Anda di halaman 1dari 18

Menerapkan Tugas Rutin Di Bidang Ekspor Impor

Menerapkan tugas rutin dibidang ekspor impor adalah mempersiapkan hal – hal sebagai
berikut. Persiapan utama yang harus ada ialah keberanian dalam mengambil keputusan.
Persiapan lain yang perlu dilakukan pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok
persiapan sebagai berikut :
A. Menyiapkan Pekerjaan Teknis
B. Memahami pengetahuan Ekspor Impor
C. Saling Mempercayai mitra usaha

MENYIAPKAN PEKERJAAN TEKNIS


Persiapan Teknis adalah tersedianya peralatan teknis yang memungkinkan kita untuk
melakukan komunikasi, khususnya korespondensi, baik dengan pemasok maupun dengan
calon pembeli di mancanegara.
Pengalaman menunjukkan sekitar 80% transaksi perdagangan ekspor – impor dilakukan
melalui korespondensi, sedangkan 20% sisanya dilakukan dengan negosiasi tatap muka, yang
akhirnya juga dikonfirmasikan dalam bentuk tertulis melalui korespondensi.
Peralatan Teknis yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Letter Head yang Menarik dan Informatif
2. Personal Computer
3. Faksimili
4. Surat Elektronik atau e-mail
5. Amplop surat atau logo perusahaan
6. PO BOX atau alamat kantor yang jelas
7. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
8. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
9. Izin Khusus Eksportir/Importir Terdaftar
10. Kontrak dengan produsen
11. Brosur dari Tiap Komoditi
12. Daftar Harga
13. Contoh Barang
Petunjuk Mengurus Izin dan Rekomendasi di Sektor Ekspor-Impor
1. Wajib Daftar Perusahaan
Setiap perusahaan, termasuk perusahaan asing, yang berkedudukan dan menjalankan
usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia dan telah memiliki izin, wajib didaftarkan
dalam Daftar Perusahaan. Perusahaan adalah meliputi bentuk usaha Perseroan Terbatas
(PT), Koperasi, Persekutuan Komanditer (CV), Firma (Fa), Perorangan dan perusahaan lain
yang melaksanakan kegiatan usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba.
Daftar Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan
ketentuan UU-WDP dan atau peraturan – peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal – hal
yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang
dari Kantor Pendaftaran Perusahaan.
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah Tanda Daftar yang diberikan oleh Kantor
Pendaftaran Perusahaan kepada perusahaan yang telah didaftarkan.
Kantor Pendaftaran Perusahaan (KPP) adalah unit kerja di lingkungan Departemen
Perindustrian dan Perdagangan selaku penyelenggaraan Wajib Daftar Perusahaan baik di
Tingkat Pusat maupun di Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II.
KPP Tingkat Pusat adalah Direktorat pendaftaran Perusahaan pada Direktorat Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri selaku penyelenggara Wajib Daftar Perusahaan pada Tingkat
Pusat.
KPP Tingkat I adalah Kantor Dinas Departemen Perindustrian dan Perdagangan selaku
penyelenggara Wajib Daftar Perusahaan pada Daerah Tingkat I.
KPP Tingkat II adalah Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan selaku penyelenggara
dan pelaksana Wajib Daftar Perusahaan pada Daerah Tingkat II.
Daftar Perusahaan merupakan sumber informasi tentang perusahaan untuk semua pihak yang
bersangkutan dalam rangka menjamin kepastian berusaha. TDP bukan merupakan Izin.
Perubahan – perubahan yang terjadi yang berkaitan dengan TDP, seperti perubahan anggaran
dasar dan pengurus perusahaan, wajib pula dilaporkan/didaftarkan.

