Anda di halaman 1dari 14

Etika Periklanan, Multimedia Etika Bisnis

MAKALAH
Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis
dengan Dosen pengampu Dr. Lili Karmela Fitriani, S.E., M.Si.

DISUSUN OLEH :
1. Agmal Dwi Cahya (20180510257)
2. Silviana Jullietta (20180510070)
3. Teti Hartati (20180510237)

Kelas: Manajemen 3D

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KUNINGAN
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas petujuk dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang
berjudul Etika Periklanan, Multimedia Etika Bisnis ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas dan sebagai bahan pembelajaran mata kuliah Etika Bisnis.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya
bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kesalahan. Kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi
pembaca.

Kuningan, 20 Oktober 2020


Penulis.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii

BAB I....................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1

BAB II...................................................................................................................................................2

PEMBAHASAN...................................................................................................................................2

A. ETIKA PERIKLANAN.............................................................................................................2

1. Pengertian Periklanan............................................................................................................2

2. Fungsi Periklanan..................................................................................................................2

3. Periklanan & Kebenaran........................................................................................................3

4. Manipulasi Dalam Periklanan................................................................................................4

5. Penilaian Etis Terhadap Iklan................................................................................................5

B. MULTIMEDIA ETIKA BISNIS...............................................................................................6

1. Pengertian Multimedia...........................................................................................................6

C. CONTOH & ANALISIS KASUS..............................................................................................7

BAB III..................................................................................................................................................8

PENUTUP.............................................................................................................................................8

A. Kesimpulan................................................................................................................................8

REFERENSI..........................................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah bisnis dipandang dari tiga sudut pandang yaitu sudut pandang ekonomis,
moral dan hukum. Secara sudut pandang ekonomis, bisnis adalah kegiatan ekonomis
untuk menghasilkan untung. Good business adalah bisnis yang membawa banyak
untung. Tujuan bisnis adalah memaksimalkan keuntungan. Secara sudut pandang
moral, mencari keuntungan dalam bisnis adalah sah dan wajar, asal tidak dicapai
dengan merugikan pihak lain. Sedangkan secara sudut pandang hukum, bisnis yang
baik adalah bisnis yang patuh pada hukum. Dapat disimpulkan bahwa bisnis yang
baik adalah bisnis yang menghasilkan untung, dan diperbolehkan oleh sistem hukum,
serta sesuai moral. Dalam menjalankan bisnis, perusahaan yang menjalankan aktivitas
bisnisnya harus mengikuti norma-norma dan aturan yang berlaku. Kegiatan bisnis
penuh dengan pasang surut, siasat, taktik maupun caracara strategis dan bahkan saling
jegal antarpesaing sering kali terjadi. Bisnis yang dilakukan sesuai dengan aturan,
norma, dan etika akanmenguntungkan perusahaan itu sendiri maupun masyarakat
luas.Reputasi perusahaan yang baik pun akan didapatkan dan menjadi
sebuah competitive advantage yang sulit ditiru.

B. Rumusan Masalah
- Pengertian dari etika bisnis
- Etika bisnis dalam kehidupan bisnis
- Peran dan manfaat etika bisnis bagi perusahaan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. ETIKA PERIKLANAN

1. Pengertian Periklanan
Periklanan merupukan hal yang tak dapat dipisahkan dalam dunia bisnis.
Sebagaimana yang dikemukakan Munandar dan Priatna (2005: 7) bahwa
periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan
perusahaan dalam mempromosikan produknya. Sedangkan menurut Fandy
Tjiptono (2005: 226) mengemukakan bahwa iklan adalah bentuk komunikasi tidak
langsung yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu
produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa
menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan
pembelian.
Dengan demikian, berdasarkan pengertian tersebut periklanan merupakan
sebuah alat bagi perusahaan untuk meningkatkan penerimaan/ penjualan. Tanpa
adanya periklanan  yang baik maka perusahaan akan kesulitan untuk
mempromosikan produknya secara efektif dan efisien dalam rangka memperoleh
keuntungan dan mencari pelanggan

2. Fungsi Periklanan
a) Informing (memberi informasi) membuat konsumen sadar (aware) akan merk-
merk baru, serta memfasilitasi penciptaan citra merk yang positif.
b) Persuading (mempersuasi) iklan yang efektif akan mampu mempersuai
(membujuk) pelanggan untuk mencoba produk atau jasa yang di iklankan.
c) Reminding (mengingatkan) iklan menjaga agar merk perusahaan tetap segar
dalam ingatan para konsumen. Periklanan yang efektif juga meningkatkan
minat konsumen terhadap merk yang sudah ada dan pembelian sebuah merk
ing Value (memberikan nilai tambah) periklanan memberikan nilai tambah
pada merk dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif
menyebabkan merk dipandang lebih elegan, bergaya, bergengsi dan lebih
unggul dari tawaran pesaing.

