KELOMPOK 3
Anggota:
Agung Wulan Maheswari Santosa (2207341050)
Ni Kadek Masya Nauli Cahya (2207341053)
Ratih Wulandari Sulistyono (2207341057)
Penulis,
2
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bisnis adalah serangkaian usaha yang dilakukan individu atau kelompok dengan
menawarkan barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan (laba). Arti bisnis juga
bisa didefinisikan sebagai menyediakan barang dan jasa guna untuk kelancaran sistem
perekonomian. Seperti yang kita ketahui, bisnis dilakukan agar bisa menghasilkan
keuntungan atau laba, sehingga tidak jarang para pelaku usaha terkesan menghalalkan
segala cara agar mendapatkan keuntungan. Bahkan banyak dari para pelaku usaha yang
melakukan kecurangan demi mendapatkan keuntungan untuk bisnis mereka. Hal
tersebut, menyebabkan masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pelaku bisnis
lainnya. Oleh karena itu, praktek bisnis mensyaratkan etika-di samping hukum positif-
sebagai standar bisnis. Dengan demikian, kegiatan bisnis dapat dinilai dari sudut moral
seperti halnya kegiatan manusia lainnya. Melalui etika bisnis sehingga dapat mencegah
serta meng-edukasi para pelaku usaha agar dapat berbisnis dengan baik dan etis serta
tetap mendapatkan keuntungan dari bisnis tersebut. Namun, sebelum itu para pelaku
bisnis/usaha perlu memahami dasar-dasar mengapa bisnis itu perlu etika. Sehingga,
diharapkan nantinya melalui makalah ini pelaku usaha mampu membangun bisnis yang
sesuai etika namun tetap menghasilkan laba/keuntungan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Relevansi Etika dan Bisnis
Bisnis adalah kegiatan yang di lakukan untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan biasanya
diekspresikan dalam bentuk uang. Tujuan utama bisnis adalah menghasilkan maksimal bagi
shareholder. Dipandang dari sudut ekonomis, bisnis yang baik adalah mendatangkan banyak
keuntungan sehingga perusahaan menghalalkan segala cara agar bisa meraih keuntungan.
Pandangan lama menyatakan bahwa bisnis immoral (tidak bermoral), melalui sudut pandang
tersebut bisnis dianggap sebagai aktivitas yang tidak bermoral. Pandangan bahwa bisnis
immoral kemudian mengalami perubahan menjadi lebih lunak, yaitu bahwa bisnis itu amoral,
artinya moral dan bisnis merupakan dua dunia yang sangat berbeda, dan keduanya tidak dapat
digabungkan. Sering dikatakan bahwa "business is business". Bisnis jangan dikaitkan dengan
etika. Inilah ungkapan-ungkapan yang oleh De George disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral.
Yang mau digambarkan dalam mitos ini adalah bahwa tugas pelaku bisnis adalah berbinis dan
bukan beretika. Atau secara lebih tepat, mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan
bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali. Bisnis tidak
punya sangkut paut dengan etika dan moralitas. Keduanya adalah dua bidang yang terpisah
satu sama lain. Karena itu, bisnis tidak boleh dinilai dengan menggunakan norma dan nilai-
nilai etika.
Tokoh etika Amerika Serikat, Richard T. De George mengemukakan alasan-alasan keberadaan
etika bisnis sebagai berikut. moral tentang
1. Bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan namun judi. Dalam bisnis memang
dituntut keberanian mengambil risiko dan spekulasi, orang dipertaruhkan bukan hanya
uang, melainkan juga dimensi kemanusiaan, seperti martabat atau nama baik pengusaha
dengan keluarganya, nasib semua pegawai dengan keluarganya, termasuk nasib c orang
lain pada umumnya, dan bahkan seluruh hidup si pengusaha. yang
2. Bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan menyangkut
kepentingan semua orang. Oleh karena itu, praktek bisnis mensyaratkan etika-di
samping hukum positif-sebagai standar bisnis. Dengan demikian, kegiatan bisnis dapat
dinilai dari sudut moral seperti halnya kegiatan manusia lainnya.
3. Dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktek bisnis yang berhasil adalah yang
memperhatikan moral masyarakat, sehingga ia norma-norma moral masyarakat,
memperoleh lupercayaan dari masyarakat atas produk atau jasa yang dijualnya
5
4. Asas legalitas harus dibedakan dari asas moralitas. Praktek monopoli dan monopsoni
yang dilakukan oleh BPPC, misalnya, secara resmi memang ada dasar hukumnya, tetapi
secara etis tidak bisa diterima karena merugikan petani cengkeh dan pabrik rokok.
Di samping itu, ada beberapa argumen yang dapat diajukan untuk menunjukkan bahwa justru
demi memperoleh keuntungan, etika sangat dibutuhkan, sangat relevan dan mempunyai tempat
yang sangat strategis dalam bisnis saat ini:
1. Dalam bisnis modern dewasa ini hanya orang profresional yang akan menang dan berhasil
dalam bisnis yang penuh persaingan ketat.
2. Dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa
konsumen adalah benar- benar raja.
3. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral
4. Perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa pegawai bukanlah tenaga
yang siap untuk dieksploitasi demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
6
2.3.2 Tiga Bidang Dasar Pembuatan Keputusan Manajerial
3. Pilihan-pilihan tentang bagaimana seharusnya aturan hukum itu dan apakah akan
mengikuti aturan hukum tersebut.
4. Pilihan-pilihan tentang masalah ekonomi dan sosial di luar ranah hukum.
5. Pilihan-pilihan tentang prioritas kepentingan orang tertentu di atas kepentingan
perusahaan.
2.4 Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
2.4.1 Etika Profesi
Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah yang
terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau
para pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Hal tersebut karena bisnis
yang baik dan etis menunjang keberhasilan bisnisnya dalam jangka panjang, sehingga mampu
meraih keuntungan. Etika juga sering disebut sebagai etika manajemen karena, lebih sering
ditujukan kepada para manajer dan pelaku bisnis. Etika manajemen kerap diartikan secara
sempit sebagai etika organisasi dan manajemen internal perusahaan. Padahal, etika bisnis ini
juga menyangkut perilaku dan organisasi perusahaan secara eksternal.etika bisnis juga
menyangkut perilaku yang baik dan etis secara individual dalam berinteraksi.
2.4.2 Menyadarkan Masyarakat
Etika bisnis ini juga digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis. Etika bisnis ini berfungsi
untuk mengajak masyarakat agar menuntut para pelaku bisnis agar berbisnis secara baik dan
juga melawan arogan bisnis ketika bisnis terhadap hak dan kepentingan masyarakat sehingga
mampu menjamin hak dan kepentingan masyarakat tersebut.
2.4.3 Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi menentukan etis atau tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika
bisnis bersifat makro sehingga disebut etika ekonomi. Hal ini menyangkut tentang monopoli,
oligopoli, monopsoni, kolusi, dan praktek-praktek sejenis yang mampu mempengaruhi
kesehatan praktek bisnis dalam sebuah negara.
7
2.5 Tingkatan Etika Bisnis
Etika Bisnis tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan individual dalam bisnis, tetapi juga
menyangkut kepetingan semua pihak yang berkepentingan (individu dan organisasi), baik
yang berada di dalam maupun di luar Perusahaan. Berkaitan dengan hal ini terdapat 5
tingkatan Etika Bisnis, yaitu:
1. Individual
Pada tingkatan ini tanggung jawab suatu Tindakan etis berada pada individual pelaku.
Misalnya, seseorang berbohong tentang rekening pengeluaran, menerima suap, pelecehan
seksual, membocorkan rahasia Perusahaan, dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah etis pada
tingkat ini, perlu ditelusuri motif dan standar etika pelaku.
2. Organisasional
Masalah etis pada tingkat organisasional muncul bila seseorang atau sekelompok orang
ditekan untuk mengabaikan atau memaklumi kesalahan seseorang demi kepentingan seluruh
organisasi. Untuk mengatasi masalah etis pada tingkat ini dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu mengkaji prosedur kerja, kebijakan, dan kode etik Perusahaan.
3. Asosiaasi
Seorang anggota asosiasi profesi, seperti akuntan, konsultan, dokter, pengacara, notaris, harus
berpedoman pada kode etik profesinya sebelum memberikan saran kepada klien.