Dasar Hukum
• UU Nomor 3 Tahun 1982 tanggal 1 Februari 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
• Keputusan Mendag Nomor 73/Kep/V/1993 tanggal 27 Mei 1993 tentang. Ketentuan
Tarif dan Pengelolaan Biaya Administrasi WDP.
• Keputusan Menperindag Nomor 12/MPP/Kep/1/1998 tanggal 16 Januari 1998 tentang
Penyelenggaraan Wajib Daftar perusahaan jo. Nomor 327/MPP/Kep/7/1999 tanggal 14 Juli
1999 tentang Perubahan Keputusan Menperindag Nomor 12/MPP/Kep/1/1998 tentang
Penyelenggaraan Wajib Pendaftaran Perusahaan.
Syarat dan Kelengkapan Dokumen
Untuk pengurusan TDP.
Bagi PT yang telah mendapatkan pengesahaan Badan Hukum dari Menteri Hukum dan
Perundang – undangan :
• Fotokopi akta pendirian perseroan.
• Asli dan fotokopi data akta pendirian perseroan yang diketahui Departemen Hukum
dan Perundang – undangan.
• Fotokopi akta perubahan pendirian perseroan (apabila ada).
• Asli dan fotokopi keputusan pengesahaan PT sebagai Badan Hukum.
• Fotokopi KTP atau paspor Dirut/ penanggung jawab perusahaan.
• Fotokopi Izin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
Bagi PT yang sedang dalam proses pengesahan Badan Hukum dari Menteri Hukum dan
Perundang – undangan :
• Fotokopi akta pendirian perseroan.
• Fotokopi data akta pendirian perseroan.
• Fotokopi akta perubahan perseroan (apabila ada).
• Fotokopi KTP atau Pasport Dirut/penanggung jawab perusahaan.
• Fotokopi Izin Usaha / Surat Keterangan yang dipersamakan.
• Fotokopi Surat Pengesahaan Badan Hukum dari Notaris kepada Menteri Hukum dan
Perundang – undangan dan bukti pembayaran administrasi proses pengesahan Badan Hukum
dari Departemen Hukum dan Perundang – undangan.
Bagi perusahaan berbentuk Koperasi :
• Fotokopi akta pendirian koperasi.
• Fotokopi KTP Pengurus koperasi.
• Fotokopi Surat Pengesahan sebagai Badan Hukum dari pejabat yang berwenang.
• Fotokopi Izin Usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
Bagi CV :
• Fotokopi akta pendirian perusahaan.
• Fotokopi KTP/ Paspor Penanggungjawab/Pengurus perusahaan.
• Fotokopi Izin Usaha/Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
Bagi Fa :
• Fotokopi akta pendirian perusahaan.
• Fotokopi KTP/ Paspor Penanggungjawab/Pengurus perusahaan.
• Fotokopi Izin Usaha/Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
Bagi Perusahaan Perorangan :
• Fotokopi akta pendirian perusahaan.
• Fotokopi KTP/ Paspor Penanggungjawab/Pemilik.
• Fotokopi Izin Usaha/surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan
oleh instansi yang berwenang.
Bagi Perusahaan lain :
• Fotokopi akta pendirian perusahaan/surat keterangan lain yang menunjukkan
keberadaan perusahaan yang bersangkutan.
• Fotokopi KTP/ Paspor Penanggungjawab Perusahaan.
• Fotokopi Izin Usaha atau Surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
Bagi kantor cabang/pembantu/perwakilan perusahaan :
• Fotokopi akta pendirian perusahaan/Surat Penunjukkan/Surat Keterangan yang
dipersamakan sebagai kantor cabang/pembantu/perwakilan.
• Fotokopi KTP/ Paspor Penanggungjawab Perusahaan.
• Fotokopi Izin Usaha/Surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan
oleh instansi yang berwenang.
Untuk pengurusan Perubahan Daftar Perusahaan :
Bagi PT yang berubah Anggaran Dasar (AD)-nya dan memerlukan persetujuan Departemen
Hukum dan Perundang – undangan :
• Asli dan fotokopi akta perubahan AD dan data akta perubahan AD yang disetujui
Departemen Hukum dan Perundang – undangan.
• Asli dan fotokopi persetujuan AD perseroan.
Bagi PT yang berubah (AD)-nya yang merupakan laporan pada Departemen Hukum dan
Perundang – undangan :
• Asli dan fotokopi akta perubahan AD.
• Asli dan fotokopi laporan tentang akta perubahan AD.
• Asli dan fotokopi laporan data akta perubahan AD perseroan yang telah diketahui dan
diterima oleh Departemen Hukum dan Perundang – undangan.
