Anda di halaman 1dari 6

1. PT.

Telkomsel
Telkomsel Diduga Lakukan Manipulasi dalam Iklan Talkmania
Telkomsel diduga melakukan manipulasi dalam program Talkmania dengan tetap menarik
pulsa pelanggan meski keutamaan dalam program itu tidak diberikan.
Salah seorang warga Kota Medan, Mulyadi (37) di Medan, Selasa, mengatakan, dalam
iklannya, Telkomsel menjanjikan gratis menelepon ke sesama produk operator selular itu
selama 5.400 detik (90 menit -red).
Untuk mendapatkan layanan itu, pulsa pelanggan akan dikurangi Rp3 ribu setelah mendaftar
melalui SMS TM ON yang dikirim ke nomor 8999 terlebih dulu.Namun, pelanggan sering
merasa kecewa karena layanan itu selalu gagal dan hanya dijawab dengan pernyataan maaf
disebabkan sistem di operator selular tersebut sedang sibuk serta disuruh mencoba lagi.Tapi
pulsa pelanggan tetap dikurangi, dan apabila terus dicoba tetap juga gagal, sedangkan pulsa
terus dikurangi, katanya.
Warga Kota Medan yang lain, Ulung (34) mengatakan, penggunaan layanan Talkmania yang
diiklankan Telkomsel itu seperti berjudi. Kadang-kadang berhasil, kadang-kadang gagal,
namun pulsa tetap ditarik, katanya.
Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK), Farid Wajdi, SH, MHum
mengatakan, layanan iklan Telkomsel itu dapat dianggap manipulasi karena terjadinya
misleading atau perbedaan antara realisasi dengan janji.
Pihaknya siap memfasilitasi dan melakukan pendampingan jika ada warga yang merasa
dirugikan dan akan menggugat permasalahan itu secara hukum.Secara sekilas, kata Farid,
permasalahan itu terlihat ringan karena hanya mengurangi pulsa telepon selular masyarakat
sebesar Rp3 ribu.Namun jika kejadian itu dialami satu juta warga saja dari sekian puluh juta
pelanggan Telkomsel, maka terdapat dana Rp3 miliar yang didapatkan operator selular itu
dari praktik manipulasi iklan tersebut.
Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) dan Badan Regulasi Telekomunikasi
Indonesia (BRTI) perlu rena iklan operator selular selama ini sering menjebak, saling
menjatuhkan dan tidak memiliki aturan yang jelas, katanya.
Humas Telkomsel Medan, Weni yang dikonfirmasi mengatakan, pihaknya akan melakukan
pengecekan terhadap nomor pelanggan yang merasa dirugikan dalam layanan Talkmania
tersebut.
Namun, Telkomsel telah merefine atau mengembalikan kembali pulsa nomor-nomor
(handpone) yang gagal itu, katanya

2. Kasus Pelanggaran Etika Bisnis oleh PT.Megasari Makmur


Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT Megasari
Makmur yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. PT Megasari Makmur
juga memproduksi banyak produk seperti tisu basah, dan berbagai jenis pengharum ruangan.
Obat nyamuk HIT juga mengenalkan dirinya sebagai obat nyamuk yang murah dan lebih
tangguh untuk kelasnya. Selain di Indonesia HIT juga mengekspor produknya ke luar
Indonesia.
Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan
ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian, dalam hal ini
Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan menemukan penggunaan
pestisida yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan
syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker
lambung.
HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat
berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat turunan
Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat anti-nyamuk HIT
yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi
ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT Megarsari Makmur
ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni 2006. Korbannya yaitu
seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah akibat keracunan,
setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.
Kesimpulan (solusi)
Pihak produsen (PT. Megasari Makmur) menyanggupi untuk menarik semua produk
HIT yang telah dipasarkan dan mengajukan izin baru untuk memproduksi produk HIT
Aerosol Baru dengan formula yang telah disempurnakan, bebas dari bahan kimia berbahaya.
HIT Aerosol Baru telah lolos uji dan mendapatkan izin dari Pemerintah. Pada tanggal 08
September 2006 Departemen Pertanian dengan menyatakan produk HIT Aerosol Baru dapat
diproduksi dan digunakan untuk rumah tangga (N0. RI. 2543/9-2006/S).Sementara itu pada
tanggal 22 September 2006 Departemen Kesehatan juga mengeluarkan izin yang menyetujui
pendistribusiannya dan penjualannya di seluruh Indonesia.

