Anda di halaman 1dari 14

ETIKA BISNIS

Dosen Pengampu :
Dr. Ni Putu Nita Anggraini, SE, MM

OLEH
KELOMPOK ……:

Made Widia Arista Putri 04 / 2102612010010


Putu Marlina Anggita Dewi 07/ 2102612010021

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2024
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.......................................................................................................i
PEMBAHASAN................................................................................................1
A. Hakikat Bisnis.........................................................................................1
B. Karakteristik Bisnis.................................................................................2
C. Pergeseran Paradigma dari pendekatan stockholder ke pendekatan
stakeholder..............................................................................................4
D. Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis...............................................6
E. Kode Etik Berbagai Profesi.....................................................................8
DAFTAR PSUTAKA......................................................................................12

i
PEMBAHASAN

A. Hakikat Bisnis
Hakikat Bisnis adalah Kebutuhan Manusia yang berupa barang dan
jasa yang harus terpenuhi kebutuhannya dengan usaha mendapatkan alat
pembayarannya yaitu uang atau tukar-menukar barang (barter) yang saling
menguntungkan antar kedua belah pihak. Hakikat bisnis adalah usaha untuk
memenuhi kebutuhan manusia, organisasi ataupun masyarakat luas.
Businessman (seorang pebisnis) akan selalu melihat adanya kebutuhan
masyarakat dan kemudian mencoba untuk melayaninya secara baik sehingga
masyarakat menjadi puas dan senang. Dari kepuasan masyarakat itulah si
pebinisnis akan mendapatkan keuntungan dan pengembangan usahanya.
Seorang bisnisman atau wirausahawan akan melihat kebutuhan
masyarakat lingkungannya.Upaya ini merupakan proses mengidentifikasi
potensi bisnis, bahkan dalam hal ini biasanya diikuti dengan perkiraan atau
antisipasi atas pertumbuhan potensi pasar tersebut di masa datang. Disamping
itu juga akan memperhitungkan adanya persaingan yang timbul dari
pengusaha lain yang juga bergerak dalam melayani kebutuhan pasar yang
sejenis. Disisi lain pengusaha haruslah memikirkan tersedianya sumber daya
serta sumber dana besrta dengan cara yang sebaik-baiknya guna melayani
kebutuhan pasar tersebut dengan memproduksikan dan menyajikan barang
dan jasa yang dihasilkan itu kepada masyarakat, kelebihan hasil di ongkosnya
itulah yang merupakan laba atau keuntungan.
Pengertian bisnis menurut beberapa ahli adalah :
a. Mahmud Machfoedz
Bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok
orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi
dan menjual barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen
b. Steinford (1979)
"Business is all those activities involved in providing the goods and
service needed or desired by people". Dalam pengertian ini bisnis

1
sebagai aktivitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan
atau diinginkan oleh konsumen. Dapat dilakukan oleh organisasi
perusahaan yang memiliki badan hukum, perusahaan yang memiliki
badan usaha, maupun perorangan yang tidak memiliki badan hukum
maupun badan usaha seperti pedagang kaki lima, warung yang tidak
memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Usaha
Perdagangan serta usaha informal lainnya.
c. Griffin dan Ebert (1996)
"Business is an organization that provides goods or services in order to
earn provit". Sejalan dengan definisi tersebut , aktifitas bisnis melalui
penyediaan barang dan jasa bertujuan untuk menghasilkan profit (laba).
Suatu perusahaan dikatakan menghasilkan laba apabila total
penerimaan pada suatu periode (Total Revenues) lebih besar dari total
biaya (Total Costs) pada periode yang sama. Laba merupakan daya
tarik utama untuk melakukan kegiatan bisnis, sehingga melalui laba
pelaku bisnis dapat mengembangkan skala usahanya untuk
meningkatkan laba yang lebih besar.

B. Karakteristik Profesi Bisnis


Baru belakangan ini bisnis dianggap sebagai sebuah profesi. Profesi
dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk nafkah hidup dengan
menggunakan keahlian dan keterampilan dengan melibatkan komitmen
pribadi dalam melakukan pekerjaan tersebut(Satyanugraha, 2003:10). Bisnis
modern mensyaratkan dan menuntut para pelaku bisnis untuk menjadi orang
yang profesional.Orang yang profesional umumnya adalah orang yang dapat
dipercaya oleh masyarakat untuk melakukan pekerjaan yang menjadi
profesinya. Semakin tajam persaingan, semakin dituntut sikap profesional
untuk membangun citra bisnis yang baik melalui pelayanan kepada
masyarakat. Bisnis merupakan kegiatan menjual citra kepada masyarakat
dengan cara memenuhi kebutuhan mereka secara prima, baik, dan jujur
melalui penawaran barang dan jasa yang bermutu dan harga yang wajar. Oleh

2
karena itu, perlu dibangun citra bisnis sebagai suatu profesi yang diperlukan
dan dihargai.