Bagi PT yang berubah pengurus perusahaannya yang harus diberitahukan kepada
Departemen Hukum dan Perundang – undangan :
• Asli dan fotokopi Risalah/Berita Acara RUPS tentang perubahan pengurus/Akta
Risalah bermaterai/Berita Acara RUPS yang dibuat oleh Notaris.
• Asli dan fotokopi TDP.
• Fotokopi Bukti Penerimaan Pemberitahuan Terjadinya Perubahan dari Departemen
Hukum dan Perundang – undangan atau fotokopi Bukti/Resi pengiriman pemberitahuan
tersebut melalui pos.
Bagi Koperasi, CV, Fa, Perseorangan dan Perusahaan lain :
• Asli dan fotokopi Risalah/Berita Acara/keterangan sejenis tentang perubahan hal – hal
yang didaftarkan.
• Asli dan fotokopi TDP.
2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan
usaha perdagangan. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib
memperoleh SIUP yang diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku di seluruh
wilayah Republik Indonesia.
SIUP terdiri atas kategori sebagai berikut :
• SIUP Kecil yang diterbitkan untuk perusahaan dengan modal disetor dan kekayaan
bersih Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan.
• SIUP Menengah yang diterbitkan untuk perusahaan dengan modal disetor dan
kekayaan bersih Rp. 200 juta sampai dengan Rp 500 juta di luar tanah dan bangunan.
• SIUP Besar yang diterbitkan untuk perusahaan dengan modal disetor dan kekayaan
bersih diatas Rp 500 juta di luar tanah dan bangunan.
Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP adalah :
• Pedagang kecil perorangan dan pedagang keliling asongan/pedagang kaki lima,
dengan memenuhi ketentuan : (a) tidak berbentuk Badan Hukum atau persekutuan; dan (b)
diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan mempekerjakan anggota
keluarganya yang terdekat.
• Cabang perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan usaha perdagangannya
mempergunakan SIUP perusahaan pusat.
• Perusahaan produksi yang didirikan dalam rangka Undang – undang Nomor 6 Tahun
1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Dasar Hukum
• Keputusan Menperindag Nomor 591/MPP/Kep/10/1999 tanggal 13 Oktober 1999,
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
Syarat dan Kelengkapan Dokumen
Perseroan Terbatas (PT) :
• Fotokopi akte Notaris pendirian perusahaan.
• Fotokopi SK Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Hukum dan Perundang –
undangan, atau fotokopi data Akte Pendirian Perseroan dan fotokopi Bukti Setor Biaya
Administrasi Pembayaran proses Pengesahan Badan Hukum dari Departemen Hukum dan
Perundang – undangan.
• Fotokopi KTP pemilik/pimpinan/penanggung jawab perusahaan.
• Fotokopi NPWP perusahaan.
• Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari pemda setempat bagi yang
dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang – undang Gangguan (HO).
• Neraca awal perusahaan.
Koperasi :
• Fotokopi akte pendirian koperasi yang telah disayahkan instansi yang berwenang.
• Fotokopi KTP pimpinan/penanggung jawab koperasi ;
• Fotokopi NPWP Perusahaan ;
• Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi yang
dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang – undang Gangguan (HO).
• Neraca awal perusahaan.
Bagi perusahaan yang Tidak Berbentuk PT atau Koperasi :
Perusahaan persekutuan :
• Fotokopi akta pendirian perusahaan/akte Notaris yang telah didaftarkan pada
Pengadilan Negeri.
• Fotokopi KTP pemilik/penanggungjawab perusahaan.
• Fotokopi NPWP perusahaan.
• Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi yang
dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang – undang gangguan (HO).
• Neraca awal perusahaan.
Perusahaan perorangan :
• Fotokopi KTP pemilik/penanggungjawab perusahaan.
• Fotokopi NPWP perusahaan.
• Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi yang
dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang – undang Gangguan (HO).
• Neraca awal Perusahaan.