3. Contoh Pelanggaran Etika Pemasaran dari Produk Smartphone Apple di China


Setelah iPhone 5 menghadapi banyak masalah di Cina, Apple memberi peringatan
kepada konsumennya melalui website Apple versi Cina. Perusahaan raksasa itu menegaskan
kepada konsumen untuk selalu menggunakan pengisi daya (charger) yang asli. Namun,
iPhone 5 yang meledak di Cina kali ini bukan disebabkan karena charger.
Kepada media Cina, seorang wanita bernama Li mengaku membeli ponsel buatan
Apple itu pada September 2012. Dia pernah menjatuhkan iPhone 5 miliknya itu sekali yang
menyebabkan penyok kecil di sudut kanan atas layar yang juga menjadi asal meledaknya
ponsel tersebut. Li menggunakan iPhone 5 untuk menghubungi salah seorang temannya.
Percakapan Li dan temannya itu berlangsung sekitar 40 menit. Li kemudian merasa layar
ponselnya menjadi panas. Ia mencoba mengakhiri panggilan, tapi ketika layar disentuh,
handphone tidak memberikan respon. Tanpa ia sadari, iPhone 5 miliknya tiba-tiba meledak.
Li mengatakan kalau dia tidak bisa membuka salah satu matanya setelah ledakan. Ia
merasakan serpihan materi perangkat tersebut masuk ke dalam matanya. Dokter yang
memeriksanya melihat ada tanda pada mata Li akibat goresan materi benda padat. Beruntung
Li tidak mengalami kebutaan. Salah satu matanya itu hanya iritasi dan inflamasi, seperti
dilansir situs, Phone Arena , Minggu, 11 Agustus 2013.
Atas kejadian yang menimpanya itu, Li tidak mengharapkan kompensasi apa pun dari
Apple. Namun, ia mempertanyakan kualitas iPhone dan membandingkan dengan ponsel
teman-temannya yang jauh lebih murah dengan masalah layar yang sama, tapi tidak pernah
meledak.
Sementara itu, bagian layanan Apple di Cina berjanji akan menyelidiki kasus yang menimpa
Li, seperti yang diungkapkan kepada Da Lian Evening News. Akan tetapi, masalah ledakan
umumnya tidak tertera dalam garansi perangkat Apple.
Komentar dan saran
Dari situasi diatas Pihak Apple justru tidak terlalu cepat dalam melakukan klarifikasi.
Sehingga kasus ini dianggap bahwa pihak apple tidak terlalu mensupport konsumen mereka
sendiri. Seharusnya pihak apple melakukan ganti rugi dan memberikan kompensasai kepada
konsumen mereka. Agar image dari produk apple tetap terjaga di mata konsumen. Apalagi
apple sering dianggap menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi. Dan fans-fans

