Anda di halaman 1dari 6

PERAN INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DALAM PENILAIAN KINERJA PUSAT

PERTANGGUNGJAWABAN

Di bagian ini kami akan menjelaskan peran informasi akuntansi pertanggungjawaban dan
masalah pengukurannya sebagai ukuran kinerja tipe pusat pertanggungjawaban.

PENILAIAN KINERJA PUSAT PENDAPATAN

Informasi akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja manajer pusat pendapatan adalah
pendapatan. Jika pusat penjualan hanya menjual produk atau jasanya kepada pihak luar perusahaan,
pengukuran pendapatran dilaksanakan dengan mudah, yaitu dengan cara mengalihkan kuantitas produk
atau jasa yang dijual dengan harga jual yang dibebankan kepada pelanggan. Untuk pengukuran kinerja
pusat pendapatan, seluruh pendapatan, nbaik yang berasal dari tgransaksi penjualan produk atau jasa
kepada pihak luar perusahaan maupun dari transfer produk atau jasa kepada pusat
pertanggungjawaban lain dalam perusahaan, dipakai sebagai tolak ukur kinerja manajer pusat
pendapatan.

PENILAIAN KINERJA PUSAT BIAYA

Informasi akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja manajer pusat biaya adalah biaya.
Banyak masalah yang timbul dalam pengukuran biaya sebagai ukuran kinerja, karena tidak ada biaya
yang seratus persen dapat dikendalikan oleh manajer yang memiliki wewenang untuk mengendalikan
pusat biaya. Masalah yang timbul dalam penggunaan biaya sebagai ukuran kinerja manajer pusat biaya
adalah :

a. Masalah perilaku biaya


Sering terjadi kerancuan antara variabilitas dengan terkendalikan atau tidaknya suatu
biaya. Variabilitas biaya merupakan perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan sedangkan terkendalikan atau tidaknya biaya bersangkutan dengan hubungan
biaya deengan wewenang yang dimiliki manajer tertentu.
Dalam pengukuran kinerja pusat biaya, biaya variable maupun biaya tetap yang
diperhitungkan sebagai ukuran kinerja harus berupa biaya terkendalikan oleh manajer pusat
biaya tersebut. Biaya terkendalikan adalah biaya variable dan biaya tetap yang dapat
dipengaruhi secara significant oleh manajer dengan wewenang yang dimilikinya.

b. Masalah hubungan biaya dengan pusat biaya


Dalam hubungannya dengan pusat biaya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung merupakan biaya yag manfaatnya
hanya dinikmati oleh pusat biaya tertentu. Biaya tidak langsung merupakan biaya yang
manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu pusat biaya. Dalam pengukuran kinerja pusat biaya,
biaya langsung maupun biaya tidak langsung yang diperhitungkan sebagai ukuran kinerja harus
berupa biaya terkendalikan oleh manajer pusat biaya tersebut. Biaya terkendalikan adalah biaya
langsung dan biaya tidak langsung yang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer
dengan wewenang yang dimilikinya.

c. Masalah jangka waktu


Dalam jangka panjang, semua biaya pada dasarnya dapat dikembalikan oleh manajer
tertentu dalam organisasi perusahaan. Biaya kebijakan ( baik biaya variable kebijakan maupun
biaya tetap kebijakan) merupakan biaya terkendalikan dalam jangka pendek. Engineered
variable cost dan committed fixed cost merupakan biaya terkendalikan dalam jangka panjang,
dan tidak terkendalikan dalam jangka pendek. Namun perlu disadari bahwa ada beberapa biaya
yang memiliki tingkat terkendalikan untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

d. Masalah tanggung jawab ganda


Jika suatu biaya di bawah wewenang lebih dari satu manajer pusat biaya, timbul
masalah siapa yang mempertanggungjawabkan biaya tersebut. Biaya pemeliharaan mesin
merupakan contoh biaya yang berada di bawah tanggungjawab ganda yakni manajer
department bengkel dan manjer department produksi. Dalam pengukuran kinerja manajer pusat
biaya, biaya yang berada dibawah wewenang lebih dari satu manajer pusat biaya digunakan
untuk mengukur kinerja masing-masing manajer pusat biaya yang terkait.

