Oleh
Kelompok 3
II B Akuntansi Sore
Anggota Kelompok :
Om Swastyastu,
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunianya paper ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan paper ini dengan baik.
Penulis tentu menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk paper ini, agar paper ini nantinya
dapat menjadi paper yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada paper
ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen yang telah membimbing penulis dalam menulis paper ini.
Demikian, semoga paper ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Om Santih, Santih, Santih, Om.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
2.1 Relevansi Etika dan Bisnis.........................................................................2
2.2 Pengertian Etika Bisnis..............................................................................3
2.3 Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis..................................................4
2.4 Tingkatan Etika Bisnis...............................................................................5
2.5 Prinsip – Prinsip Etika Bisnis.....................................................................6
2.6 Relativitas Moral dalam Bisnis..................................................................8
2.7 Kendala – Kendala Pelaksanaan Etika Bisnis..........................................10
BAB III PENUTUP.................................................................................................11
3.1 Kesimpulan...............................................................................................11
3.2 Saran.........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Memahami relevansi etika dan bisnis.
1.3.2 Memahami pengertian etika bisnis.
1.3.3 Memahami sasaran dan ruang lingkup etika bisnis.
1.3.4 Memahami tingkatan etika bisnis.
1.3.5 Memahami prinsip – prinsip etika bisnis
1.3.6 Memahami relativitas moral dalam bisnis.
1.3.7 Memahami kendala – kendala dalam pelaksanaan etika bisnis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
besarnya. Jadi menurut mitos bisnis amoral, etika tidak relevan bila dikaitkan
dengan bisnis.
Bisnis yang baik (good business) bukan saja bisnis yang banyak
mendatangkan keuntungan, tetapi juga bisnis yang baik secara moral. Tokoh etika
Amerika Serikat, Richard T. De George (Ali dan Fanzi, 1998:21) mengemukakan
alasan-alasan tentan keberadaan etika bisnis sebagai berikut :
1. Bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis
memang dituntut keberanian mengambil risiko dan spekulasi, namun
yang dipertaruhkan bukan hanya uang, melainkan juga dimensi
kemanusiaan, seperti martabat atau nama baik pengusaha dengan
keluarganya, termasuk nasib orang-orang lain pada umumnya, dan
bahkan seluruh hidup si pengusaha.
2. Bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan
menyangkut kepentingan semua orang. Oleh karena itu, praktek bisnis
mensyaratkan etika di samping hukum positif sebagai standar acuan
dalam pengambilan keputusan dan kegiatan bisnis. Dengan demikian,
kegiatan bisnis dapat dinilai dari sudut moral seperti halnya kegiatan
manusia lainnya.
3. Dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktek bisnis yang
berhasil adalah yang memperhatikan norma-norma moral masyarakat,
sehingga ia memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas produk atau
jasa yang dijualnya.
4. Asas legalitas harus dibedakan dari asas moralitas. Praktek monopoli
dan monopsoni yang dilakukan oleh BPPC, misalnya, seccara resmi
memang ada dasar hukumnya, tetapi secara etis tidak bisa diterima
karena merugikan petani cengkeh dan pabrik rokok.
5. Etika bukanlah ilmu pengetahuan empiris. Tindakan yang dilakukan
oleh lebih banyak orang tidak otomatis berarti yang lebih baik.
Sekalipun korupsi dan kolusi merajalela di mana-mana, hal itu tidak
dengan sendirinya dapat dibenarkan secara etis.
6
Menurut Keraf (1998:73) prinsip – prinsip etika yang berlaku dalam bisnis,
adalah:
1. Prinsip Otonomi
Otonomi dalam hal ini adalah sikap dan kemampuan manusia untuk
mengambil keputusan berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan. Untuk dapat bertindak otonom
diperlukan kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai
dengan keputusan yang menurutnya terbaik. Kebebasan adalah unsur hakiki
dalam prinsip otonomi dan menjadi prasyarat utama untuk bertindak secara
etis. Hanya orang yang bebas yang dapat bertindak secara etis. Namun
kebebasan tidak menjamin bahwa seseorang bertindak otonom dan etis.
