Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ETIKA BISNIS

PERANAN ETIKA DALAM BISNIS

Dosen:
Hery Sutanto, DRS.M

Oleh :
Oktarina Trisna Sagita 141180012
Artika Yunita Ardi 141180040
Puri Yulitaningsih 141180188
Fransisca Viana Putri T 141180230
Zelsa Yorinda Kurniawati 141180250

Kelas:
EM-A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat begitu
banyak kenikmatan yang diberikan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan
lancar tanpa ada halangan suatu apapun.
Berikutnya kami sampaikan terimakasih kepada dosen dan semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 11 Oktober 2020

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
1.4 Manfaat..................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................5
2.1. Bisnis Berlangsung dalam Konteks Moral.............................................................................5
2.1.1. Mitos mengenai bisnis amoral.................................................................................5
2.1.2. Mengapa bisnis harus berlaku etis...........................................................................5
2.2. Kode Etik Perusahaan............................................................................................................5
2.2.1. Manfaat dan kesulitan aneka macam kode etik......................................................5
2.2.2. Ethical auditing.......................................................................................................6
2.3. Good Ethics, Good Business..................................................................................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................8

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik-buruk
seperti apa yang dikatakan oleh perasaan seseorang, tetapi anggapan seseorang atas
perasaannya yang menganggap bahwa sesuatu yang dianggap benar belum tentu
perasaan orang lain menganggap bahwa hal itu benar atau sesuai dengan etika.
Dalam dunia modern saat ini, bisnis kerap kali tidak dapat dilepaskan dari nilai nilai etis.
Perubahan konsumen global yang semakin menyoroti bagaimana bisnis berjalan dan
memberikan dampak pada lingkungan masyarakat dan lingkungan hidup telah memberi
tekanan pada perusahaan untuk selalu menerapkan apa yang dinamakan Good Business
yaitu bisnis yan tidak hanya mementingkan keuntungan saja namun juga patuh dan
mempertimbangkan hal-hal menyangkut moralitas.
Dengan berkembangnya hubungan positif antara etika dan bisnis tersebut, kode etik
perusahaan juga menjadi sebuah hal yang acap kali dimiliki perusahaan sebagai sarana
untuk menjaga bisnisnya tetap etis. Makalah ini membahas tentang peranan etika dalam
bisnis secara lebih mendalam.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana bisnis berlangsung dalam konteks moral?
1.2.2. Bagaimana kode etik perusahaan berperan dalam bisnis?
1.2.3. Bagaimana hubungan antara Good Business dan Good Ethics?

1.3 Tujuan
1.3.1. Mengetahui bagaimana bisnis berlangsung dalam konteks moral.
1.3.2. Menetahui bagaimana kode etik perusahaan berperan dalam bisnis.
1.3.3. Mengetahui bagaimana hubungan antara Good Business dan Good Ethics.

1.4 Manfaat
Bagi Mahasiswa, makalah ini dapat menambah wawasan serta pemahaman terkait materi
peranan etika dalam bisnis Bagi para pelaku industri, makalah ini dapat bermanfaat untuk
meningkatkan wawasan serta pelaksanaan dari bisnis yang beretika. Dan yang terakhir,
kiranya makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi semua yang membaca.

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Bisnis Berlangsung dalam Konteks Moral


Merupakan suatu unsur penting dalam masyarakat. Hampir semua orang terlibat di
dalamnya. Kita membeli barang atau jasa untuk bisa bertahan hidup ataupun setidaknya
kita bisa hidup dengan lebih nyaman. Kita terlibat dalam produksi barang atau jasa yang
dibutuhkan oleh orang lain. Bisnis merupakan suatu unsur mutlak yang diperlukan dalam
masyarakat modern. Bisnis tidak bisa dilepaskan dari aturan-aturan main yang harus
diterima dalam pergaulan sosial, termasuk juga aturan-aturan moral. Tetapi kadang-
kadang kehadiran etika bisnis masih diragukan.
2.1.1. Mitos mengenai bisnis amoral
Dalam masyarakat beredar opini bahwa bisnis tidak ada hubungannya dengan
etika atau moralitas. Pebisnis hanya menjalankan pekerjaannya saja. Richard
De George menyebut pandangan ini the myth of morl business. MItos ini
mengatakan bahwa bisnis itu moral saja. Dalam bisnis, orang menyibukkan
diri dengan jual beli, dengan membuat produk atau menawarkan jasa, dengan
merebut pasaran, dengan mencari untung juga, tapi orang tidak berurusan
dengan etika atau moralitas. Moralitas menjadi urusan individu, tetapi
kegiatan bisnis itu sendiri tidak berkaitan langsung dengan etika. Moralitas
tidak punya relevansi bagi bisnis. Bisnis itu amoral (tapi itu tentu tidak berarti
immoral!)
Namun mitos itu lambat laun ditinggalkan. Bisnis itu netral terhadap
moralitas, jadi bisnis moral itu hanya sekedar mitos atau cerita dongeng saja.
De George mengemukakan tiga gejala dalam masyarakat yang menunjukkan
sirnanya mitos tersebut :
1) Bisnis disorot tajam oleh masyarakat melalui media massa. Masyarakat
tidak ragu-ragu langsung mengaitkan bisnis dengan moralitas.
2) Bisnis diamati dan dikritik oleh banyak LSM, terutama LSM konsumen
dan LSM pecinta lingkungan hidup. Apa yang disimak oleh LSM-LSM
tersebut jelas-jelas berkonotasi etika.
3) Bisnis mulai prihatin dengan dimensi etis dalam kegiatannya. Hal ini
tampak pada refleksi yang mereka buat mengenai aspek-aspek etis dari
bisnis serta timbulnya kode-kode etik yang disusun oleh banyak
perusahaan. Hal-hal di atas secara tidak langsung telah menunjukkan
bahwa bisnis tidak terlepas dari segi-segi moral. Bisnis tidak hanya
berurusan dengan angkaangka penjualan (sales figures) atau adanya profit
pada akhir tahun anggaran. Good business memiliki suatu makna moral.
2.1.2. Mengapa bisnis harus berlaku etis?
Pertanyaan di atas dalam sejarah pemikiran sudah lama diberikan jawaban.
Jawaban pertama berasal dari agama, jawaban kedua berasal dari filsafat

5
modern, dan jawaban ketiga sudah ditemukan dalam filsafat Yunani Kuno.
Berikut penjelasannya:
a. Tuhan adalah hakim kita
Semua yang kita lakukan pasti akan dimintai pertanggungjawabannya
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Begitu juga jika kita melakukan bisnis yang
tidak bermoral, pasti di akhirat kelak kita akan diberi hukuman atas
kejahatan kita. Pandangan ini didasarkan atas iman dan kepercayaan dan
karena itu termasuk perspektif teologis, bukan perspektif filosofis. Untuk
itulah dalam berbisnis diharapkan pebisnis menggunakan iman dan
kepercayaannya untuk tetap berpegang teguh pada motivasi moral ini.
b. Kontrak social
Pandangan ini melihat perilaku manusia dalam perspektif sosial. Setiap
kegiatan yang kita lakukan bersama-sama dalam masyarakat, menuntut
adanya norma-norma dan nilai-nilai moral yang kita sepakati bersama.
Hidup dalam masyarakat berarti mengikat diri untuk berpegang pada
norma-norma dan nilainilai tersebut. Kalau tidak, hidup bersama dalam
masyarakat menjadi kacau tak karuan. Hidup sosial menjadi tidak
mungkin lagi, jika tidak ada moralitas yang disetujui bersama.
Oleh karena itu beberapa filsuf modern menganggap kontrak sosial
sebagai dasar moralitas. Umat manusia seolah-olah pernah mengadakan
kontrak yang mewajibkan setiap anggotanya untuk berpegang pada
normanorma moral. Kontrak ini mengikat kita sebagai manusia, sehingga
tidak ada seorang pun yang bisa melepaskan diri darinya.
De George menegaskan: “morality is the oil as well as the glue of society,
and, therefore, of business”. Moral diibaratkan minyak pelumas, karena
moralitas memperlancar kegiatan bisnis dan semua kegiatan lain dalam
masyarakat. ibarat lem, karena moralitas mengikat dan mempersatukan
orangorang bisnis, seperti juga semua anggota masyarakat lainnya.
Moralitas merupakan syarat mutlak yang harus diakui semua orang, jika
kita ingin terjun dalam kegiatan bisnis.
c. Keutamaan
Menurut Plato dan Aristoteles, manusia harus melakukan yang baik, justru
karena hal itu baik. Yang baik mempunyai nilai intrinsik, artinya yang
baik adalah baik karena dirinya sendiri. Keutamaan sebagai disposisi tetap