Profesionalisme akhirnya menjadi keharusan dalam bisnis. Hanya saja


sikap profesional dalam bisnis terbatas pada kemampuan tekhnis menyangkut
keahlian dan keterampilan yang terkait dengan bisnis: manajemen, produksi,
pemasaran, keuangan, personalia, dan seterusnya(Keraf, 1998:46). Orang-
orang yang professional selalu berarti orang-orang yang mempunyai
komitmen pribadi yang tinggi, yang serius dalam pekerjaannya, yang
bertanggungjawab atas pekerjaannya agar tidak sampai merugikan orang lain.

Menurut Keraf (dalam Rindjin, 2004:63) suatu profesi yang


diperlukan dan dihargaimempunyai karakteristik sbb :

1. Seseorang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan khusus yang


ia peroleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang membentuk
profesinya, yang membedakannya dengan orang lain. Barang atau jasa
yang bermutu dan dengan harga yang kompetitif hanya dapat dihasilkan
oleh profesionalisme.
2. Terdapat kaedah dan standar moral. Pada setiap profesi selalu ada
peraturan yang menentukan bagaimana profesi itu dijalankan. Peraturan
yang biasa disebut kode etik ini sekaligus menunjukkan tanggungjawab
profesional dalam melakukan pekerjaan, seperti kode etik dokter,
wartawan, pengacara, akuntan dsb. Untuk menjaga kemurnian dan
ketepatan pelaksanaan kode etik ini, dibentuklah organisasi profesi.
Organisasi profesi ini berkewajiban menjaga nama baik organisasi,
melakukan seleksi anggota baru dan bila perlu memberikan sanksi kepada
anggota yang melanggar kode etik profesi.
3. Seseorang perlu memiliki ijin khusus atau lisensi untuk bisa menjalankan
suatu profesi. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi profesi tersebut dari
orang-orang yang tidak profesional.
Memberikan pelayanan dari masyarakat. Keuntungan harus dibayar
sebagai akibat logis dari pelayanan kepada masyarakat, bahkan keikutsertaan
dalam mensejahterakan masyarakat, adalah citra perusahaan yang baik

3
C. Pergeseran Paradigma dari Pendekatan Stockholder ke Pendekatan
Stakeholder
Shareholders atau stockholders paradigma merupakan sebuah
paradigma dimana Chief Executive Officer(CEO) berorientasi pada
kepentingan pemegang saham. Pihak manajemen sebagai pemegang
mandat(agency) berusaha memperoleh keuntungan sebesar-besarnya untuk
menyenangkan dan meningkatkan kemakmuran pemegang saham(principal).
Seakan-akan pemegang saham merupakan pihak yang paling berpengaruh
bagi kelangsungan hidup perusahaan. Orientasi seperti ini, mengakibatkan
evaluasi yang dilakukan atas pengelolaan bisnis hanya dilihat dari aspek
financial. Prestasi manajemen hanya dilihat dari kemampuannya
menghasilkan laba. Hal ini mendorong manajemen menghalalkan berbagai
cara demi mengejar keuntungan. Tindakan demikian mengakibatkan adanya
pihak-pihak lain yang dirugikan.
Paradigma shareholders kemudian mengalami pergeseran, karena
pada kenyataannya manajemen dihadapkan pada banyak kepentingan yang
pengaruhnya perlu diperhitungkan dengan seksama. Bagaimanapun juga
dalam kegiatan bisnis akhirnya muncul kesadaran bahwa dalam usaha
memperoleh laba, selain shareholders wajib juga diperhatikan kepentingan
pihak-pihak lain yang terkena dampak kegiatan bisnis. Pihak
berkepentingan(stakeholders) adalah individu atau kelompok yang dapat
dipengaruhi atau mempengaruhi tindakan, keputusan, kebijakan, praktek, dan
tujuan organisasi bisnis. Perusahaan berdiri ditengah-tengah lingkungan.
Lingkungan merupakan satu-satunya alasan mengapa bisnis itu ada.
Pendekatan stakeholders terutama memetakan hubungan-hubungan
yang terjalin dalam kegiatan bisnis pada umumnya. Pendekatan ini berusaha
memberikan kesadaran bahwa bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar
hak dan kepentingan semua pihak terkait yang berkepentingan dengan suatu
kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan, dan dihargai. Pendekatan ini bermuara
pada prinsip tidak merugikan hak dan kepentingan pihak manapun dalam

