Anda di halaman 1dari 16

ETIKA BISNIS

“KONSEP DASAR ETIKA DAN BISNIS SERTA PENTINGNYA


PENERAPAN ETIKA DALAM BISNIS”

Dosen Pengampu :
Dr. I Gst Ayu Imbayani, SE. MM

OLEH
MANAJEMEN PEMASARAN A PAGI
KELOMPOK 1 :

1. Ni Wayan Putri Adnyani (2102612010004)


2. Ni Ketut Noviastini (2102612010017)
3. Riska Melyana (2102612010030)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Asung Wara Kertha Nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ETIKA
BSINIS “KONSEP DASAR ETIKA DAN BISNIS SERTA PENTINGNYA
PENERAPAN ETIKA DALAM BISNIS”ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Dalam membuat makalah ini penulis banyak memperoleh bantuan dari buku
dan internet. Oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
Tuhan Yang Maha Esa berkat beliaulah makalah ini dapat tersusun rapi.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca.
Sekian dan Terima Kasih.

Denpasar, 10 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
2.1 Konsep Dasar Etika dan Bisnis dan penerapanya ................................... 2
2.2 Penerapan etika dalam bisnis .................................................................. 7
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 12
3.2 Saran ...................................................................................................... 12
DAFTAR PSUTAKA ...................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika bisnis merupakan suatu bidang ilmu ekonomi yang terkadang
dilupakan banyak orang, padahal melalui etika bisnis inilah seseorang dapat
memahami suatu bisnis persaingan yang sulit sekalipun, bagaimana bersikap
manis, menjaga sopan santun, berpakaian yang baik sampai bertutur kata,
semua itu ada “meaning”nya. Bagaimana era global ini dituntut untuk
menciptakan suatu persaingan yang kompetitif sehingga dapat terselesaikannya
tujuan dengan baik, kolusi, korupsi, mengandalkan koneksi, kongkalikong
menjadi suatu hal yang biasa dalam tatanan kehidupan bisnis, yang mana
prinsip menguasai medan dan menghalalkan segala cara untuk memenangkan
persaingan menjadi suatu hal yang lumrah, padahal pada etikanya tidak begitu.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main
yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus dapat diingat dalam
praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas
bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usuha tidak
lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai
hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok,
pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Dasar Etika dan Bisnis dan penerapanya ?
2. Bagaimana Penerapan etika dalam bisnis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Etika dan Bisnis dan penerapanya
2. Untuk Mengetahui Penerapan etika dalam bisnis

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Etika dan Bisnis dan Penerapanya


2.1.1 Definisi Etika Bisnis
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,
industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita
menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak
tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-
abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan
juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk
nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun
hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang
beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang
dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi
seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman
untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang
luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh
karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur,
transparan dan sikap yang profesional.

2
2.1.2 Sasaran Dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya kita
tinjau lebih lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga
sasaran dan lingkup pokoketika bisnis yaitu:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi
dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
Dengan kata lain, etika bisnis yang pertama bertujuan untuk
mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik
dan etis. Karena lingkup bisnis yang pertama ini lebih sering
ditujunjukkan kepada para manajer dan pelaku bisnis dan lebih sering
berbicara mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik dan etis itu.
2. Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karean ia
mengunggah, mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat
untuk tidak dibodoh – bodohi, dirugikan dan diperlakukan secara tidak
adil dan tidak etis oleh praktrek bisnis pihak mana pun. Untuk
menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan
dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh
dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat
menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika
bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu barangkali lebih tepat
disebut sebagai etika ekonomi.
Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu
dengan yang lainnya dan bersama – sama menentukan baik tidaknya,
etis tidaknya praktek bisnis tersebut.

2.1.3 Indikator Etika Bisnis


Kehidupan bisnis modern menurut banyak pengamat cenderung
mementingkan keberhasilan material. Menempatkan material pada urutan
prioritas utama, dapat mendorong para pelaku bisnis dan masyarakat umum
melirik dan menggunakan paradigma dangkal tentang makna dunia bisnis
itu sendiri. Sesungguhnya dunia binis tidak sesadis yang dibayangkan orang

3
dan material bukanlah harga mati yang harus diupayakan dengan cara apa
yang dan bagaimanapun. Dengan paradigma sempit dapat berkonotasi
bahwa bisnis hanya dipandang sebagai sarana meraih pendapatan dan
keuntungan uang semata, dengan mengabaikan kepentingan lainnya.
Organisasi bisnis dan perusahaan dipandang hanya sekedar mesin dan
sarana untuk memaksimalkan keuntungannya dan dengan demikian bisnis
semata-mata berperan sebagai jalan untuk menumpuk kekayaan dan bisnis
telah menjadi jati diri lebih dari mesin pengganda modal atau kapitalis.
Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang baru,
bahkan secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima.
Alasannya adalah sebagai berikut:
1. Secara moral keuntungan memungkinkan organisasi/perusahaan untuk
bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia
menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi
aktivitas yang produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
3. Keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan bertahan
melainkan dapat menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang
lebih baik. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai pengembangan
Perusahaan sehingga hal ini akan membuka lapangan kerja baru.
Implementasi etika dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap
personal menurut bidang tugas yang diembannya. Dengak kata lain
mengikat manajer, pimpinan unit kerja dan kelembagaan perusahaan.
Semua anggota organisasi/perusahaan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi harus menjabarkan dan melaksanakan etika bisnis secara konsekuen
dan penuh tanggung jawab. Dalam pandangan sempit perusahaan dianggap
sudah dianggap melaksanakan etika bisnis bilamana perusahaan yang
bersangkutan telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Dari berbagai
pandangan etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai untuk
menyatakan bahwa seseorang atau perusahaan telah mengimplementasikan
etika bisnis antara lain:

