Anda di halaman 1dari 61

ASPEK HUKUM

PEMBERIAN KREDIT
Content
1. Chapter I : Aspek Hukum
Dalam Proses Pemberian
Kredit
2. Chapter II : Aspek Hukum
Dalam Penerimaan Agunan
Kredit
3. Chapter III : Aspek Hukum
Realisasi Kredit
4. Chapter IV : Aspek Hukum
Dalam Perubahan Kredit
5. Chapter V : Aspek Hukum
Dalam Penyelesaian Kredit
Bermasalah
CHAPTER I
Aspek Hukum Dalam
Proses Pemberian
Kredit
Aspek hukum dalam proses pemberian kredit dilakukan dalam
mengidentifikasi tentang :

1. Pribadi Calon Debitur


2. Reputasi Calon Debitur
3. Perijinan/Legalitas Usaha Calon Debitur
4. Bentuk Usaha Calon Debitur
5. Harta Kekayaan Calon Debitur
6. Adanya Keterkaitan Calon Debitur

1.1 Identifikasi Pribadi Calon Debitur


Dokumen Yang Digunakan Untuk Melakukan Identifikasi :

KTP
Setiap penduduk Indonesia yang
telah berusia 17 tahun atau sudah/
pernah menikah, wajib memiliki KTP.

SIM
Dokumen otentik yang dikeluarkan
oleh Kepolisiansehingga data
yang tertera di dalamnya
dapatdipertanggungjawabkan.

AKTA KELAHIRAN
Dokumen otentik yang dikeluarkan
oleh KantorCatatan Sipil

AKTA NIKAH/
PERKAWINAN
Dengan penandatangan akta
perkawinan maka perkawinan
telah tercatat secara resmi dan
mempunyai kekuatan hukum.
4
A. Berdasarkan Kecakapan Bertindak
1. DEWASA
Dewasa menurut :
Pasal 330 KUH Perdata : 21 Tahun/Pernah menikah
UU Perkawinan No.1/1974 : 18 tahun
UU Jabatan Notaris : 18 Tahun/Pernah Menikah

Yurisprudensi MA Tgl. 31-10-1976 No.477 K/SIP /1976 :


Seseorang dibawah perwalian adalah berumur s/d 18 tahun

Batas Usia “DEWASA” Dalam Kebijakan Perkreditan di BRI :


21 TAHUN ATAU PERNAH MENIKAH (Pasal 330 KUH Perdata)

2. TIDAK BERADA DIBAWAH PENGAMPUAN


Orang Dalam Pengampuan :
1. Anak dibawah umur
2. Penderita gangguan jiwa
3. Cacat mental
4. Penyakit lainnya yang menyebabkan tidak dapat menggunakan
akal & pikirannya
5. Orang yang telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga

5
1.2 Identifikasi Reputasi Calon Debitur
1. DAFTAR HITAM BI
Berisi nama pemilik rekening yang melakukan penarikan cek/BG
kosong Bersifat rahasia dan hanya boleh dipergunakan secara terbatas
untuk keperluan perbankan. (SE BI No.2/10/DASP)

2. SISTEM INFORMASI DEBITUR (SID) BI


Berisi informasi profil debitur yang disampaikan Bank Umum, BPR,
Penyelenggaran Kartu Kredit & LKBB (PBI No.7/8/PBI/2005)
Hanya untuk keperluan: - Penerapan manajemen risiko
- Kelancaran penyediaan dana
- Identifikasi kualitas debitur

3. TUKAR MENUKAR INFORMASI ANTAR BANK


Bank yang diminta informasi wajib memberikan informasi secara tertulis
sesuaian dengan keadaan yang
sebenarnya (SE BI No.27/6/UPPB)

4. DAFTAR HITAM INTERNAL


Berisi nama debitur yang dianggap
memiliki karakter tidak kooperatif
(on will) dalam menyelesaikan
kewajibannya kepada BRI. (SE
NOSE : S.10.DIR/ADK/05/2002)

6
1.3 Identifikasi Perijinan Usaha Calon
Debitur
1. Izin Gangguan/Surat Izin Tempat Usaha
Untuk semua kegiatan usaha, kecuali tempat usaha yang lokasinya
telah ditetapkan Pemerintah seperti. Kawasan Industri. Dikeluarkan
oleh Pemda, daftar ulang setiap 5 tahun sekali (PP No.66 Tahun 2010)

2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)


Diterbitkan oleh Pemda, hanya untuk usaha perdagangan & berlaku
selama 5 tahun (Keputusan Menperindag No.09/M-DAG/PER/3/2006

3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)


Bank yang diminta informasi wajib memberikan informasi secara tertulis
sesuai dengan keadaan yg sebenarnya (SE BI No.27/6/UPPB)

4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


Bank wajib meminta NPWP Calon Debitur, kecuali :
• Penghasilan netto tidak melebihi PTKP tidak mempunyai penghasilan
lain selain penghasilan dari satu pemberi kerja
• Kelompok, sepanjang plafon kredit kredit masing-masing anggota
tidak melebihi Rp.50 juta.

5. Surat Ijin Usaha Mikro dan Kecil


Tanda legalitas kepada seorang atau pelaku usaha/ kegiatan tertentu
dalam bentuk satu lembar, yang diterbitkan oleh Camat Dasar
Hukum : Perpres No.98/2014 Perijinan untuk usaha Mikro dan Kecil
Permendagri No.83/2014

6. Surat Keterangan Usaha (SKU)


Surat Keterangan dari Lurah/Kepala Desa yang menerangkan bahwa
orang yang namanya tertera pada surat tsb. benar merupakan penduduk
kelurahan/Desa tsb. dan memiliki usaha tsb.

7
Izin Usaha Lainnya :

1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


Suatu kajian yang diberikan bagi kegiatan yang berdampak Besar
dan penting pada lingkungan hidup.
(UU No.23 Th 1977 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup)

2. Izin Usaha Jasa Konstruksi


Berlaku untuk melaksanakan kegiatan kegiatan usaha jasa konstruksi
di seluruh wilayah Indonesia.
(PP No.28 Tahun 2000 tentang Usaha Jasa Konstruksi)

3. Izin Usaha Industri


Izin kegiatan usaha industri dengan nilai investasi diatas Rp.200
juta (tidak termasuk tanah & bangunan)
(Kepmenperindag No.590/MPP/KEP/10/1999)

4. Tanda Daftar Industri


Izin kegiatan usaha industri dengan nilai investasi Rp 5 juta s/d Rp.
200 juta (tdk.tanah dan bangunan).
(Kepmenperindag No.590/MPP/KEP/10/1999)

5. Angka Pengenal Eksportir / Importir


Untuk Eksportir / Importir dan sebagai dasar Penerbitan Pemberitahuan
Ekspor / Impor Barang (PEB / PIB).
(Kepmenperindag No.40/MPP/KEP/1/2003)

8
Identifikasi Perijinan Profesi Calon Debitur

Praktek profesi tanpa izin akan dianggap tidak sah serta


dapat dikenakan sanksi penutupan tempat praktek dan
sanksi pidana

NOTARIS :
izin praktek dari Departemen Hukum dan HAM (UU No.30/2004 tentang
Jabatan Notaris)

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)


Izin praktek dari Menteri Agraria/Pertanahan (UU 37/1998 tentang Peraturan
Jabatan PPAT)

ADVOKAT, PENGACARA
Izin praktek/pengangkatan dari Organisasi
Advokat (UU 18/2003 tentang Advokat)

DOKTER, BIDAN DAN TENAGA AHLI


KESEHATAN
Izin praktek dari Dinas Kesehatan Kota/
Kabupaten tempat praktek.
(UU 29/2004 tentang Praktek Dokter)

9
1.4 Identifikasi Bentuk Usaha Calon Debitur
1. Perusahaan Perorangan
Karakteristik perusahaan perorangan adalah Perusahaan yang
dijalankansendiri oleh pemilik/keluarga tanpa memiliki partner usaha
seperti. Usaha Dagang (UD/PD), toko, rumah makan

Legalitas cukup dengan adanya perizinan dari Pemda setempat al.SITU


dan SIUP.

