Anda di halaman 1dari 5

Komponen biaya

Biaya terkendalikan adalah biaya yang secara signifikan dapat dipengaruhi oleh
manajer pusat laba dengan wewenang yang ia miliki. Masalah yang timbul di dalam
menentukan terkendalikan atau tidaknya biaya yang telah dibahas dalam uraian
mengenai pengukuran kinerja pusat biaya.

Penentuan aktiva yang diperhitungkan ke dalam investment base dan


pengukuran nilainya

Dalam pengukukuran pusat laba, diperlukan inormasi mengenai investasi yang akan
dipakai sebagai penyebut dalam rumus perhitungan kembalian investasi atau dipakai
sebagai dasar untuk menghitung beban modal (capital charge) dalam perhitungan
residual income. Informasi investasi yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung
kembalian investasi atau beban modal dalam perhitungan residual income disebut
investment base.

Kas

Hampir semua perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat laba


mengendalikan kasnya secara terpusat, karena pengelolaan kas secara terpusat ini
memungkinkan penyediaan saldo kas yang lebih rendah disetiap pusat laba
dibandingankan jika pusat laba tersebut merupakan perusahaan yang independen.
Kemungkinan lain dalam mengukur kinerja pusat laba adalah dengan tidak
memperhitungkan kas sebagai unsure investment base. Hal ini dilandasi oleh dasar
pikiran sebagai berikut: investment base adalah terdiri dari modal kerja dan aktiva
tetap. Jika saldo kas yang ada ditangan digunakan untuk menghadapi utang lancer,
maka jumlah piutang dan sediaan merupakan modal kerja pusat laba. Dengan
demikian investment base hanya terdiri dari modal kerja (piutang + sediaan)
ditambah dengan aktiva tetap berwujud.

Piutang

Jika manjer pusat laba diberi wewenang untuk melaksanakan penjualan kredit dan
pengumpulan piutangnya, piutang diperhitungkan sebagai unsure investment base
sebesar nilai buku piutang. Jika manjer pusat laba tidak mengendalikan pemberian
kredit dan pengumpulan piutang, piutang diperhitungkan kedalam investment base
dengan menggunakan formula tertentu. Praktik yang umum di dalam
memperhitungkan pitang ke dalam investment base adalah pada harga pasar produk
atau jasa dikurangi besarnya taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang. Saldo
piutang bersih rata-rata bulanan merupakan jumlah yang diperhitungkan ke dalam
investment base untuk mengukur kinerja manajer pusat laba.

Sediaan

Jika sediaan produk dalam proses dibiayai oelhpemesan dengan diterimanya


pembayaran di muka pada saat order diterima, atau dengan diterimanya pembyaran
berupa progress payment (pembayaran oleh pemesan sesuai dengan kemajuan
produksi) dalam hal produk memerlukan proses produksi dalam jangka waktu yang
panjang, pembayaran di muka atau progress payment tersebut dikurangka dari
sediaan yang diperhitungkan ke dalam investment base.

Aktiva tetap

Banyak masalah yang tibul dalam memperhitungkan aktiva tetap ke dalam


investment base. Masalah-masalah tersebut meliputi:

a. Nilai yang digunakan untuk memperhitungkan aktiva tetap ke dalam investment


base.
b. Perlakuan terhadap aktiva tetap yang disewa guna (leased assets)
c. Perlakuan terhadap aktiva tetap yang menganggur (idle assets)
d. Perlakuan terhadap aktiva tetap yang investasina berasal dari utang jangka
panjang

Nilai yang digunakan untuk memperhitungkan aktiva tetap ke dalam


investment base

Dalam akuntansi keunagan, aktiva tetap dicatat sebesar kosnya pada saat
pemerolehannya, dan didepresiasi selama umur ekonomisnya, sehingga disajikan
dalam neraca sebesar nilai bukunya, yang merupakan selisih kos dengan akumulasi
depresiasi aktiva tetap. Dalam pengukuran kinerja manajer pusat laba, tersedia dua
alternative untuk memperhitungkan nilai aktiva tetap ke dalam investment base:
harga pemerolehan satu nilai buku aktiv atetap. Jika nilai buku dipakai untuk
memperthitungkan nilai aktiva tetap dalam investment base, setiap tahun nilai buku
akan semakin menurun dengan adanya biaya depresiasi, yang mengakibatkan
investment base semakin mengecil.

Di lain pihak, jika harga pemerolehan aktiva tetap (gross book value) digunakan
untuk memperhitungkan nilai aktiva tetap dalam investment base, setiap tahun nilai
aktiva tetap dalam investment base akan sama jumlahnya, sehingga kembalian
investasi dan residual income akan sama.