2
d) Assisting (mendampingi) peran utama periklanan adalah sebagai pendamping
yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses
komunikasi pemasaran. Sebagai contoh, periklanan mungkin digunakan
sebagai alat komunikasi untuk meluncurkan promosi-promosi penjualan
seperti kupon-kupon dan undian. Peran penting lain dari periklanan adalah
membantu perwakilan dari perusahaan.

3. Periklanan & Kebenaran


Periklanan tidak seratus persen yang diinformasikan adalah benar, seringkali
dalam periklanan terdapat informasi yang melebih-lebihkan, tidak masuk akal,
dan bahkan kebenarannya diragukan oleh konsumen maupun masyarakat. Iklan
terkesan berbohong, menyesatkan dan bahkan menipu publik, dan hal tersebut
tidak etis dilakukan. Kebenaran merupakan hal terpenting dalam periklanan,
apabila tidak ada kebenaran akan merugikan para konsumen dan akhirnya nama
suatu produk tersebut akan turun dan dikecam oleh masyarakat secara tidak baik.
Unsur dalam kebohongan yang pertama adalah unsur kesengajaan. Unsur yang
kedua adalah bermaksut supaya orang lain percaya.
Dalam buku Etika Bisnis K.Bertens (2015, 289) perlu diperhatikan pembedaan
antara iklan informative dan iklan persuasive, atau antara unsur informasi dan
unsur promosi dalam iklan. Unsur informasi selalu harus benar, karena informasi
selalu diberikan agar orang percaya, sedangkan informasi yang tidak benar akan
menipu public yang dituju. Dan seorang konsumen tidak mempunyai alasan untuk
tidak percaya pada informasi tersebut, karena akan merasa dibohongi bila
informasinya tidak benar.
Selain kedua unsur tersebut, iklan juga memiliki unsur promosi. Iklan
membujuk rayu masyarakat sebagai konsumen untuk segera membeli, menarik
perhatian, mengiming-ngimingi masyarakat dan calon pembeli. Karena itu, bahasa
periklanan menggunakan majas superlative, majas hiperbola dan memiliki retorika
tersendiri. Selalu meng-angungkan, menomor satukan, terbaik, teratas,
menggunakan kata “paling atau ter”, dll. Namun, iklan disini tidak bermaksut
supaya publik percaya sepenuhnya dengan apa yang telah diinformasikan,
melainkan menarik perhatian masyarakat dan calon konsumen supaya dapat
memikat hati dan segera untuk membeli. Dan masyarakat juga harus mengetahui

3
bahwa bahasa periklanan harus benar-benar dimengerti bukan hanya langsung
percaya begitu saja.

4. Manipulasi Dalam Periklanan


Manipulasi dalam periklanan dikatakan tidak memiliki etika jika melanggar
hak asasi manusia, hanya dijadikan sebagai sarana dan perantara semata.
Pada umunya periklanan berusaha mempengaruhi tingkah laku konsumen,
dengan cara memanfaatkan faktor-faktor psikologis, seperti: status, gengsi, dll.
Contoh usaha untuk mempengaruhi tingkah laku konsemen yaitu dengan cara
menampilkan sosok idola dalam iklan dan memberikan hadiah. Sosok idola yang
ditampilkan dalam sebuah iklan, dapat mempengaruhi tingkah laku penggemarnya
dalam mengkonsumsi sebuah produk, konsumen akan membeli apa yang
digunakan oleh idolanya, selain itu dengan pemberian hadiah seperti beli 2 dapat
3, diskon 10%, mendapatkan voucher dll.
a) Kontrol oleh pemerintah
Seperti yang dilakukan oleh Menteri Kesetaraan Inggris pada produk
kecantikan yang beredar di negaranya dimana antara model yang
digunakan pada iklan tersebut kurang sesuai dengan wajah aslinya. Dan di
Indonesia sendiri beberapa Undang-Undang telah ditetapkan untuk
melindungi konsumen terhadap beberapa produk yang menyalahi aturan,
diantaranya telah terdapat iklan tentang makanan dan obat yang diawasi
oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dari
Departemen Kesehatan.
b) Kontrol oleh para pengiklan
Cara paling ampuh untuk menanggulangi masalah etis tentang periklanan
adalah pengaturan diri (self-regulation) oleh dunia periklanan yang
biasanya hal tersebut dilakukan dengan menyusun sebuah kode etik,
sejumlah norma dan pedoman yang disetujui oleh profesi periklanan itu
sendiri, khususnya oleh asosiasi biro-biro periklanan.

c) Kontrol oleh masyarakat


Masyarakat luas tentu harus ikut serta dalam mengawasi mutu etis
periklanan. Dalam hal ini suatu cara yang terbukti membawa banyak hasil
dalam menetralisasiefek-efek negatif dari periklanan adalah mendukung
dan menggalakkan lembaga-lembaga konsumen, diantaranya yang terdapat

4
di Indonesia (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia di Jakarta dan
kemudian Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen di
Semarang).