Khusus bagi perusahaan kecil perorangan yang melakukan kegiatan


sekadar memenuhi untuk nafkah keluarga sehari-hari seperti kedai/
warung/ pedagang kaki lima, tidak memerlukan perijinan tertentu

Contohnya: Usaha Dagang (UD), Persekutuan Dagang (PD)

10
2. Perusahaan Persekutuan
Karakteristik bentuk usaha ini adalah perkumpulan dari orang-orang
yang mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu (inbreng) ke dalam
perusahaan berupa modal/barang/tenaga dengan tujuan untuk
membagi Keuntungan bersama.

Berikut ini merupakan bentuk usaha perusahaan persekutuan :

A. Persekutuan Perdata (Maatshap)


Didirikan atas dasar perjanjian diantara para sekutunya.
Perjanjian tidak dipersyaratkan formalitas tertentu dan tidak
disyaratkan pendaftaran/ pengumuman kepada Pihak Ketiga.

Pertanggung jawaban Sekutu :


• Hanya sekutu yang berbuat yang bertanggung jawab atas perbuatan
yang dilakukan dengan pihak ketiga.
• Perbuatan baru mengikat sekutu lain apabila ada surat kuasa dari
sekutu lain atau hasil perbuatan tsb, dinikmati oleh persekutuan.

NOTES
Penandatanganan SPK :
Seluruh anggota persekutuan beserta suami/isteri ybs.

11
B. Persekutuan Firma (Fa)
Persekutuan yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan
“NAMA BERSAMA”.

Ketentuan Pendirian Firma :


Pendiriannya dibuat dengan “akta otentik” dan wajib didaftarkan di
Kepaniteraan PN dan diumumkan
Tambahan BNRI.

Pertanggung jawaban sekutu Firma :


Bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.
Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi pada semua
perikatan yang dilakukan Firma, meskipun dibuat oleh sekutu lain

NOTES
Penandatanganan SPK :
Para sekutu, kecuali ditentukan lain dalam Akta Pendirian, beserta
suami isteri ybs,

C. Perseroan Komanditer (CV)


Badan usaha dalam bentuk persekutuan firma yang mempunyai
sekutu aktif dan sekutu pasif (sekutu komanditer).

Ketentuan Pendirian CV :
Pendirian dibuat dengan akta otentik dan disyaratkan untuk didaftarkan
di Kepaniteraan PN dan diumumkan dalamTambahan BNRI.

Pertanggung jawaban sekutu :


• Sekutu aktif :
bertugas mengurus persekutuan dan bertanggung jawab secara
pribadi untuk keseluruhan

12
• Sekutu pasif (komanditer) :
Hanya bertanggung jawab sebesar modal yang dimasukkan

NOTES
Penandatanganan SPK :
• Sekutu Aktif beserta suami/istrinya.
• Sekutu Pasif cukup memberikan persetujuan, jika dipersyaratkan
dalamw Akta Pendirian

13
3. Badan Hukum
Bentuk usaha badan hukum meruapakan suatu institusi bisnis yang
diberikan kewenangan oleh hukum utk mengemban hak dan kewajiban
sebagaimana layaknya manusia

Yang termasuk kedalam bentuk usaha badan hukum adalah Perseroan


Terbatas (PT), Koperasi, dan Perusahaan Umum

A. Perseroan Terbatas (PT)


Badan hukum yang melakukan kegiatan usaha dengan modal yang
seluruhnya terbagi dalam saham.

Pendirian PT
Didirikan oleh dua orang/lebih dengan akta notaris. Status badan
hukum diperoleh setelah akta pendirian disahkan Menkum & HAM.
Akta Pendirian wajib didaftarkan dan diumumkan dalam Tambahan
BNRI

Organ Perseroan :
• Direksi : bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan
serta mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan
• RUPS : pemegang kekuasaan tertinggi dan wewenang yang tidak
diserahkan kepada Direksi atau Komisaris
• Komisaris : bertugas melakukan pengawasan secara umum dan
khusus serta memberi nasihat kepada Direksi
dalam menjalankan perseroan

Pertanggung Jawaban
Seluruh anggota persekutuan beserta suami/isteri
ybs.
• Pemegang saham bertanggung jawab atas
kerugian PT senilai saham yang diambilnya.
• Direksi dan Komisaris tidak bertanggung jawab
secara pribadi atas pelaksanaan tugasnya untuk
kepentingan perseroan
14
NOTES
Penandatanganan SPK :
1. Belum berbadan hukum
Seluruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi & pendiri PT
2. Berbadan hukum
Direksi sesuai kewenangan dalam AD perusahaan

B. Koperasi
Beranggotakan orang perorangan atau badan hukum Koperasi sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan

Pendirian Koperasi
Memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian disahkan
Menteri Koperasi & UKM
Akta Pendirian diumumkan dalam Tambahan BNRI.

Organ Koperasi :
• Pengurus : bertanggung jawab atas pengurusan, mewakili koperasi
di dalam maupun di luar pengadilan
• Rapat Anggota : memegang kekuasaan tertinggi koperasi
• Pengawas : bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan dan pengelolaan Koperasi.

Pertanggung Jawaban.
• Anggota : hanya bertanggung jawab sebatas simpanan wajib dan
modal penyertaan miliknya yg ada di koperasi.
• Pengurus : bertanggung jawab secara pribadi atas pelaksanaan
tugasnya untuk kepentingan koperasi kecuali Ybs. bersalah dalam
menjalankan tugasnya,

NOTES
Penandatanganan SPK :
1. Belum berbadan hukum (Seluruh Pengurus, Pengawas & Pendiri)
2. Berbadan hukum (Pengurus sesuai Anggaran Dasar)

Dasar Hukum : UU No.25/1992


15
4. Organisasi Yang Tidak Menjalankan Usaha
Contohnya Perkumpulan, Yayasan, Badan Hukum Pemerintgah Daerah,
Badan Hukum Perguruan Tinggi, dan lain-lain.

A. Perkumpulan
Persatuan dari orang-orang yang menggabungkan diri karena adanya
kepentingan atau tujuan yang sama. Perkumpulan (ada yang berbadan
hukum dan tidak berbadan hukum) dan tujuan pendiriannya tidak
bermotif ekonomi.