Perlakuan terhadap aktiva tetap yang disewa guna usaha (Lassed Asssets)

Sewa guna usaha (leasing) merupakan alternative pembelanjaan aktiva tetap, yang
memungkinkan suatu divisi tidak memliki aktiva tetap sebagai komponen aktiva,
namun hanya memanfaatkan aktiva tetap milik perusahaan lain yang berusaha dalam
bisnis sewa guna usaha (leasing company) dengan membayar biaya sewa guna usaha
(leasing expense).

Dampak sewa guna usaha terhadap pengukuran kinerja pusat laba adalah:

1. Unsur aktiva tetap dalam investment base menjadi berkurang


2. Unsur biaya depresiasi dalam perhitungan laba menjadi berkurang, namun
diimbangi dengan tambahan biaya yang timbul sebagai akibat dari sewa guna
usaha.

Perlakuan teerhadap aktiva tetap yang menganggur (Idle Assets)


Aktiva tetap yang tidak produktif lagi di suatu pusat laba kemungkinan masih dapat
dimanfaatkan secara produktif oleh pusat laba lain. Untuk memungkinkan
pemanfaatan optimum aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan, aktiva tetap yang
tidak digunakan lagi di suatu pusat laba namun masih produktif bila dimanfaatkan
oleh pusat laba lain, dapat ditransfer oleh pusat laba pendahulu dan dapat dikeluarkan
dari investment base dalam pengukuran kinerja pusat laba tersebut.
Perlakuan terhadap aktiva tetap yang investasinya berasal dai utang jangka
panjang
Dalam perusahaan manufaktur, umumnya aktiva pusatlaba diperoleh dari kantor
pusat, yang oleh kantor pusat ditarik dari berbagai sumber pembelanjaan, seperti
utang jangka panjang, modal saham, atau laba ditahan.

Manfaat kembalian investasi sebagai pengukur kinerja


Kembalian investasi sebagai pengkur kinerja pusat laba memiliki tiga manfaat
berikut ini:
1. Kembalian investasi mendorong manajer pusat laba menaruh perhatian yang seksama
terhadap hubungan antara pendapatan penjualan, biaya, dan investasi
2. Kebalian investasi mendorong manajer pusat laba melaksanakan efisiensi biaya
3. Kembalian investasi mencegah manajer di dalam pusat laba yang dipimpinnya

Kelemahan kembalian investasi sebagai pengukur kinerja


Kembalian investasi sebagai pengukur kinerja pusat laba memliki dua kelemahan:
1. Kembalian investasi tidak mendorong manajer pusat laba untuk melakukan investasi
dalam proyek yang kan berakibat menurunkan kembalian investasi pusat laba,
meskipun proyek tersebut menaikkan profitabiliatas perusahaan sebagai keseluruhan
2. Kembalian investasi mengakibatkan manajer pusat laba memusatkan perhatiannya
kepada sasaran jangka pendek dengan mengorbankan sasaran jangka panjang.
3. Kembalian investasi sebagi pengukur kinerja pusat laba sangat dipengaruhi oleh
metode depresiasi aktiva tetap. Karena biasanya perhitungan kembalian investasi
didasarkan atas laba bersih menurut akuntansi (yang biasanya depresiasi
diperhitungkan sebagai biaya dengan menggunakan metode gars lurus), maka kinerja
manajer pusat laba tidak dapat dicerminkan dengan cermat melalui ukuran kinerja
kembalian investasi.
Jika dalam pengukuran kembalian investasi atau residual income, metode anuitas
yang digunakan untuk mengitung biaya depresiasi aktiva tetap, maka kembalian dan
residual income akan mampu mencerminkan kinerja manajer divisi. Jika suatu usulan
proyek investasi disetujui karean diperkirakan dapat menghasilkan nilai tunai bersih
kas masuk (net present value) positif, dan investasi tersebut dilaksanakan, ukuran
kinerja dibandingkan dengan sebelum investasi, asalkan metode depresiasi aktiva
tetap yang digunakan adalah metode anuitas.
Dengan demikian, dalam menggunakan kembalian investasi dan residual income
sebagai pengukur kinerja manajer pusat laba, manajemen perlu menyadari bahwa
kedua ukuran kinerja tersebut sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi aktiva tetap
yang digunakan. Jika dalam menghitung laba, biaya depresiasi yang merupakan
komponen perhitungan laba akuntansi ditentukan dengan metode anuitas, kembalian
investasi dan residual income akan mencerminkn kinerja manajer pusat laba. Karena
metode anuitas bukan merupakan metode akuntansi yang lazim digunakan untuk
menghitung biaya depresiasi sebagai komponen perhitungan laba suatu pusat laba,
maka penggunaan kembalian investasi dan residual income sebagai ukuran kinerja
pusat laba perlu memperhitungkan adanya pengaruh metode depresiasi yang
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai