). SIUP setempat, Dikeluarkan oleh Kepala Kantor
Kementrian Perindustrian & Perdagangan untuk investasi dengan nilai diatas Rp. 200
juta f). Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen, g). Tanda daftar
Usaha Perdagangan (TDUP). Dikeluarkan oleh Kepala Kantor Kementrian
Perindustrian & perdagangan utk perusahaan dgn nilai investasi s/d 200 juta.

Legalitas produk yaitu:

1. P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) 2. SP (Surat Penyuluhan)


2. BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) a. MD : Makanan Dalam Negeri b.
ML : Makanan Luar Negeri
3. Halal MUI
4. SNI (Standart Nasional Indonesia)
5. Standart Kualitas: a. ISO b. HACCP

Hukum legalitas merk yaitu Undang-Undang No. 15 tahun 2001: Merk merupakan tanda
pembeda atas barang dan jasa bagi suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Sebagai tanda
pembeda, merek dalam suatu klasifikasi barang/jasa tidak boleh memiliki persamaan antara
satu dengan yang lainnya baik pada keseluruhan (asal, sifat, cara pembuatan, tujuan
pemakain) maupun pada pokoknya (bentuk, cara penempatan, bunyi ucapan)
Kusumaatmadja, M. 1976. Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional. Bandung:
Bina Cipta.

Fuady, Munir. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hammer,

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR Corporate Social
Responsibility. Gresik: Fascho Publishing.

Anda mungkin juga menyukai