5. Penilaian Etis Terhadap Iklan


Suatu penilaian yang diberikan terhadap adanya iklan tidak lepas dari pemikiran
moral. Dalam hal ini prinsip-prinsip etis ternyata tidak cukup untuk menilai
moralitas sebuah iklan karena didalam penerapannya banyak faktor lain yang ikut
berperan diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Maksud si pengiklan
Jika maksud si pengiklan tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan
tersebut menjadi tidak baik juga. Jika si pengiklan mengetahui bahwa
produk yang diiklankan merugikan konsumen atau dengan sengaja
menjelekkan produk pesaing, maka iklan ini menjadi tidak etis.

b) Isi Iklan
Isi iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang
menyesatkan, dan tidak bermoral. 

c) Keadaan public yang tertuju


Secara umum bisa dikatakan bahwa periklanan mempunyai potensi besar
untuk mengipas-ngipas kecemburuan sosial dalam masyarakat dengan
memamerkan sikap konsumerisme dan hedonisme dari suatu elite kecil.
Hal ini merupakan aspek etis yang sangat penting, terutama dalam
masyarakat yang ditandai kesenjangan sosial yang besar seperti Indonesia.

d) Kebiasaan dibidang periklanan


Periklanan selalu dipraktekkan dalam rangka suatu tradisi. Dalam tradisi
tersebut orang telah terbiasa dengan cara tertentu disajikannya iklan.
Sudah ada aturan main yang disepakati secara implisit atau eksplisit dan
yang seringkali tidak dapat dipisahkan dari etis yang menandai masyarakat
tersebut.

5
B. MULTIMEDIA ETIKA BISNIS

1. Pengertian Multimedia
Multimedia  ialah penyampaian suatu berita yang meyajikan dan
menggabungkan teks, suara, gambar, animasi, dan video sama dengan apa yang
biasa kita sebut dengan media cetak, media elektronik, dan media online. Yang
menggunakan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna bisa
mengetahui  apa yang ditampilkan dalam multimedia tersebut (biasanya
multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan)
Multimedia dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di
dunia pendidikan, multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam
kelas maupun secara sendiri-sendiri. Di dunia bisnis, multimedia digunakan
sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan sebagai media kios
informasi dan pelatihan dalam sistem e-learning.
Salah satu cara pemasaran yang efektif adalah melalui multimedia. Bisnis
multimedia berperan penting dalam menyebarkan informasi, karena multimedia is
the using of media variety to fulfill communications goals. Elemen dari
multimedia terdiri dari teks, graph, audio, video, and animation. Bicara mengenai
bisnis multimedia, tidak bisa lepas dari stasiun TV, koran, majalah, buku,
radio, internet provider, event organizer, advertising agency, dll. Multimedia
memegang peranan penting dalam penyebaran informasi produk salah satunya
dapat terlihat dari iklan-iklan yang menjual satu kebiasaan/produk yang nantinya
akan menjadi satu kebiasaan populer. Sebagai  saluran komunikasi, media
berperan efektif sebagai pembentuk sirat konsumerisme.
Etika berbisnis dalam multimedia didasarkan pada pertimbangan:
 Akuntabilitas perusahaan, di dalamnya termasuk corporate
governance, kebijakan keputusan, manajemen keuangan, produk dan
pemasaran serta kode etik.
 Tanggung jawab sosial, yang merujuk pada peranan bisnis
dalam lingkungannya,pemerintah   lokal   dan   nasional, dan   kondisi  
bagi pekerja.

6
 Hak dan kepentingan stakeholder, yang ditujukan pada mereka
yang memiliki andil dalam perusahaan, termasuk pemegang
saham, owners,  para eksekutif, pelanggan, supplier dan pesaing.

Etika dalam berbisnis tidak dapat diabaikan, sehingga pelaku bisnis


khususnya multimedia, dalam hal ini perlu merumuskan kode etik yang
harus disepakati oleh stakeholder, termasuk di dalamnya production
house, stasiun TV, radio, penerbit buku, media masa, internet provider,
event organizer, advertising agency, dll.

Hal lain yang bisa dilakukan oleh pemerintah pusat dengan


mencoba untuk memandu pembentukan kultur melalui kurikulum
pendidikan, perayaan liburan nasional, dan mengendalikan dengan
seksama media masa, organisasi sosial dan tata ruang kota.