• Perkumpulan yang tidak berbadan hukum, yang bertindak mewakli


perseroan di dalam dan di luar
pengadilan adalah seluruh
pengurus yang bertanggung
jawab secara tanggung
renteng.
• Perkumpulan yang berbadan
hukum, yang bertindak
mewakili perkumpulan adalah
pengurus yang ditunjuk oleh
AD/ART Perkumpulan.

NOTES

- Perkumpulan berbadan hukum : Pengurus yg ditunjuk sesuai


AD/ART.
- Perkumpulan tidak berbadan hukum : seluruh pengurus secara
tanggung renteng berserta suami/isteri ybs.

16
B. Yayasan
Badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, kemanusiaan
dan tidak memiliki anggota

Ketentuan Pendirian
• Didirikan oleh satu orang atau lebih dengan akta nowaris.
• Status badan hukum diperoleh setelah akta pendirian disahkan
MenKumHam
• Akta Pendirian diumumkan dalam Tambahan BNRI.

Organ Yayasan
Pembina : pemegang kekuasaan tertinggi
Pengurus : bertanggung jawab penuh atas pengurusan dan
mewakili Yayasan di dalam maupun di luar pengadilan

NOTES

Berdasarkan kebijakan kredit di BRI : yayasan tidak diperkenankan


untuk diberikan kredit secara langsung. Pembiayaan kepada yayasan
harus melalui badan usaha yang didirikan/dibentuk yayasan

Dasar hukum
UU No.16/2001 jo. UU No.28/2004 Tentang Yayasan

17
5. Identifikasi Harta Kekayaan Calon Debitur
Pasal 1131 KUH Perdata
segala harta kekayaan orang berhutang baik bergerak maupun yang
tidak bergerak, yang sudah ada maupun yang akan ada menjadi
tanggungan untuksegala perikatan/hutang-hutang yang dibuatnya.

Benda
Secara hukum benda adalah tiap-tiap barang hak yang dapat dikuasai
dengan hak kepemilikan.

• Hak Kebendaan (hak Absolut)


Adalah hak multak atas suatu benda dimana hak itu memberikan
kekuasan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan
kepada siapapun.
- Hak Milik
- Hak kebendaan diatas kebendaan orang lain spt. HGB, HT dan
Gadai.

• Hak Perorangan (hak relatif)


Adalah hak yang timbul dari perjanjian, undang-undang dan
lainnya, seperti hak yang dimiliki seorang penyewa yang timbul
dari perjanjian sewa menyewa.

18
Macam dan Jenis Benda
1. Benda Tidak Bergerak
• Karena sifatnya :
Tidak dapat dipindahkan seperti tanah dan segala sesuatu
yang melekat diatasnya (pohon, bangunan)
• Karena tujuannya :
seperti mesin dan alat-alat yang di pakai dalam pabrik yang
ditanam sedemikian rupa pada benda yg tidak bergerak /
tanah
• Karena tujuannya :
Seperti kapal ukuran 20 m3 keatas atau setara dengan tonase
> 7 ton, pesawat terbang / helikopter

Peralihan dan Pembebanan :


Harus dengan prosedur hukum khusus yaitu dilakukan secara
terang (dihadapan pejabat umum yang berwenang) dan
memenuhi azas publisitas (didaftarkan dalam daftar secara
khusus).

19
2. Benda Bergerak
• Karena sifatnya :
Yaitu benda-benda yang dapat dipindahkan, baik berwujud
maupun tidak berwujud.
• Karena UU :
Seperti kapal di bawah 20 m3 atau setara dgn tonase < 7
ton, kapal dan pesawat terbang yang tidak terdaftar, serta
bangunan diatas tanah orang lain.

Peralihan benda bergerak :


• Pada dasarnya tidak memerlukan prosedur khusus
sebagaimana benda tidak bergerak.
• Untuk peralihan benda bergerak tertentu seperti kendaraan
bermotor disamping adanya peralihan penguasaan,
terdapat juga kewajiban melakukan registrasi pada instansi
pendaftaran kendaraan bermotor.

20
Benda Yang Tidak Dapat Dijadikan Agunan Kredit

1. Benda Wakaf
Perbuatan hukum seseorang/badan hukum untuk memisahkan
sebagianhartanya untuk selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu gunakepentingan peribadatan/kepentingan umum sesuai
ajaran agama Islam.
UU No.41 Tahun 2004 tanggal 27 Oktober 2004 Tentang Wakaf

2. Benda Sitaan Dalam Perkara Perdata/Pidana


Benda yang telah disita oleh pengadilan, polisi, jaksa, dan lembaga
lain yang berwenang dalam perkara perdata/pidana dilarang
dialihkan dan dibebankan/diagunkan.
H.I.R (Staatsbald Tahun 1941 Nomor 44)

3. Benda Milik Negara/Daerah


Barang milik negara/daerah adalah semua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban APBN/APBD atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.
UU No.1/2004 tentang Perbendaharaan Negara jo UU No.32/2004
ttg Pemerintahan Daerah.

4. Benda Benda Milik Perusahaan Pembiayaan dan Dana Pensiun


Dalam hal bank memberikan kredit maka yang dapat dijadikan
agunan adalah Surat Sanggup Bayar (Promissory Note) yang
diterbitkan Perusahaan Pembiayaan ybs. Dana Pensiun bahkan
dilarang untuk mengajukan pinjaman kepada pihak lain.
- Kepmenkeu No.84/PMK.012/2006 ttg Perusahaan Pembiayaan
- UU No.11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

21
5. Benda Milik Yayasan
Berlaku apabila penjaminan dilakukan untuk kepentingan hutang
pihak lain, sedangkan jika dipergunakan untuk kepentingan
pinjaman Yayasan tetap diperbolehkan.
Dasar hukum : UU No.16/2001 tentang Yayasan dan perubahannnya
(UU No.28 tahun 2004)

6. Hak Atas Manfaat Pensiun


Manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarakan
suatu Dana Pensiun kpd peserta program pensiun.
Dasar hukum : UU No.11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

7. Tanah Ulayat
Hak Ulayat adalah hak persekutuan (hak bersama) yang dipunyai
oleh masyarakat hukum adat tertentu di suatu wilayah tertentu
di Indonesia. Pemanfaatan tanah-tanah ulayat harus melalui
musyawarah dengan masyarakat hukum adat ybs.
Dasar hukum : UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria.

YA S A N
YA

22
6. Identifikasi Keterkaitan Calon Debitur Dengan
Debitur Lain dan Bank (Batas Maksimum Pemberian
Kredit)
“Pada prinsipnya Calon Debitur dapat digolongkan sebagai group /
kelompok peminjam atau pihak terkait dengan bank apabila terdapat
hubungan pengendalian antara Calon Debitur dengan Debitur lain
atau antara Calon Debitur dengan Bank”

Kriteria Hubungan Pengendalian


• Hubungan Kepemilikan
Terdapat pemilikan saham dari perusahaan yang satu oleh
perusahaan/pihak yang lain baik pemilikan secara langsung
maupun secara berjenjang (ultimate subsidiary)

• Hubungan Kepengurusan
Terdapat perangkapan jabatan Direksi/Pengawas atau pejabat
eksekutif berwenang memutuskan hal yang berkaitan dengan
operasional di dua perusahaan atau lebih.

