Anda di halaman 1dari 17

Nama : Yoga S Alfaridho

Nim : A01322030

EKSPOR IMPOR

A.SIUP (Surat Izin Usaha Perusahaan)

SIUP adalah izin operasional yang diperuntukan bagi semua perusahaan


atau badan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang perdagangan,
seperti menjual barang atau jasa. Surat ini wajib dimiliki oleh para pelaku
usaha, dari perorangan, PT, CV, hingga BUMN untuk menjadi bukti bahwa
usaha yang dijalankan telah legal dan sah. Perizinan ini akan diterbitkan oleh
Dinas Perindustrian dan Perdagangan sesuai domisili perusahaan itu
didirikan.

SIUP dibuat sebagai alat pemerintah untuk mendata berbagai usaha


yang aktif dalam melakukan penjualan barang ataupun jasa. Namun kendati
demikian, ada beberapa manfaat dari pembuatan SIUP yang akan
memberikan dampak positif kepada perusahaan, antara lain :

 Bukti legal, dan sah sebuah perusahaan yang diberikan oleh pemerintah.
 Syarat untuk ikut kegiatan lelang yang diselenggarakan langsung oleh
pemerintah.
 Alat untuk mempermudah kegiatan ekspor dan impor
 Kemudahan pengaksesan dana sebagai sumber modal (misalanya
melakukan pinjaman dana)
 Syarat pendukung untuk pengurusan administrasi
 Kemudahan pengembangan bisnis (misalnya : berpartisipasi dalam
tender)
 Meningkatkan kredibilitas perusahaan
Jenis SIUP dibedakan berdasarkan tingkat kekayaan, dan besaran
modal milik badan usaha (tidak termasuk tanah, dan bangunan tempat
usaha), antara lain adalah :

1) SIUP Mikro (opsional)


Jenis SIUP ini ditujukan untuk para pelaku usaha mikro dengan modal
dan kekayaan bersih kurang dari Rp50 juta

2) SIUP Kecil

Jenis SIUP ini ditujukan untuk para pelaku usaha kecil dengan modal
dan kekayaan bersih antara Rp50 juta hingga Rp500 juta

3) SIUP Menengah

Jenis SIUP ini ditujukan untuk para pelaku usaha mikro dengan modal
dan kekayaan bersih antara Rp500 juta hingga Rp10 miliar

4) SIUP Besar

Jenis SIUP ini ditujukan untuk para pelaku usaha mikro dengan modal
dan kekayaan bersih yang mencapai lebih dari Rp10 miliar.
B. NIB (Nomor Induk Berusaha)

NIB adalah dokumen yang berfungsi sebagai pengganti TDP (Tanda Daftar
Perusahaan), API (Angka Pengenal Impor) dan hak Akses Kepabeanan. Nomor
Induk Berusaha wajib dimiliki oleh seluruh pelaku usaha (berbentuk badan dan
perorangan), baik pelaku usaha baru maupun pelaku usaha yang menjalankan
usahanya sebelum NIB diberlakukan.

NIB juga berlaku sebagai SIUP dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan).
Dengan mempunyai NIB sudah bisa dipastikan anda akan mendapatkan BPJS
Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Izin Usaha – SIUP, Angka Pengenal Impor
– API, dan Nomor Induk Kepabeanan – NIK. NIB wajib dimiliki pelaku usaha
yang ingin mengurus perizinan berusaha melalui OSS RBA (Berbasis Resiko),
baik usaha baru maupun usaha yang sudah berdiri sebelum operasionalisasi
OSS Berbasis Resiko. Sesuai dengan aturan Peraturan Menteri Keuangan No.
71/PMK.04/2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik di Bidang Kepabeanan, Cukai, dan Perpajakan, pelaku usaha yang
melakukan kegiatan ekspor dan/atau impor harus melakukan registrasi
kepabeanan ke Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk mendapatkan akses
kepabeanan. Untuk melakukan registrasi kepabeanan tersebut Pelaku Usaha
harus memiliki Nomor Induk Berusaha.
C. API (Angka Pengenal Impor)

API adalah tanda pengenal sebagai importir. API diperlukan dalam


melakukan kegiatan impor oleh perorangan maupun badan hukum. Dengan
memiliki API, badan usaha atau perorangan dapat melakukan kegiatan impor
barang secara resmi di wilayah hukum NKRI. Aturan dari pemerintah yang
mengatur tentang hal ini adalah:

 Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 378/Kp/XI/1998 tanggal 21


November 1988 tentang Pernyederhanaan Ketentuan Masa Berlaku
Angka Pengenal Importir Terbatas.
 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/9/2015 Tahun
2015 tentang Angka Pengenal Importir (Permendag 70/2015).
 Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 77/Kp/III/1978 tanggal 9 Maret
1978 tentang Ketentuan Mengenai Kegiatan Perdagangan Terbatas bagi
Perusahaan Produksi Dalam Negeri Dalam Rangka Penanaman Modal.