dari apple sendiri terkenal sebagai salah satu konsumen yang paling loyal. Selain itu,
pemasarannya juga harus ditingkatkan termasuk dalam hal pengenalan produk apple it sendiri
sehingga, konsumen dapat menilai bahwa apple adalah produk smartphone yang sangat
canggih dan menarik untuk kelas smartphone.
4. Kasus pelanggaran PT.Freeport
JENIS PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH PT. FREEPORT
Jenis pelanggaran yang dilakukan PT Freeport adalah pelanggaran hukum dan HAM.
Pencemaran lingkungan di sekitar lingkungan pertambangan seperti, matinya Sungai Aijkwa,
Aghawagon dan Otomona, tumpukan batuan limbah tambang dan tailing yang jika ditotal
mencapai 840.000 ton dan matinya ekosistem di sekitar lokasi pertambangan. Pelanggaran
HAM seperti pemiskinan rakyat sekitar tambang.
PELAKU DAN CARA PEMERINTAH MENANGGAPI PELANGGARAN
Pelaku dari pencemaran lingkungan dan pelanggaran HAM ini adalah PT Freeport itu
sendiri. Pemerintah sudah memberikan peraturan lingkungan kepada PT Freeport namun PT
freeport telah gagal mematuhi permintaan pemerintah untuk memperbaiki praktik
pengelolaan limbah berbahaya terlepas rentang tahun yang panjang di mana sejumlah temuan
menunjukkan perusahaan telah melanggar peraturan lingkungan. Kementerian Lingkungan
Hidup tak kunjung menegakkan hukum karena Freeport-Rio Tinto memiliki pengaruh politik
dan keuangan yang kuat pada pemerintah.
DAMPAK DARI PELANGGARAN PT. FREEPORT
Tailing sungai Freeport-Rio Tinto akan merusak hutan bakau seluas 21 sampai 63
km2 akibat sedimentasi. Kanal-kanal muara sudah tersumbat tailing dan dengan cepat
menjadi sempit dan dangkal. Kekeruhan air muara pun telah jauh melampaui standar yang
diterapkan di Australia, sehingga menghambat proses fotosintesa perairan.
Logam dari tailing menyebabkan kontaminasi pada rantai makanan di Muara Ajkwa.
Daerah yang dimasuki tailing Freeport menunjukkan kandungan logam berbahaya yang
secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan muara-muara terdekat yang tak terkena
dampak dan dijadikan acuan. Logam berbahaya tersebut adalah tembaga, arsenik, mangan,
timbal, perak dan seng. Satwa liar di daerah hutan bakau terpapar logam berat karena mereka
makan tanaman dan hewan tak bertulang belakang yang menyerap logam berat dari endapan
tailing, terutama tembaga.

Freeport sempat menyatakan bahwa Muara di hilir daerah pengendapan tailing kami
adalah ekosistem yang berfungsi dan beraneka ragam dengan ikan dan udang yang
melimpah. Berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa bagian luar Muara Ajkwa,
termasuk daerah pantai Laut Arafura, mengalami penurunan jumlah hewan yang hidup dasar
laut (bottom-dwelling animals) sebesar 40% hingga 70%.
Taman Nasional Lorenz yang terdaftar sebagai Warisan Dunia wilayahnya
mengelilingi daerah konsesi Freeport. Untuk melayani kepentingan tambang, luas taman
nasional telah dikurangi. Kawasan pinus pada situs Warisan Dunia ini terkena dampak air
tanah yang sudah tercemar buangan limbah batuan yang mengandung asam dan tembaga dari
tailing Freeport-Rio Tinto. Sementara, kawasan pesisir situs Warisan Dunia ini juga terkena
dampak pengendapan tailing.Sekitar 250 juta ton tailing dialirkan melalui Muara Ajkwa dan
masuk ke Laut Arafura.
Tailing tambang pada akhirnya akan meliputi 230 km2 daerah ADA, pada kedalaman
hingga 17 meter. Daerah tailing ini kekurangan karbon organik dan gizi kunci lainnya,
dengan kapasitas menahan air yang sangat buruk.Kawasan ADA yang luas yang telah
mengalami kematian tumbuhan akibat tailing takkan pernah bisa kembali ke komposisi
species semula meski pembuangan tailing berhenti. Spesies asli yang 13 bisa tumbuh kembali
di tumpukan tailing tidaklah berguna bagi masyarakat setempat, juga tidak bisa menggantikan
keberagaman spesies asli yang dulunya hidup di wilayah rimba asli dan hutan hujan
bersungai dalam ADA yang telah rusak.