• Hubungan Keuangan
Terdapat ketergantungan keuangan antara satu perusahaan
dengan perusahaan lain yang timbul dari adanya :
- Bantuan keuangan yg menyebabkan adanya kemampuan untuk
menentukan kebijakan operasional/keuangan
- Transaksi material yang menyebabkan kesehatan keuangan
perusahaan terpengaruh.
- Pemberian jaminan (guarantee) yang menyebabkan perusahaan
yang satu memiliki kewajiban memenuhi kewajiban perusahaan
lain.

Dasar Hukum :
PBI No.7/3/PBI/2005

23
Ketentuan BMPK
PBI No.7/3/PBI/2005.
Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) yang dapat diberikan Bank
ditentukan sbb :

dari modal bank

10% Pihak yang terkaitan dengan Bank

20% Peminjam yang tidah terkait dengan Bank

25% Kelompok peminjam yang tidak terkait


dengan Bank

30% BUMN yang mempengaruhi hajat hidup orang


banyaka

bank bri
75%
Dari ketentuan BMPK yang
ditentukan oleh BI
24
CHAPTER II
Aspek Hukum Dalam
Penerimaan Agunan
Kredit
Agunan Kredit
“Disamping terminologi “jaminan”, UU Perbankan juga
mempergunakan istilah “agunan” (sebagai jaminan
tambahan), yang diserahkan debitur kepada bank
dalam rangka pemberian fasilitas kredit/ pembiayaan.
Pengertian "Agunan Kredit"
Menurut Ilmu hukum
Agunan kredit adalah suatu kebendaan maupun orang/penanggungan
(borgtoch) yang diberikan oleh debitur/pihak ketiga untuk menjadi
tanggungan pelunasan hutang debitur.

Menurut UU Perbankan
Jaminan kredit adalah keyakinan bank atas kemampuan dan
kesanggupan calon debitur untuk melunasi kewajibannya, dimana
keyakinan tersebut diperoleh melalui penilaian seksama terhadap
watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha calon debitur
(penjelasan pasal 8 UU Perbankan).

1. Gadai
Suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh debitur, atau orang lain atas namanya yang
memberikan kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan
dari barang tersebut secara didahulukan dari kreditur-kreditor lainnya.

Obyek Gadai
Benda bergerak baik berwujud seperti emas dan tidak berwujud seperti
Deposito, saham

Proses Agunan Gadai :


1. Perjanjian kredit sbg perjanjian pokok
2. Perjanjian Gadai
3. Penyerahan fisik barang Gadai ke Bank.
26
Eksekusi Agunan Gadai
Parate eksekusi
• Eksekusi agunan kredit yang dilakukan sendiri oleh kreditur berdasarkan
kuasa dari pemilik agunan dengan mengajukan permohonan lelang
ke KPKNL.
• Untuk barang berupa efek yg diperdagangkan di bursa, penjualannya
dilakukan sesuai tata cara yg berlaku di bursa

Dasar hukum :
BAB XX Buku III KUHPerdata pasal 1133 s/d 1153

2. Fidusia
Hak jaminan atas benda bergerak dengan penguasaan tetap pada
Pemberi Fidusia yang dimaksudkan sebagai agunan bagi pelunasan
hutang tertentu dan memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
Penerima Fidusia terhadap kreditur lain.

Obyek Fidusia
• Benda Bergerak yg dapat dimiliki dan dialihkan baik yang berwujud
maupun tidak berwujud, yang terdaftar maupun tidak terdaftar, seperti
kendaraan bermotor, mesin dan
• Benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan
dan Hipotek seperti bangunan diatas tanah orang lain

Proses Pembuatan Fidusia :


1. Perjanjian kredit (perjanjian pokok)
2. Perjanjian jaminan fidusia (Notariil)
3. Pendaftaran Akta Perjanjian Fidusia dan penerbitan Sertifikat Fidusia
oleh Kantor Pendaftaran Fidusia (KPF)

Dasar Hukum
UU No.42 Tahun 1999Tentang Jaminan Fidusia

27
Eksekusi Agunan Fidusia
1. Penjualan di bawah tangan.
berdasarkan kesepakatan Pemberi dan Penerima Fidusia.
2. Fiat Eksekusi
Melalui kekuatan titel eksekutorial yang tercantum dalam Sertifikat
Fidusia dengan cara mengajukan permohonan fiat eksekusi kepada
Ketua PN dan lelang melalui KPKNL.
3. Parate Eksekusi
Berdasarkan kekuasaan sendiri yang diberikan oleh Pemilik Agunan

Hapusnya Fidusia
• Hapus atau lunasnya hutang yang dijamin dengan Fidusia.
• Musnahnya benda obyek jaminan Fidusia.

Notes
Jika obyek fidusia diasuransikan maka klaim asuransi akan
menjadi pengganti obyek jaminan fidusia tersebut

Dasar Hukum
UU No.42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

3. Hak Tanggungan
Hak Jaminan yg dibebankan pada hak atas tanah, berikut atau tidak
berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah
untuk pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang
diutamakan terhadap kreditur-kreditur lain.

28 28
Obyek hak tanggungan
• Hak Milik
• Hak Guna Usaha
• Hak Guna Bangunan
• Hak Pakai Diatas Tanah Negara yang wajib di daftar dan dapat
dipindahtangankan.

Pemberian Hak Tanggungan


Pendaftaran APHT
(Mutlak)

Perjanjian Kantor
APHT
Kredit BPN

Pembuatan Akta
Pembuatan Pemberian Hak Sebagai bukti
perjanjian Tanggungan yang pendaftaran Hak
kredit sebagai menunjuk pada Tanggungan,
perjanjian pokok perjanjian pokok diterbitkan
dihadapan PPAT dimana
hak atas tanah berada.
Dasar Hukum
UU No.4 Tahun 1996Tentang Hak Tanggungan

1. Hak Milik
Adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai
orang atas tanah.

Yang dapat memiliki HM:


1. WNI
2. Bank Negara (PP No.38 Tahun 1963)

Hak Milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

29
2. Hak Guna Usaha (HGU)
Adalah hak untuk mengusahakan tanah yang langsung dikuasai
oleh Negara, dalam jk waktu tertentu, guna perusahaan pertanian,
perikanan atau peternakan.
• Diberikan atas tanah min. 5 ha, jika luas 25 ha atau lebih harus
memakai Investasi Modal yg layak & teknik perusahaan yang baik.
• Jangka waktu HGU maksimal 25 tahun atau maksimal 35 tahun
(untukk perusahaan tertentu yang perlu jangka waktu lebih lama) dan
dapat diperpanjang maksimal 25 tahun.
• Dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain

Yang dapat memiliki HGU


• WNI
• Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
*) Jika tidak lagi memenuhi syarat tsb, maka dalam jangka waktu 1
tahun wajib melepaskan / mengalihkan hak tsb,. kepada pihak lain
yang memenuhi syarat.

30
30
3. Hak Guna Bangunan (HGB)
Adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan atas tanah
yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu maksimal 30 tahun
• Jangka waktu HGB dapat diperpanjang maksimal 20 tahun.
• Dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

Yang dapat memiliki HGU


• WNI
• Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
*) Jika tidak lagi memenuhi syarat tsb, maka dalam jangka waktu 1
tahun wajib melepaskan / mengalihkan hak tsb,. kepada pihak lain
yang memenuhi syarat.