Cabang / Perwakilan perusahaan:


• Fotokopi SIUP perusahaab pusat yang dilegalisasi oleh Pejabat yang berwenang
menerbitkan SIUP tersebut.
• Fotokopi akte Notaris atau bukti lainnya tentang pembukaan kantor cabang
perusahaan.
• Fotokopi KTP penanggungjawab kantor cabang bersangkutan.
• Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (kantor pusat).
• Fotokopi SITU dari Pemda di wilayah kedudukan kantor cabang bagi kegiatan usaha
perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang – Undang Gangguan (HO).
Perusahaan yang ditunjuk sebagai perwakilan perusahaan :
• Fotokopi SIUP dan TDP perusahaan yang menunjuk.
• Fotokopi SIUP dan TDP perusahaan yang ditunjuk.
• Salinan/fotokopi akte penunjukkan perwakilan atau surat tentang penunjukkan
perwakilan.
• Fotokopi KTP penanggungjawab perusahaan.
• Fotokopi SITU dari pemda di wilayah kedudukan perwakilan bagi kegiatan usaha
perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang – undang Gangguan (HO).

3. Izin Tipe (IT) UTTP Asal Impor


Izin Tipe (IT) Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapannya (UTTP) Asal Impor adalah
Izin yang dikeluarkan oleh Menperindag terhadap UTTP yang telah memenuhi persyaratan
untuk dimasukkan dari luar negeri yang akan digunakan di wilayah Indonesia.
Setiap UTTP yang masuk pertama kali dan akan digunakan di wilayah RI wajib
memperoleh Izin Tipe. Importir yang akan memasukkan UTTP dengan model/tipe baru wajib
menyerahkan satu contoh UTTP untuk diadakan penelitian dan pengujian pendahuluan.
Sedangkan terhadap UTTP yang terlanjur masuk sebelum memperoleh Izin Tipe harus
dilakukan penelitian dan pengujian pendahuluan oleh pegawai yang berhak di bidang
metrology (Seksi Metrologi) pada Kanwil Depperindag/Kandepperindag setempat.
Terhadap UTTP yang sudah dikeluarkan Izin Tipenya, dalam impor selanjutnya
tidak diperlukan izin lagi.
Dasar Hukum
• Undang – undang Nomor 2 Tahun 1981 tanggal 2 Februari 1981 tentang Metrologi
Legal (Pasal 18).
• Keputusan Menperindag Nomor 61/MPP/Kep/2/1998 tanggal 3 Februari 1998 tentang
Penyelenggaraan Kemetrologian jo. Nomor 251/MPP/Kep/6/1999 tanggal 11 Juni 1999
tentang Perubahan keputusan Menperindag Nomor 61/MPP/Kep/2/1998 tentang
Penyelenggaraan Kemetrologian.

Syarat dan Kelengkapapan Dokumen

• Proforma Invoice UTTP


• Leaflet/Brosur UTTP
• Contoh UTTP
• Laporan hasil penelitian teknis UTTP oleh pegawai yang berhak

4. Sertifikat Produk Pengguna Tanda Standar Nasional Indonesia (SNI)

Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan dan diberlakukan oleh
Menteri Perindustrian dan Perdagangan setelah mendapat persetujuan dari Dewan
Standarisasi Nasional (DSN) dan berlaku secara nasional di Indonesia.

• SNI dapat diterapkan secara wajib ataupun sukarela, dengan keterangan sebagai
berikut :
• SNI secara wajib (SNI-Wajib) diterapkan untuk produk yang berkaitan dengan
kepentingan keselamatan dan kesehatan konsumen, pemakai produk atau masyarakat, dan
kelestarian lingkungan.
• SNI secara sukarela (SNI-Sukarela) di kemudian dihari dapat ditetapkan secara wajib
atas pertimbangan teknis maupun ekonomis dan pertimbangan lainnya.

Perusahaan yang produknya termasuk SNI – Wajib harus mempunyai Sertifikat produk
Pengguna Tanda SNI. Tanda SNI adalah tanda sertifikasi produk yang dibubuhkan pada
barang, kemasan atau label yang menyatakan bahwa barang dan/atau jasa tersebut memenuhi
persyaratan SNI. Sertifikasi Produk diberikan kepada perusahaan yang telah mampu
menghasilkan suatu produk dengan mutu yang konsisten sesuai dengan SNI.