5. Kasus Pada Produk Johnson & Johnson


Johnson & Johnson adalah perusahaan manufacture yang bergerak dalam pembuatan dan
pemasaran obat-obatan dan alat kesehatan lainnya di banyak negara di dunia.
Tylenol adalah obat rasa nyeri yang di produksi oleh McNeil Consumer Product Company
yang kemudian menjadi bagian anak perusahaan Johnson & Johnson. Tingkat penjualan
Tylenol sangat mengagumkan dengan pangsa pasar 35% di pasar obat analgetika peredam
nyeri, atau setara dengan 7% dari total penjualan grup Johnson & Johnson dan kira-kira 15
hingga 20% dari laba perusahaan itu.

Pada hari kamis tgl 30 September 1982, laporan mulai diterima oleh kantor pusat Johnson &
Johnson bahwa adanya korban meninggal dunia di Chicago setelah meminum kapsul obat
Extra Strength Tylenol. Kasus kematian ini menjadi awal penyebab rangkaian crisis
management yang telah dilakukan oleh Johnson & Johnson. Pada kasus itu, tujuh orang
dinyatakan mati secara misterius setelah mengonsumsi Tylenol di Chicago. Setelah diselidiki,
ternyata Tylenol itu mengandung racun sianida. Meski penyelidikan masih dilakukan guna
mengetahui pihak yang bertanggung jawab, J&J segera menarik 31 juta botol Tylenol di
pasaran dan mengumumkan agar konsumen berhenti mengonsumsi produk itu hingga
pengumuman lebih lanjut. J&J bekerja sama dengan polisi, FBI, dan FDA (BPOM-nya
Amerika Serikat) menyelidiki kasus itu. Hasilnya membuktikan, keracunan itu disebabkan
oleh pihak lain yang memasukkan sianida ke botol-botol Tylenol. Biaya yang dikeluarkan
J&J dalam kasus itu lebih dari 100 juta dollar AS. Namun, karena kesigapan dan tanggung
jawab yang mereka tunjukkan, perusahaan itu berhasil membangun reputasi bagus yang
masih dipercaya hingga kini. Begitu kasus itu diselesaikan, Tylenol dilempar kembali ke
pasaran dengan penutup lebih aman dan produk itu segera kembali menjadi pemimpin pasar.
Komentar dan Saran
Kasus ini merupakan contoh kasus dimana perusahaan telah melanggar kode etis dengan
tidak memperhatikan keselamatan dari konsumen. Pada kasus ini dari pihak Johnson &
Johnson dengan cepat menyelesaikan masalah ini. Pihak Johnson melakukan upaya dengan
cara memberitakan semua proses produksi dan quality controlnya ke publik, tidak hanya pada
penyidik. Dan tentunya data QA procedures tersebut menjadi makanan empuk bagi industrial
intelligence para pesaing. Dalam dua tau tiga hari saja, semua inventaris Tylenol ditarik dari
semua rak supermarkets dan drugstores secara nasional, dan semua produksi Tylenol
berhenti. Esensinya, adalah bahwa J&J tidak akan pernah lari dari tanggung-jawab pada
publik, dan secara proaktif memperbaiki perilakunya sendiri, meski indikasinya kemudian
mulai mengarah ke tindakan usil, dan bukan kebocoran kualitas di pabrik-pabrik Tylenol.
Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/08/08/174503157/Rata-rata-Anak-Usia-7Tahun-Sudah-Mempunyai-Ponselhttp://wiloda.blogspot.com/2013/02/pelanggaran-etika-yang-dilakukan-pt_6.html
http://nildatartilla.wordpress.com/2013/02/09/contoh-kasus-pelanggaran-etika-bisnis-oleh-ptmegasari-makmur/
https://docs.google.com/document/d/1dphvBVZNOXhN38lWWiRQT7nRrD1Ii9tk0qy86zrpy
M/edit?hl=in
http://www.scribd.com/doc/96815438/Etika-Bisnis-Case-Study

Anda mungkin juga menyukai