Anda di halaman 1dari 12

.

1 Latar Belakang
Etika didefinisikan sebagai penyelidikan terhadap alam dan ranah moralitas dimana istilah
moralitas dimaksudkan untuk merujuk pada penghakiman akan standar dan aturan tata laku
moral. Etika juga bisa disebut sebagai studi filosofi perilaku manusia dengan penekanan pada
penentuan apa yang dianggap salah dan benar.
Dari definisi itu kita bisa mengembangkan sebuah konsep etika bisnis. Tentu sebagian kita akan
setuju bila standar etika yang tinggi membutuhkan individu yang punya prinsip moral yang
kokoh dalam melaksanakannya. Namun, beberapa aspek khusus harus dipertimbangkan saat
menerapkan prinsip etika ke dalam bisnis.
Pertama, untuk bisa bertahan, sebuah bisnis harus mendapatkan keuntungan. Jika keuntungan
dicapai melalui perbuatan yang kurang terpuji, keberlangsungan perusahaan bisa terancam.
Banyak perusahaan terkenal telah mencoreng reputasi mereka sendiri dengan skandal dan
kebohongan. Kedua, sebuah bisnis harus dapat menciptakan keseimbangan antara ambisi untuk
mendapatkan laba dan kebutuhan serta tuntutan masyarakat sekitarnya. Memelihara
keseimbangan seperti ini sering membutuhkan kompromi atau bahkan barter.
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis dalam menjalankan
good business dan tidak melakukan monkey business atau dirty business. Etika bisnis mengajak
para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang etis agar bisnis itu pantas
dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini
sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan tipu
muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis dan oleh karenanya membawa serta
tanggung jawab etis bagi pelakunya.
Berbisnis dengan etika adalah menerapkan aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis.
Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan
aturan-aturan. Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak jujur
adalah tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan
pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia
dikatakan tidak etis dan tidak bermoral. Intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita
sendiri untuk dapat menjalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan toleransi. Dengan kata
lain, etika bisnis ada untuk mengontrol bisnis agar tidak tamak.
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk meraih
keuntungan, masih banyak perusahaan yang melakukan berbagai pelanggaran moral. Praktik
curang ini bukan hanya merugikan perusahaan lain, melainkan juga masyarakat dan negara.
Praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) tumbuh subur di banyak perusahaan.
Dari mana upaya penegakkan etika bisnis dimulai? Etika bisnis paling gampang diterapkan di
perusahaan sendiri. Pemimpin perusahaan memulai langkah ini karena mereka menjadi panutan
bagi karyawannya. Selain itu, etika bisnis harus dilaksanakan secara transparan. Pemimpin
perusahaan seyogyanya bisa memisahkan perusahaan dengan milik sendiri. Dalam operasinya,
perusahaan mengikuti aturan berdagang yang diatur oleh tata cara undang-undang.
Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sanksi. Kalau semua tingkah laku salah
dibiarkan, lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Repotnya, norma yang salah ini akan menjadi
budaya. Oleh karena itu bila ada yang melanggar aturan diberikan sanksi untuk memberi
pelajaran kepada yang bersangkutan. Ada tiga sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis.
Pertama, etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis pertama-
tama bertujuan untuk menghimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis secara baik dan
etis.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat kita temukan dalam latar belakang di atas adalah :
1. Pengertian dari hakikat bisnis serta bagaimana karakteristik bisnis tersebut
2. Pergeseran paradigma dari pendekatan stockholders ke pendekatan stakeholders
3. Apa saja tanggung jawab moral dan social bisnis pada perusahaan
4. Serta kode etik berbagai profesi

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui hakikat dari bisnis serta karakteristik bisnis tersebut
2. Mahasiswa dapat memahami adanya pergeseran paradigma dari pergeseran stockholder ke
pendekatan stakeholder
3. Mahasiswa dapat memahami tanggung jawab moral dan social yang nantinya akan diemban
serta kode etik berbagai profesi yang ada.