Kebebasan dapat mengakibatkan seseorang bertindak membabibuta tanpa
menyadari tindakannya baik atau buruk. Oleh karena itu, selain kebebasan,
tanggungjawab juga merupakan unsur yang penting. Jadi, orang yang
otonom adalah orang yang tahu akan tindakannya, bebas dalam melakukan
tindakannya, tetapi sekaligus juga bertanggungjawab atas tindakannya.
Tanggungjawab merupakan ciri dari makhluk bermoral.
Prinsip otonomi ini sejalan dengan tuntutan bisnis modern. Otonomi
mendorong inovasi, kreativitas dan meningkatkan produktivitas bisnis di
tengah persaingan yang ketat. Tanggungjawab moral tidak hanya ditujukan
kepada pelaku bisnis tetapi juga kepada semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders), seperti pemasok, konsumen, pemerintah, pegawai dan lain –
lain.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip ini paling problematik, karena sekilas tampak aneh bila
kejujuran menjadi prinsip sebuah bisnis yang dikenal dengan tipu menipu
demi meraup untung. Kejujuran terkait dengan kepercayaan. Kejujuran
relevan dalam bisnis berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
- Pemenuhan syarat – syarat kontrak atau perjanjian. Kejujuran sangat
penting dalam menjaga kelangsungan hubungan bisnis dengan para
relasi.
7
- Penawaran barang dan jasa yang meliputi mutu dan harga yang
sebanding. Kesesuaian mutu dan harga sebagaimana yang diiklankan
akan menciptakan kepercayaan dan kepuasan konsumen.
- Hubungan kerja internal. Perusahaan mampu bertahan apabila
hubungan kerja antar individu yang ada di dalamnya dilakukan
dengan berlandaskan pada kejujuran.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara adil
sesuai dengan kriteria yang rasional obyektif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Keadilan menuntut agar setiap orang atau pihak
dalam bisnis diperlakukan secara adil dan tidak boleh dirugikan hak dan
kepentingannya. Tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain sering
disebut dengan prinsip no harm.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa
sehingga menguntungkan semua pihak. Dalam bisnis yang kompetitif, tetap
harus diupayakan terjadinya win-win solution.
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan moral dalam diri pelaku bisnis
atau perusahaan, agar dalam menjalankan bisnisnya senantiasa menjaga
nama baik dirinya dan perusahaannya.
Dari kelima prinsip diatas, Adam Smith mengatakan bahwa prinsip
keadilan (no harm) merupakan prinsip yang paling pokok. Sampai tingkat tertentu
kedalam prinsip keadilan sudah terkandung prinsip-prinsip yang lain. Orang yang
adil cenderung jujur, mempunyai sikap otonom, tidak maumerugikan orang lain,
serta mempunyai integritas moral yang baik. Prinsip keadilan menjadi jiwa bagi
aturan bisnis dan semua praktek bisnis yang melanggar prinsip ini harus dilarang.
Praktek bisnis yang melanggar prinsip keadilan antara lain monopoli, kolusi,
nepotisme, manipulasi, hak istimewa, perlindungan politik dan lain-lain.
8
persaingan global yang tidak mengenal adanya perlindungan dan dukungan politik
tertentu, semua perusahaan harus bersaing berdasarkan prinsip – prinsip etika.
Persoalannya adalah etika siapa yang diikuti karena bisnis global tidak mengenal
batas negara. Untuk menjawab pertanyaan ini, berikut adalah beberapa pandangan
yang ada di masyarakat :
1. Norma etis berbeda di satu tempat dengan tempat lain. Tidak ada norma yang
universal. Oleh karena itu, bila berada di suatu negara, maka norma yang
berlaku di negara itulah yang harus diikuti. Perusahaan multinasional harus
beroperasi berdasarkan nilai-nilai budaya yang berlaku di negara dimana
perusahaan beroperasi.