Media masapun sangat berperan penting dalam hal ini, karena


merekalah yang menginformasikan kepada masyarakat, merekalah yang
bisa membentuk opini baik ataupun buruk dari masyarakat, hendaknya
media menjadi sarana untuk menghibur, sumber informasi dan edukasi
bagi masyarakat.

7
C. CONTOH & ANALISIS KASUS

1. CONTOH KASUS

Lewat media sosial, GrabBike melakukan kampanye untuk mengingatkan


pengguna jalan tentang pentingnya berkendara dengan rasa aman. Iklan GrabBike
yang berdurasi 45 detik ini menampilkan talent seorang wanita yang sedang berjalan,
lalu tiba-tiba sekujur tubuhnya penuh dengan luka dan belumuran darah. Adegan
wanita yang berubah menjadi zombie itu oleh banyak pihak dinilai tidak layak untuk
dipertontonkan. Iklan berupa video di YouTube itu mendapat respon negatif dan
banjir cemoohan dari netizen karena dinilai mengerdilkan tukang ojek pangkalan dan
secara tersirat menuding mereka sebagai biang kecelakaan. Hal itu terlihat jelas pada
adegan saat wanita yang berdarah-darah itu dipanggil oleh tukang ojek namun ia
mengabaikan mereka dan lebih memilih membuka aplikasi GrabBike di hape-nya.
Tentu saja alur cerita dalam iklan itu sangat berlebihan dan menyudutkan pihak lain.
Setelah mendapat reaksi keras dari netizen, pihak GrabBike akhirnya memangkas
durasi iklan menjadi 15 detik dan meniadakan wanita zombie.

2. ANALISA KASUS

Kesalahan dari iklan grab bike selalu pilih aman ini yakni dimana mereka
mempertontonkan iklan yang didalamnya mengandung unsur merendahkan tukang
ojek pangkalan aatau jalanan , seolah olah tukang ojek pangkalan tidak
memperhatikan keselamatan penumpang dan tidak laya untuk digunakan jasanya.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa multimedia etika bisnis memiliki
tanggung jawab social yang merujuk pada peranan bisnis dalam lingkungannya,
pemerintah local dan nasional dan kondisi bagi pekerja.

Maka iklan ini akan memberikan dampak buruk pagi ojek pangkalan
dimana mereka kemungkinan kehilangan kepercayaan masyarakat, sehingga
muncul kecemburuan yang dapat menyebabkan konflik karna merasa direndahkan.
Selain itu karna media iklan seharusnya menghibur dan mengedukasi, seharusna
pihak grab memperhatikan konten dari iklan tersebut agar lebih terfokus dengan
tujuan promosinya tanpa terlalu melebih-lebihkan kontennya, karena iklan inipun
akan dilihat oleh anak-anak yang bisa jadi bukan menghibur justru dapat membuat
mereka takut dan malah pesan yang ada di iklan tersebut tidak tersampaikan
dengan benar.

8
Selain itu, sudah kita ketahui bahwa iklan harus berdasarkan kebenaran dan
tidak melebih-lebihkan. Karena konsumen akan kecewa apabila pelayanan yang
diberikan tidak sesuai dengan yang dijajikan. Terlebih lagi grab pun terlalu
melebih-lebihkan iklannya, dimana penumpang perubah menjadi zombie yang
sangat tidak etis. Dan pelayanan setiap driver grab pun otomatis akan berbeda beda
meskipun mereka memiliki SOP yang berlaku , seperti bebrapa kasus yang dialami
beberapa orang dimana driver bertindak kurang sopan dan tidak sesuai SOP.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen
bisnis yang baik (etis) agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang yang
mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau
citra buruk dunia bisnis sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan tipu muslihat.
Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis, dan oleh karenanya membawa serta
tanggungjawab etis bagi pelakunya

Etika Bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip etika
untuk mengkaji dan memecahkan masalah-masalah moral yang kompleks dalam
bisnis.

10
REFERENSI

 http://fadjaralam.blogspot.com/2015/11/etikabisnis-etikaperiklanan.html?m=1
 https://introvideomusic.blogspot.com/2017/04/periklanan-dan-etika.html
 http://www.pendidikanekonomi.com/2013/02/pengertian-dan-fungsi-periklanan.html
 http://vindyfitria.blogspot.com/2016/10/multimedia-etika-bisnis.html?m=1
 https://palembang.tribunnews.com/2018/08/19/5-iklan-indonesia-yang-kontroversial-
sampai-dicabut-kpi-no-4-gara-gara-ayam

11

Anda mungkin juga menyukai