Dosen Pengampu :
Dr. Ni Putu Nita Anggraini, SE, MM
OLEH
KELOMPOK ……:
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.......................................................................................................i
PEMBAHASAN................................................................................................1
A. Hakikat Bisnis.........................................................................................1
B. Karakteristik Bisnis.................................................................................2
C. Pergeseran Paradigma dari pendekatan stockholder ke pendekatan
stakeholder..............................................................................................4
D. Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis...............................................6
E. Kode Etik Berbagai Profesi.....................................................................8
DAFTAR PSUTAKA......................................................................................12
i
PEMBAHASAN
A. Hakikat Bisnis
Hakikat Bisnis adalah Kebutuhan Manusia yang berupa barang dan
jasa yang harus terpenuhi kebutuhannya dengan usaha mendapatkan alat
pembayarannya yaitu uang atau tukar-menukar barang (barter) yang saling
menguntungkan antar kedua belah pihak. Hakikat bisnis adalah usaha untuk
memenuhi kebutuhan manusia, organisasi ataupun masyarakat luas.
Businessman (seorang pebisnis) akan selalu melihat adanya kebutuhan
masyarakat dan kemudian mencoba untuk melayaninya secara baik sehingga
masyarakat menjadi puas dan senang. Dari kepuasan masyarakat itulah si
pebinisnis akan mendapatkan keuntungan dan pengembangan usahanya.
Seorang bisnisman atau wirausahawan akan melihat kebutuhan
masyarakat lingkungannya.Upaya ini merupakan proses mengidentifikasi
potensi bisnis, bahkan dalam hal ini biasanya diikuti dengan perkiraan atau
antisipasi atas pertumbuhan potensi pasar tersebut di masa datang. Disamping
itu juga akan memperhitungkan adanya persaingan yang timbul dari
pengusaha lain yang juga bergerak dalam melayani kebutuhan pasar yang
sejenis. Disisi lain pengusaha haruslah memikirkan tersedianya sumber daya
serta sumber dana besrta dengan cara yang sebaik-baiknya guna melayani
kebutuhan pasar tersebut dengan memproduksikan dan menyajikan barang
dan jasa yang dihasilkan itu kepada masyarakat, kelebihan hasil di ongkosnya
itulah yang merupakan laba atau keuntungan.
Pengertian bisnis menurut beberapa ahli adalah :
a. Mahmud Machfoedz
Bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok
orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi
dan menjual barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen
b. Steinford (1979)
"Business is all those activities involved in providing the goods and
service needed or desired by people". Dalam pengertian ini bisnis
1
sebagai aktivitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan
atau diinginkan oleh konsumen. Dapat dilakukan oleh organisasi
perusahaan yang memiliki badan hukum, perusahaan yang memiliki
badan usaha, maupun perorangan yang tidak memiliki badan hukum
maupun badan usaha seperti pedagang kaki lima, warung yang tidak
memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Usaha
Perdagangan serta usaha informal lainnya.
c. Griffin dan Ebert (1996)
"Business is an organization that provides goods or services in order to
earn provit". Sejalan dengan definisi tersebut , aktifitas bisnis melalui
penyediaan barang dan jasa bertujuan untuk menghasilkan profit (laba).
Suatu perusahaan dikatakan menghasilkan laba apabila total
penerimaan pada suatu periode (Total Revenues) lebih besar dari total
biaya (Total Costs) pada periode yang sama. Laba merupakan daya
tarik utama untuk melakukan kegiatan bisnis, sehingga melalui laba
pelaku bisnis dapat mengembangkan skala usahanya untuk
meningkatkan laba yang lebih besar.
2
karena itu, perlu dibangun citra bisnis sebagai suatu profesi yang diperlukan
dan dihargai.
3
C. Pergeseran Paradigma dari Pendekatan Stockholder ke Pendekatan
Stakeholder
Shareholders atau stockholders paradigma merupakan sebuah
paradigma dimana Chief Executive Officer(CEO) berorientasi pada
kepentingan pemegang saham. Pihak manajemen sebagai pemegang
mandat(agency) berusaha memperoleh keuntungan sebesar-besarnya untuk
menyenangkan dan meningkatkan kemakmuran pemegang saham(principal).