Perusahaan yang hendak memperoleh Sertifikat Produk harus menggunakan salah satu dari
modul sistem mutu sebagai berikut :

• Modul I adalah Modul Jaminan Mutu Produk, yaitu pernyataan kemampuan oleh
produsen berupa Surat Pernyataan Diri (Self Declaration) berdasarkan hasi pemeriksaan oleh
produsen yang bersangkutan terhadap sarana produksi, proses produksi dan pengendalian
mutu produk sesuai dengan Pedoman DSN.
• Modul II adalah Modul Jaminan Mutu Produk, yaitu pernyataan kemampuan
produsen berupa Sertifikat Sistem Mutu berdasarkan SNI 19-9003, Sistem Mutu Model
Jaminan Mutu dalam Inspeksi dan Pengujian Akhir.
• Modul III adalah Modul Jaminan Mutu Produksi, yaitu pernyataan kemampuan
produsen berupa Sertifikat Sistem Mutu berdasarkan SNI 19-9002, Sistem Mutu Model
Jaminan Mutu dalam Produksi, Pemasangan dan Pelayanan.
• Modul IV adalah Modul Jaminan Mutu Menyeluruh, yaitu pernyataan kemampuan
produsen berupa Sertifikat Sistem Mutu berdasarkan SNI 19-9001, Sistem Mutu Model
Jaminan Mutu dalam Desain Pengembangan Produksi, Pemasangan dan Pelayanan.
• Modul V adalah Modul Jaminan Mutu, yaitu pernyataan kemampuan produsen berupa
Sertifikat Sistem Mutu berdasarkan Standar Sistem Mutu yang diacu dan diakui selain dari
SNI seri 19 – 9000.

Dasar Hukum

• Keputusan Menperindag Nomor 108/MPP/Kep/5/1996 tanggal 22 Mei 1996 tentang


Standarisasi, Sertifikasi, Akreditasi dan Pengawasan Mutu Produk di Lingkungan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan jo. Nomor 425/MPP/Kep/9/1998 tanggal tentang
Perubahan Pasal 23 Keputusan Memperindag Nomor 108/MPP/Kep/5/1996 tanggal 22 Mei
1996 tentang Standarisasi, Sertifikasi, Akreditasi dan Pengawasan Mutu Produk di
Lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan jo. Nomor 384/MPP/Kep/8/1999
tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
108/MPP/Kep/V/1996 tanggal 22 Mei 1996.
• Keputusan Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian dan Perdagangan Nomor
631/SJ/SK/VIII/1999 tanggal 23 Agustus 1999 tentan Perubahan Atas Keputusan Sekretaris
Jenderal Departemen Perindustrian dan Perdagangan No. 407/SJ/SK/VI/1996 tanggal 21 Juni
1996 tentang Ketentuan dan Tata Cara Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI.

Syarat dan Kelengkapan Dokumen

Bagi Pengguna Modul I :

Mengajukan surat permohonan dan melampirkan :

• Daftar isian permohonan Produk Pengguna Tanda SNI dan lampiran yang
dipersyaratkan.
• Surat pernyataan diri tentang kesuaian (Self Declaration).
• Sertifikat hasil uji atas contoh produk yang masih berlaku beserta label contoh uji dan
berita acara pengambilan contoh atau Sertifikat Inspeksi Teknis.

Bagi Pengguna Modul II, III, IV dan V :

Mengajukan surat permohonan dan melampirkan :

• Daftar isian permohonan Produk Pengguna Tanda SNI dan lampiran yang
dipersyaratkan.
• Sertifikat Sistem Mutu dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu yang terakreditasi.
• Sertifikat hasil uji atas contoh produk yang masih berlaku beserta label contoh uji dan
berita acara pengambilan contoh atau Sertifikat Inspeksi Teknis.

B. MEMAHAMI PENGETAHUAN EKSPOR IMPOR


Perdagangan adalah salah satu dari kegiatan bisnis. Pengertian bisnis lebih luas dari pada
perdagangan, sebab bisnis meliputi lebih banyak masalah dari pada perdagangan. Yakni
meliputi investasi, produksi, pemasaran dan lain – lain, sedangkan perdagangan hanyalah
salah satu kegiatan penting dari bisnis yang kaitannya dengan transaksi barang dan jasa.
Namun demikian, perdagangan merupakan inti dari kegiatan bisnis, karena pada akhirnya
setiap kegiatan bisnis berujung pada kegiatan memperdagangkan yang intinya jual – beli.