4
kegiatan bisnis. Hal ini menuntut agar bisnis dijalankan secara baik dan etis
demi hak dan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan
bisnis.
Pada Umumnya stakeholders dapat dibagi kedalam dua kelompok,
yaitu:
1. Kelompok Primer.
Kelompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham(shareholders),
kreditur, penyalur dan pesaing atau rekanan. Yang paling penting
diperhatikan dalam suatu kegiatan bisnis tentu saja adalah kelompok
primer karena hidup matinya atau berhasil tidaknya bisnis suatu
perusahaan sangat ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkan yang
dijalin dengan kelompok primer tersebut. Demi keberhasilan dan
kelangsungan bisnis, perusahaan tidak boleh merugikan satupun kelompok
stakeholders primer di atas. Dengan kata lain, perusahaan harus menjalin
relasi bisnis yang baik dan etis dengan kelompok tersebut:jujur,
bertanggungjawab dalam penawaran barang dan jasa, bersikap adil
terhadap mereka, dan saling memahami satu sama lain. Di sinilah kita
menemukan bahwa prinsip etika menemukan tempat penerapannya yang
paling konkret dan sangat sejalan dengan kepentingan bisnis untuk
mencari keuntungan.
2. Kelompok sekunder.
Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat,pemerintah
asing,kelompok sosial,media massa,kelompok pendukung,masyarakat
pada umumnya dan masyarakat setempat. Dalam situasi tertentu kelompok
sekunder bisa sangat penting bahkan bisa jauh lebih penting dari kelompok
primer, karena itu sangat perlu diperhitungkan dan dijaga kepentingan
mereka. Misalnya kelompok sosial semacam LSM, baik dibidang
lingkungan hidup, kehutanan, maupun hak masyarakat lokal. Demikian
pula pemerintah nasional maupun asing. Juga, media massa dan
masyarakat setempat. Dalam kondisi sosial, ekonomi, politik semacam
Indonesia, masyarakat setempat bisa sangat mempengaruhi hidup matinya
suatu perusahaan. Ketika suatu perusahaan beroperasi tanpa memberikan

5
kesejahteraan, nilai budaya, sarana dan prasarana lokal, lapangan kerja
setempat dan seterusnya, akan menimbulkan suasana sosial yang tidak
kondusif dan tidak stabil bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut.
Jika ingin berhasil dan bertahan dalam bisnisnya, maka perusahaan harus
pandai menangani dan memperhatikan kepentingan kedua kelompok
stakeholders tersebut secara berimbang. Perusahaan dituntut untuk tidak
hanya memperhatikan kinerja dari aspek keuangan semata, melainkan juga
dari aspek-aspek lain secara berimbang.

D. Tanggung Jawab Moral Dan Sosial Bisnis


Tanggung jawab perusahaan adalah tindakan dan kebijakan
perusahaan dalam berinteraksi yang didasarkan pada etika. secara umum etika
dipahami sebagai aturan tentang prinsip dan nilai moral yang mengarahkan
perilaku sesorang atau kelompok masyarakat mengenai baik atau buruk dalam
pengambilan keputusan. Menurut Jones, etika berkaitan dengan nilai-nilai
internal yang merupakan bagian dari budaya perusahaan dan membentuk
keputusan yang berhubungan dengan tanggung jawab social.

Terdapat 3 pendekatan dalam pembentukan tanggung jawab social:

1. pendekatan moral yaitu tindakan yang didasarkan pada prinsip kesatuan


2. pendekatan kepentingan bersama yaitu bahwa kebijakanmoral harus
didasarkan pada standar kebersamaan, kewajaran dan kebebasan yang
bertanggung jawab
3. kebijakan bermanfaat adalh tanggup jawab social yang didasarkan pada
nilai apa yang dilakukan perusahaan menghasilakn manfaat besar bagi
pihak berkepentuingan secara adil.

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social


Responsibility adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun
bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab
terhadapkonsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan
dalam segala aspek operasional perusahaan.

6
Pengertian tanggung jawab social perusahaan atau CSR sangat
beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya
untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk
pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan
berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan
sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate
philanthropy, corporate community relations, dan community development.

Tanggung jawab perusahaan ( CSR ) yang baik CSR yang baik (good
CSR) memadukan empat prinsip good corporate governance, yakni fairness,
transparency, accountability, dan responsibility, secara harmonis. Ada
perbedaan mendasar di antara keempat prinsip tersebut (Supomo, 2004). Tiga
prinsip pertama cenderung bersifat shareholders-driven karena lebih
memerhatikan kepentingan pemegang saham perusahaan.

a. Syarat bagi Tanggung Jawab Moral


 Tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional
 Bebas dari tekanan, ancaman, paksaan atau apapun namanya
 Orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan
tindakan itu
b. Status Perusahaan
Terdapat dua pandangan (Richard T. De George, Business Ethics,
hlm.153), yaitu:
 Legal-creator, perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena
hanya berdasarkan hukum
 Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif
c. Lingkup Tanggung jawab Sosial
 Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial yang berguna bagi
kepentingan masyarakat luas
 Keuntungan ekonomis
d. Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
 Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-
besarnya

7
 Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan
 Biaya Keterlibatan Sosial Keterlibatan social sebagai wujud
tanggung jawab sosial
 Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
e. Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
 Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah
 Terbatasnya Sumber Daya Alam
 Lingkungan Sosial yang Lebih Baik
 Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan Keterlibatan social
khususnya,
 Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna
 Keuntungan Jangka Panjang
f. Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
 Prinsip utama dalam suatu organisasi profesional, termasuk
perusahaan, adalah bahwa struktur mengikuti strategi
 Strategi yang diwujudkan melalui struktur organisasi demi
mencapai tujuan dan misi perusahaan perlu dievaluasi secara
periodik, salah satu bentuk evaluasi yang mencakup nilai-nilai dan
tanggung jawab sosial perusahaan adalah Audit Sosial

E. Kode Etik serbagai Profesi

Anggota dari suatu profesi umumnya terorganisasi dalam suatu


asosiasi atau organisasi profesi yang memiliki kekuasaan untuk mengatur
anggotanya dalam menjalankan profesinya. Kode etik menyangkut apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan dalam pelaksanaan suatu profesi. Kode etik
berisi tuntutan keahlian, komitmen moral, dan perilaku yang diinginkan dari
orang yang melakukan profesi tersebut. Kode etik pada umumnya disusun
untuk mengungkapkan cita-cita dan jiwa profesi yang bersangkutan dan
menjadi norma moral yang berlaku bagi mereka yang melakukan profesi
tersebut.

8
Kode etik berbagai profesi sudah dikenal sejak lama. Sumpah
Hipocrates(abad ke-5 SM) dapat dipandang sebagai kode etik profesi tertua
dalam bidang kedokteran yang masih digunakan hingga saat ini. Dalam
zaman modern sekarang ini terdapat banyak profesi yang telah mempunyai
kode etik. Salah satu fenomena terbaru adalah mencuatnya kode etik khusus
untuk perusahaan pada tahun 1970-an akibat terjadinya berbagai skandal
korupsi dikalangan pebisnis. Perkembangannya dimulai di Amerika
kemudian meluas ke Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Sebagian besar
perusahaan di Amerika dan Eropa telah memiliki kode etik. Di Indonesia
hanya perusahaan-perusahaan internasional yang beroperasi di Indonesia
diketahui telah memiliki kode etik perusahaan.

Kode etik perusahaan atau Patrict Murphy disebut ethic statements


dibedakan dalam tiga macam (Bertens,2000:381):

1. Value Statements (Pernyataan Nilai)


Pernyataan nilai dibuat singkat saja dan melukiskan apa yang dilihat
oleh perusahaan sebagai misinya dan mengandung nilai-nilai yang
dijunjung tinggi perusahaan. Banyak pernyataan nilai yang
menegaskan bahwa perusahaan ingin beroperasi secara etis dan
menggarisbawahi pentingnya integritas, kerja tim, kredibilitas, dan
keterbukaan dalam komunikasi.
2. Corporate Credo (Kredo Perusahaan)
Kredo perusahaan biasanya merumuskan tanggungjawab perusahaan
terhadap para stakeholder. Dibandingkan dengan pernyataan nilai,
kredo perusahaan biasanya lebih panjang dan meliputi beberapa alinea.
3. Code of Conduct/Code of Ethical Conduct (Kode Etik)
Kode etik (dalam arti sempit) menyangkut kebijakan etis perusahaan
berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul seperti konflik
kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok, sumbangan
kepada pihak lain, dan sebagainya. Kode etik umumnya lebih panjang
dari kredo perusahaan dan bisa sampai 50-an halaman.

9
Perusahaan dapat memiliki salah satu, dua atau ketiga pernyataan etika
tersebut. Dalam pembahasan ini kode etik perusahaan dimaksudkan
pernyataan etik perusahaan pada umumnya, tanpa memperhatikan
penggolongan yang dibuat oleh Patrick Murphy. Mungkin saja penulis lain
akan menyebutkan kode etik perusahaan dengan istilah berbeda.

Setiap perusahaan berusaha memiliki kode etik. Manfaat kode etik


bagi perusahaan dapat disebutkan sebagai berikut(Bertens, 2000:382).

1. Kode etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena


etika telah dijadikan sebagian corporate culture. Dengan adanya kode
etik, secara intern pegawai terikat dengan standar etis yang sama dan
secara ekstern para pihak yang berkepentingan akan memaklumi apa
yang bisa diharapkan dari perusahaan tersebut. Reputasi di bidang
etika merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu perusahaan.
2. Kode etik dapat membantu menghilangkan kawasan abu-abu(grey
area) di bidang etika. Beberapa ambiguitas moral yang sering
merongrong perusahaan misalnya, menerima komisi atau hadiah,
kesungguhan perusahaan dalam memberantas pemakaian tenaga kerja
dibawah umur, dan keterlibatan perusahaan dalam pelestarian
lingkungan hidup.
3. Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai
tanggungjawab sosialnya. Tanggungjawab sosial bukanlah keharusan
bagi perusahaan. Melalui kode etik, perusahaan dapat menunjukkan
itikad baik terhadap lingkungan sosialnya.
4. Kode etik menyediakan regulasi sendiri(self regulation) dan dalam
batas tertentu tidak perlu campur tangan pihak pemerintah dalam
mengatasi berbagai persoalan bisnis.

Kode etik perusahaan seringkali menunjukkan sikap optimis yang


berlebihan sehingga diragukan kemampuannya untuk memecahkan
persoalan etis dalam perusahaan. Kritik yang disampaikan terkait kode
etik perusahaan adalah:

10
1. Kode etik sering hanya menjadi slogan belaka. Fungsinya sebatas
window dressing yang membuat pihak luar kagum, padahal belum
tentu dijalankan dengan baik.
2. Kode etik dirumuskan terlalu umum dan tetap memerlukan keputusan
pimpinan dalam berbagai persoalan etis. Jika memerlukan keputusan
pimpinan, maka kode etik sesungguhnya tidak diperlukan lagi.
3. Jarang ada penegakan kode etik dengan member sanksi untuk
pelanggaran. Ada atau tidak ada kode etik dirasakan tidak ada
perbedaannya, sehingga kurang efektif dalam mendorong munculnya
perilaku etis.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, suatu kode etik hendaknya:
1. Dirumuskan berdasarkan kesepakatan semua pihak dalam organisasi,
sehingga dapat berfungsi dengan baik.
2. Tidak memuat hal-hal yang kurang berguna dan tidak mempunyai
dampak nyata.
3. Direvisi sewaktu-waktu agar sesuai dengan perkembangan jaman.
Ditegakkan dengan seperangkat sanksi agar setiap permasalahan
terselesaikan dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sari, R. C., & Mahfud Sholihin, S. E. (2022). Etika Bisnis di Era Teknologi
Digital. Penerbit Andi.
Suryadi, N., Basuki, A., & Moko, W. (2021). Etika Bisnis. Universitas Brawijaya
Press.
Susanto, Eko. “Makalah Hakikat Bisnis”. 31 Oktober 2016

Sutrisna Dewi, 2011, Etika Bisnis: Konsep Dasar Implementasi & Kasus, Cetakan
Pertama, Denpasar, Udayana University Press.

Widyani, A. A. D. (2019). Ebook-Etika Bisnis Perspektif Teori dan


Praktis. KARTI.

12

Anda mungkin juga menyukai