PENILAIAN KINERJA PUSAT LABA

Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk
mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertanggungjawaban tersebut. Karena laba, yang
merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, tidak dapat berdiri sendiri sebagai ukuran kinerja pusat
laba, maka laba perlu dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
Demikian untuk mengukur kinerja pusat laba,umumnya digunakan 2 ukuran yang menghubungkan laba
yang diperoleh pusat laba dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba ; kembalian
investasi (return on investment atau seringkali disingkat ROI) dan residual income ( RI ). Ukuran lain
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajer pusat laba adalah produktivitas.

Kembalian investasi ( return on investment )

Kembalian investasi merupakan perbandingan laba dengan investasi yang digunakan untuk
menghasilkan laba.

Formula untuk menghitung ROI adalah sebagai berikut :


laba
(1) ROI =
investasi
pendapatan laba
(2) ROI = investasi X pendapatan

Dalam formula (1), untuk pengukuran kinerja pusat laba, laba yang akan diperoleh suatu pusat laba
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) dibagi dengan investasi yang akan digunakan untuk
mendapatkan laba tersebut .

Dalam formula (2), baik investasi maupun laba dihubungjan dengan pendapatan. Investasi yang
dihubungkan dengan pendapatan menunjukkan tingkat perputaran investasi dalam periode tertentu.
Tingkat perputaran investasi menunjukkan produktivitas penggunaan investasi dalam menghasilkan
pendapatan. Laba dibagi dengan pendapatan menunjukkan profit margin yang merupakan presentase
laba yang dapat diperoleh dari setiap rupiah pendapatan. Jika misalnya profit margin dihitung sebesar
10%, hal ini berarti setiap rupiah penbdapatan yang diperoleh pusat laba akan menghasilkan laba
sebesar 10%.

Dalam menggunakan kembalian Investasi sebagai ukuran kinerja, diperlukan kebijakan manajemen
yang bersangkutan dengan :

1. Penentuan komponen yang digunakan untuk menghitung laba.


a. Komponen pendapatan
b. Komponen biaya
2. Penentuan aktiva yang diperhitungkan ke dalam investmen base.
3. Pengukuran nilai aktiva yang diperhitungkan ke dalam investment base.

Penentuan komponen yang digunakan untuk menghitung laba

Laba yang dihasilkan pusat laba ditentukan oleh dua komponen utama : pendapatan dan biaya.
Sebagai ukuran kinerja, laba yang digunakan adalah laba yang komponennya secara signifikan dapat
diperngaruhi oleh manajer pusat laba dengan menggunakan wewenang yang ia miliki. Dengan demikian
timbul kebutuhan penentuan pendapatan dan biaya terkendalikan secara signifikan dapat dipengaruhi
oleh manajer pusat laba.

Komponen Biaya

Biaya terkendalikan adalah biaya yang secara signifikan dapat dipengaruhi oleh manajer pusat
laba dengan wewenang yang ia miliki.
Penentuan Aktiva yang Diperhitungkan ke dalam Investement Base dan Pengukuran Nilainya

Dalam pengukuran kinerja pusat laba, diperlukan informasi mengenai invenstasi yang akan
dipakai sebagai penyebut dalam rumus perhitungan kembalian investasi atau dipakai sebagai dasar
untuk menghitung beban modal (capital charge) dalam perhitungan residual income. Informasi investasi
yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung kembalian investasi atau beban modal dalam
penghitungan residual income disebut investment base.

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu dicari jawabannya sebelum ukuran kinerja pusat laba
ditentukan :

1. Apakah investment base hanya terdiri dari seluruh aktiva yang digunakan oleh pusat laba di
dalam menghasilkan laba ?
2. Apakah aktiva yang tidak memerlukan biaya seperti sediaan yang berasal dari transaksi
pembelian kredit yang pemasok tidak membebani bunga atas kredit yang diberikan,
dikurangkan dari investment base ?
3. Apakah aktiva tetap yang sudah tidak digunakan dalam operasi pusat laba atau untuk sementara
menganggur dikeluarkan dari investment base? Apakah aktiva tetap dinilai berdasarkan kos
(cost) atau nilai bukunya ?
4. Apakah aktiva tetap yang berasal dari transaksi sewa guna usaha (leasing) diperhitungkan ke
dalam investment base ?
5. Apakah aktiva yang diperoleh dari utang jangka panjang perlu dihitung secara terpisah dalam
perhitungan investment base ?
6. Apakah aktiva lancar yang pengelolaannya dilaksanakan secara terpusat (seperti kas )
diperhitungkan ke dalam investment base sebesar saldo yang tercantum dalam neraca atau
dengan formnula tertentu?