Terjadinya HGB
• Tanah yang dikuasa Negara : karena penetapan Pemerintah.
• Tanah milik : karena perjanjian (otentik) antara pemilik tanah dan
pihak yang memperoleh HGB.

OPEN

31
31
4. Hak Pakai Atas Tanah Negara
Adalah hak utk menggunakan dan memungut hasil dari tanah yang
dikuasai langsung oleh Negara
• Jangka waktu maksimal 25 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka
waktu yang tidak ditentukan.
• Pemberian Hak Pakai berdasarkan keputusan Menteri/pejabat yang
berwenang dan wajib didaftarkan ke Kantor Pertanahan.

Yang dapat diberikan Hak Pakai


1. WNI
2. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
3. Departemen, Lembaga Non Departemen dan Pemda.
4. Badan-badan keagamaan dan sosial.
5. Orang asing yang
berkedudukan di Indonesia.
6. Badan hukum asing yang
mempunyai perwakilan di
Indonesia.
7. Perwakilan negara asing
dan perwakilan badan
internasional

32
Eksekusi Hak Tanggungan
1. Penjualan di bawah tangan
berdasarkan kesepakatan Pemberi dan Penerima HT
2. Fiat eksekusi
Berdasarkan titel eksekutorial yang tercantum dalam SHT dengan
mengajukan permohonan fiat eksekusi kepada Ketua PN. Lelang
dilakukan melalui KPKNL
3. Parate Eksekusi
Berdasarkan kekuasaan sendiri yang tercantum pada Ps 2 APHT
dengan mengajukan permohonan lelang ke KPKNL

Hapusnya Hak Tanggungan


• Hapusnya atau lunasnya hutang yang
dijamin dengan Hak Tanggungan .
• Dilepaskannya Hak Tanggungan oleh
Pemegang Hak Tanggungan
• Pembersihan sisa nilai Hak
Tanggungan yang membebani objek
Hak Tanggungan yang dijual dalam
pelelangan berdasarkan penetapan
Ketua PN
• Hapusnya hak atas tanah yang
dibebani Hak Tanggungan. (Catatan:
Contoh jika terjadi peningkatan status
kepemilikan dari SHGB menjadi SHM
dalam perjalanan kreditnya, maka PKL
wajib mensyaratkan pengikatan ulang
atas objek agunan tersebut

Dasar Hukum
UU No.4 Tahun 1996
Tentang Hak Tanggungan

33
Peringkat Hak Tanggungan
1. Suatu objek Hak Tanggungan dapat dibebani dengan lebih dari satu
Hak Tanggungan guna menjamin lebih dari satu hutang
Sehingga terdapat pemegang Hak Tanggungan peringkat pertama,
kedua dst.
2. Apabila satu objek Hak Tanggungan dibebani lebih dari satu Hak
Tanggungan maka peringkatnya ditentukan menurut “TANGGAL
PENDAFTARAN” di Kantor Pertanahan.
3. Peringkat Hak Tanggungan didaftarkan pada tanggal yang sama,
ditentukan berdasarkan “Tanggal Pendaftaran APHT” di Kantor
Pertanahan.

Ps 5 UU No.4 Tahun 1996

Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT)


SKMHT adalah surat kuasa dari pemilik agunan yang memuat kuasa
khusus untuk membebankan hak tanggungan atas agunan kredit.

Jangka Waktu SKMHT


SKMHT untuk hak atas tanah yang :
1. sudah terdaftar : 1 bulan setelah diberikan.
2. belum terdaftar : 3 bulan setelah diberikan.

34
SKMHT untuk kredit tertentu :
(Perat. Menteri Negara Agraria No.4/1996)
• Usaha Kecil
• Kredit Pemilikan Rumah/Rumah Susun Sederhana,
• Kredit produktif dgn plafond tdk melebihi Rp.50 jt
• SKMHT berlaku s/d berakhirnya masa berlakunya perjanjian pokok
/ kreditnya lunas.

Syarat Formil
• Dibuat dengan akta notariis /akta PPAT
• Diberikan langsung oleh pemberi Hak Tanggungan.

Syarat Materiil
• Tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan lain selain
membebankan hak tanggungan
• Tidak memuat kuasa subtitusi (penggantian penerima kuasa melalui
pengalihan kepada pihak lain)

SKMHT
Pembebanan Hak Tanggungan wajib dilakukan sendiri oleh Pemilik
Agunan dengan cara menandatangani Akta Pemberian Hak Tanggungan
(APHT). kecuali benar-benar diperlukan diperkenankan menggunakan
SKMHT.
(penjelasan Ps 15 UUHT).

Alasan dibuatnya SKMHT :


Pada saat akad kredit, pemilik
agunan kredit belum dapat
menandatangani APHT al.
dikarenakan :
• Agunan masih dalam “proses
sertifikasi” di Kantor Pertanahan
• Sertifikat Agunan masih dalam
“proses balik nama” di Kantor
Pertanahan.
35
4. Hipotik
Hak jaminan yang dibebankan pada benda tidak bergerak untuk
pelunasan utang tertentu yg memberikan kedudukan yang diutamakan
terhadap kreditur-kreditur lain.

Obyek Hipotek
• Kapal isi kotor 20 m3 keatas atau setara dengan tonase kotor 7 (GT.7).
• Pesawat Terbang /Helikopter

Pemberian Hipotek
1. Obyek Hipotek berupa Kapal
• Perjanjian kredit sebagai (perjanjian pokok)
• Akta Hipotik oleh Pejabat Pendaftaran dan Pencatatan Balik Nama
Kapal di tempat kapal di daftar.
• Pendaftaran Akta Hipotik dalam Daftar Balik Nama Kapal
2. Obyek Hipotik berupa Pesawat Terbang/Helikopter
• Perjanjian kredit sbg (perjanjian pokok)
• Akta hipotik (Notariil)
• Pendaftaran Akta Hipotik dalam Daftar Balik Nama Kapal

Dasar Hukum
• Bab XXI Buku III KUHPerdata
• UU No.15/1992 ttg Penerbangan
• PP No.51/2002 ttg Perkapalan

Eksekusi Hipotik
1. Penjualan di bawah tangan.
2. Fiat eksekusi.
Dengan mengajukan permohonan fiat eksekusi ke Ketua PN dan lelang
dilakukan melalui KPKNL.
3. Parate eksekusi.
Berdasarkan kekuasaan sendiri dengan permohonan lelang langsung
ke KPKNL.

36
Hapusnya Hipotek
1. Hapusnya hutang yang dijamin dengan Hipotek.
2. Dilepaskannya Hipotek oleh pemegang Hipotek
3. Karena penetapanpembersihan peringkat oleh Hakim.

5. Resi Gudang
Adalah dokumen bukti kepemilikan (surat berharga) atas barang yang
disimpan di Gudang yangditerbitkan oleh Pengelola Gudang. Hak
Jaminan atas Resi Gudang adalah hak jaminan yang dibebankan
pada resi gudang untuk pelunansan suatu utang yang memberikan
kedudukan diutamakan bagi penerima hak jaminan terhadap kreditor
lain.