Apabila suatu produk melintasi batas suatu negara dengan maksud untuk diperjual belikan
dinamakan Perdagangan Internasional. Dalam perdagangan internasional kegiatan jual – beli
tersebut dinamakan Transaksi Ekspor – Impor. Transaksi ekspor – impor adalah transaksi jual
beli produk antara pengusaha yang bertempat tinggal di negara – negara yang berbeda atau
transaksi perdagangan antara negara yang satu dengan yang lainnya.

Perdagangan Internasional adalah kegiatan yang berlangsung melintasi negara dan benua
yang sudah barang tentu mempunyai peraturan – peraturan hukum dan budaya yang berbeda
maupun cara berdagang. Oleh karena itu pemerintah setiap negara berkepentingan untuk
mengatur kegiatan tata cara perdagangan. Bagi Indonesia untuk ikut bermain dalam kegiatan
perdagangan ini, maka perlu dipahami terlebih dahulu permasalahan – permasalahannya
sebagai persiapan untuk mengantisipasinya.

Kegiatan ekonomi dunia saat ini menggambarkan bahwa pembeli secara bertahap mulai
mengusai pasar (buyers market). Terutama di bidang perdagangan Internasional, karenanya
kegiatan perdagangan Internasional dituntut untuk mampu menyajikan informasi tentang
perkembangan pasar kepada para produsen didalam negeri, agar dapat menyesuaikan produk
sesuai dengan permintaan pasar. Juga dituntut adanya kemampuan untuk memperkenalkan
produk dalam negeri kepada calon pembeli diluar negeri, serta mempengaruhinya dalam
rangka usaha diversifikasi komoditi dan pasar.

Secara terperinci perdagangan internasional merupakan suatu kegiatan ekonomi masyarakat


disuatu negara dan menjalani hubungan kegiatan ekonomi masyarakat di negara – negara lain
dalam bidang perdagangan. Hubungan tersebut dijalin dalam perjanjian internasional bersifat
bilateral maupun multilateral.
Perdagangan internasional merupakan bagian integral dari bisnis internasional merupakan
bagian integral dari bisnis internasional yang cukup luas. Bisnis internasional dapat meliputi
berbagai aspek kegiatan ekonomi dan perdagangan antar negara di dunia.

1. Ruang Lingkup Ekspor – Impor

a. Ekspor

Adalah menjual barang dari dalam negeri ke luar peredaran Republik Indonesia dan barang
yang dijual tersebut harus dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Departemen
Keuangan.

b. Impor

Adalah membeli barang dari dalam negeri ke dalam peredaran Republik Indonesia dan
barang yang dibeli tersebut harus dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Departemen Keuangan.

2. Manfaat Melakukan Ekspor – Impor

Aspek Ekspor, secara Mikro yaitu :

1. Memperluas dan mengembangkan pemasaran.


2. Meningkatkan penjualan dan Pendapatan.
3. Memperluas kegiatan perusahaan.
4. Meningkatkan produksi dengan memanfaatkan idle capacity.
Aspek Ekspor, secara Makro yaitu :

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.


2. Memberdayakan sumber – sumber ekonomi yang potensial di dalam negeri.
3. Memperluas lapangan kerja dan menghasilkan devisa.
4. Mendorong pengembangan IPTEK dan SDM.
5. Mengembangkan SOSBUD bangsa.

Aspek Impor, secara Mikro yaitu :

1. Membantu penyediaan kebutuhan masyarakat dan pemerintah akan barang.


2. Menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan perusahaan.

Aspek Impor, secara Makro yaitu :

1. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintahan.


2. Mendorong pengembangan IPTEK
3. Meningkatkan produksi nasional.

3. Organisasi / lembaga – lembaga yang terkait dalam Ekspor – Impor di Dalam Negeri
dan Luar Negeri.

Dengan berkembangnya perdagangan internasional yang dilakukan masyarakat di berbagai


negara, maka muncul berbagai organisasi yang ikut serta menata, member pengaruh secara
langsung ataupun tidak langsung terhadap kegiatan perdagangan internasional.

Didalam dan diluar negeri pada masing – masing negara terdapat organisasi atau lembaga
yang terkait dengan perdagangan internasional yaitu :
Lembaga Pemerintah

Rule & Regulations, Regulator, Fasilitator.