Jenis API terdiri dari :

a. API-U (Angka Pengenal Impor Umum)


b. API-P (Angka Pengenal Impor Produsen)
c. API-T (Angka Pengenal Impor Terbatas)

Perubahan jenis API dapat menyebabkan tidak berlakunya izin berusaha di


bidang impor yang telah diterbitkan sebelumnya, maka tidak diperbolehkan
secara asal mengganti jenis API.
D. Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK)

SVLK merupakan sistem pelacakan yang disusun secara multistakeholder


untuk memastikan legalitas sumber kayu yang beredar dan diperdagangkan di
Indonesia. SVLK dikembangkan untuk mendorong implementasi peraturan
pemerintah yang berlaku terkait perdagangan dan peredaran hasil hutan yang
legal di Indonesia. Sistem verifikasi legalitas kayu diterapkan di Indonesia untuk
memastikan agar semua produk kayu yang beredar dan diperdagangkan di
Indonesia memiliki status legalitas yang meyakinkan. Konsumen di luar negeri
pun tidak perlu lagi meragukan legalitas kayu yang berasal dari Indonesia. Unit
manajemen hutan tidak khawatir hasil kayunya diragukan keabsahannya.
Industri berbahan kayu yakin akan legalitas sumber bahan baku kayunya
sehingga lebih mudah meyakinkan para pembelinya di luar negeri.

Tujuan SVLK :

 Membangun suatu alat verifikasi legalitas yang kredibel, efisien dan adil
sebagai salah satu upaya mengatasi persoalan pembalakan liar.
 Memperbaiki tata kepemerintahan (governance) kehutanan Indonesia dan
untuk meningkatkan daya saing produk kehutanan Indonesia.
 Meningkatkan daya saing produk perkayuan Indonesia
 Mereduksi praktek illegal logging dan illegal trading
 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Prinsip SVLK :

1. Tata Kelola Kehutanan yang baik (Governance)


2. Keterwakilan (Representatif)
3. Transparansi/keterbukaan (Credibility)

Pelaku Utama dalam SVLK :

1. Kementerian Kehutanan sebagai pembuat kebijakan, fungsi pembinaan,


menetapkan LP-PHPL atau LV-LK, unit pengelola informasi VLK
2. Komite Akreditasi Nasional, melakukan akreditasi terhadap LP-PHPL dan
LV-LK
3. LP-PHPL & LV-LK, melakukan penilaian kinerja PHPL dan/atau melakukan
verifikasi legalitas kayu berdasarkan sistem dan standar yang telah
ditetapkan pemerintah
4. Auditee (Unit Managemen), pemegang izin atau pada hutan hak yang
berkewajiban memiliki sertifikat PHPL (S-PHPL) atau Sertifikat Legalitas
Kayu (S-LK)
5. Pemantau Independen, masyarakat madani baik perorangan atau lembaga
yang berbadan hukum Indonesia, yang menjalankan fungsi pemantauan
terkait dengan pelayanan public di bidang kehutanan seperti penerbitan S-
PHPL/S-LK

Dasar hukum pelaksanaan SVLK :

1. UndangUndang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan


2. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo. No.3 tahun 2008 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan
Hutan
3. Peraturan menteri kehutanan No. 38/menhut-II/2009 junto Permenhut
P.68/Menhut-II/2011 junto Permenhut P.45/Menhut-II/2012, junto Permenhut
P.42 /Menhut-II/2013 tentang Standard an Pedoman Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada
Pemegang izin atau pada Hutan Hak
4. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No.P.6/VI-
BPPHH/2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilain Kinerja Pengelolaan
Hutan Produksi dan Verifikasi Legalitas Kayu

Pihak yang harus menerapkan VLK (Verifikasi Legalitas Kayu) :