Obyek Jaminan Resi Gudang


Setiap benda bergerak yang dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu
dan diperdagangkan secara umum yang disimpan dalam Gudang

Proses Jaminan Resi Gudang


1. Perjanjian kredit/Pengakuan Hutang (perjanjian pokok)
2. Pembuatan Akta Perjanjian Hak Jaminan Resi Gudang.
3. Pemberitahuan adanya penjaminan Resi Gudang ke Pusat Registrasi
dan Pengelolaan Gudang

Eksekusi Jaminan Resi Gudang


Eksekusi melalui lelang umum atau penjualan langsung tanpa memerlukan
penetapan pengadilan, cukup pemberitahuan kepada pemberi jaminan.

Hapusnya Jaminan Resi Gudang


• Hapusnya utang pokok yang dijamin dengan hak jaminan resi gudang
• Pelepasan hak jaminan resi gudang oleh penerima Hak jaminan resi
gudang

Dasar Hukum
• UU No.9 Tahun 2006Tentang Sistem Resi Gudang
37
6. Borgtoch
(Lembaga Penjaminan Perorangan)
Merupakan suatu persetujuandimana Pihak Ketiga, guna kepentingan
Kreditur,mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si Debitur, mana
kala si Debitur tidak memenuhi kewajibannya.

Obyek Pertanggungan
“Orang / Badan Hukum”
Penilaiannya pada bonafiditasnya, tidak semata-mata dilihat dari harta
kekayaannya tetapi dari reputasinya dlm masyarakat /lingkungan mitra
bisnisnya

Proses Pemberian Pertanggungan


1. Perjanjian Kredit sebagai Perjanjian Pokok
2. Akta Perjanjian Pertanggungan (Personal/Corporate Guarantee) yang
menunjuk Perjanjian Pokoknya

Eksekusi pertanggungan
Bank tidak mempunyai upaya paksa terhadap si Penanggung.
Jika Penanggung tidak bersedia secara sukarela melaksanakan
kewajibannya maka Bank dpt mengajukan gugatan perdata ke PN atau
gugatan pailit melalui Pengadilan Niaga

Hapusnya pertanggungan
1. Hapusnya hutang yang dijamin dengan pertanggungan
2. Dilepaskannya jaminan karena salahanya Kreditur.
3. Diterimanya kebendaan sebagai pembayaran utang pokok

Dasar Hukum
Bab XVII pasal 1820 s/d 1850 KUHPerdatadan khusus pertanggungan
berupa Bank Garansi diatur dalam Ketentuan BI mengenai Bank Garansi

38
7. Cessie
(Bukan lembaga pengikatan agunan)
Hanya merupakan sarana pemindahan /pengalihan piutang atas nama
dan kebendaan tidak berwujud lainnya (pasal 613 KUHPerdata).

Obyek Cessie :
1. Piutang atas nama seperti Deposito
2. Kebendaan tidak berwujud seperti saham, piutang, obligasi

Pembuatan Cessie :
1. Dibuat secara tertulis dalam bentuk akta notariil atau akta dibawah
tangan.
2. Diberitahukan secara resmi/secara tertulis oleh pihak yan berhutang

Dasar Hukum
Pasal 613 KUHPerdata.

39
CHAPTER III
Aspek Hukum
Realisasi Kredit
1. Syarat sahnya Putusan Kredit (PTK) :
1. Telah melalui proses dan prosedur sesuai dengan ketentuan KUP,
PPK, SK, SE dan ketentuan intern bank lainnya serta ketentuan
perundang-undangan yang berlaku bagi bank
2. Ditetapkan oleh pejabat pemutus kredit yang memiliki kewenangan
memutus kredit (PDWK)

Putusan Delegasi Wewenang Kredit (PDWK) :


Pada prinsipnya PDWK tidak diberikan secara ex officio namun
didasarkan pada kualitas individu masing-masing pejabat dan dengan
mempertimbangkan kondisi unit kerjanya. Besarnya PDWK tiap pemutus
kredit tidak sama.

2. Tanggung Jawab Pemutus Kredit :



1. Memastikan bahwa :
• Setiap kredit telah memenuhi ketentuan perbankan dan sesuai
dgn azas-azas perkreditan yang sehat
• Pelaksanaan pemberian kredit telah sesuai dgn KUP dan PPK serta
ketentuan perkreditan lainnya
• Pemberian kredit telah didasarkan pada penilaian yang jujur,
obyektif, cermat dan seksama serta terlepas dari pengaruh pihak-
pihak yang berkepentingn dgn pemohon kredit
2. Meyakini bahwa :
kredit yang akan diberikan dapat dilunasi kembali pada waktunya dan
tidak akan menjadi kredit bermasalah.

INGAT ........ !!!


Jika hal-hal tsb. telah dilakukan maka risiko pemberian kredit
yang terjadi di luar kendali Pekerja dan menjadi risiko bisnis.

41
3. Surat Pemberitahuan Putusan Kredit
(SPPK) :
Adalah surat pemberitahuan kepada Calon Debitur tentang persetujuan bank
atas permohonan kreditnya meliputi jumlah kredit yang disetujui dengan
ketentuan dan syarat kredit sebagaimana diuraikan pada surat tsb

Kekuatan Hukum SPPK ...!!!!


• SPPK belum menimbulkan "perikatan yang sempurna" bagi para pihak
(bank dan Calon Debitur) karena baru memuat gambaran secara umum
tentang syarat dan ketentuan kredit yang akan dituangkan dalam
perjanjian kredit.
• SPPK belum memenuhi syarat
sahnya perjanjian mengenai
adanya “hal tertentu” (syarat
obyektif)

SPPK wajib ditandatangani oleh


Calon Debitur (pada bagian
akhir SPPK) dan dikembalikan
ke Bank dalam waktu 14 hari
sejak tanggal surat.

42
4. Syarat Sahnya Perjanjian :
(Ps. 1320 KUH Perdata)
Perjanjian dikatakan sah apabila memenuhi syarat subjektif dan objektif,
yaitu:

Akibat Hukum
tidak terpenuhi syarat

1. Syarat Subjektif Dapat dibatalkan


• Adanya kata sepakat
• Cakap melakukan Perjanjian batal sejak tanggal
perbuatan hukum pembatalan

2. Syarat Objektif Batal Demi Hukum


• Adanya suatu hal
tertentu Sejak semua perjanjian
• Clausa yang halal dianggap tidak pernah ada

43
5. Cara Pembuatan Akta Perjanjian Kredit :
A. Akta Notariil :
Adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-
undang dan dibuat dihadapan Notaris yang berwenang ditempat dimana
akta dibuat.

1. Memberikan kekuatan pembuktian yang sempurna tentang apa


yang dimuat di dalamnya.
2. Apa yang dituangkan didalamnya harus diterima sebagai sesuatu
yang benar, kecuali pihak yang menyangkal dapat membuktikan
hal sebaliknya di depan persidangan. (ps 1870 KUH Perdata)

07:23

44
B. Akta Dibawah Tangan :
Akta yang dibuat dan ditandatangani tanpa perantaraan seorang pejabat
umum. Mempunyai kekuatan pembuktian apabila tanda tangani dan
diakui oleh pihak penandatangan atau dianggap telah diakui menurut
hukum. (ps 1874 KUH Perdata)

1. Akta Dibawah Tangan Yang Di Waarmerking


Warmerking adalah pernyataan/pengesahan yang dilakukan
notaris atau pejabat umum lainnya mengenai kebenaran “tanggal”
suatu akta di bawah tangan.
2. Akta Dibawah Tangan Yang Dilegalisasi
Legalisasi adalah pernyataan/pengesahan yang dilakukan notaris
atau pejabat umum lainnya mengenai kebenaran “tanda tangan”
yang dibubuhkan dalam suatu akta.