Produsen

Produk, Komoditi, Sektor Agraris, Industri dan Pertambangan.

Eksportir

Menghasilkan devisa.

Importir

Mensupply kebutuhan dalam negeri.

KADIN & ASOSIASI

Wadah kerjasama para pedagang dan industriawan.

Lembaga Penunjang
Member pelayanan jasa untuk menunjang ekspor – impor.

Dalam hubungan perdagangan antar negara, telah dibentuk organisasi – organisasi


internasional yang mengarah pada bentuk organisasi pasar bersama dan organisasi komoditi
untuk menata sistem pasar dan harga komoditi tersebut.

Dengan demikian eksportir dan importir hendaknya dapat mengetahui dan memahami
peraturan dan kebijaksanaan dari pemerintah negara eksportir dan importir, serta kebutuhan –
kebutuhan umum yang ditetapkan oleh organisasi internasional dan regional.

Kebijaksanaan perdagangan Internasional diarahkan untuk meningkatkan efisiensi


perdagangan dalam dan luar negeri, sehingga lebih memperlancar arus barang dan jasa,
mendorong pembentukan harga yang layak dalam iklim persaingan yang sehat, menunjang
efisiensi produksi, mengembangkan ekspor, memperluas lapangan kerja dan kesempatan
berusaha, meningkatkan dan meratakan pendapatan rakyat serta memantapkan stabilitas
ekonomi

Prosedur Ekspor

Prosedur adalah langkah – langkah kegiatan yang dilakukan secara berurutan mulai dari
langkah awal hingga langkah terakhir dalam rangka penyelesaian proses suatu pekerjaan.
Dalam melakukan kegiatan ekspor dikenal juga dengan istilah Prosedur Ekspor. Prosedur
Ekspor adalah langkah – langkah yang harus dilakukan oleh eksportir apabila melakukan
ekspor. Prosedur Ekspor terdiri dari 12 (dua belas) langkah sebagai berikut :

a. Korespondensi

Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir luar negeri untuk menawarkan dan
menegosiasikan komoditi yang akan dijualnya. Dalam surat penawaran kepada importir harus
dicantumkan jenis barang, mutunya, harganya, syarat – syaratnya pengiriman, dan
sebagainya.
b. Pembuat Kontrak Dagang

Apabila importir menyetujui dengan penawaran yang diajukan oleh eksportir, maka importir
dan eksportir membuat dan menandatangani kontrak dagang. Dalam kontrak dagang
dicantumkan hal – hal yang disepakati bersama.

c. Penerbitan Letter of Credit (L/C)

Setelah kontrak dagang ditanda tangani maka importir membuka L/C melalui bank
koresponden dinegaranya dan mengirimkan L/C tersebut ke Bank Devisa yang ditunjuk
memberitahukan diterimanya L/C tersebut kepada eksportir.

d. Mempersiapkan Barang Ekspor

Dengan diterimanya L/C tersebut maka eksportir mempersiapkan barang – barang yang
dipesan importir. Keadaan barang – barang yang dipersiapkan harus sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam kontrak dagang dan L/C.

e. Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Selanjutnya eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Dagang (PEB) ke Bank Devisa


dengan melampirkan surat sanggup apabila barang ekspornya terkena pungutan ekspor.

f. Pemesanan Ruang Kapal


Eksportir memesan ruang kapal ke Perusahaan Pelayaran Samudera atau perusahaan
penerbangan. Perlu dicek perusahaan perkapalan mana yang mempunyai tariff angkutan
kargo paling murah dan paling memberikan jaminan akan ketepatan waktu pelayaran.
g. Pengiriman Barang Ke Pelabuhan
Eksportir sendiri dapat mengirim barang ke pelabuhan pengiriman dan pengurusan barang ke
pelabuhan dan ke kapal dapat juga dilakukan oleh perusahaan jasa pengiriman barang
(Perusahaan Freight Forwarding atau Perusahan Ekspedisi Muatan Kapal Laut / EMKL).
Dokumen – dokumen ekspor disertakan dalam pengiriman barang ke pelabuhan dan ke kapal.