1. Pemegang izin usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada


Hutan Alam (HA/Hutan Tanaman Industri (HTI), Rehabilitasi Ekologi (RE)
2. Hutan kemasyarakatan, hutan desa, hutan tanaman rakyat
3. Pemilik hutan hak (hutan rakyat)
4. Pemilik Ijin pemanfaatan kayu (IPK)
5. Pemegang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan (IUIPHHK) dan Industri
lanjutan (IUI Lanjutan) dan Tanda Daftar Industri (TDI)
6. Audit VLK dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi yang telah diakreditasi oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan ditetapkan oleh SK Menteri
Kehutanan sebagai Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LV-LK)
E. Commercial Invoice

Commercial Invoice atau Faktur Konsuler adalah nota perincian yang


berisi tentang keterangan dari harga barang, jumlah barang, serta jumlah
yang harus dibayar oleh pembeli. Dalam Commercial Invoice harus
mendapatkan persetujuan atau pengesahan dari perwakilan negara yang
mengimpor, kantor kedutaan besar negara pengimpor di negara
pengekspor, dan kantor konsuler. Commercial Invoice ditujukan kepada
pembeli (importir) yang dibuat oleh penjual (eksportir). Nama dan alamat
dari pembeli sudah tercantum dalam letter of credit (L/C) yang kemudian
ditandatangani oleh pihak terkait atau yang berwenang. Hal-hal yang wajib
dimasukkan dalam faktur ini adalah nama pembeli, nama barang, penerima
barang, harga barang per unit, harga total barang, nomor dan tanggal
dokumen faktur ini dibuat, cara penyerahan barang (CIF/CNF/FOB). Selain
itu, ada informasi lainnya yang juga perlu dicantumkan, seperti nomor
kontainer, nama kapal atau pesawat yang digunakan untuk mengirim
barang, dan tempat muat atau bongkar barang.

Fungsi Commercial Invoice:

 Acuan perhitungan pajak


 Dokumen pengiriman barang
 Acuan petugas Bea Cukai
 Dokumen proses izin ekspor-impor
F. TDP

Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah daftar catatan resmi yang


diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang atau
peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang wajib
didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang
berwenang. Berdasarkan UU no. 3 Tahun 1982, TDP adalah daftar catatan
resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang
atau peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal wajib yang
didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang
berwenang dari kantor pendaftaran perusahaan.

Syarat Mengurus TDP Berikut beberapa syarat untuk membayar TDP:

1. Membuat permohonan TDP yang diisi oleh pemilik atau penanggung


jawab perusahaan.
2. Akta notaris pendirian badan usaha atau perubahan badan usaha (baik
nama maupun jenisnya, hanya jika ada).
3. SK hukum menteri dan HAM (khusus untuk badan usaha dalam bentuk
PT), dan terdaftar di kantor pengadilan negeri (khusus untuk badan usaha
dalam bentuk CV).
4. Surat keterangan domisili perusahaan.
5. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) perusahaan.
6. Identitas para pemegang saham (khusus untuk badan usaha PT).
7. Surat keterangan dari menteri kehakiman (khusus pemilik saham berasal
dari perusahaan non profit)
8. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), SIUPAL, SIUJPT atau surat izin
usaha lainnya yang mendukung.
9. Izin investasi atau SP BKM (untuk PMDN atau PMA).
10. Direktur KTP atau penanggung jawab perusahaan. Jika salah satu dari
mereka adalah warga negara asing, maka wajib menyertakan paspor.
11. Kartu Keluarga (KK) direktur atau penanggung jawab perusahaan.
12. Surat keterangan domisili dari pengelola gedung (jika lokasi badan
usaha ada di gedung atau komplek perkantoran).
G. NPWP

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya. pengertian dari Nomor Pokok Wajib pajak
tersebut diambil dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Pasal 1 Nomor 6.

Ada dua jenis NPWP yaitu :

1. NPWP Pribadi Pribadi adalah NPWP yang diberikan kepada setiap individu
yang punya penghasilan.

2. NPWP Badan diberikan kepada badan usaha atau perusahaan yang punya
penghasilan. Dari dua jenis NPWP, NPWP pribadi dan NPWP Badan .

NPWP mempunyai 15 digit angka yang berbeda antar wajib pajak. berikut
penjelasan tentang angka dalam NPWP :

 Sembilan angka pertama menunjukan identitas wajib pajak.