2. Norma pada negara sendirilah yang paling tepat. Menurut norma ini, prinsip
yang harus dipegang ketika berada dimana pun adalah norma yang berlaku di
negara sendiri.
3. Tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali. Norma ini oleh De
George sebagai immoralis naif. Pandangan ini tidak benar sama sekali.
Menurut pandangan pertama, norma dan nilai moral bersifat relatif dan
tidak ada norma moral yang universal. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Tindakan
mencuri, berbohong, dan menipu yang terjadi dimana pun pasti dikecam karena
tidak etis. Pandangan ini tidak membedakan antara moralitas dan hukum. Akan
lebih tepat apabila perusahaan multinasional harus tunduk pada hukum yang
berlaku di negara tempat perusahaan tersebut beroperasi.
Pandangan yang kedua beranggapan bahwa moralitas bersifat universal
yang menyangkut baik buruknya perilaku manusia sebagai manusia. Oleh karena
itu, dimana pun berada, prinsip, nilai dan norma moral akan tetap berlaku.
Pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena kemajuan kondisi ekonomi, social,
politik tidak sama di semua negara, sehingga hukum yang berlaku di negara
perusahaan asal belum tentu berlaku di negara lain.
Menurut De George, prinsip pokok yang dapat berlaku universal adalah
prinsip integritas moral yang berarti bersaing dengan penuh integritas moral. Ia
tidak setuju kalua prinsip no harm dikatakan prinsip pokok dalam bisnis.
Alasannya, prinsip ini dituangkan ke dalam aturan dan terlalu bersifat legalitas,
karena itu berkonotasi heteronom. Namun, De George lupa bahwa prinsip no harm
tidak hanya dituangkan ke dalam hukum saja, tetapi juga dalam hati setiap pelaku
bisnis sebagai prinsip dimana dalam berbisnis tidak boleh dirugikan dan merugikan
9
hak dan kepentingan pihak lain. Berbagai kasus korupsi, penyuapan, kolusi,
nepotisme yang melanda Indonesia menunjukkan bahwa integritas moral diabaikan
begitu saja dan masih sebatas himbauan. Oleh karena itu, prinsip no harm yang
didukung oleh aturan yang dilaksanakan secara konsekuen merupakan syarat
mutlak bagi kegiatan dan iklim bisnis yang sehat, baik dan etis. Dengan demikian,
prinsip no harm dan integritas moral sesungguhnya bersifat universal, yakni dapat
diakui dan berlaku dimana saja. Oleh karena itu, relativitas moral dalam bisnis
tidaklah benar. Dalam bisnis tetap dituntut dan diakui berbagai prinsip moral,
khususnya no harm yang berlaku paling universal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menjalankan suatu bisnis memerlukan etika bisnis untuk membuat bisnis
tersebut berjalan tanpa kecurangan. Etika bisnis sendiri merupakan seni dan disiplin
dalam menerapkan prinsip-prinsip etika untuk mengkaji dan memecahkan maasalah-
masalah moral yang kompleks atau dapat dikatakan pula etika bisnis sebagai studi
mengenai bagaimana norma moral personal diaplikasikan dalam aktivitas dan tujuan
perusahaan. Etika bisnis memiliki cakupan yang sangat luas, hingga pada tingkat
internasional.
Dalam menerapkan etika bisnis pun harus berpatokan atau berpedoman
kepada prinsip – prinsip etika yang ada, antara lain prinsip otonomi, kejujuran,
keadilan, saling menguntungkan dan integritas moral. Etika dan moral bisnis berlaku
secara universal, dimanapun pelaku bisnis berapa ia harus tetap menjalankan bisnis
sesuai dengan etika dan moral. Penting untuk seorang pelaku bisnis menyadari
betapa pentingnya etika bisnis, namun pada kenyataanya banyak dijumpai kendala –
kendala yang dapat menghambat pelaksanaan prinsip etika bisnis itu sendiri.
3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan paper
ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini karena minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan
evaluasi untuk kedepannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sutrisna. 2011. Etika Bisnis : Konsep Dasar Implementasi & Kasus. Udayana
University Press
12