4
1. Indikator Etika Bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau
pebisnis telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber
daya alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2. Indikator Etika Bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku.
Berdasarkan indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika
dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi
aturanaturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.
3. Indikator Etika Bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum
seseorang atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika
bisnis apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah
mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya.
4. Indikator Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis
dianggap beretika bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa
merujuk kepada nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.
5. Indikator Etika Bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis
baik secara individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan
bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat
yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6. Indikator Etika Bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila
masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan
integritas pribadinya.

2.1.4 Prinsip Etika Bisnis


Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus
menyelaraskan proses bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah
disepakati secara umum dalam lingkungan tersebut. Sebenarnya terdapat
beberapa prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman bagi setiap
bentuk usaha.
Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah
sebagai berikut.

5
1. Prinsip Otonomi yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya
tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa
ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama
dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur
dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua,
kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga
yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam
suatu perusahaan.
3. Prinsip Keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara
sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional
obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut
agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan
semua pihak.
5. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal
dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan
bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya
maupun perusahaannya.
Selain itu juga ada beberapa nilai – nilai etika bisnis yang dinilai oleh
Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting,
seharusnya jangan dilanggar, yaitu:
1. Kejujuran
Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipumenipu
demi mendapat keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya kejujuran
merupakan salah satu kunci keberhasilan berbisnis. Bahkan, termasuk
unsur penting untuk bertahan di tengah persaingan bisnis.
2. Keadilan
Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah
kepada karyawan sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat
perusahaan mendapatkan keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan

6
saat menentukan harga, misalnya dengan tidak mengambil untung
yang merugikan konsumen.
3. Rendah Hati
Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya, dalam
mempromosikan produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai
menjatuhkan produk bersaing, entah melalui gambar maupun tulisan.
Pada akhirnya, konsumen memiliki kemampuan untuk melakukan
penilaian atas kredibilitas sebuah poduk/jasa. Apalagi, tidak sedikit
masyarakat yang percaya bahwa sesuatu yang terlihat atau terdengar
terlalu sempurna, pada kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.
4. Simpatik
Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan hanya di
depan klien atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang-orang
yang mendukung bisnis anda, seperti karyawan, sekretaris dan lain-
lain.
5. Kecerdasan
Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan strategi
bisnis sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga
menghasilkan keuntungan yang memadai. Dengan kecerdasan pula
seorang pebisnis mampu mewaspadai dan menghindari berbagai
macam bentuk kejahatan non-etis yang mungkin dilancarkan oleh
lawan-lawan bisnisnya.

2.2 Penerapan Etika dalam Bisnis


Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang
menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan
penggunaan (utility), biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan
kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. "Utilitarianisme" berasal dari kata
Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan.
Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest
happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali
dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill.

7
Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang
baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang
jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan.
Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna,
berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori
tujuan perbuatan.
Di Indonesia tampaknya masalah penerapan etika perusahaan yang lebih
intensif masih belum dilakukan dan digerakan secara nyata. Pada umumnya
baru sampai tahap pernyataan-pernyaaatn atau sekedar “lipsservice” belaka.
Karena memang enforcement dari pemerintah pun belum tampak secara jelas.
Sesungguhnya Indonesia harus lebih awal menggerakan penerapan etika
bisnis secara intensif terutama setelah tragedi krisis ekonomi tahun 1998.
Sayangnya bangsa ini mudah lupa dan mudah pula memberikan maaf kepada
suatu kesalahan yang menyebabkan bencana nasional sehingga penyebab krisis
tidak diselesaikan secara tuntas dan tidak berdasarkan suatu pola yang
mendasar. Sesungguhnya penyebab utama krisis ini, dari sisi korporasi, adalah
tidak berfungsinya praktek etika bisnis secara benar, konsisten dan konsekuen.
Demikian pula penyebab terjadinya kasus Pertamina tahun (1975), Bank
Duta (1990) adalah serupa praktek penerapan etika bisnis yang paling sering
kita jumpai pada umunya diwujudkan dalam bentuk buku saku “code of
conducts” atau kode etik dimasing-masing perusahaan. Hal ini barulah
merupakan tahap awal dari praktek etika bisnis yakni mengkodifikasi-kan nilai-
nilai yang terkandung dalam etika bisnis bersama-sama corporateculture atau
budaya perusahaan, kedalam suatu bentuk pernyataan tertulis dari perusahaan
untuk dilakukan dan tidak dilakukan oleh manajemen dan karyawan dalam
melakukan kegiatan bisnis.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara
untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan
dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini
mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil (fairness), sesuai
dengan hukum yang berlaku (legal) tidak tergantung pada kedudukani individu
ataupun perusahaan di masyarakat.