 Tiga digit berikutnya merupakan kode untuk Kantor Pelayanan Pajak
(KPP). Apabila baru terdaftar sebagai wajib pajak, maka kode tersebut
menjadi kode tempat wajib pajak mendaftar. Sedangkan, bagi wajib
pajak lama, kode tersebut merupakan kode tempat wajib pajak saat ini.
 Tiga digit terakhir artinya status wajib pajak. Apabila angka terakhir
menunjukan 000 berarti pusat atau tunggal.
 Sementara itu, jika 00x artinya cabang dan nomor paling akhir
merupakan urutan cabang.
 Sementara itu, baru-baru ini keluar peraturan baru yang menyebutkan
bahwa untuk warga negara Indonesia (WNI) dapat menggunakan nomor
induk kependudukan (NIK) sebagai NPWP. Sedangkan untuk warga
negara asing (WNA), Badan, dan Instansi Pemerintahan, hanya perlu
menambahkan angka nol (0) di depan NPWP aktif yang dimiliki,
sehingga nantinya NPWP menjadi 16 digit.

FUNGSI NPWP :

1. Persyaratan mengajukan kredit Saat hendak mengajukan kredit, Anda


mungkin akan diminta NPWP. Dalam hal ini, NPWP diperlukan untuk
memastikan nasabah taat pajak.
2. Untuk membuat SIUP SIUP atau Surat Izin Usaha Perdagangan adalah
dokumen yang menunjukan legalitas badan usaha. Salah satu syarat untuk
membuat SIUP yaitu NPWP.
3. Persyaratan administrasi perpajakan Manfaat NPWP lainnya yaitu menjadi
syarat

H. NIK

Nomor Identitas Kepabeanan yang selanjutnya disingkat NIK adalah nomor


identitas yang bersifat pribadi yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai kepada Pengguna Jasa yang telah melakukan Registrasi
Kepabeanan untuk mengakses atau berhubungan dengan sistem
kepabeanan yang menggunakan teknologi informasi maupun secara
manual.

Untuk dapat memperoleh NIK, Pengguna Jasa wajib melakukan dan


melalui hal-hal sebagai berikut:

1. Mengajukan permohonan Registrasi Kepabeanan, yang ditujukan kepada


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
2. Mengisi formulir isian sesuai dengan jenis Registrasi Kepabeanan yang
diajukan;
3. Melengkapi dokumen persyaratan untuk kelengkapan registrasi;
4. Pemeriksaan Dokumen Registrasi Kepabeanan oleh Direktur Jenderal
atau Pejabat Bea dan Cukai;
5. Jika Dokumen Registrasi Kepabeanan, disetujui, maka Direktur Jenderal
atau Pejabat Bea dan Cukai akan memberikan persetujuan, dan NIK
Terbit; atau
6. Jika Dokumen Registrasi Kepabeanan, ditolak, Direktur Jenderal atau
Pejabat Bea dan Cukai akan memberikan persetujuan akan memberikan
surat penolakan yang disertai alasannya.

I. BILL OF LADING
Bill of lading adalah surat yang diberi tanggal, dengan keterangan berisi
bahwa pengangkut telah menerima barang-barang tertentu, dengan tujuan
agar barang segera dikirimkan ke tempat yang ditunjuk, dan
menyerahkannya kepada orang yang ditunjuk. Disertakan pula beberapa
persyaratan perjanjian mengenai proses penyerahan barang. Dokumen yang
menjelaskan persyaratan pengiriman barang Ini berisi informasi penting
tentang kargo, seperti nama, alamat pengirim, nama dan alamat penerima,
serta tanggal dan waktu pengiriman. Bill of lading juga berisi informasi rincian
tentang kargo, seperti berat, dimensi, dan kondisinya.

Jadi, ada beberapa elemen atau data di dalam bill of lading, seperti:

 Nama dan alamat jelas pengirim


 Nama dan alamat penerima
 Nama kapal pengirim
 Deskripsi lengkap mengenai muatan (jenis barang, kualitas, berat, volume,
dimensi)
 Lokasi barang dimuat (load)
 Nama pelabuhan bongkar
 Number of B/L
 Terms of shipment
 Rincian freight
 Metode pembayaran

Penggunaan bill of lading melibatkan berbagai pihak, yaitu:

a) Shipper atau pihak yang bertindak sebagai beneficiary.


b) Consignee atau pihak yang diberitahukan tentang tibanya barang-barang.
c) Notify party atau pihak yang ditetapkan dalam Letter of Credit (L/C)
d) Carrier atau pihak pengangkutan atau perusahaan pelayaran.