Seakan-akan pemegang saham merupakan pihak yang paling berpengaruh
bagi kelangsungan hidup perusahaan. Orientasi seperti ini, mengakibatkan
evaluasi yang dilakukan atas pengelolaan bisnis hanya dilihat dari aspek
financial. Prestasi manajemen hanya dilihat dari kemampuannya
menghasilkan laba. Hal ini mendorong manajemen menghalalkan berbagai
cara demi mengejar keuntungan. Tindakan demikian mengakibatkan adanya
pihak-pihak lain yang dirugikan.
Paradigma shareholders kemudian mengalami pergeseran, karena
pada kenyataannya manajemen dihadapkan pada banyak kepentingan yang
pengaruhnya perlu diperhitungkan dengan seksama. Bagaimanapun juga
dalam kegiatan bisnis akhirnya muncul kesadaran bahwa dalam usaha
memperoleh laba, selain shareholders wajib juga diperhatikan kepentingan
pihak-pihak lain yang terkena dampak kegiatan bisnis. Pihak
berkepentingan(stakeholders) adalah individu atau kelompok yang dapat
dipengaruhi atau mempengaruhi tindakan, keputusan, kebijakan, praktek, dan
tujuan organisasi bisnis. Perusahaan berdiri ditengah-tengah lingkungan.
Lingkungan merupakan satu-satunya alasan mengapa bisnis itu ada.
Pendekatan stakeholders terutama memetakan hubungan-hubungan
yang terjalin dalam kegiatan bisnis pada umumnya. Pendekatan ini berusaha
memberikan kesadaran bahwa bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar
hak dan kepentingan semua pihak terkait yang berkepentingan dengan suatu
kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan, dan dihargai. Pendekatan ini bermuara
pada prinsip tidak merugikan hak dan kepentingan pihak manapun dalam
4
kegiatan bisnis. Hal ini menuntut agar bisnis dijalankan secara baik dan etis
demi hak dan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan
bisnis.
Pada Umumnya stakeholders dapat dibagi kedalam dua kelompok,
yaitu:
1. Kelompok Primer.
Kelompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham(shareholders),
kreditur, penyalur dan pesaing atau rekanan. Yang paling penting
diperhatikan dalam suatu kegiatan bisnis tentu saja adalah kelompok
primer karena hidup matinya atau berhasil tidaknya bisnis suatu
perusahaan sangat ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkan yang
dijalin dengan kelompok primer tersebut. Demi keberhasilan dan
kelangsungan bisnis, perusahaan tidak boleh merugikan satupun kelompok
stakeholders primer di atas. Dengan kata lain, perusahaan harus menjalin
relasi bisnis yang baik dan etis dengan kelompok tersebut:jujur,
bertanggungjawab dalam penawaran barang dan jasa, bersikap adil
terhadap mereka, dan saling memahami satu sama lain. Di sinilah kita
menemukan bahwa prinsip etika menemukan tempat penerapannya yang
paling konkret dan sangat sejalan dengan kepentingan bisnis untuk
mencari keuntungan.
2. Kelompok sekunder.
Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat,pemerintah
asing,kelompok sosial,media massa,kelompok pendukung,masyarakat
pada umumnya dan masyarakat setempat. Dalam situasi tertentu kelompok
sekunder bisa sangat penting bahkan bisa jauh lebih penting dari kelompok
primer, karena itu sangat perlu diperhitungkan dan dijaga kepentingan
mereka. Misalnya kelompok sosial semacam LSM, baik dibidang
lingkungan hidup, kehutanan, maupun hak masyarakat lokal. Demikian
pula pemerintah nasional maupun asing. Juga, media massa dan
masyarakat setempat. Dalam kondisi sosial, ekonomi, politik semacam
Indonesia, masyarakat setempat bisa sangat mempengaruhi hidup matinya
suatu perusahaan. Ketika suatu perusahaan beroperasi tanpa memberikan
5
kesejahteraan, nilai budaya, sarana dan prasarana lokal, lapangan kerja
setempat dan seterusnya, akan menimbulkan suasana sosial yang tidak
kondusif dan tidak stabil bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut.
Jika ingin berhasil dan bertahan dalam bisnisnya, maka perusahaan harus
pandai menangani dan memperhatikan kepentingan kedua kelompok
stakeholders tersebut secara berimbang. Perusahaan dituntut untuk tidak
hanya memperhatikan kinerja dari aspek keuangan semata, melainkan juga
dari aspek-aspek lain secara berimbang.