Dalam menjawab berbagai pertanyaan mengenai unsur yang diperhitungkan ke dalam investment
base, berikut ini diuraikan bagaimana memperhitungkan unsjur ke dalam investment base.

Kas

Hampir semua perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat laba mengendalikan
kasnya secara terpusat, karena pengelolaan kas secara terpusat ini memungkinkan penyhediaan saldo
kas yang lebih rendah di setiap pusat laba dibandingkan jika pusay laba tersebut merupakan perusahaan
yang independen.

Piutang
Jika manajer pusat laba diberi wewenang untuk melaksanakan penjualan kredit dan pengumpulan
piutangnya, piutang diperhitungkan sebagai unsur investment base sebesar nilai buku piutang. Jika
manajer pusat laba tidak mengendalikan pemberian kredit dan pengumpulan piutang, piutang
diperhitungkan ke dalam investment base dengan menggunakan formula tertentu. Praktek umum yang
didalam memperhitungkan pitang ke dalam investment base adalah pada harga pasar produk atau jasa
dikurangi besarnya taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang. Saldo piutang bersih rata-rata bulanan
merupakan jumlah yang diperhitungkan ke dalam investment base untuk mengukur kinerja manajer
pusat laba.

Sediaan

Jika sediaan produk dalam proses dibiayai oleh pemesan dengan diterimanya pembayaran di
muka pada saat order diterima, atau dengan diterimanya pembayaran berupa progress payment
( pembayaran olehh pemesan sesuai dengan kemajuan produksi) dalam hal produk memnerlukan proses
produksi dalam jangka waktu yang panjang, pembayaran di muka tersebut dikurangkan dari sediaan
yang diperhitungkan ke dalam investment base. Jika sediaanb diperoleh dari kredit pemasok, saldo
sediaan yang diperhotungkan ke dalam iinvestment base harus dikurangi dengan utang kepada
pemasok, karena sediaan tersebut tidak memerlukan biaya bunga (interest free assets).

Aktiva tetap

Banyaj masalah yang timbul dalam memperhitungkan aktiva tetap ke dalam investment base.
Masalah-masalah tersebut meliputi :

a. Nilai yang digunakan untuk memperhitungkan aktiva tetap ke dalam investment base.
b. Perlakuan terhadap aktiva tetap yang disewa guna (leasing assets)
c. Perlakuan terhadap aktiva tetap yang menganggur (idle assets)
d. Perlakuan terhadap aktiva tetap yang investasinya berasal dari utang jangka panjang.

Nilai yang Digunakan untuk Memperhitungkan Aktiva Tetap ke dalam Investment Base

Dalam pengukuran kinerja manajer pusat laba, tersedia 2 alternatif untuk memperhotungkan
nilai aktiva tetap ke dalam investment base

1. Jika nilai buku dipakai untuk memperhitungkan nilai aktiva tetap dalam investment base, setiap
tahun nilai buku akan semakin menurun dengan adanya biaya depresiasi, yang mengakibatkan
investment base semakin mengecil.
2. Jika harga pemerolehan aktiva tetap ( grfoss book value) digunakan unruk memperhitungkan
nilai aktiva tetap dalam investment base, setiap tahun nilai aktiva tetap dalam investment base
akan sama jumlahnya, sehingga kembalian investasi dan residual income akan sama.

Perlakuan terhadap Aktiva Tetap yang Disewa Guna Usaha ( Leased Assets)

Sewa guna usaha merupakan alternative pembelanjaan aktiva tetap, yang memungkinkan suatu
divisi tidak memiliki aktiva tetap sebagai komponen aktiva, namun hanya memanfaatkan aktiva tetap
milik perusahaan lain yang berusaha dalam bisnis sewa gunba usaha (leasing company) dengan
membayar biaya sewa guna usaha (Leasing expense).

Dampak sewa guna usaha terhadap pengukuran kinerja pusat laba adalah :

1. Unsur aktiva tetap dalam investment base menjadi berkurang


2. Unsur biaya depresiasi dalam perhitungan laba menjadi berkurang, namun diimbangi dengan
tambahan biaya yang timbul sebagai akibat dari sewa guna usaha.

Anda mungkin juga menyukai