4. Masyarakat
Pada tingkat Masyarakat, hukum, peraturan, norma, kebiasaan, dan tradisi sangant
menentukan perbuatan-perbuatan yang dapat diterima secara sah. Setiap negara memiliki
pedoman yang berbeda, sehingga suatu ketentuan tidak berlaku untuk semua negara.
5. Internasional
Masalah etika bisnis pada tingkat internasional lebih rumit karena nilai-nilai budaya, politik,
agama ikut berperan. Tuntutan Masyarakat internasional agar etika bisnis dilaksanakan
semakin kuat terutama menyangkut mutu agar konsumen terjamin kepuasannya. Tuntutan ini
melahirkan dibentuknya Internasional Organization For Standardization (ISO).
8
2.6 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
Sudah dapat dipastikan bahwa bisnis mempunyai etika. Prinsip-prinsip etika yang berlaku
dalam bisnis tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan manusia. Dengan kata lain prinsip-
prinsip etika bisnis sangat dipengaruhi oleh system nilai Masyarakat setempat. Sebagai etika
terapan, prinsip etika yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya adalah penerapan dari prinsip
etika ynag berlaku umum. Adapun prinsip-prinsip etika bisnis yang berlaku dalam bisnis
adalah:
1. Prinsip Otonomi
Otonomi dalam hal ini, adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Untuk
dapat bertindak otonom diperlukan kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak
sesuai dengan keputusan yang menurutnya terbaik. Kebebasan adalah unsur hakiki dalam
prinsip otonom dan menjadi prasyarat utama untuk bertindak secara etis. Hanya orang yang
bebas yang dapat bertindak secara etis. Namun kebebasan tidak menjamin bahwa seseorang
bertindak otonom dan etis. Orang yang otonom adalah orang yang tau akan tindakannya,
bebas dalam melakukan tindakannya, tetapi sekaligus juga bertanggung jawab atas
tindakannya. Prinsip otonom ini sejalan dengan tuntutan bisnis modern. Otonomi mendorong
inovasi, kreativitas, dan meningkatkan produktivitas bisnis di Tengah persaingan yang ketat.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip ini paling problematik, karena sekilas tampak aneh bila kejujuran menjadi prinsip
sebuah bisnis yang dikenal dengan tipu-menipu demi meraup untung. Kejujuran terkait
dengan kepercayaan. Kejujuran relevan dalam bisnis berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut:
• Pemenuhan syarat-syarat kontrak atau perjanjian.
Kejujuran sangat penting dalam menjaga kelangsungan hubungan bisnis dengan para relasi.
• Penawaran barang dan jasa yang meliputi mutu dan harga yang sebanding.
Kesesuaian mutu dan harga sebagaimana yang diiklankan akan menciptakan kepercayaan dan
kepuasan konsumen.
• Hubungan kerja internal
Perusahaan mampu bertahan apabila hubungan kerja antar individu yanga da di dalamnya
dilakukan dengan berlandaskan pada kejujuran.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara adil sesuai dengan kriteria yang
rasional objektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Keadilan menuntut agar setiap
orang/pihak dalam bisnis diperlakukan secara adil dan tidak boleh dirugikan hak dan
9
kepentingannya. Tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain sering disebut sebagai
prinsip no harm.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran etika dalam bisnis sangatlah penting karena, dengan adanya etika di dalam bisnis dapat
memberikan batas-batas terhadap pelaku usaha dalam berwirausaha/berbisnis. Adanya etika
dalam bisnis juga mengubah cara pandang masyarakat mengenai bisnis yang sebelumnya
dianggap hanya menguntungkan pelaku usaha menjadi menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Etika dalam bisnis juga digunakan untuk mencegah terjadinya kecurangan-kecurangan yang
dilakukan oleh para pelaku usaha yang dapat merugikan masyarakat. Dengan adanya etika
dalam bisnis mampu mengembangkan ekonomi negara dan juga meningkatkan kepercayaan
masyaraka terhadap produk-produk yang diciptakan oleh pelaku usaha.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sayu Ketut Sutrisna Dewi, S. M. (2010). Etika Bisnis. Dalam S. M. Sayu Ketut Sutrisna Dewi, Etika
Bisnis (hal. 60-70). Denpasar: Udayana University Press.
12