6
Pengertian tanggung jawab social perusahaan atau CSR sangat
beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya
untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk
pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan
berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan
sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate
philanthropy, corporate community relations, dan community development.
Tanggung jawab perusahaan ( CSR ) yang baik CSR yang baik (good
CSR) memadukan empat prinsip good corporate governance, yakni fairness,
transparency, accountability, dan responsibility, secara harmonis. Ada
perbedaan mendasar di antara keempat prinsip tersebut (Supomo, 2004). Tiga
prinsip pertama cenderung bersifat shareholders-driven karena lebih
memerhatikan kepentingan pemegang saham perusahaan.
7
Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan
Biaya Keterlibatan Sosial Keterlibatan social sebagai wujud
tanggung jawab sosial
Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
e. Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah
Terbatasnya Sumber Daya Alam
Lingkungan Sosial yang Lebih Baik
Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan Keterlibatan social
khususnya,
Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna
Keuntungan Jangka Panjang
f. Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Prinsip utama dalam suatu organisasi profesional, termasuk
perusahaan, adalah bahwa struktur mengikuti strategi
Strategi yang diwujudkan melalui struktur organisasi demi
mencapai tujuan dan misi perusahaan perlu dievaluasi secara
periodik, salah satu bentuk evaluasi yang mencakup nilai-nilai dan
tanggung jawab sosial perusahaan adalah Audit Sosial
8
Kode etik berbagai profesi sudah dikenal sejak lama. Sumpah
Hipocrates(abad ke-5 SM) dapat dipandang sebagai kode etik profesi tertua
dalam bidang kedokteran yang masih digunakan hingga saat ini. Dalam
zaman modern sekarang ini terdapat banyak profesi yang telah mempunyai
kode etik. Salah satu fenomena terbaru adalah mencuatnya kode etik khusus
untuk perusahaan pada tahun 1970-an akibat terjadinya berbagai skandal
korupsi dikalangan pebisnis. Perkembangannya dimulai di Amerika
kemudian meluas ke Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Sebagian besar
perusahaan di Amerika dan Eropa telah memiliki kode etik. Di Indonesia
hanya perusahaan-perusahaan internasional yang beroperasi di Indonesia
diketahui telah memiliki kode etik perusahaan.
9
Perusahaan dapat memiliki salah satu, dua atau ketiga pernyataan etika
tersebut. Dalam pembahasan ini kode etik perusahaan dimaksudkan
pernyataan etik perusahaan pada umumnya, tanpa memperhatikan
penggolongan yang dibuat oleh Patrick Murphy. Mungkin saja penulis lain
akan menyebutkan kode etik perusahaan dengan istilah berbeda.
10
1. Kode etik sering hanya menjadi slogan belaka. Fungsinya sebatas
window dressing yang membuat pihak luar kagum, padahal belum
tentu dijalankan dengan baik.
2. Kode etik dirumuskan terlalu umum dan tetap memerlukan keputusan
pimpinan dalam berbagai persoalan etis. Jika memerlukan keputusan
pimpinan, maka kode etik sesungguhnya tidak diperlukan lagi.
3. Jarang ada penegakan kode etik dengan member sanksi untuk
pelanggaran. Ada atau tidak ada kode etik dirasakan tidak ada
perbedaannya, sehingga kurang efektif dalam mendorong munculnya
perilaku etis.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, suatu kode etik hendaknya:
1. Dirumuskan berdasarkan kesepakatan semua pihak dalam organisasi,
sehingga dapat berfungsi dengan baik.
2. Tidak memuat hal-hal yang kurang berguna dan tidak mempunyai
dampak nyata.
3. Direvisi sewaktu-waktu agar sesuai dengan perkembangan jaman.
Ditegakkan dengan seperangkat sanksi agar setiap permasalahan
terselesaikan dengan baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sari, R. C., & Mahfud Sholihin, S. E. (2022). Etika Bisnis di Era Teknologi
Digital. Penerbit Andi.
Suryadi, N., Basuki, A., & Moko, W. (2021). Etika Bisnis. Universitas Brawijaya
Press.
Susanto, Eko. “Makalah Hakikat Bisnis”. 31 Oktober 2016
Sutrisna Dewi, 2011, Etika Bisnis: Konsep Dasar Implementasi & Kasus, Cetakan
Pertama, Denpasar, Udayana University Press.
12