h. Pemeriksaan Bea Cukai

Di Pelabuhan Dokumen ekspor diperiksa oleh pihak Bea Cukai. Apabila diperlukan, barang –
barang yang akan diekspor diperiksa juga oleh pihak Bea Cukai. Apabila barang – barang dan
dokumen yang menyertainya telah sesuai dengan ketentuan maka Bea Cukai menanda
tangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB.

i. Pemuatan Barang ke Kapal

Setalah pihak Bea Cukai menandatangani PEB maka barang telah dapat dimuat ke kapal.
Segera setelah barang dimuat ke kapal, pihak pelayaran menerbitkan Bill of Lading (B/L)
yang kemudian diserahkan kepada eksportir.

j. Surat Keterangan Asal

Eksportir sendiri atau Perusahaan Freight Forwarder atau EMKL/EMKU memfiat pemuatan
barangnya dan mengajukan permohonan atau ke kantor Dinas Departemen Perdagangan atau
memperoleh SKA apabila diperlukan.

k. Pencairan L/C
Apabila barang sudah dikapalkan, maka eksportir sudah dapat ke bank untuk mencairkan
L/C. dokumen – dokumen yang diserahkan ke bank adalah B/L, Commercial Invoice,
Packing List dan PEB.

l. Pengiriman Barang ke Importir

Barang dalam perjalanan dengan kapal dari Indonesia ke pelabuhan di negara importir.

Prosedur Impor

Apabila Importir di Indonesia ingin membeli (mengimpor) barang dari luar negeri, Importir
yang bersangkutan harus memperhatikan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Mencari supplier baik diluar negeri atau melalui agennya didalam negeri
dalam bentuk Export Agen, Solo Agent, atau Trading House.
2. Meminta supplier untuk mengirimkan sample (contoh barang) dan (performa
invoice) untuk mengetahui barang, harga barang, cara pengiriman, cara pembayaran,
mutu barang dsb.
3. Melakukan perhitungan biaya – biaya impor antara lain berupa bea masuk
yang harus dibayar, PPn, PPnBM (kalau ada), PPh, dan beberapa harga yang bisa
ditawarkan dipasaran luar negeri.
4. Negosiasi tentang harga dan jenis barang berdasarkan Performa
Invoice dan Sample yang telah dikirimkan oleh supplier.
5. Kalau sudah terjadi sepakat segera mengajukan permohonan pembukaan L/C
kepada Bank Devisa dengan menyetorkan uang jaminan sebesar 100% dan jumlah
L/C yang dibuka dan membayar biaya pembukaan sebesar 0,5% dari jumlah L/C yang
diajukan. Dalam hal importir tidak bisa menyediakan dana untuk setoran ini, segala
kebijaksanaan ada pada pihak bank. Seperti misalnya importir tidak mempunyai
jumlah margin yang cukup untuk membayar setoran jaminan ini tetapi importir hanya
bisa memberikan angsuran dalam bentuk lain, maka diterima tidaknya PPLC yang
diajukan kepada bank keputusan ada pada pihak.
6. Memberitahu eksportir mengenai L/C yang telah dibukanya untuk member
kesempatan kepada eksportir mengenai persiapan pengadaan barang.
7. Menunggu pengiriman dari eksportir.
8. Menghubungi pihak pelayanan untuk meminta informasi tentang ETA
(Estimated Time Arrival) atau waktu tiba kapal.
9. Menghubungi Bank Devisa mengenai tibanya dokumen impor dari eksportir
antara lain LPS, B/L, Invoice, Packing List dll.
10. Mengajukan PIB (Pemberitahuan Impor Barang) dan mengisi SSPCP (Surat
Setoran Pabean, Cukai dan Pajak) untuk memperoleh LPS (Laporan Pemeriksaan
Surveyor) asli dan B/L asli guna proses pengeluaran barang di pelabuhan (Proses
Inklaring) sekaligus mendebit rekening pembiayaan importir seperti yang tercantum
dalam PIB, SSPCP kepada Bank Devisa.
11. Menukarkan B/L asli dengan D/O (Delivering Order) kepada pelayaran untuk
bisa mengeluarkan container digudang lini I dan membawa PIB, SSPCP ke Bea Cukai
untuk bisa mengeluarkan barang dari pelabuhan.

SALING MEMPERCAYAI MITRA USAHA.

Anda mungkin juga menyukai