2.2 Hakikat Bisnis


Hakikat Bisnis adalah Kebutuhan Manusia yang berupa barang dan jasa yang harus terpenuhi
kebutuhannya dengan usaha mendapatkan alat pembayarannya yaitu uang atau tukar-menukar
barang (barter) yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak.
Hakikat bisnis adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia, organisasi ataupun masyarakat
luas. Businessman (seorang pebisnis) akan selalu melihat adanya kebutuhan masyarakat dan
kemudian mencoba untuk melayaninya secara baik sehingga masyarakat menjadi puas dan
senang. Dari kepuasan masyarakat itulah si pebinisnis akan mendapatkan keuntungan dan
pengembangan usahanya.
Seorang bisnisman atau wirausahawan akan melihat kebutuhan masyarakat
lingkungannya.Upaya ini merupakan proses mengidentifikasi potensi bisnis, bahkan dalam hal
ini biasanya diikuti dengan perkiraan atau antisipasi atas pertumbuhan potensi pasar tersebut di
masa datang. Disamping itu juga akan memperhitungkan adanya persaingan yang timbul dari
pengusaha lain yang juga bergerak dalam melayani kebutuhan pasar yang sejenis. Disisi lain
pengusaha haruslah memikirkan tersedianya sumber daya serta sumber dana besrta dengan cara
yang sebaik-baiknya guna melayani kebutuhan pasar tersebut dengan memproduksikan dan
menyajikan barang dan jasa yang dihasilkan itu kepada masyarakat, kelebihan hasil di
ongkosnya itulah yang merupakan laba atau keuntungan.
Pengertian bisnis menurut beberapa ahli adalah :
1. Mahmud Machfoedz
Bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi
untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan konsumen
2. Brown dan Petrello (1976)
"Business is an institution which produces goods and services demanded by people". Artinya
bisnis ialah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Apabila kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula
perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut sambil memperoleh laba.
3. Steinford (1979)
"Business is all those activities involved in providing the goods and service needed or desired by
people". Dalam pengertian ini bisnis sebagai aktivitas yang menyediakan barang atau jasa yang
diperlukan atau diinginkan oleh konsumen. Dapat dilakukan oleh organisasi perusahaan yang
memiliki badan hukum, perusahaan yang memiliki badan usaha, maupun perorangan yang tidak
memiliki badan hukum maupun badan usaha seperti pedagang kaki lima, warung yang tidak
memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Usaha Perdagangan serta usaha
informal lainnya.
4. Griffin dan Ebert (1996)
"Business is an organization that provides goods or services in order to earn provit". Sejalan
dengan definisi tersebut , aktifitas bisnis melalui penyediaan barang dan jasa bertujuan untuk
menghasilkan profit (laba). Suatu perusahaan dikatakan menghasilkan laba apabila total
penerimaan pada suatu periode (Total Revenues) lebih besar dari total biaya (Total Costs) pada
periode yang sama. Laba merupakan daya tarik utama untuk melakukan kegiatan bisnis,
sehingga melalui laba pelaku bisnis dapat mengembangkan skala usahanya untuk meningkatkan
laba yang lebih besar.
5. Hughes dan Kapoor
Business is the organized effort of individuals to produce and sell for a provit, the goods and
services that satisfy societies needs. The general term business refer to all such efforts within a
society or within an industry ". Maksudnya bisnis ialah suatu kegiatan usaha individu yang
terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan ada dalam industri. Orang yang mengusahakan
uang dan waktunya dengan menanggung resiko dalam menjalankan kegiatan bisnis disebut
enterpreneur.

2.2 Karakteristik Bisnis


Beberapa karakteristik umum yang dianggap harus dimiliki suatu proses bisnis adalah:
1. Definitif: Suatu proses bisnis harus memiliki batasan, masukan, serta keluaran yang jelas.
2. Urutan: Suatu proses bisnis harus terdiri dari aktivitas yang berurut sesuai waktu dan ruang.
3. Pelanggan: Suatu proses bisnis harus mempunyai penerima hasil proses.
4. Nilai tambah: Transformasi yang terjadi dalam proses harus memberikan nilai tambah pada
penerima.
5. Keterkaitan: Suatu proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus terkait dalam suatu
struktur organisasi.
6. Fungsi silang: Suatu proses umumnya, walaupun tidak harus, mencakup beberapa fungsi.
Sering kali pemilik proses, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap kinerja dan
pengembangan berkesinambungan dari proses, juga dianggap sebagai suatu karakteristik proses
bisnis.
Selain karakteristik umum diatas, proses bisnis juga memiliki karakteristik bisnis sebagai
berikut:
Semua orang mendambakan bisnis yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Modal rendah. Jika terjadi kegagalan dalam bisnis yang sedang digeluti, maka kegagalan
tersebut tidak akan mengakibatkan kerugian yang besar.
2. Adanya pengarahan, bimbingan dan dukunagn. Pengarahan, bimbingan dan dukungan ini
diharapkan dapat memberikan informasi tentang :
- Cara memulai bisnis tersebut.
- Cara mengelola dan mengembangkan bisnis tersebut.
- Cara menghadapai hambatan yang ada.
- Pembimbingan yang mampu mengingatkan dan memberikan motivasi seperti pertemuan,
training, seminar, dsb.
3. Risiko kecil. Jika mungkin, bisnis tersebut tidak berisiko sama sekali.
4. Pendapatan besar. Tingkat pendapatan ini diharapkan dapat terus dikembangkan hingga tidak
terbatas.
5. Ekspansi mudah. Bisnis ini harus bisa diperluas wilayahnya hingga seluas-luasnya.
Selama ini, belum pernah ditemukan karakteristik bisnis idaman tersebut. Ketika muncul sebuah
peluang bisnis dengan karakteristik di atas, banyak orang yang justru TIDAK PERCAYA.
Akibatnya, reaksi mereka adalah :
- Memandang sebelah mata pada bisnis tersebut.
- Mencurigai bisnis tersebut dan menganggap semuanya itu hanya kebohongan dan penipuan.
- Menghindari dan menganggap bisnis tersebut tidak mungkin dilakukan.

2.3 Pergeseran Paradigma dari Pendekatan Stockholders ke Pendekatan Stakeholder


Shareholders atau stockholders paradigm merupakan sebuah paradigma dimana Chief Executive
Officer (CEO) berorientasi pada kepentingan pemegang saham. Pihak manajemen sebagai
pemegang mandat (agency) berusaha memperoleh keuntungan sebesar besarnya untuk
menyenangkan dan meningkatkan kemakmuran pemegang saham (principal). Seakan akan
pemegang saham merupakan pihak yang paling berpengaruh bagi kelangsungan hidup
perusahaan. Orientasi seperti ini mengakibatkan evalusi yang dilakukan atas pengelolaan bisnis
hanya dilihat dari aspek finansial. Prestasi manajemen hanya dilihat dari kemampuannya
menghasilkan laba. Hal ini mendorong manajemen menghalalkan berbagai cara demi mengejar
keuntungan. Tindakan demikian mengakibatkan adanya pihak pihak lain yang dirugikan.
Paradigma stockholders kemudian mengalami pergeseran, karena pada kenyataannya
manajemen dihadapkan pada banyak kepentingan yang pengaruhnya perlu diperhitungkan secara
seksama. Bagaimanapun juga dalam kegiatan bisnis akhirnya muncul kesadaran bahwa dalam
usaha memperoleh laba, selain stockholders, wajib juga diperhatikan kepentingan pihak pihak
lain yang terkena dampak kegiatan bisnis. Pihak berkepentingan (stakeholders) adalah individu
atau kelompok yang dapat dipengaruhi atau mempengaruhi tindakan, keputusan, kebijakan,
praktek, dan tujuan organisasi bisnis. Perusahaan berdiri ditengah tengah lingkungan.
Lingkungan merupakan satu satunya alasan mengapa bisnis itu ada.
Pendekatan stakeholders terutama memetakan hubungan hubungan yang terjalin kedalam
kegiatan bisnis pada umumnya. Pendekatan ini berusaha memberikan kesadaran bahwa bisnis
harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak yang terkaityang
berkepentingan dengan suatu kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan dan dihargai. Pendekatan ini
bermuara pada prinsip tidak merugikan hak dan kepentingan manapun dalam kegiatan bisnis.
Hal ini menuntut agar bisnis dijalankan secara baik dan etis demi hak dan kepentingan semua
pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan bisnis. Adapun lingkungan yang berada di sekitar
perusahaan adalah pemegang saham, kelompok pendukung,media massa, kelompok sosial,
pemerintah asing, pemerintah setempat, pesaing, konsumen, pemasok, pekerja, dan kreditur.
Pada umumnya stakeholders dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu:
1. Kelompok primer
Keompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham (stockholders), kreditur, pegawai,
pemasok, konsumen, penyalur, pesaing atau rekanan. Yang paling penting diperhatikan dalam
suatu kegiatan bisnis tentu saja adalah kelompok primer karena hidup matinya atau berhasil
tidaknya bisnis suatu perusahaan sangat ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkan yang
dijalin dengan kelompok primer tersebut. Demi keberhasilan dan kelangsungan bisnis,
perusahaan tidak boleh merugikan satupun kelompok stakeholders primer diatas. Dengn kata
lain, perusahaan harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan kelompok tersebut,
seperti jujur dan bertanggung jawab dalam penawaran barang dan jasa, bersikap adil terhadap
mereka, dan saling memahami satu sama lain. Disinilah kita menemukan bahwa prinsip etika
menemukan tempat penerapannya yang paling konkret dan sangat sejalan dengan kepentingan
bisnis untuk mencari keuntungan.