Terdapat tiga fungsi bill of lading yang paling utama, yaitu:

a) Sebagai Tanda Terima Barang Atau Muatan

Fungsi bill of lading yang pertama adalah sebagai tanda terima yang
menyatakan bahwa berbagai barang yang dikirim sudah dimuat di atas
kapal. Jadi, barang yang dikirim oleh pihak pengirim sudah selesai diangkut,
berada di dalam kapal, dan sudah meninggalkan pelabuhan asal.

b) Sebagai Dokumen Kepemilikan

Fungsi kedua dari bill of lading adalah sebagai dokumen kepemilikan suatu
barang, yang pemegangnya disebutkan di dalam dokumen. Dengan adanya
dokumen ini, pihak penerima barang bisa mengakui bahwa dirinyalah pemilik
barang tersebut dengan cara menunjukkan identitas dirinya kepada petugas.

c) Sebagai Kontrak Pengangkutan

Bill of lading juga berfungsi sebagai kontrak pengangkutan barang dari pihak
pengirim dan pihak pengangkut. Umumnya, di dalam dokumen terdapat
pernyataan bahwa barang yang akan diangkut di atas kapal tersebut sampai
hingga alamat tujuan.
J. CERTIFICATE OF ORIGIN
Surat Keterangan Asal – SKA (Certificate of Origin) yang selanjutnya disingkat
SKA (COO) adalah dokumen yang membuktikan bahwa barang ekspor Indonesia
telah memenuhi Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia).

Manfaat Certificate of Origin

a) Memberikan Keringanan

Seperti penjelasan sebelumnya, COO merupakan dokumen yang


bisa memberikan keringanan. Namun, bentuk keringanan ini biasanya
tergantung pada negara yang bersangkutan. Misalnya, berupa
kemudahan dalam mengurus kebutuhan dan keperluan ekspor impor.
Selain itu, ada pula keringanan bea masuk preferensi seperti
pembebasan seluruh atau sebagian bea masuk impor sesuai ketentuan
negara tertentu.

b) Bukti Keaslian Barang

Manfaat Certificate of Origin yang selanjutnya adalah sebagai bukti


tertulis keaslian barang. Sebab, dalam COO berisi informasi bahwa
barang impor memang diproses dan dibuat di negara yang tercantum
pada surat keterangan tersebut.
c) Tiket Masuk Komoditi

COO berguna sebagai tiket masuk komoditi. Terutama bagi barang


ekspor Indonesia yang akan masuk ke negara tujuan. Mengingat hal
tersebut, sudah semestinya keberadaan dokumen menjadi perlu dan
penting.

d) Pelacakan Tuduhan Dumping

Dumping adalah politik perdagangan yang menerapkan harga jual


di luar negeri lebih murah daripada harga normal.

Cara ini biasanya dilakukan untuk mengurangi stok di gudang serta


menguasai pasar internasional. Dengan adanya SKA/COO, bermanfaat
sebagai dokumen untuk melacak adanya tuduhan dumping.

e) Pencairan Letter of Credit

Manfaat Surat Keterangan Asal (SKA)/COO yang berikutnya, yaitu


sebagai salah satu syarat untuk mencairkan Letter of Credit. Sehingga,
jika kamu tidak memiliki SKA ini, artinya biaya ekspor yang
memakai Letter of Credit tidak bisa dicairkan.

Jenis Surat Keterangan Asal (SKA)/(COO)

1. SKA Preferensi

Preferential Certificate of Origin atau SKA Preferensi merupakan


dokumen yang menjadi syarat untuk mendapatkan preferensi yang
disertakan pada komoditi ekspor tertentu. Sehingga, akan memperoleh
fasilitas seperti pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk sesuai
ketetapan negara tujuan.

2. SKA Non Preferensi

Sementara itu, Non Preferential Certificate of Origin merupakan


dokumen yang memiliki fungsi sebagai dokumen penyerta atau sebagai
pengawasan saja. Sehingga, barang ekspor bisa memasuki negara
tujuan.

Anda mungkin juga menyukai