6
untuk melakukan yang baik, adalah penyempurnaan tertinggi dari kodrat
manusia. Manusia yang berlaku etis adalah baik begitu saja, baik secara
menyeluruh, bukan menurut aspek tertentu saja.
Pikiran tersebut bisa diterapkan dalam situasi bisnis. Orang bisnis juga
harus melakukan yang baik, karena hal itu baik. Atau dirumuskan dengan
terminologi modern, orang bisnis juga harus mempunyai integritas. Dalam
pekerjaannya, si pebisnis memang mencari untung. Perusahaan memang
perusahaan for profit. Tetapi pebisnis atau perusahaan tidak mempunyai
integritas, kalau mereka mengumpulkan kekayaan tanpa pertimbangan
moral. Selama pebisnis itu seorang manusia, maka ia tidak bisa dipisahkan
dari moralitas.

2.2. Kode Etik Perusahaan


2.2.1. Manfaat dan kesulitan aneka macam kode etik
Dalam sejarah kode etik profesi dalam berbagai bentuk sudah lama dikenal.
Kode etik yang paling tua adalah "Sumpah Hippokrates" (abad ke-5 SM) yang
merupakan permulaan tradisi kode etik kedokteran sampai pada hari ini. Selain
profesi medis, ada banyak profesi lagi yang memiliki sebuah kode etik khusus,
misalnya para pengacara, wartawan, akuntan, insinyur, dan psikolog. Kode etik
tertulis khusus untuk perusahaan mulai popular pada 1970- an karena beberapa
skandal korupsi dalam kalangan bisnis.
Kode etik perusahaan bisa beraneka ragam. Patrick Murphy'n menggunakan
istilah ethics statements dan membedakannya dalam 3 macam:
d. values statements atau pernyataan nilai: singkat dan melukiskan misi
perusahaan. Sering kali disebut nilai - nilai yang dijunjung tinggi oleh
pendiri perusahaan. Contohnya adalah beroperasi secara etis serta fair,
menggarisbawahi pentingnya integritas, teamwork, kredibilitas, dan
keterbukaan dalam komunikasi.
e. corporate credo atau kredo perusahaan: lebih panjang dan meliputi
beberapa alinea , tetapi masih tergolong singkat dan biasanya
merumuskan tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder.
f. kode etik (dalam arti sempit)/code of conduct /code of ethical conduct:
menyangkut kebijakan etis perusahaan berhubungan dengan kesulitan

7
yang bisa timbul ( dan mungkin di masa lampau pernah timbul) , seperti
konflik kepentingan , hubungan dengan pesaing dan pemasok, dsb.
umumnya kode etik ini lebih panjang mulai dari dua tiga halaman sampai
menjadi buku kecil berisikan sekitar 50 halaman.

Yang dibicarakan di sini adalah kode etik perusahaan pada umumnya, dengan
tidak memperhatikan penggolongan tersebut. Jika perusahaan memiliki kode
etik sendiri maka perusahaan akan memiliki beberapa kelebihan dari manfaat
kode etik:

a. Kode etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan


b. Membantu menghilangkan grey area atu kawasan kelabu di bidang etika
dimana ambiguitas moral terjadi.
c. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya
d. menyediakan kemungkinan untuk mengatur dirinya sendiri ( self
regulation ) sehingga negara tidak perlu campur tangan.

2.2.2. Ethical auditing


2.3. Good Ethics, Good Business

8
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat, selain mempertaruhkan barang dan uang
untuk tujuan keuntungan, bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu
memberikan pedoman bagi pihak-pihak yang melakukannya. Etika bisnis berperan
penting dalam memberikan kepercayaan terhadap kelompok atau individu yang
berkepentingan dengan jalannya perusahaan.

Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis yaitu menentukan
keberlangsungan dari suatu bisnis, selalu relevan sepanjang masa, sangat berperan bagi
kemajuan suatu bangsa, menentukan kemakmuran ekonomi rakyat. Dengan
ditanamkannya etika bisnis di dalam kegiatan bisnis, maka bisnis tersebut akan
berkembang baik. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika yang
menjamin kegiatan bisnis itu sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bertens. K. 2013. Pengantar Etika Bisnis Edisi Revisi. Daerah Istimewa Yogyakarta: PT
Kanisius

10

Anda mungkin juga menyukai