2. Kelompok sekunder
Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media
massa, kelompok pendukung, masyarakat pada umumnya dan masyarakat setempat.

Dalam situasi tertentu kelompok sekunder bisa sangat penting bahkan bisa jauh lebih penting
dari kelompok primer, karena itu sangat perlu diperhatikan dan dijaga kepentingan mereka.
Misalnya, kelompok sosial semacam LSM, baik dibidang lingkungan hidup, kehutanan maupun
hak masyarakt lokal. Demikian pula pemerintah nasional mupun asing. Juga, media massa dan
masyarakat setempat.
Dlam kondisi sosial, ekonomi, politik semacam Indonesia, masyarakat setempat bisasangat
mempengaruhi hidup matinya perusahaan. Ketika suatu perusahaan beroperasi tanpa
memberikan kesejahteraan, nilai budaya, saran dan prasarna lokal, lapangan kerja setempat dan
lainnya, akan menimbulkan suasana sosial yang tidak kondusif dan tidak stabil bagi
kelangsungan bisnis perusahaan tersebut.
Jika ingin berhasil dan bertahan dalam bisnisnya, mka perusahaan harus pandai menangani
dan memperhatikan kepentingan kedua kelompok stakeholders tersebut secara berimbang.
Perusahaan dituntut untuk tidak hanya memperhatikan kinerja dari aspek keuangan semata,
melainkan juga dari aspek aspek lin secara berimbang. Balanced Scorecard yang dkemukakan
oleh Kaplan & Kaplan pada tahun 1970-an merupakan salah satu pendekatan yang kini banyak
digunakan dalam melakukan perencanaan strategi bisnis dan evaluasi kinerja perusahaan.
Balanced Scorecard menekankan perhatian secara berimbang antara kinerja dari aspek internal
dan eksternal, serta aspek finansial dan nonfinansial. Implementasi pendekatan ini menunjukkan
wujud nyata kesadaran bisnis akan pentingnya perhatian terhadap stakeholders.