8
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan “grey-area” yang
tidak diatur oleh ketentuan hukum. Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley
dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988) yang berjudul
Managerial Ethics Hard Decisions on Soft Criteria, membedakan antara ethics,
morality dan law sebagai berikut.
1. Ethics is defined as the consensually accepted standards of behavior for an
occupation, trade and profession
2. Morality is the precepts of personal behavior based on religious or
philosophical ground.
3. Law refers to formal codes that permit or forbid certain behaviors and may
or may not enforce ethics or morality.
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat tiga pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika kita:
1. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensi
nya. Oleh karena itu dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-
cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat,
dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-
rendahnya.
2. Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan kelakuan nya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah
laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan
terjadi benturan dengan hak orang lain.
3. Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang
sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan
baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Dari pengelompokan tersebut Cavanagh (1990) memberikan cara
menjawab permasalahan etika dengan merangkum dalam 3 bentuk pertanyaan
sederhana yakni :
1. Utility : Does it optimize the satisfactions of all stakeholders ?
2. Rights : Does it respect the rights of the individuals involved ?

9
3. Justice : Is it consistent with the canons oif justice ?
Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini?
Karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya
saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai
(valuecreation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya
dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan
yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Contoh kasus Enron yang selain menhancurkan dirinya telah pula
menghancurkan Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen yang memiliki
reputasi internasional, dan telah dibangun lebih dari 80 tahun, menunjukan
bahwa penyebab utamanya adalah praktek etika perusahaan tidak dilaksanakan
dengan baik dan tentunya karena lemahnya kepemimpinan para pengelolanya.
Dari pengalaman berbagai kegagalan tersebut, kita harus makin waspada dan
tidak terpana oleh cahaya dan kilatan suatu perusahaan hanya semata-mata dari
penampilan saja, karena berkilat belum tentu emas.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan
selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka
panjang karena:
1. Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya
friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
2. Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
3. Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga
4. Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing Tindakan
balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif,
misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi.
Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya
perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula,
terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yany tidak etis misalnya
diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang

10
berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan oleh karena itu
semaksimal mungkin harus tetap dipertahankan.
Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan
seharihari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan
kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara:
1. Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
2. Memperkuat sistem pengawasan
3. Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus
menerus.
Ketentuan tersebut seharusnya diwajibkan untuk dilaksanakan, minimal
oleh para pemegang saham, sebagaimana dilakukan oleh Perusahaan yang
tercatat dimana diwajibkan untuk membuat berbagai peraturan perusahaan yang
sangat ketat sesuai dengan ketentuan dari Sarbannes Oxley yang diterbitkan
dengan maksud untuk mencegah terulangnya kasus Enron dan Worldcom.
Kesemuanya itu adalah dari segi korporasi, bagaimana penerapan untuk
individu dalam korporasi tersebut ? Anjuran dari filosuf Immanual Kant yang
dikenal dengan Golden Rule bisa sebagai jawabannya, yakni :
1. Treat others as you would like them to treat you
2. An action is morally wrong for a person if that person uses others, merely
as means for advancing his own interests.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai,
norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan
yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat.
Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa
yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya,
yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan
merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari
segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini,
tersusunlah teori tujuan perbuatan.
Dan pada intinya etika bisnis adalah suatu hal yang penting dan harus
dapat diterapkan didalam menjalankan suatu usaha/bisnis untuk mengetahui
baik dan buruk keputusan yang diambil dan selalu mempertimbangkan apa yang
akan siterapkan dengan tidak memetingkan profit oriented tetapi juga
kebermanfaatan bersama.

3.2 Saran
Dalan penulisan ini, tentu terdapat banyak kekurangan baik itu dalam
materi maupun penulisan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun guna kemajuan penulis dalam
perkembangan penulisan kedepannya

12
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Hairul dan Ardillah, Lia. 2014. “Pengaruh Kecerdasan Emosional,


Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Sosial
Terhadap Pemahaman Akuntansi”. Jurnal Sains Terapan. Vol. 2 No.1
Anantyo, Christian Gusti dan Kartika. 2013. “Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi Berdasarkan Jenis Kelamin.” Artikel Ilmiah Mahasiswa. Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Keraf, A. Sonny. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara
Syopiansyah Jaya Putra dan DurrachamanYusuf. 2009. “Etika Bisnis dan Hak
Kekayaan Intelektual”. Jakarta.
Velasquez, Manuel G. 2002. “Business Ethics: Consepts and Cases Fift Edition”.
New Jersey, Mc. Pearson Education.

13

Anda mungkin juga menyukai