45
C. Akta Pengakuan Hutang
Akta pengakuan hutang yang dibuat di bawah tangan. Disamping
penandatanganan harus ditambahkan dengan tulisan tangan yang
dibuat sendiri oleh pihak yang menandatangani.

D. Akta Yang Dibubuhi “Cap Jempol”


Belum merupakan suatu akta dan pembuktiannya diserahkan pada
Hakim. Agar berkekuatan seperti suatu akta maka pembubuhannya
harus dilakukan dihadapan Notaris atau pejabat umum lainnya (surrogat
tanda tangan)

46
CHAPTER IV
Aspek Hukum Dalam
Perubahan Kredit
Perubahan perjanjian dalam hukum perjanjian, ada yang
menyebabkan hapusnya perjanjian awal, namun ada
juga yang sifatnya hanya menambahkan. Tergantung
dari komponen dalam perjanjian yang dirubah.

1. Addendum
Adalah perubahan yang dilakukan dengan menambahkan, mengganti, atau
menghilangkan bagian tertentu dari perjanjian kredit sebelumnya.

1. Penggunaan Adendum
• Penambahan syarat/ketentuan dan hal-hal lain yang diatur dalam
perjanjian kredit.
• Penggantian syarat/ketentuan dan hal-hal lain yang diatur
perjanjian kredit
• Penghapusan/menghilangkan bagian tertentu dari syarat dan
ketentuan perjanjian kredit

2. Ketentuan Pembuatan Adendum


• Dibuat secara tertulis (notariil atau
akta bawah tangan)
• Mencantumkan kata “ Addendum”
atau kalimat “Perubahan Perjanjian
Kredit” pada judul akta.
• Menunjuk Perjanjian Kredit yg akan di
addendum , yang dituangkan dalam
premisse perjanjian.
• Cukup mengatur mengenai ketentuan/
pasal yang dirubah saja.
• Tidak dimaksudkan untuk menghapus
perjanjian kredit sebelumnya sehingga
tetap menjadi satu kesatuan dan tidak
terpisahkan dengan perjanjian kredit
sebelumnya.

48
2. Novasi
"Novasi/pembaharuan hutang adalah merupakan suatu perjanjian yang
dibuat untuk membebaskan seseorang dari suatu perikatan yang dibuatnya."

Penggunaan Novasi
1. NOVASI OBJEKTIF (Perubahan obyek perjanjian)
Obyek perjanjian adalah hal yang menjadi esensi dari suatu perjanjian,
untuk perjanjiankredit yang menjadi esensinya adalah pemberian
fasilitas kredit/pinjaman/pembiayaanberdasarkan ketentuan pinjam
meminjam.

2. NOVASI SUBJEKTIF (Perubahan subyek perjanjian) Dibuat secara tertulis


(notariil atau akta bawah tangan)

AKTIF• Akta novasi dipergunakan bilamana kedudukan kreditur


(Kreditur) lama akan digantikan oleh pihak lain sebagai kreditur
baru tanpa adanya pelunasanhutang debitur.

• Akta novasi dipergunakan bilamana terdapat debitur


PASIF baru yang ditunjukuntuk menggantikan debitur lama, dan
(Debitur) dengan penggantian tersebut debitur lama dibebaskan
dari segala perikatannya oleh pihak bank.

49
Ketentuan Pembuatan Novasi:
1. Syarat formal
• Harus dinyatakan dengan tegas (tidak boleh dipersangkakan) dan
dibuat secara tertulis dengan akta Notariil atau akta dibawah tangan
• Mencantumkan judul novasi atau pembaharuan hutang.

2. Syarat materiil
• Memuat pernyataan kehendak dari pihak utk melakukan novasi.
• Memuat pernyataan pembebasan segala kewajiban debitur atau
kreditur lama untuk digantikan oleh debitur atau kreditur baru.

Akibat Hukum Novasi

Menyebabkan hapusnya perjanjian kredit yang di novasi dan perjanjian


ikutannya.

Penggantian kreditur
Dalam perjanjian novasi dinyatakan dengan
tegas bahwa perjanjian pengikatan jaminan
akan dipertahankan untuk kepentingan
perjanjian novasi (pasal 1421 KUHPerdata).

kecuali
Penggantian Debitur
Debitur sekaligus pemilik agunan dalam
perjanjian kredit yang dinovasi, dinyatakan
dgn tegas ikut kembali sebagi debitur dalam
perjanjian novasi (pasal 1423 KUH Perdata)

50
3. delegasi
Merupakan novasi yang tidak sempurna berupa suatu penggantian debitur
dimana seorang debitur memberikan kepada pihak yang berpiutang seorang
debitur baru yg mengikatkan dirinya kepada bank.
Dalam delegasi tidak ada pembebasan kewajiban terhadap debitur lama
dan perjanjian yang lama tidak menjadi hapus.

Pembuatan
Dapat diperlakukan sebagaimana pembuatan perubahan perjanjian
pada umumnya (adendum), namun perlu ada ketentuan khusus yang
memuatpenegasan adanya penerimaan debitur baru untuk mengikatkan
diri pada kreditur.

Akibat Hukum
Delegasi menyebabkan kreditur mendapatkan tambahan pihak yang
bertindak sebagai debitur.

Penggunaan
Dipergunakan dalam hal bank akan menerima
tambahan debitur baru untuk bergabung/
menanggung hutang bersama-sama debitur
lama.

Dasar Hukum
Pasal 1417 KUHPerdata

51
4. Subrogasi
Suatu penggantian kedudukan kreditur oleh pihak lain yang terjadi akibat
adanya pembayaran yang diperjanjikan atau karena ditetapkan oleh
undang-undang.

Pembuatan
Dalam perkreditan pada umumnya yang terjadi adalah subrogasi yang
diperjanjikan berupa suatu peristiwahukum dimana ada pihak ketiga
yang melunasi utangseorang debitur dan bank bersedia mengalihkan
hak-haknya kepada pihak tersebut.

Akibat Hukum
Tidak menyebabkan hapusnya perikatan namun hanya menyebabkan
beralihnya kedudukan kreditur kepada kreditur baru sehingga apabila
diperjanjikan hak-hak istimewa termasuk pengikatan jaminan yang
melekat pada perjanjian yang disubrogasi dapat tetap melekat dan
beralih kepada kreditur baru.

Penggunaan
Dapat diperlakukan sebagaimana
addendum, namun perlu ditegaskan
bahwa penerimaan debitur baru
untuk mengikatkan diri pada
kreditur.

Dasar Hukum
KUHPerdata pasal 1400-1403

52
CHAPTER V
Aspek Hukum Dalam
Penyelesaian Kredit
Bermasalah
Penyelesaian kredit dapat dilakukan melalui penyelesaian secarasukarela,
penyelesaian yang dilakukan melalui tindakan hukum (baik yang
dilakukan sendiri oleh bank maupun melalui saluran hukum dengan
bantuan lembaga yang berwenang) dan pembebasan hutang.