2.4 Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis


Tanggung jawab sosial perusahaan sangat erat kaitannya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:
Apakah memang perusahaan punya tanggung jawab moral dan sosial ?
Kalau ada, manakah lingkup tanggung jawab itu ?
Apakah, terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan itu, perusahaan perlu terlibat dalam
kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat atau tidak ?
Bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan itu dapat dioperasionalkan dalam suatu
perusahaan ?
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah suatu konsep
bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung
jawab terhadapkonsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala
aspek operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, di mana ada argumentasi bahwa
suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak
semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau devidenmelainkan juga harus
berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.
Pengertian tanggung jawab social perusahaan atau CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah
operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara
finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan
berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan
dengan CSR adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations,
dan community development.
Tanggung jawab perusahaan ( CSR ) yang baik CSR yang baik (good CSR) memadukan empat
prinsip good corporate governance, yakni fairness, transparency, accountability, dan
responsibility, secara harmonis. Ada perbedaan mendasar di antara keempat prinsip tersebut
(Supomo, 2004). Tiga prinsip pertama cenderung bersifat shareholders-driven karena lebih
memerhatikan kepentingan pemegang saham perusahaan.
Sebagai contoh, fairness bisa berupa perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas;
transparency menunjuk pada penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu;
sedangkan accountability diwujudkan dalam bentuk fungsi dan kewenangan RUPS, komisaris,
dan direksi yang harus dipertanggung jawabkan.
1. Syarat bagi Tanggung Jawab Moral
Tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional
Bebas dari tekanan, ancaman, paksaan atau apapun namanya
Orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan tindakan itu
Dalam membahas prinsip-prinsip etika profesi dan prinsip-prinsip etika bisnis, kita telah
menyinggung tanggung jawab sebagai salah satu prinsip etika yang penting. Persoalan yang
pelik yang harus dijawab pada tempat pertama adalah manakah kondisi bagi adanya tanggung
jawab moral. Manakah kondisi yang relevan yang memungkinkan kita menuntut agar seseorang
bertanggung jawab atas tindakannya.
2. Status Perusahaan
Terdapat dua pandangan (Richard T. De George, Business Ethics, hlm.153), yaitu:
Legal-creator, perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena itu ada hanya berdasarkan hukum
Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif
Tanggung jawab sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh mana perusahaan
itu berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya (Milton Friedman,The Social
Responsibilities of Business to Increase Its Profits, New York Times Magazine,13-09-1970)
Perusahaan adalah sebuah badan hukum. Artinya perusahaan dibentuk berdasarkan peraturan
hukum tertentu dan disahkan dengan hukum atau legal tertentu. Karena itu, keberadaannya
dijamin dan sah menurut hukum tertentu. Itu berarti perusahaan adalah bentukan manusia, yang
eksistensinya diikat berdasarkan aturan hukum yang sah.
Sebagai badan hukum perusahaan mempunyai hak hak legal tertentu sebagaimana yang dimiliki
oleh manusia. Misalnya hak milik pribadi, hak paten, hak atas milik tertentu, dan sebagainya.
Sejalan itu, perusahaan juga mempunyai kewajiban legal untuk menghormati hak legal
perusahaan lain atau tidak boleh merampas hak perusahaan lain. Ini hanyalah bentuk tanggung
jawab legal.
Anggapan bahwa perusahaan tidak punya tanggung jawab moral sama saja dengan mengatakan
bahwa kegiatan perusahaan bukanlah kegiatan yang dijalankan oleh manusia
Tanggung jawab moral perusahaan dijalankan oleh staf manajemen
Tanggung jawab legal tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab moral Sesungguhnya, pada
tingkat operasional bukan hanya staf manajemen yang memikul tanggung jawab sosial dan moral
perusahaan ini, melainkan seluruh karyawan
3. Lingkup Tanggung jawab Sosial
Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas
Keuntungan ekonomis
Tanggung jawab social menunjukkan tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan pihak-
pihak lain secara lebih luas daripada sekedar terhadap kepentingan perusahaan belaka. Dengan
konsep tanggung jawab social perusahaan mau dikatakan bahwa kendati secara moral adalah
baik bahwa perusahaan mengejar keuntungan, tidak dengan sendirinya perusahaan dibenarkan
untuk mencapai keuntungan itu dengan mengorbankan kepentingan pihak-pihak lain. Artinya
keuntungan dalam bisnis tidak mesti dicapai dengan mengorbankan kepentingan pihak lain, atau
kepentingan masyarakat luas.
Dengan demikian dengan konsep tanggung jawab social dan moral perusahaan mau dikatakan
bahwa suatu perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan bisnisnya yang
mempunyai pengaruh atas orang-orang tertentu, masyarakat, serta lingkungan dimana
perusahaan itu beroperasi.

4. Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan


Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya
Argument keras yang menentang keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan social sebagai
wujud tanggung jawab social perusahaan adalah paham dasar bahwa tujuan utama, bahkan satu
satunya, dari kegiatan bisnis adalah mengejar keuntungan sebesar besarnya. Selain itu, fungsi
bisnis ini adalah fungsi ekonomis, buka fungsi social. Artinya bisnis adalah kegiatan ekonomi
bukan kegiatan social
Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan
Yang mau dikatakan disini adalah bahwa keterlibatan social sebagai wujud tanggung jawab
social perusahaan akan menimbulkan minat dan perhatian yang bermacam ragam, yang pada
akhirnya akan mengalihkan, bahkan mengacaukan para perhatian pimpinan perusahaan.
Asumsinya keberhasilan perusahaan dalam bisnis modern penuh persaingan yang ketat sangat
ditentukan oleh konsentrasi seluruh perusahaan, yang ditentukan oleh konsentrasi pimpinan
perusahaan, pada core businessnya.
Biaya Keterlibatan Sosial Keterlibatan social sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan
malah dianggap memberatkan masyarakat. Alasannya, biaya yang dgunakan untuk keterlibatan
perusahaan itu bukan biaya yang disediakan oleh perusahaan itu, melainkan biaya yang telah
diperhitungkan sebagai salah satu komponen dalam harga barang dan jasa yang ditawarkan
dalam pasar.
Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
Argument ini kembali menegaskan mitos bisnis amoral yang telah kita lihat. Dengan argument
ini mau dikatakan bahwa para pemimpin perusahaan tidak professional dalam membuat pilihan
dan keputusan moral. Mereka hanya professional dalam bidang bisnis dan ekonomi. Karena itu,
perusahaan tidak punya tenaga terampil yang siap untuk melakukan kegiatan-kegiatan social
tertentu.
5. Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah Setiap kegiatan bisnis
dimaksudkan untuk mendatangkan keuntungan. Ini tidak bisa disangkal. Namun dalam
masyarakat yang semakin berubah, kebutuhan dan harapan masyarrakat terhadap bisnis pun ikut
berubah. Karena itu, untuk dapat bertahan dan berhasil dalam persaingan bisnis modern yang
ketat sekarang ini, para pelaku bisnis semakin menyadari bahwa mereka tidak bisa begitu saja
hanya memusatkan perhatian pada upaya mendatangkan keuntungan yang sebesar besarnya.
Terbatasnya Sumber Daya Alam Argument ini didasarkan pada kenyataan bahwa bumi kita ini
mempunyai sumber daya alam yang terbatas. Bisnis justru berlangsung dalam kenyataan ini,
dengan berupaya memanfaatkan secara bertanggungjawab dan bijaksana sumber daya alam yang
terbatas itu demi memenuhi kebutuhan manusia. Maka bisnis diharapkan melakukan kegiatan
social tertentu yang terutama bertujuan untuk memelihara sumber daya alam.
Lingkungan Sosial yang Lebih Baik Bisnis berlangsung dalam suatu lingkungan social yang
mendukung kelangsungan dan keberhasilan bisnis itu dimasa depan. Ini punya implikasi etis
bahwa bisnis mempunyai kewajiban dan tanggung jawab moral dan social untuk memperbaiki
lingkungan sosialnya kea rah yang lebih baik. Semakin baiknya lingkungan sosialnya dengan
sendirinya akan memperbaiki iklim bisnis yang ada.
Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan Keterlibatan social khususnya, maupun tanggung
jawab social perusahaan secara keseluruhan, juga dilihat sebagai suatu pengimbang bagi
kekuasaan bisnis modern yang semakin raksasa dewasa ini
Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna
Keuntungan Jangka Panjang
6. Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Prinsip utama dalam suatu organisasi profesional, termasuk perusahaan, adalah bahwa struktur
mengikuti strategi
Artinya, struktur suatu organisasi didasarkan ditentukan oleh strategi dari organisasi atau
perusahaan itu
Strategi yang diwujudkan melalui struktur organisasi demi mencapai tujuan dan misi
perusahaan perlu dievaluasi secara periodik, salah satu bentuk evaluasi yang mencakup nilai-
nilai dan tanggung jawab sosial perusahaan adalah Audit Sosial
Saat ini sudah banyak perusahaan yang menerapkan program program tanggung jawab sosial.
Mulai dari perusahaan yang terpaksa menjalankan program tanggung jawab sosial-nya karena
peraturan yang ada, sampai perusahaan yang benar-benar serius dalam menjalankan program
tanggung jawab sosial dengan mendirikan yayasan khusus untuk program program tanggung
jawab sosial mereka. Berdasarkan konsep Triple Bottom Line (John Elkington, 1997) atau tiga
faktor utama operasi dalam kaitannya dengan lingkungan dan manusia (People, Profit, and
Planet), program tanggung jawab sosial penting untuk diterapkan oleh perusahaan karena
keuntungan perusahaan tergantung pada masyarakat dan lingkungan.

2.5 Kode Etik Berbagai Profesi

Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan, sehingga
diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru, ataupun calon anggota
kelompok profesi. Kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional
anggota kelompok profesi. Sehingga pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur tangan
untuk menentukan bagaimana profesional menjalankan kewajibannya.
Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau yang
sudah mapan dan tentunya lebih efektif lagi apabila norma perilaku itu dirumuskan secara baik,
sehingga memuaskan semua pihak.

FUNGSI KODE ETIK

Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang
professional agar tidak merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari
kode etik profesi:

1) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi
mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada
masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
3) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana
profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan
profesi di lain instansi atau perusahaan.