Penyelesaian Secara Sukarela

Penyelesaian melalui tindakan hukum bank

Pembebasan utang (hapus tagih)

1. Tindakan hukum yang dilakukan sendiri oleh Bank (parate eksekusi)


2. Melalui saluran hukum dengan bantuan Lembaga Hukum yang
berwenang :
• Eksekusi Titel Eksekutorial
• Gugatan Perdata / Pailit
• Lembaga paksa badan

54
1. Penyelesaian Secara Sukarela
Pembayaran atau pelunasan tunggakan kredit dilakukan tanpa melalui
tindakan hukum Bank atau bantuan pengadilan / lembaga berwenang.

Pembayaran sukarela dapat dilakukan oleh :


1. Pihak Debitur
2. Pihak Penanggung
3. Penjualan agunan kredit dibawah tangan
4. Pihak ketiga untuk kepentingan debitur
5. Pihak ketiga untuk kepentingannya sendiri

Akibat Hukum Penyelesaian Secara Sukarela :

Hapusnya perjanjian kredit berikut


perjanjian jaminan dan atau
pengikatan agunan yang menyertai
perjanjian kredit

Bank berkewajiban mengembalikan


semua agunan kredit beserta
dokumen pemiliknya kepada pemilik
agunan redit

Bank berkewajiban memberikan


tanda peunsan kredit untuk keperluan
roya atas pengikatan agunan kredit

55
2. Penyelesaian Kredit Melalui Tindakan
Hukum Yang Dilakukan oleh Bank sendiri.
Dilakukan terhadap debitur yg wanprestasi terhadap perjanjian kredit, yang
dianggap “tidak mempunyai itikad baik” dalam penyelesaian kreditnya.

• Penjualan Agunan melalui Parate Eksekusi


Penjualan agunan kredit berdasarkan kuasa pemilik agunan yang
tercantum pada akta perjanjian jaminan kredit dengan cara mengajukan
permohonan eksekusi
langsung ke KPKNL.

• Penjualan Agunan
Melalui Surat Kuasa Jual
Penjualan agunan
kredit melalui Surat
Kuasa Jual dari pemilik
jaminan. Cara ini
bersifat psikologis,
dan hanya dilakukan
terhadap agunan kredit
yang belum dilakukan
pengikatan secara
sempurna.

56
3. Penyelesaian Kredit Melalui Saluran
Hukum
NOTES

Dilakukan melalui bantuan Lembaga yang berwenang

• Eksekusi Titel Eksekutorial Agunan


Eksekusi agunan berdasarkan Titel Eksekutorial pada akta perjanjian
jaminan kredit yaitu atas perintah (fiat) Ketua PN di wilayah agunan
berada.
• Eksekusi Titel Eksekutorial Grosse Akta Pengakuan Hutang
Eksekusi agunan berdasarkan title eksekutorial pada grosse akta
pengakuan hutang, yaitu atas perintah eksekusi dari Ketua PN di
wilayah agunan berada.
• Gugatan Perdata Kepada Debitur / Penanggung
Hanya dilakukan terhadap Debitur/penanggung yang tidak memiliki
itikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya, sedangkan agunan
belum dilakukan pengikat secara sempurna atau agunan hanya berupa
Personal Guarantee atau Corporate Guarantee.

57
Gugatan Sederhana
Adalah tata cara persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai
gugatan materiil maks Rp.200 juta yang diselesaikan dengan tata cara
dan pembuktian sederhana.

Yang dapat dikategorikan Gugatan Sederhana:


1. Nilai gugatan materiil maksimal Rp. 200 Juta
2. Bukan merupakan perkara yang masuk kompetensi Pengadilan
Khusus
3. Bukan sengketa hak atas tanah
4. Penggugat dan Tergugat masing-masing tidak lebih dari satu,
kecuali memiliki kepentingan yang sama
5. Tempat tinggal Tergugat harus diketahui
6. Penggugat dan Tergugat harus berdomisili di daerah hukum yang
sama.
Dasar hukum : PERMA No.2 Thn 2015

Gugatan Sederhana
• Pemeriksaan Hakim Tunggal
• Tidak dapat diajukan tuntutan provisi, eksepsi, rekovensi, replik,
duplik atau kesimpulan
• Tidak dapat diajukan Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali.
• Upaya hukum hanya dengan cara mengajukan “Keberatan” ke
Ketua PN, paling lambat 7 hari sejak putusan diucapkan

Gugatan Sederhana
• Didaftarkan di Kepaniteraan PN, dengan membayar Panjar Biaya
Perkara yang ditetapkan Ketua PN serta melampirkan : “bukti surat
yang sudah di legalisasi”.
• Surat gugatan dapat dibuat dengan mengisi blanko yang disediakan
di PN.

58
Gugatan Pailit Kepada Debitur/Penanggung
1. Debitur punya setidaknya 2 kreditur dan salah satu utang telah
jatuh tempo.
2. Gugatan pailit diajukan ke Pengadilan Niaga.
3. Putusan pailit : seluruh kekayaan debitur (yang ada sekarang dan yg
akan datang) berada dalam keadaan sita umum, untuk dibagikan
secara proposional kepada para kreditur konkuren.
4. Debitur kehilangan hak nya utk melakukan pengurusan terhadap
hartanya.
5. Utk kreditur separatis (pemegang HT, hipotek, gadai & fidusia)
tetap dapat mengeksekusi agunan kredit seolah-olah tidak terjadi
kepailitan (s/d 90 hari)
(Ps 55 ayat 1 UU No.37 Tahun 2004 ttg Kepailitan dan PKPU)

Paksa Badan (Gijzeling) Terhadap Debitur/Penanggung


PERMA No.1 /2000 :
Paksa badan dilakukan dgn cara memasukan seorang debitur yang tidak
beritikad baik ke dalam RUTAN yang ditetapkan oleh Pengadilan untuk
memaksa debitur ybs memenuhi kewajibannya.

Persyaratan
• Debitur/penanggung tidak beritikad baik termasuk ahli waris yang
telah menerima warisan dari debitur yang tidak beriktikad baik
tersebut.
• Hutangnya minimal Rp. 1 milyar, dan
• Berusia dibawah 75 tahun

59
Pembebasan Hutang (Hapus Tagih)
Perikatan antara kreditur dengan debitur dengan sendirinya menjadi
hapus karena adanya pembebasan hutang dari kreditur. (pasal 1381
KUHPerdata tentang hapusnya perikatan).

Pembebasan utang pada dasarnya merupakan tindakan hukum


kredituryang dimaksudkan untuk melepas hak atas tagihan yang
dimilikinya.

Berdasarkan PBI No.7/2/PBI/2005, Hapus Tagih harus memenuhi syarat :


• Kredit yang memiliki
kualitas macet
• Hanya dapat
dilakukan
dalam rangka
restrukturisasi
kreditatau dalam
rangka penyelesaian
kredit, dan
• Hanya dapat
dilakukan setelah
bank melakukan
berbagaiupaya
untuk memperoleh
kembali/menagih
kredit yang
diberikan.

60

Anda mungkin juga menyukai