KODE ETIK DARI KEDOKTERAN

1. Kesehatan pasien adalah prioritas dokter. Kode Etik kedokteran International menyebutkan
bahwa Dokter harus memberikan kepada pasiennya loyalitas penuh dan seluruh pengetahuan
yang dimilikinya.
2. Mempunyai etika untuk menyimpan kerahasiaan pasiennya, kecuali jika diperlukan untuk
bertanggung jawab secara hukum, misalnya dalam pengadilan.
3. Apabila dokter akan melakukan tindakan operasi dan sebagainya, maka dokter diharuskan
untuk meminta ijin tertulis kepada pasien.
KODE ETIK DARI IT

Di dalam perusahaan perusahaan pasti mempunyai setidaknya 1 IT yang bertanggung jawab


terhasap sistem di perusahaan tersebut. Pertanggung jawaban seorang IT yaitu terhadap software
dan hardware.

1. Orang IT sebagai orang yang paling tau akan bisnis proses perusahaan mempunyai kode etik
yang mendasar untuk menjaga kerahasiaannya. Perusahaan sendiri mengantisipasi hal ini dengan
adanya kontrak kerahasiaan yang wajib ditandatangani oleh orang IT.

2. Kode etik dari IT yang lainnya adalah mendokumentasikan hasil buatannya ke dalam tulisan,
agar bisa dipahami oleh penerusnya/penggantinya. Karena setiap IT pasti mempunyai logika dari
program yang dibuatnya,sehingga tidak mungkin ada persamaan antara IT satu dengan IT yang
lainnya. Hal ini disebut penting sekali untuk masa depan perusahaan,yaitu apabila IT tersebut
suatu saat pindah bagian,maka penerus atau penggantinya dapat meneruskan,memperbaiki,dan
mengembangkan program yang telah dibuat oleh IT sebelumnya.

3. Selain itu kode etik yang harus dimiliki seorang IT adalah sangat diutamakan bahwa seorang
IT harus mempunyai etika yang membangun. Maksud dari membangun disini adalah seorang IT
mempunyai keahlian yang luar biasa dalam membuat aplikasi tetapi dengan keahlian mereka
tersebut mereka juga bisa membuat sesuatu yang menghancurkan perusahaan seperti virus,worm.
Penyalahgunaan lain juga bisa seperti menjual data perusahaan untuk mendapatkan uang,
memanipulasi data seperti memperbesar gaji dll.

KODE ETIK JURNALISTIK

1. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan keberimbangan dalam


peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar.
2. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan untuk
menyuarakan pendapatnya.
3. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat.
4. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen.
5. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang diketahuinya tidak akurat.
6. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban kejahatan
seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur.
7. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat.

3.1 Kesimpulan
Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap
karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik. Paradigma etika
dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait
dengan bisnis atau mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini,
reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah competitive
advantage yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai
sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. Di dalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan
menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi
pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor
perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya perbuatan tercela dalam
dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin
meningkat.
Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup makro maupun
mikro. Perspektif makro adalah pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang
berperan lebih efektif dan efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang dan
jasa. Perspektif mikro adalah dalam Iingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau
trust. Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Pengendalian Diri
pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak
memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun dengan jalan main curang atau
memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut.
2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk uang dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
3. Mempertahankan Jati Diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan
tersebut tidak mematikan yang lemah dan sebaliknya.
5. Menerapkan Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu
memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi
apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam
dunia bisnis
7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena
persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk mengadakan kolusi serta
memberikan komisi kepada pihak yang terkait.
8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang kondusif harus ada sikap saling percaya (trust) antara
golongan pengusaha.
9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang
tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.
10. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap
apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
11. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan
Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut,
seperti proteksi terhadap pengusaha lemah.

Etika dalam berbisnis sangatlah penting agar mempererat kerjasama antara satu perusahaan atau
lebih, etika tidak hanya untuk antar perusahaan tetapi juga harus terjalin dengan masyarakat
sekitar bisnis yang sedang di jalani. Menghindari segala bentuk tindak kecurangan jaga akan
meningkatkan keeratan bisnis.

DAFTAR PUSTAKA

: http://andi-wb.blogspot.com/2012/05/kode-etik-profesi.html
http://julia.staff.ipb.ac.id/2013/01/11/kode-etik-bidang-information-teknologi-etika-profesi/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/kode-etik-berbagai-macam-profesi/
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya. Jakarta : Salemba Empat.

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

Anda mungkin juga menyukai